• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam menjalankan kegiatan usaha utamanya yang berkaitan dengan penghimpunan dana, pemberian pinjaman maupun penyediaan jasa perbankan lainnya, Perseroan tidak terlepas dari berbagai risiko usaha. Pelaksanaan kegiatan usaha utama tersebut dapat mengakibatkan timbulnya dampak negatif bagi kelangsungan usaha Perseroan. Semua risiko yang mempengaruhi usaha Perseroan secara umum telah disusun berdasarkan bobot dari dampak masing-masing risiko terhadap kinerja keuangan Perseroan mulai dari bobot paling berat sampai paling ringan adalah sebagai berikut:

a. Risiko Utama Yang Mempunyai Pengaruh Signifikan Terhadap Kelangsungan Usaha Perseroan

Risiko Kredit

Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada Perseroan. Risiko kredit terutama berasal dari sektor Rumah Tangga berupa Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan juga kredit kendaraan bermotor (melalui joint financing).

Apabila debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya dalam melakukan pembayaran kembali atas pokok kredit yang diberikan maupun bunganya, dapat menurunkan kinerja Perseroan sebagai konsekuensi dari menurunnya tingkat kolektibilitas kredit, penurunan pendapatan peningkatan biaya pencadangan kerugian, hingga penurunan permodalan Perseroan yang dapat berengaruh terhadap tingkat kesehatan Bank. Risiko ini bisa timbul dari berbagai lini bisnis seperti aktivitas bisnis perkreditan, treasuri dan investasi serta pembiayaan perdagangan. Pemberian kredit dalam jumlah yang cukup signifikan pada sekelompok perusahaan atau industri tertentu akan meningkatkan potensi risiko kredit bermasalah bagi Perseroan jika terjadi gejolak terhadap kelompok usaha maupun sektor ekonomi tertentu.

b. Risiko Usaha yang Bersifat Material Baik secara Langsung Maupun Tidak Langsung yang Dapat Mempengaruhi Hasil Usaha dan Kondisi Keuangan Perseroan

1. Risiko Pasar

Risiko pasar merupakan risiko kerugian dari portofolio yang dimiliki oleh Perseroan akibat adanya perubahan kondisi pasar yang tercermin pada pergerakan variabel pasar seperti tingkat suku bunga dan nilai tukar, termasuk juga transaksi derivatif. Risiko pasar antara lain terdapat pada aktivitas fungsional Perseroan seperti kegiatan treasury dan investasi dalam surat berharga, pasar uang, kegiatan pendanaan, penerbitan surat hutang, serta kegiatan pembiayaan perdagangan (trade finance). Risiko suku bunga timbul karena adanya perbedaan suku bunga (repricing gap) antara dana pihak ketiga yang diambil dengan penempatan yang dijalankan oleh Perseroan meliputi kredit, penempatan antar bank serta investasi lainnya. Kondisi ini akan mempengaruhi kinerja Perseroan apabila terjadi suatu perubahan yang mendadak pada suku bunga di pasar yang secara langsung akan meningkatkan suku bunga dana, sedangkan suku bunga penempatan dana tidak dapat secara serta merta meningkat. Risiko nilai tukar timbul karena Perseroan memegang mata uang asing lainnya sebagai salah satu usaha yang dijalankan oleh Perseroan sehingga adanya perubahan nilai tukar mata uang asing akan secara langsung mempengaruhi kinerja Perseroan. Perubahan variabel yang terjadi secara signifikan akan berdampak pada penurunan nilai portofolio yang dimiliki oleh Perseroan. Adapun apabila hal ini memiliki nilai yang material maka akan dapat berdampak pada kinerja keuangan Perseroan.

2. Risiko Operasional

Risiko operasional adalah risiko akibat ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional Perseroan. Sumber risiko operasional dapat disebabkan antara lain oleh sumber daya manusia, proses, sistem, dan kejadian eksternal yang dapat mengganggu Perseroan sehingga mempengaruhi operasional perusahaan seperti tingkat pelayanan jasa transaksi perbankan menjadi bermasalah, kemudian dapat juga menimbulkan masalah pembukuan dan pelaporan serta memungkinkan timbulnya risiko lain seperti risiko hukum dan reputasi. Hal ini berdampak negatif terhadap kepercayaan nasabah dan mampu menyebabkan kesulitan dalam menghimpun pendanaan serta menurunkan kinerja Perseroan.

3. Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan Perseroan untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas, dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Perseroan. Risiko ini disebut juga risiko likuiditas pendanaan (funding liquidity risk). Hal ini timbul akibat adanya kesenjangan jumlah dan jangka waktu antara sumber pendanaan yang umumnya berjangka pendek dengan penempatan (aset) yang umumnya berjangka panjang. Sebagaimana umumnya bahwa sumber pendanaan bersifat jangka pendek, sehingga apabila dana pihak ketiga sebagai sumber pendanaan Perseroan tidak diperpanjang (roll over) dan terjadinya penarikan dana dalam jumlah yang signifikan pada waktu yang serentak maka akan mempengaruhi kemampuan Perseroan untuk memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo.

Risiko likuiditas juga dapat disebabkan oleh ketidakmampuan Perseroan melikuidasi aset tanpa terkena diskon yang material karena tidak adanya pasar aktif atau adanya gangguan pasar (market disruption) yang parah. Risiko ini disebut sebagai risiko likuiditas pasar (market liquidity risk). Secara umum, industri perbankan cukup rentan terhadap isu-isu negatif yang dapat mengakibatkan pengambilan dana masyarakat secara massal dan dalam kurun waktu yang singkat (rush) sehingga mengancam kegiatan operasional Perseroan.

4. Risiko Hukum

Risiko hukum adalah risiko akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis. Risiko hukum dapat bersumber antara lain dari kelemahan aspek yuridis yang disebabkan oleh lemahnya perikatan yang dilakukan oleh Perseroan, ketiadaan dan/atau perubahan peraturan perundang-undangan yang menyebabkan suatu transaksi yang telah dilakukan Perseroan menjadi tidak sesuai dengan ketentuan, dan proses litigasi baik yang timbul dari gugatan pihak ketiga terhadap Perseroan maupun Perseroan terhadap pihak ketiga. Kegagalan Perseroan dalam menjaga dan melindungi kepentingan Perseroan dapat menimbulkan permasalahan dan tuntutan hukum di kemudian hari, yang berpotensi menimbulkan kerugian yang besar bagi Perseroan sehingga dapat mempengaruhi kondisi keuangan Perseroan.

5. Risiko Reputasi

Risiko reputasi adalah risiko yang disebabkan oleh adanya publikasi negatif terkait dengan kegiatan usaha utama Perseroan atau persepsi negatif terhadap Perseroan. Salah satu faktor keberhasilan dalam bidang usaha jasa perbankan dilandasi oleh kepercayaan. Kepercayaan merupakan hal yang sangat vital bagi kelangsungan kegiatan operasional. Adanya persepsi negatif terhadap Perseroan dapat mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya kepercayaan masyarakat untuk menempatkan dananya pada Perseroan. Apabila hal tersebut terjadi, dapat berpengaruh negatif terhadap kinerja Perseroan yang pada akhirnya dapat menurunkan pendapatan Perseroan.

6. Risiko Kepatuhan

Risiko kepatuhan adalah risiko akibat Perseroan tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku. Sumber risiko kepatuhan antara lain timbul karena kurangnya pemahaman atau kesadaran hukum terhadap ketentuan maupun standar bisnis yang berlaku umum. Risiko kepatuhan ini melekat pada Perseroan, terkait pada perundang-undangan dan ketentuan lain seperti ketentuan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM), Kualitas Aset Produktif dan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK). Apabila terjadi pelanggaran terhadap salah satu ketentuan di atas maka risiko yang mungkin terjadi adalah pengenaan sanksi yang dapat berupa sanksi finansial berbentuk denda material ataupun sanksi non finansial seperti teguran tertulis, sanksi ketidaklayakan dan ketidakmampuan Direksi Perseroan ataupun pembekuan kegiatan usaha tertentu bahkan dapat menyebabkan dicabutnya ijin usaha Perseroan. Hal ini dapat berpengaruh negatif terhadap Perseroan.

