• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

3. Menstruasi Pertama Pada Remaja Putri

3.5 Faktor Resiko

Penelitian mengenal faktor resiko dari variabilitas siklus menstruasi adalah pengaruh dari berat badan, aktivitas fisik, proses ovulasi, dan adekuatnya fungsi luteal. Perhatian khusus saat ini juga ditekankan pada perilaku diet dan stres pada atlet wanita.

1) Berat badan.

Berat badan dan perubahan berat badan mempengaruhi fungsi menstruasi. Penurunan berat badan akut dan sedang menyebabkan gangguan pada fungsi ovarium, tergantung derajat tekanan pada ovarium dan lamanya penurunan berat badan. Kondisi patologis seperti berat badan yang kurang/kurus dan anorexia nervosa yang menyebabkan penurunan berat badan yang berat dapat menimbulkan amenorrhea.

2) Aktivitas fisik

Tingkat aktivitas yang sedang dan berat dapat membatasi fungsi menstruasi. Atlet wanita seperti pelari, senam balet memiliki resiko untuk mengalami amenorrhea, anovulasi dan defek pada fase luteal. Aktivitas fisik yang berat merangsang inhibisi Gonadotropin Releasing Hormon (GnRH) dan aktivitas gonadotropin sehingga menurunkan level dari serum estrogen.

3) Stress

Stress menyebabkan perubahan sistematik pada tubuh, khususnya sistem persarafan dalam hipotalamus melalui perubahan prolaktin atau

endogenous opiate yang dapat mempengaruhi evelasi kortisol basal dan menurunkan hormone lutein (LH) yang menyebabkan amenorrhea

4) Diet

Diet dapat mempengaruhi fungsi menstruasi. Vegetarian berhubungan dengan anovulasi, penurunan respons hormone pituitary, fase folikel yang pendek, tidak normalnya siklus, menstruasi (kurang dari 10 kali/tahun). Diet rendah lemak berhubungan dengan panjangnya siklus menstruasi dan periode perdarahan. Diet rendah kalori seperti daging merah dan rendah lemak berhubungan dengan amenorrhea.

5) Paparan lingkungan dan kondisi kerja

Beban kerja yang berat berhubungan dengan jarak menstruasi yang panjang dibandingkan dengan berat kerja ringan dan sedang. Wanita yang bekerja di pertanian mengalami jarak menstruasi yang lebih panjang dibandingkan dengan wanita yang bekerja perkantoran. Paparan suara bising di pabrik dan intensitas yang tinggi dari pekerjaan berhubungan dengan keteraturan dari skilus menstruasi. Paparan agen kimiawi dapat mempengaruhi/meracuni ovarium, seperti beberapa obat anti-kanker (obat sitotoksik) merangsang gagalnya proses di ovarium termasuk hilangnya folike- folikel, anovulasi, oligomenorrhea, dan amenorrhea. Selain itu, tembakau pada rokok juga berhubungan dengan gangguan pada metabolisme estrogen

Faktor tersebut menyebabkan resiko infertilitas dan menopouse yang lebih cepat. Hasil penelitian pendahuluan dari merokok dapat juga menyebabkan

dysmenorhea, tidak normalnya siklus menstruasi, serta pendarahan menstruasi yang banyak.

6) Sinkronisasi proses menstruasi (interaksi sosial dan lingkungan)

Interaksi manusia dengan lingkungan merupakan siklus yang sinkron/berirama. Proses interaksi tersebut melibatkan fungsi hormonal. Salah satu fungsi hormonal adalah hormon-hormon reproduksi. Adanya

pherohormon yang dikeluarkan oleh setiap individu lain melalui persepsi dari penciuman baik melalui interaksi dengan individu jenis kelamin sejenis maupun lawan jenis, serta dapat menurunkan variabilitas dari siklus menstruasi dan sinkronisasi dari onset menstruasi.

7) Gangguan endokrin

Adanya penyakit-penyakit endokrin seperti diabetes, hipotiroid, serta

hipertiroid yang berhubungan dengan gangguan menstruasi. Prevelansi

amenorrhea dan oligomenorrhea lebih tinggi pada pasien diabetes. Penyakit

polycystic ovarium berhubungan dengan obesitas, resistensi insulin, dan oligomenorrhea. Amenorrhea dan oligomenorrhea pada wanita dengan penyakit polycystic ovarium berhubungan dengan insensitivitas hormon insulin dan menjadikan wanita tersebut obesitas. Hipertiroid berhubungan dengan oligomenorrhea dan lebih lanjut menjadi amenorrhea. Hipertiroid

berhubungan dengan polymenorrhea dan menorraghia.

