C. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Pelaksanaan Public Private Partnership Dalam Pembangunan SDM Industri Kompeten
1 Faktor Proses
Faktor proses (process factor) yang harus dipertimbangkan dalam penerapan public private partnership dalam penyelenggaraaan pelayanan publik adalah faktor-faktor yang mendasar bagi keberhasilan pencapaian tujuan kebijakan tersebut (Yusuf, Wallace dan Hackbart: 2006). Faktor proses erat kaitannya dengan keterlibatan pihak swasta terutama berkaitan dengan ha-hal yang bersifat ekonomi. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam public private partnership yang terjadi antara AK-Tekstil Solo, Pemerintah Kota Surakarta, Mitra Industri Tekstil Dan Produk Tekstil mempunyai beberapa faktor.
Dalam factor proses mengidentifikasi secara jelas mengenai target populasi yang ingin dilayani, pendekatan kemitraan, dukungan kelembagaan yang kuat terutama dari pimpinan, serta adanya kepemimpinan yang berkelanjutan.
Tabel 4.9
Matrik Prinsip Interdependence Aspek-aspek yang
diteliti1
Pelaksanaan2
Ketergantungan pihak satu dengan puhak yang lain demi tercapainya tujuan.
Ketergantungan yang diharapkan terjadi bukan ketergantungan yang bersifat negative, tetapi ketergantungan yang saling menguntungkan satu sama lain dan dapat mencapai tujuan bersama. Saat ini kemitraan yang terjalin bisa dikatakan sebuah ketergantungan, karena AK Tekstil Solo
membutuhkan mitra industri TPT untuk pelaksanaan penempatan kerja mahasiswa dan penempatan bagi praktek industry, apabila tidak ada mitra industry maka program pendidikan tersebut tidak akan berjalan . Namun ketergantungan tersebut hanya terjadi pada satu sisi saja, yaitu dari sisi AK Tekstil Solo.
commit to user commit to user
Hal-hal berkaitan dengan target populasi yang ingin dilayani disampaikan oleh Direktur AK Tekstil Solo yaitu,
“program kemitraan ini tujuannya untuk menghasilkan SDM kompeten, jadi ya untuk mensupply ke industri-industri tekstil dan garmen jadi sejak awal kita paham siapa sajayang ingin dilayani dari kemitraan ini…..”(wawancara dengan AB,3 September 2018)
Selain industri tekstil dan produk tekstil ada pihak-pihak lain yang menjadi target populasi yang akan dilayani, seperti yang disampaikan oleh salah satu Kabid pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Surakarta yang menyatakan bahwa,
“keberadaan ak tekstil solo dan kemitraan dengan pemkot serta industri adalah memberi pendidikan vokasi yang berkualitas, jadi masyarakat solo pada khusunya dan soloraya pada umumnya menjadi salah satu pihak yang bisa menikmati layanan pendidikan ini. Apalagi masih gratis..”(wawancara dengan ZHS, 15 November 2018)
Pernyataan mengenai pengaruh dari target populasi terhadap pelaksanaan kemitraan disampaikan oleh salah satu staff di AK Tekstil Solo,
“…ya memang harus kami pahami sebagai pelaksana, siapa-siapa sajakah yang akan dilayani. Kalau kami tidak paham besar kemungkinan kemitraan ini tidak tercapai tujuannya karena salah sasaran….”
(wawancara dengan IH, 1 September 2018)
Mengetahui dan memahami target populasi atau kelompok yang ingin dilayani dari kemitraan tersebut merupakan salah satu aspek yang mendukung pelaksanaan kemitraan. Menurut Philips ElAnsori (2001) menyatakan bahwa mengetahui scope partnership merupakan hal penting yang menjadi factor pendukung keberhasilan sebuah kemitraan. Sebab dengan mengetahui cakupan dari kemitraan maka pelaksana kemitraan dapat diidentifikasi telah memahami dan mengerti tujuan yang akan dicapai. Target populasi yang ingin dilayani dalam pelaksanaan kemitraan adalah industri tekstil dan produk tekstil serta masyarakat solo pada khusunya dan soloraya pada umumnya.