7. Risiko Stratejik

Risiko stratejik adalah risiko akibat ketidaktepatan Perseroan dalam mengambil keputusan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis. Sumber risiko stratejik antara lain dari kelemahan dalam proses formulasi strategi dan ketidaktepatan dalam perumusan strategi, ketidaktepatan dalam implementasi strategi, dan kegagalan mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis serta

3. Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan Perseroan untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas, dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Perseroan. Risiko ini disebut juga risiko likuiditas pendanaan (funding liquidity risk). Hal ini timbul akibat adanya kesenjangan jumlah dan jangka waktu antara sumber pendanaan yang umumnya berjangka pendek dengan penempatan (aset) yang umumnya berjangka panjang. Sebagaimana umumnya bahwa sumber pendanaan bersifat jangka pendek, sehingga apabila dana pihak ketiga sebagai sumber pendanaan Perseroan tidak diperpanjang (roll over) dan terjadinya penarikan dana dalam jumlah yang signifikan pada waktu yang serentak maka akan mempengaruhi kemampuan Perseroan untuk memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo.

Risiko likuiditas juga dapat disebabkan oleh ketidakmampuan Perseroan melikuidasi aset tanpa terkena diskon yang material karena tidak adanya pasar aktif atau adanya gangguan pasar (market disruption) yang parah. Risiko ini disebut sebagai risiko likuiditas pasar (market liquidity risk). Secara umum, industri perbankan cukup rentan terhadap isu-isu negatif yang dapat mengakibatkan pengambilan dana masyarakat secara massal dan dalam kurun waktu yang singkat (rush) sehingga mengancam kegiatan operasional Perseroan.

4. Risiko Hukum

Risiko hukum adalah risiko akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis. Risiko hukum dapat bersumber antara lain dari kelemahan aspek yuridis yang disebabkan oleh lemahnya perikatan yang dilakukan oleh Perseroan, ketiadaan dan/atau perubahan peraturan perundang-undangan yang menyebabkan suatu transaksi yang telah dilakukan Perseroan menjadi tidak sesuai dengan ketentuan, dan proses litigasi baik yang timbul dari gugatan pihak ketiga terhadap Perseroan maupun Perseroan terhadap pihak ketiga. Kegagalan Perseroan dalam menjaga dan melindungi kepentingan Perseroan dapat menimbulkan permasalahan dan tuntutan hukum di kemudian hari, yang berpotensi menimbulkan kerugian yang besar bagi Perseroan sehingga dapat mempengaruhi kondisi keuangan Perseroan.

5. Risiko Reputasi

Risiko reputasi adalah risiko yang disebabkan oleh adanya publikasi negatif terkait dengan kegiatan usaha utama Perseroan atau persepsi negatif terhadap Perseroan. Salah satu faktor keberhasilan dalam bidang usaha jasa perbankan dilandasi oleh kepercayaan. Kepercayaan merupakan hal yang sangat vital bagi kelangsungan kegiatan operasional. Adanya persepsi negatif terhadap Perseroan dapat mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya kepercayaan masyarakat untuk menempatkan dananya pada Perseroan. Apabila hal tersebut terjadi, dapat berpengaruh negatif terhadap kinerja Perseroan yang pada akhirnya dapat menurunkan pendapatan Perseroan.

6. Risiko Kepatuhan

Risiko kepatuhan adalah risiko akibat Perseroan tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku. Sumber risiko kepatuhan antara lain timbul karena kurangnya pemahaman atau kesadaran hukum terhadap ketentuan maupun standar bisnis yang berlaku umum. Risiko kepatuhan ini melekat pada Perseroan, terkait pada perundang-undangan dan ketentuan lain seperti ketentuan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM), Kualitas Aset Produktif dan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK). Apabila terjadi pelanggaran terhadap salah satu ketentuan di atas maka risiko yang mungkin terjadi adalah pengenaan sanksi yang dapat berupa sanksi finansial berbentuk denda material ataupun sanksi non finansial seperti teguran tertulis, sanksi ketidaklayakan dan ketidakmampuan Direksi Perseroan ataupun pembekuan kegiatan usaha tertentu bahkan dapat menyebabkan dicabutnya ijin usaha Perseroan. Hal ini dapat berpengaruh negatif terhadap Perseroan.

7. Risiko Stratejik

Risiko stratejik adalah risiko akibat ketidaktepatan Perseroan dalam mengambil keputusan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis. Sumber risiko stratejik antara lain dari kelemahan dalam proses formulasi strategi dan ketidaktepatan dalam perumusan strategi, ketidaktepatan dalam implementasi strategi, dan kegagalan mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis serta

perubahan eksternal (perubahan kebijakan moneter dan peraturan pemerintah, perubahan kondisi sosial, ekonomi dan politik) risiko stratejik antara lain terkait dengan ketentuan mengenai rencana bisnis bank. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya deviasi dari sasaran yang telah ditetapkan Perseroan sehingga diperlukan adanya penyesuaian kembali atas target yang telah ditetapkan sebelumnya agar kinerja Perseroan berjalan dengan baik dan tepat tujuan.