Gangguan Pendarahan terbagi menjadi tiga yaitu pendarahan yang berlebihan dan pendarahan yang panjang, dan pendarahan yang sering. Dan adanya kondisi patologi. Abnormal Uterin Bleeding (AUB) adalah suatu keadaan yang menyebabkan gangguan pendarahan menstruasi. Secara umum terdiri dari: (a) Menorraghia yaitu kondisi pendarahan yang terjadi regular dalam interval yang normal, durasi dan aliran darah berlebihan/banyak; (b)

Metrorraghia, yaitu kondisi pendarahan dalam jarak yang tidak teratur, durasi dan aliran darah berlebihan banyak; (c) Polymenorrhea yaitu kondisi pendarahan dalam interval kurang dari 21 hari. Dysfungsional Uterin Bleeding (DUB) adalah gangguan pendarahan dalam siklus menstruasi yang tidak berhubungan dengan kondisi patologis. DUB meningkat selama proses transisi

menopouse. Pendarahan yang berlebihan merupakan sebagai suatu kondisi kehilangan darah lebih dari 80 ml per menstruasi. Faktor gangguan koagulan, endometriosis, fibroid, infeksi uterus, dan ketidakseimbangan prostaglandin

menyebabkan pendarahan yang banyak. Pendarahan yang panjang didefinisikan sebagai suatu kondisi pendarahan lebih dari 7-8 hari.

9) Dysmenorrhea

Pada saat menstruasi akan mengalami nyeri yang sifat dan tingkat rasa nyeri bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang berat. Kondisi tersebut dinamakan dysmenorrhea, yaitu keadaan nyeri yang hebat dan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Dysmenorrhea merupakan fenomena simptomatik meliputi nyeri abdomen, kram, dan sakit punggung. Gejala

menstruasi. Dysmenorrhea terbagi atas dua macam: (a) Nyeri haid primer merupakan timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri, tepatnya setelah stabilnya hormon tubuh atau perubahan posisi rahim setelah menikah dan melahirkan. Nyeri haid itu normal, tetapi dapat berlebihan jika dipengaruhi oleh faktor psikis, fisik, dan seperti stress, syok, penyempitan pembuluh darah, penyakit yang menahun, kurang darah, dan kondisi tubuh yang menurun. Gejala tersebut tidak membahayakan kesehatan; (b) Nyeri haid sekunder adalah ada penyakit atau kelainan yang menetap seperti infeksi rahim, kista atau polip, tumor sekitar kandungan, serta kelainan kedudukan rahim yang mengganggu organ dan jaringan disekitarnya.

Premenstruasi syndrome (PMS) atau gejala premenstruasi, dapat menyertai sebelum atau saat menstruasi, seperti perasaan malas bergerak, badan menjadi lemas, serta mudah merasa lelah, nafsu makan meningkat, dan suka makan makanan yang rasanya asam serta emosi menjadi labil. Gejala yang sering timbul pada PMS adalah mengalami kram perut, nyeri kepala, pingsan, berat badan bertambah karena tubuh menyimpan air dalam jumlah yang banyak, serta pinggang terasa pegal. Tindakan untuk mengurangi gejala tersebut diantaranya adalah : (a) mengurangi makanan yang bergaram seperti: kentang goreng, kacang-kacangan dan makanan berbumbu, untuk mengurangi penahanan air berlebih; (b) kurangi makanan yang berupa tepung, gula, kafein, dan cokelat; (c) tambahkan makanan yang mengandung kalsium dan vitamin C dosis tinggi, seminggu sebelum menstruasi; (d) konsumsi makanan berserat dan perbanyak minum air putih; (e) jika menstruasi cukup banyak

mengeluarkan darah, perbanyak makan makanan atau suplemen yang mengandung zat besi agar terhindar dari anemia (Aryani, 2010).

Beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mengatasi sakit perut sewaktu menstruasi yaitu: (a) kompres dengan botol panas (hangat) pada bagian yang terasa kram (bisa diperut atau pinggang bagian belakang); (b) mandi air hangat, boleh juga menggunakan aroma terapi untuk menenangkan diri; (c) menggosok-gosok perut atau pinggang yang sakit (Aryani, 2010).

Dokumen terkait