Dukungan dari lembaga lain terutama lembaga yang berkedudukan lebih tinggi dan berpengaruh terhadap keberadaan AK Tekstil Solo dan kemitraanya
commit to user commit to user
dengan Pemerintah Kota Surakarta dan mitra industri TPT disampaikan oleh pembantu direktur AK Tekstil Solo yaitu,
“dukungan dari ristekdikti dan kemenperin serta lembaga lain juga ada.
Ristekdikti mendukung keberadaan ak tekstil. Menurut saya sangat berpengaruh dalam pelaksanaan, sebab dalam hal pencapaian akreditasi, penelitan, sertifikasi lulusan, dll membutuhkan dukungan lembaga lain”
(wawancara dengan HDH, 15 Oktober 2018)
Pernyataan mengenai dukungan dari lembaga lain disampaikan pula oleh salah satu Kasubid pada BAPPEDA yaitu,
“…dukungan dari lembaga lain seperti kementerian dan pemerintah daerah lain sangat membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan di Akom. Seperti dari Ristekdikti, kemenpanrb…”(wawancara dengan ZHS, 15 November 2018)
Pernyataan mengenai dukungan dari lembaga lain disampaikan pula oleh salah satu mitra industri yaitu,
“dukungan lembaga lain setau saya ada API Jateng, API DIY, API Pusat, kalau industri kan memang diwadahi dalam asosiasi, jadi dukungan lembaga lain ya asosiasi...” ( wawancara dengan SDM, 3 September 2018) Dukungan lembaga lain bisa didapatkan dari lembaga atau instasnsi yang berkedudukan setara atau lebih tinggi. Dukungan lembaga yang berkedudukan lebih tinggi seperti Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi dibuktikan dengan diberikannya surat ijin pendirian AK Tekstil Solo nomor 5919/E.E2.1/KL/2015 serta munculnya perjanjian kerjasama antara Kementerian Perindustrian dengan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi.
Perjanjian kerjasama dengan nomor 11a/DJKIPT/VII/2015 ; nomor 407/SJ-IND/7/2015 tersebut membahas mengenai pendirian dan pengembangan AK Tekstil Solo. Dukungan dari lembaga lain membantu kelancaran pelaksanaan kemitraan. Apabila tidak ada dukungan dari lembaga lain, maka akan menghambat pelaksnaan dan peningkatan hubungan kemitraan
Selain dukungan dari lembaga lain yang kedudukannya lebih tinggi, dukungan dari top manajemen setiap mitra industri TPT juga sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan kemitraan. Dukungan dari top manajemen disampaikan oleh
commit to user commit to user
seluruh mitra industri AK Tekstil Solo. Salah satunya disampaikan oleh pemilik perusahaan mitra industri TPT yaitu,
“wah sangat mendukung lah, perusahaan kami sangat mendukung. kan nantinya lulusannya setara kepala regu, kami memang butuh untuk posisi itu, kami dari industri mendukung kemitraan ini..” (wawancara dengan LLS, 20 Oktober 2018).
Dukungan dari pimpinan juga ditunjukkan oleh Direktur AK Tekstil Solo,
“kami sebagai salah satu actor yang berperan sangat mendukung kemitraan ini. Saya sebagai pimpinan juga mendukung dengan membina hubungan baik dengan instansi lain yang bermitra…..” (wawancara dengan AB,3 September 2018)
Terdapat aspek lain yang berpengaruh dalam factor proses antara lain berkaitan komitmen yang terus menerus. Berbagai cara dilakukan agar hubungan baik akan tetap terjalin dan secara otomatis komitmen akan terwujud hingga masa kemitraan berakhir. Para mitra yang terlibat didalam public private partnership yang terjadi antara AK-Tekstil Solo, Pemerintah Kota Surakarta, Mitra Industri Tekstil Dan Produk Tekstil memiliki komitmen yang kuat dan tinggi, hal tersebut ditunjukkan dengan dukungan penuh dari Pemkot Solo dan mitra indsutri TPT.
