• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

3. Menstruasi Pertama Pada Remaja Putri

3.7 Upaya yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi 27

Perlu kita sadari bersama bahwa kesehatan reproduksi tidak dapat dipisahkan dari kesehatan secara umum sehingga upaya untuk mempertahankan kondisi prima dalam hal kesehatan reproduksi harus didukung oleh perilaku hidup bersih dan sehat. Misalnya: makan dengan menu seimbang, adanya keseimbangan antara bekerja dan istirahat, olahraga, rekreasi, dan lainnya. Beberapa cara memelihara kesehatan sistem reproduksi yaitu:

a. Penggunaan pakaian dalam

Pakaian dalam yang digunakan sebaiknya yang terbuat dari bahan yang menyerap keringat. Kain yang tidak menyerap keringat akan menimbulkan rasa panas dan lembab. Kondisi ini akan menimbulkan ketidaknyamanan bagi pemakai, serta sangat kondusif bagi pertumbuhan jamur. Pakaian dalam yang dikenakan juga harus dalam keadaan bersih dan ukuran yang tepat. Pakaian yang terlalu sempit atau penggunaan karet yang berlebihan akan mengganggu kerja kulit dan menimbulkan rasa gatal.

b. Penggunaan Handuk

Masyarakat Indonesia masih menggunakan handuk sebagai perlengkapan mandi yang dipakai secara berulang, bahkan ada yang menggunakan satu handuk secara bersamaan dalam satu keluarga. Penggunaan handuk secara berulang diperbolehkan, tetapi yang perlu diperhatikan adalah handuk harus selalu dijemur setiap kali selesai dipakai. Handuk dijemur agar terkena sinar matahari, sehingga jasad

renik yang ada pada handuk mati dan tidak menimbulkan infeksi. Sebaliknya handuk tidak digunakan lebih dari satu minggu atau bila sudah tidak nyaman dipergunakan. Penggunaan handuk secara bersamaan hendaknya dihindari. Handuk yang digunakan secara bersamaan bisa menjadi media penularan penyakit penularan penyakit kulit dan kelamin, misalnya scabies dan pedikulosis pudis. Gejala scabies yang utama adalah pruritis pada malam hari, karena aktivitas tunggu meningkat pada suhu kulit yang lembab dan hangat.

Pedikulosis pubis disebabkan oleh kutu Pthirus pubis. Bila kutu ini menggigit, maka tidak terlihat jelas bekas gigitannya. Namun setelah 30 hari akan timbul pruritis, eritema, dan infeksi sekunder.

c. Memotong bulu pubis

Alat kelamin pria dan perempuan ditumbuhi bulu. Guna memelihara kebersihan dan kerapian, bulu-bulu pubis sebaiknya dicukur. Dengan mencukur bulu-bulu pubis, kebersihan bulu-bulu pubis akan selalu terjaga, sehingga tidak menjadi media kehidupan kutu dan jasad renik, serta aroma yang tidak sedap. Bulu pubis yang terlalu panjang dan lebat (khususnya bagi remaja putri) akan selalu terpapar oleh urine saat buang air kecil.

d. Kebersihan alat kelamin luar

Bagi remaja putri harus membiasakan diri untuk membersihkan vulva

setiap setelah buang air kecil atau buang air besar dan mengeringkan sampai benar-benar kering sebelum mengenakan pakaian dalam

adalah perilaku yang benar. Teknik membersihkan vulva adalah dari arah depan ke belakang. Jika perlu, gunakan air bersih yang hangat. Bersihkan vulva dengan tidak menggunakan cairan antiseptik secara berlebihan, karena akan merusak flora normal, yaitu bakteri Doderlein. Kuman ini memecah glikogen pada lendir vagina menjadi asam (PH ± 4,5) yang bersifat bakterisida (membunuh kuman). Penggunaan antiseptik yang berlebihan akan membunuh flora normal

dan memberi kesempatan bagi berkembangan biaknya kuman

patogenik, sehingga tubuh akan rentan terhadap infeksi.

e. Penggunaan pembalut wanita

Remaja putri harus memakai pembalut wanita yang bersih saat menstruasi. Pilih pembalut yang tidak berwarna dan tidak berwarna dan tidak mengandung parfum (pewangi). Hal ini dilakukan untuk mengurangi paparan zat kimia pada vulva. Setelah buang air kecil atau buang air besar, ganti dengan pembalut yang bersih (baru). Jenis ukuran pembalut disesuaikan dengan kebutuhannya, misalnya pada saat menjelang haid dan mulai terasa adanya keputihan yang sifatnya fisiologis, bisa menggunakan pembalut yang berukuran kecil

(pantyliner).

Kerugian remaja bila melakukan hubungan seksual pranikah adalah sebagai berikut: (1) risiko menderita penyakit menular seksual, misalnya gonore, sifilis, HIV/AIDS, herpes simpleks, herpes genitalis,

dan lain sebagainya; (2) remaja putri berisiko mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Bila ini terjadi, maka berisiko terhadap tindakan aborsi, infeksi ,dan kematian karena perdarahan. Bila kehamilan diteruskan, maka berisiko melahirkan bayi yang kurang atau tidak sehat.

g. Bagi remaja, untuk meningkatkan kemampuan mengendalikan dorongan biologis bisa dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: (1) pendidikan agama dan budi pekerti; (2) penerapan hukum-hukum agama dalam kehidupan sehari-hari (Aryani, 2010).

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

1. Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian pada tinjauan kepustakaan, maka penelitian ini menggunakan kerangka kerja dengan pendekatan teori konseptual (Setiadi, 2007). Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran ibu dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja putri dalam menghadapi menarche adalah peran orang tua dalam memberikan pengetahuan tentang menarche dan membimbing remaja putri dalam menjaga kesehatan reproduksi.

Bedasarkan latar belakang dan tujuan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat ditetapkan kerangka konsep sebagai berikut :

Skema 3.1 : Peran ibu dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja putri dalam menghadapi menarche di Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

2. Defenisi Operasional

Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Skala Ukur

Hasil Ukur Peran

Ibu

1) Memberi pengetahuan tentang menarche adalah remaja putri mengerti perubahan fisik dan

menarche yang terjadi pada masa pubertas.

2) Membimbing remaja putri dalam menjaga kesehatan reproduksi adalah agar remaja putri memahami akan

kebersihan organ

reproduksi saat menstruasi

Kuesioner ini berisi 20 pernyataan berstruktur, jenis pernyatan tertutup dengan pertanyaan “ya” atau “tidak”. Pertanyaan yang diberi nilai 1 = untuk jawaban ya, dan 0 = Skala Ordinal

Peran Ibu baik jika skor 14-10 Peran Ibu cukup jika skor 9-5

Peran Ibu kurang jika skor < 4

Peran Ibu baik jika skor 6-5

Peran Ibu cukup jika skor 4-3 Peran Ibu kurang jika 1. Baik 2. Cukup 3. Kurang Peran Ibu : 1. Memberikan pengetahuan tentang menarche .    2. Membimbing dalam menjaga kesehatan reproduksi.     Remaja  Putri 

dan terhindar dari penyakit infeksi untuk jawaban tidak. skor < 2

Dokumen terkait