• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR RISIKO

Dalam dokumen PROSPEKTUS JADWAL. Website: (Halaman 95-98)

VIII. FAKTOR RISIKO

Sebagaimana halnya dengan bidang-bidang usaha lainnya, bidang usaha yang dilakukan oleh Perseroan juga tidak terlepas dari risiko-risiko yang dapat mengurangi pendapatan Perseroan. Di bawah ini, terdapat beberapa risiko penting yang perlu dipertimbangkan oleh para calon pemodal sebelum mengambil keputusan untuk melakukan investasi pada Perseroan, yaitu:

A. RISIKO USAHA

1. RISIKO KERUGIAN PERSEROAN YANG BERLANJUT DAN BERKESINAMBUNGAN

Perseroan sudah mengalami kerugian selama beberapa periode keuangan. Apabila rencana transaksi akuisisi HPI tidak berjalan sesuai dengan rencana, maka Perseroan akan mengalami kesulitan keuangan karena proyeksi pendapatan Perseroan akan jauh menurun dan kedepannya kerugian Perseroan akan semakin membesar.

2. RISIKO POTENSI DIKENAKANNYA DELISTING ATAS SAHAM PERSEROAN.

Sesuai surat BEI nomor S-06547/BEI.PP2/10-2016 tanggal 17 Oktober 2016, Bursa akan melakukan proses penghapusan pencatatan (delisting) efek Perseroan di Bursa Efek Indonesia apabila sampai dengan tanggal 17 April 2017 Perseroan belum mendapatkan Pernyataan Efektif dari OJK atas rencana PMHMETD. Maka, terdapat potensi saham Perseroan dapat dikenakan delisting oleh BEI. Usaha Perseroan agar suspensi tersebut dibuka kembali oleh BEI adalah dengan melakukan komunikasi dengan pihak BEI dan memohonkan agar suspensi tersebut dibuka kembali oleh BEI. Sesuai surat BEI Nomor S-00479/BEI.PP2/01-2016 tanggal 26 Januari 2016, Bursa dapat mempertimbangkan untuk melakukan pembukaan suspensi perdagangan saham Perseroan apabila:

a. Perseroan telah mendapatkan Pernyataan Efektif Otoritas Jasa Keuangan (OJK) atas rencana Penawaran Umum Terbatas I (PUT I) Perseroan

b. Perseroan telah melengkapi kecukupan informasi terkait PUT I tersebut kepada publik. Risiko ini merupakan bentuk dari risiko investasi atau aksi korporasi.

3. RISIKO PERSAINGAN USAHA

Perseroan yang memfokuskan usahanya pada penjualan pakaian jadi dan tas memiliki fokus usaha membidik pangsa pasar masyarakat dengan tingkat penghasilan menengah. Dalam segmen tersebut, terdapat beberapa pesaing-pesaing baik perusahaan ritel domestik maupun multinasional. Kebijakan pemerintah yang telah membuka keran investasi di bidang ritel dengan menghapuskan sektor ritel dari daftar negatif investasi, telah mengakibatkan banyaknya perusahaan ritel asing yang menanamkan modalnya di Indonesia. Perusahaan ritel asing yang didukung oleh pengalaman, reputasi dan modal yang kuat tersebut sebagian besar bermain pada segmen yang sama dengan Perseroan, sehingga persaingan di segmen ini menjadi semakin ketat. Walaupun beberapa diantara perusahaan ritel asing tersebut tidak melanjutkan operasinya karena dampak krisis ekonomi dan kebijakan pemerintah untuk melindungi perusahaan lokal, namun kehadiran perusahaan ritel asing lainnya ke Indonesia bukan tidak mungkin akan menyebabkan semakin ketatnya persaingan dalam indutri ritel khusunya pada segmen menengah ke atas, di masa mendatang. Kegagalan Perseroan dalam mengantisipasi persaingan tersebut akan mengakibatkan beralihnya pelanggan pada perusahaan ritel lain yang lebih kompetitif baik dari segi harga maupun kualitas pelayanan sehingga akan mengakibatkan penurunan pendapatan Perseroan.

4. RISIKO MODE BUSANA

Dalam menyediakan produk pakaian jadi dan tas, Perseroan harus selalu mengikuti mode dan selera masyarakat yang berubah dengan cepat. Kegagalan untuk mengantisipasi perubahan selera masyarakat akan mengurangi keuntungan Perseroan terutama apabila pasokan barang yang dibeli dengan sistem beli putus, dimana risiko tidak terjualnya barang ditanggung oleh Perseroan.