Pemerintah Kota Surakarta menunjukkan komitmen yang tinggi dengan mendelegasikan beberapa urusan yang berkaitan dengan AK-Tekstil Solo kepada Solo Technopark, hal tersebut disampaikan oleh Pemimpin Solo Technopark yaitu
“Melalui Solo technopark sebagai peran fasilitator menjalin kontak intensif dengan Akademi Komunitas dan Kementerian Perinduatrian dalam rangka kerjasama program program peningkatan kapasitas SDM model 3 in 1, peningkatan kemapuan teknologi. Pemkot Solo sangat concern dengan adanya Akom” (wawancara dengan LS, 10 Oktober 2018).
Komitmen yang tinggi ditunjukkan juga oleh mitra industri TPT, dengan berkomitmen menyerap lulusan serta membantu dalam pelaksanaan kegiatan praktek, hal tersebut disampaikan oleh mitra industri TPT
“manajemen sangat mendukung dan berkomitmen, sudah kepalang basah bepartisipasi yaa ikut mendukung saja terus.” (wawancara dengan CA, 15 Agustus 2018)
commit to user commit to user
Komitmen tinggi ditunjukkan oleh jajaran top manajemen, namun pada beberapa departemen kurang terbuka dan menerima program pendidikan D2 hasil dari kemitraan tersebut. Salah satu narasumber menyampaikan bahwa,
“Dari sisi trainer mereka optimis. Tapi dari beberapa departemen menganggap sebelah mata. Karena mungkin dulu masih baru dan kita tidak tahu programnya seperti ini. Setelah mengetahui ada program beasiswa yang sekiranya bisa meningkatkan kinerja, sekarang pihak manager menyambut baik program tersebut. Tapi dari eksekutor, karena di lapangan kerja masih ada penyimpangan, seperti kabur sebelum masa kontrak habis, masih dikaji ulang oleh mereka.” (wawancara dengan AI, 5 September 2018)
Beberapa departemen kurang terbuka dan menerima program ini karena lulusan dianggap kurang serius, sehingga para rekan kerja dan atasan menganggap sebelah mata. Komitmen yang tinggi ditunjukkan oleh top manajemen tidak diinternalisasikan ke bawahan. Permasalahan tersebut seharusnya disampaikan ke pihak AK-Tekstil Solo dan dilakukan analisis apa yang menjadi penyebab dan solusi yang harus dilakukan. Salah satu narasumber menyampaikan bahwa
“..sudah kita laporkan, tetapi belum ada sanksi bagi mahasiswa mangkir dan kurang serius, kita akan terus mendukung, tapi diperbaiki mengenai kedisplinan, tapi belum ada tindak lanjut, sudah kami buatkan surat juga”
(wawancara dengan DM, 28 Agustus 2018)
Komitmen dapat menjadi factor yang mendukung keberhasilan sebuah kemitraan tetapi juga dapat menyebabkan sebuah kemitraan dihentikan, apabila muncul sebuah masalah tidak segera diselesaikan akan mengakibatkan pemutusan hubungan kemitraan. Salah satu pihak telah memberikan pemberitahuan dan peringatan, namun tindak lanjut belum dilakukan. Komitmen dalam pelaksanaan
Faktor proses sangat berpengaruh dalam pelaksanaan PPP, karena untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai harus melalui proses yang melibatkan beberapa pihak yang bermitra. Pelaksanaan PPP dalam pembangunan SDM industry kompeten, factor proses menjadi salah satu factor pendukung karena di dalam proses pelaksanaan PPP terdapat aspek komitmen. Komitmen tinggi ditunjukkan oleh para stakeholders dalam proses pelaksanaan PPP sehingga dapat menjadi salah satu factor yang mendukung keberhasilan tujuan dari kemitraan commit to user commit to user
tersebut. Factor proses juga dapat menghambat pelaksanaan PPP, apabila Komitmen yang dibangun oleh top manajemen tidak diinternalisasikan dan di sosialisasikan kepada staff dan pelaksana lainnya. Komitmen yang tinggi juga harus diimbangi dengan komunikasi dan sosialisasi kepada seluruh lapisan stakeholders yang berpengaruh.