8. Risiko Persaingan

Risiko persaingan adalah Risiko yang dapat terjadi dikala perusahaan menghadapi persaingan dengan beberapa persusahaan domestik maupun asing yg bergerak dalam bidang usaha yg sama. Bank harus efektif, efisien dan menjaga kualitas agar dapat menjaga reputasi perusahaan untuk mendapatkan kepercayaan dari nasabah.

9. Risiko Kebijakan Pemerintah

Risiko Kebijakan Pemerintah, khususnya terkait dengan adanya perubahan peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh Pemerintah dapat mempengaruhi Perseroan dalam menjalankan kegiatan usahanya. Meskipun Perseroan memiliki keyakinan bahwa dalam menjalankan kegiatan usahanya, Perseroan telah mematuhi seluruh peraturan yang berlaku, pemenuhan kewajiban atas peraturan-peraturan baru atau perubahannya atau interpretasinya maupun pelaksanaannya, serta perubahan terhadap interpretasi atau pelaksanaan hukum dan peraturan perundang-undangan yang telah ada, dapat berdampak material terhadap kegiatan dan kinerja operasional Perseroan. Apabila Perseroan tidak mematuhi hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka Perseroan dapat dikenakan sanksi perdata, termasuk denda, hukuman serta sanksi-sanksi pidana lainnya.

10. Risiko terkait merebaknya wabah penyakit menular

Pada bulan Desember 2019, kemunculan COVID-19 dilaporkan di Wuhan, Propinsi Hubei, China, yang sejak saat itu telah menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Pada tanggal 30 Januari 2020, Organisasi Kesehatan Dunia telah menyatakan COVID-19 sebagai darurat kesehatan global dan pada tanggal 11 Maret 2020, Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan COVID-19 sebagai pandemi global. Pandemi COVID-19 sampai di Indonesia pada bulan Februari 2020. Hal ini menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan ke sebesar 2,97% (yoy) pada akhir triwulan I 2020 dari pertumbuhan sebesar 5,02% (yoy) pada tahun 2019 dan mengalami kontraksi 5,32% (yoy) pada akhir triwulan II jika dibandingkan dengan capaian triwulan I 2020. Namun demikian, pada akhir triwulan III 2020, perekonomian Indonesia meningkat sebesar 5,05% jika dibandingkan dengan triwulan II 2020.

Pandemi COVID-19 diperkirakan dapat berdampak negatif secara material terhadap kegiatan usaha Perseroan.

c. Risiko Umum

1. Kondisi perekonomian secara makro dan global

Kondisi ekonomi Indonesia di tahun 2020 berada mengalami tantangan yang berat akibat terjadinya pandemi COVID-19 yang berdampak negatif secara signifikan terhadap mobilitas masyarakat maupun aktivitas ekonomi di berbagai sektor usaha. Sektor-sektor usaha mengalami penurunan kinerja akibat penurunan pasokan dan permintaan sekaligus penawaran. Sektor yang memiliki sangat terdampak dari terjadinya pandemik adalah kelompok usaha yang terkait di sektor penyediaan akomodasi makanan dan minuman, serta Transportasi dan Pergudangan. Adapun sektor-sektor ekonomi lainnya seperti industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran, konstruksi, perantara keuangan dan sektor-sektor usaha lainnya juga mengalami penurunan kinerja dibandingkan tahun-tahun sebelumnya walaupun imbas dari pandemi Covid-19 tidak seburuk yang dialami oleh sektor sektor penyediaan akomodasi makanan dan minuman, serta Transportasi dan Pergudangan.

Pemerintah Indonesia telah mengambil berbagai langkah extraordinary untuk melindungi masyarakat dan perekonomian di tengah wabah COVID-19. Fokus kebijakan Pemerintah adalah menjaga kesehatan masyarakat, melindungi daya beli masyarakat melalui penguatan dan perluasan jaring pengaman sosial, serta melindungi dunia usaha dari dampak negatif pandemik COVID-19. Sepanjang tahun 2020 Pemerintah juga menyediakan dukungan

non-fiskal dalam rangka memperlancar ekspor dan impor pada sektor dan komoditas tertentu. Di samping itu, Pemerintah telah melakukan penghematan, refocusing kegiatan, serta realokasi anggaran, baik di tingkat pusat maupun daerah, untuk penanganan COVID-19.