Tabel 4.10 Matrik Faktor Proses
Aspek-aspek yang diteliti1 Pelaksanaan2
Target populasi yang ingin dilayani
Target populasi yang ingin dilayani dalam pelaksanaan kemitraan adalah industri tekstil dan produk tekstil serta masyarakat solo pada khusunya dan soloraya pada umumnya
Dukungan Lembaga lain
Dukungan lembaga yang berkedudukan lebih tinggi seperti Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi dibuktikan dengan diberikannya surat ijin pendirian AK Tekstil Solo nomor 5919/E.E2.1/KL/2015 serta munculnya perjanjian kerjasama antara Kementerian Perindustrian dengan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Perjanjian kerjasama dengan nomor 11a/DJKIPT/VII/2015 ; nomor 407/SJ-IND/7/2015 tersebut membahas mengenai pendirian dan pengembangan AK Tekstil Solo.
Dukungan pimpinan
Selain dukungan dari lembaga lain yang kedudukannya lebih tinggi, dukungan dari top manajemen setiap mitra industri TPT juga sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan kemitraan.
Komitmen tinggi
Para mitra yang terlibat didalam public private partnership yang terjadi antara AK-Tekstil Solo, Pemerintah Kota Surakarta, Mitra Industri Tekstil Dan Produk Tekstil memiliki komitmen yang kuat dan tinggi, hal tersebut ditunjukkan dengan dukungan penuh dari Pemkot Solo dan mitra indsutri TPT. Pemerintah Kota Surakarta menunjukkan komitmen yang tinggi dengan mendelegasikan beberapa urusan yang berkaitan dengan AK-Tekstil Solo kepada Solo Technopark Sumber: 1Yusuf, Wallace dan Hackbart (2006)) ; 2 diolah dari hasil wawancara
commit to user commit to user
2 Faktor Mitra
Adapun faktor mitra (partner factors) berkaitan dengan isu-isu bagaimana memilih mitra yang tepat dan membangun hubungan kerja dengan mitra tersebut.
Dalam memilih mitra kerja itu terlibat sejak awal AK-Tekstil Solo diharapkan telah menentukan mitra yang tepat yang sesuai dengan tujuan mereka. Selain pemilihan mitra, factor hubungan dengan mitra juga berpengaruh dalam pelaksanaan PPP. Apabila salah dalam melakukan pemilihan mitra maka akan muncul resiko kegagalan pelaksanaan kemitraan dan tujuan yang akan dicapai tidak dapat terwujud.
Pemilihan mitra yang tepat telah dilakukan oleh AK-Tekstil Solo sebagai berikut,
“pemkot Solo merespon baik keiinginan dari Kementerian Perindustrian, didukung oleh industry tekstil yang ada di solo melalui API, sehingga Akom ini bias terbangun. Dukungan dari pemkot dan industry sangat berarti bagi pembangunan sdm yang akan dihasilkan di akom tersebut…”(wawancara dengan AB,3 September 2018)
Mitra industry juga berpendapat telah memih AK-Tekstil Solo sebagai mitra yang tepat untuk memberikan pasokan sumber daya manusia yang kompeten sebagai berikut,
“…..kami juga bermitra dengan SMK, beberapa Lembaga pelatihan.
Namun untuk skill Akom masih diatas rata-rata, tapi kalua masalah attitude dan displin agak sedikit kurang, atau karena sekolahnya gratis jadi sedikit menyepelekan yaa…”(wawancara dengan CA, 15 Agustus 2018) Mitra industry merasa telah tepat memilih mitra, begitupula yang disampaikan oleh Pemerintah Kota Surakarta,
“…..melalui STP telah menangkap peluang untuk mendirikan perguruan tinggi vokasi. Sehingga dapat menambah jumlah perguruan tinggi negeri yang ada di Kota Solo, jadi semakin banyak pilihan pendidikan bagi masyarakat solo sekitarnya.” (wawancara dengan LS, 10 Oktober 2018).
Para stakeholders yang bermitra telah merasakan memilihi mitra yang tepat, sebab pemilihan mitra yang tepat berpengaruh pada tercapainya tujuan yaitu terwujudnya sumber daya manusia yang kompeten. Pemilihan mitra oleh AK-Tekstil Solo melalui beberapa kriteria, seperti yang disampaikan sebagai berikut commit to user commit to user
“ kami memilih mitra industry yang memiliki jumlah tenaga kerja banyak dan perusahaan yang sudah mapan, kami pernah memiliki mitra yang akan collapse dan posisinya kita sudah bermitra, hal tersebut menyulitkan.
Mahasiswa jadi harus dioper praktek dan kami harus mencarikan perusahaan yang mau menerima mahasiswa tersebut menjadi karyawan.”(wawancara dengan IH, 1 September 2018)
Mengenai kriteria dalam pemilihan mitra tidak terdapat kriteria dan kualifikasi yang jelas dan baku serta tertuang dalam sebuah dokumen. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur AK Tekstil Solo
“sampai saat ini belum ada kualifikasi yang pasti, kami menerima dengan tangan terbuka siapa pun yang mau MOU, belum ada dokumennya yang mencatat kriteria khusus…”(wawancara dengan AB,3 September 2018) Pernyataan mengenai kriteria pemilihan mitra disampaikan pula oleh mitra industri,
“ kami dipilih menjadi mitra memang tidak ada alasan dan kriteria khusus, asal perusahaan tekstil saja ya bisa jadi mitra, tidak ditanya kapasitas produksi, SDM berapa…” (wawancara dengan AS, 8 September 2018)
Apabila AK-Tekstil Solo tidak tepat dalam memilih mitra industry, maka akan berdampak pada terhambatnya proses praktek industry serta penempatan kerja. Hal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya resiko kegagalan dalam mewujudkan sumber daya manusia kompeten, sebab terhambatnya proses belajar yang dihadapi mahasiswa dapat mengakibatkan mahasiswa akan terhambat juga dalam penyerapan materi dan peningkatan kompetensi.
Pemilihan mitra industry juga berpengaruh tidak hanya pada proses pembelajaran saja, namun juga pada saat penempatan kerja. Berdasarkan dokumen yang disampaikan oleh Pembatu Direktur AK- Tekstil Solo, terdapat beberapa posisi yang kualifikasinya sesuai dengan lulusan dan dibutuhkan oleh industry yaitu,
commit to user commit to user
Dalam gambar diatas disebutkan bahwa lulusan AK-Tekstil Solo telah dipersiapkan untuk menduduki posisi jabatan tersebut sesuai dengan kualifikasi dan komptensi yang dimiliki. Faktor mitra bisa menjadi factor yang dapat mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan PPP. Apabila dalam pemilihan mitra telah terdapat kualifikasi mitra yang sesuai maka besar kemungkinan pelaksanaan kemitraan dapat berjalan dengan lancar. Berdasarkan kasus yang dihadapi oleh AK-Tekstil Solo yang merasa telah memilih mitra industry yang tepat, namun ditengah perjalanan kemitraan perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan, maka perlu diperjelas kembali kebutuhan perusahaan terhadap tenaga kerja serta keadaan perusahaan disaat penerimaan calon tenaga kerja dan untuk beberapa tahun kedepan.
Gambar 4.8
Daftar Nama Jabatan Pekerjaan Setara Level 4 KKNI
Sumber: Presentasi Pembantu Direktur AK-Tekstil Solo (2019)
commit to user commit to user