Adapun untuk tahun 2021, Pemerintah dan sejumlah lembaga internasional memberikan prediksi yang menggembirakan. Pemerintah memprediksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2021 dapat mencapai angka 4,5% hingga 5,5%. Adapun beberapa lembaga internasional memproyeksikan ekonomi Indonesia dan Asia Tenggara berada dalam zona positif. Bank Dunia memproyeksikan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai 4,4% di tahun 2021. Dana Moneter Internasional (IMF) menilai perekonomian global dapat meninggkat hingga 6% di tahun 2021, sedangkan ekonomi Indonesia dapat tumbuh mencapai sekitar 4,8% di tahun 2021, dimana proyeksi tersebut ditopang dukungan kebijakan pemulihan ekonomi nasional termasuk pelaksanaan distribusi vaksin Covid-19.

Prediksi terhadap pemulihan ekonomi makro tersebut didukung oleh berbagai factor pendukung seperti telah ditemukannya vaksin Covid-19, telah dilaksanakannya program vaksinasi Covid-19 di Q1 2021 dan implementasi dari program-program Pemulihan Ekonomi Nasional.

Pemulihan kondisi makro ekonomi di tahun 2021, akan berdampak positif terhadap pelaku bisnis di sektor jasa keuangan termasuk perbankan. Hal ini mengingat dengan membaiknya kondisi perekonomian nasional, maka potensi terjadinya Debitur yang mengalami kesulitan pembayaran pokok dan bunga pinjaman secara gradual akan semakin menurun sehingga risiko kredit dapat menurun. Membaiknya kondisi makro ekonomi juga berdampak positif terhadap eksposur risiko pasar (risiko suku bunga dan valuta asing), risiko likuiditas seiring dengan membaiknya proses penggalangan dana masyarakat maupun kondisi likuiditas antar bank, serta dampak positif terhadap risiko stratejik dimana membaiknya kondisi makro ekonomi diharapkan akan sangat membantu bank dalam mencapai target-target pencapaian kinerja dan bisnisnya.

2. Ketentuan negara lain atau peraturan internasional

Keputusan Bank Central America (The FED) untuk menurunkan suku bunga sebesar 0.25%

kekisaran 1.5% - 1.7% mempunyai dampak kepada kebijakan Bank Indonesia dengan diturunkannya suku Bunga acuan (BI 7days reverse repo rate) menjadi 5%. Hal ini menyebabkan persaingan yang ketat untuk mencari likuiditas di pasar sehingga Bank akan sulit mendapatkan dana funding murah yang terbukti dengan ratio Giro dan tabungan dibanding total funding yang turun menjadi 16% dibanding dengan awal tahun.

d. Risiko Investasi Bagi Investor

Harga perdagangan saham Perseroan dapat terus berfluktuasi. Harga Saham Perseroan, termasuk Saham Baru, dapat meningkat atau menurun sebagai respons terhadap sejumlah peristiwa dan faktor, termasuk hasil usaha Perseroan, peraturan Pemerintah, kondisi ekonomi di Indonesia, perubahan kebijakan akuntansi dan faktor lainnya.

e. Risiko Terkait Fluktuasi Harga Saham Yang Ditawarkan

Fluktuasi harga ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain:

a. Kinerja Perseroan tidak sesuai dengan harapan investor;

b. Peraturan Pemerintah yang dapat mempersempit ruang gerak ekspansi maupun spread pendapatan Perseroan;

c. Kondisi ekonomi di Indonesia yang tidak kondusif;

d. Perubahan kebijakan akuntansi.

SEMUA RISIKO USAHA YANG DIHADAPI OLEH PERSEROAN DALAM MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA UTAMA TELAH DIUNGKAPKAN DAN DISUSUN BERDASARKAN DAMPAK DARI MASING-MASING RISIKO TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERSEROAN.

MANAJEMEN PERSEROAN MENYATAKAN BAHWA SEMUA RISIKO USAHA MATERIAL YANG DIHADAPI OLEH PERSEROAN DALAM MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA UTAMANYA TELAH DIUNGKAPKAN DALAM PROSPEKTUS.

fiskal dalam rangka memperlancar ekspor dan impor pada sektor dan komoditas tertentu. Di samping itu, Pemerintah telah melakukan penghematan, refocusing kegiatan, serta realokasi anggaran, baik di tingkat pusat maupun daerah, untuk penanganan COVID-19.

Adapun untuk tahun 2021, Pemerintah dan sejumlah lembaga internasional memberikan prediksi yang menggembirakan. Pemerintah memprediksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2021 dapat mencapai angka 4,5% hingga 5,5%. Adapun beberapa lembaga internasional memproyeksikan ekonomi Indonesia dan Asia Tenggara berada dalam zona positif. Bank Dunia memproyeksikan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai 4,4% di tahun 2021. Dana Moneter Internasional (IMF) menilai perekonomian global dapat meninggkat hingga 6% di tahun 2021, sedangkan ekonomi Indonesia dapat tumbuh mencapai sekitar 4,8% di tahun 2021, dimana proyeksi tersebut ditopang dukungan kebijakan pemulihan ekonomi nasional termasuk pelaksanaan distribusi vaksin Covid-19.

Prediksi terhadap pemulihan ekonomi makro tersebut didukung oleh berbagai factor pendukung seperti telah ditemukannya vaksin Covid-19, telah dilaksanakannya program vaksinasi Covid-19 di Q1 2021 dan implementasi dari program-program Pemulihan Ekonomi Nasional.

Pemulihan kondisi makro ekonomi di tahun 2021, akan berdampak positif terhadap pelaku bisnis di sektor jasa keuangan termasuk perbankan. Hal ini mengingat dengan membaiknya kondisi perekonomian nasional, maka potensi terjadinya Debitur yang mengalami kesulitan pembayaran pokok dan bunga pinjaman secara gradual akan semakin menurun sehingga risiko kredit dapat menurun. Membaiknya kondisi makro ekonomi juga berdampak positif terhadap eksposur risiko pasar (risiko suku bunga dan valuta asing), risiko likuiditas seiring dengan membaiknya proses penggalangan dana masyarakat maupun kondisi likuiditas antar bank, serta dampak positif terhadap risiko stratejik dimana membaiknya kondisi makro ekonomi diharapkan akan sangat membantu bank dalam mencapai target-target pencapaian kinerja dan bisnisnya.

2. Ketentuan negara lain atau peraturan internasional

Keputusan Bank Central America (The FED) untuk menurunkan suku bunga sebesar 0.25%

kekisaran 1.5% - 1.7% mempunyai dampak kepada kebijakan Bank Indonesia dengan diturunkannya suku Bunga acuan (BI 7days reverse repo rate) menjadi 5%. Hal ini menyebabkan persaingan yang ketat untuk mencari likuiditas di pasar sehingga Bank akan sulit mendapatkan dana funding murah yang terbukti dengan ratio Giro dan tabungan dibanding total funding yang turun menjadi 16% dibanding dengan awal tahun.

d. Risiko Investasi Bagi Investor

Harga perdagangan saham Perseroan dapat terus berfluktuasi. Harga Saham Perseroan, termasuk Saham Baru, dapat meningkat atau menurun sebagai respons terhadap sejumlah peristiwa dan faktor, termasuk hasil usaha Perseroan, peraturan Pemerintah, kondisi ekonomi di Indonesia, perubahan kebijakan akuntansi dan faktor lainnya.

e. Risiko Terkait Fluktuasi Harga Saham Yang Ditawarkan

Fluktuasi harga ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain:

a. Kinerja Perseroan tidak sesuai dengan harapan investor;

b. Peraturan Pemerintah yang dapat mempersempit ruang gerak ekspansi maupun spread pendapatan Perseroan;

c. Kondisi ekonomi di Indonesia yang tidak kondusif;

d. Perubahan kebijakan akuntansi.

SEMUA RISIKO USAHA YANG DIHADAPI OLEH PERSEROAN DALAM MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA UTAMA TELAH DIUNGKAPKAN DAN DISUSUN BERDASARKAN DAMPAK DARI MASING-MASING RISIKO TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERSEROAN.

MANAJEMEN PERSEROAN MENYATAKAN BAHWA SEMUA RISIKO USAHA MATERIAL YANG DIHADAPI OLEH PERSEROAN DALAM MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA UTAMANYA TELAH DIUNGKAPKAN DALAM PROSPEKTUS.

VII. KEJADIAN PENTING SETELAH TANGGAL LAPORAN AUDITOR

Dokumen terkait