5. RISIKO KETERGANTUNGAN KEPADA PEMASOK BARANG

Sebagian besar barang-barang yang dijual Perseroan masih berasal dari pemasok yang tidak terafiliasi dengan Perseroan. Hal ini mengakibatkan ketergantungan Perseroan terhadap kualitas dan kesinambungan pasokan dari pemasok menjadi tinggi. Kemampuan Perseroan dalam menjalin kerjasama dan membentuk suatu jaringan pemasok yang dapat menjaga kualitas mutu barang, kredibilitas yang dapat diandalkan dan harga yang relatif stabil menjadi faktor yang amat menentukan dalam kelangsungan usaha Perseroan. Risiko ini merupakan bentuk dari risiko pasokan bahan baku.

6. RISIKO TIDAK TERCAPAINYA PROYEKSI

Terdapat kemungkinan bahwa kenaikan laba bersih yang telah diproyeksikan sebelumnya tidak tercapai jika asumsi-asumsi yang mendasarinya mengalami perubahan. Jika kemungkinan ini terjadi, maka akan mengurangi tingkat pengembalian investasi yang diharapkan oleh pemegang saham.

7. RISIKO TEMPAT USAHA YANG DISEWA DARI PIHAK KETIGA

Tempat usaha Perseroan saat ini disewa dari pihak ketiga, oleh sebab itu Perusahaan sangat berhati-hati dalam melakukan negosiasi perjanjian sewa menyewa awal dengan pihak ketiga tersebut. Selama ini Perseroan selalu berusaha menjalin kerjasama dengan para pemilik gedung dan berusaha agar kedua belah pihak memperoleh manfaat. Dampak dari risiko ini akan mempengaruhi kinerja keuangan Perseroan. Perseroan sebelumnya membayar sewa dengan tarif sewa yang lebih tinggi dari tarif sewa gedung saat ini, sehingga risiko ini sudah diminimalisir.

8. RISIKO KEGAGALAN PERUSAHAAN TERBUKA MEMENUHI PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU DALAM INDUSTRINYA

Perseroan sebagai Perusahaan Terbuka wajib dan taat dalam memenuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam industrinya karena kegagalan dalam pemenuhan peraturan perundang-undangan yang berlaku dapat menghambat kegiatan usaha Perseroan.

9. RISIKO PERUBAHAN TEKNOLOGI

Dalam menjalankan usahanya, Perseroan berupaya untuk mengikuti perubahan teknologi, kegagalan Perseroan dalam mengikuti perubahan teknologi yang ada dapat mempengaruhi kinerja Perseroan dan Entitas Anak.

10. RISIKO KELANGKAAN SUMBER DAYA

Meskipun Perseroan tidak mengalami kelangkaan sumber daya dalam kegiatan usahanya, Perseroan tetap memelihara sumber daya manusia dan sumber daya lainnya yang dimiliki agar usaha Perseroan tetap berjalan dengan baik.

B. RISIKO UMUM

1. RISIKO KONDISI PEREKONOMIAN SECARA MAKRO DAN GLOBAL

Perseroan bergerak di bidang penjualan kebutuhan pokok masyarakat khususnya sandang dan memfokuskan diri pada segmen masyarakat berpenghasilan menengah. Dengan demikian penurunan daya beli masyarakat yang diakibatkan oleh inflasi yang sangat tinggi, tidak berdampak terlalu besar sebagaimana yang terjadi pada industri lainnya. Namun demikian, Perseroan menyadari bahwa penurunan daya beli masyarakat pada tingkat yang relatif tinggi dapat menurunkan pendapatan Perseroan.

2. RISIKO KEBIJAKAN PEMERINTAH

Adanya kebijakan pemerintah yang mengatur tentang bidang usaha ritel, seperti pembatasan lokasi usaha ritel besar agar tidak berdekatan dengan pasar tradisional serta kebijakan lain mengenai standar luas toko, memiliki pengaruh terhadap rencana Perseroan dalam melakukan ekspansi usahanya di masa mendatang.

3. RISIKO PERUBAHAN KURS VALUTA ASING

Penurunan nilai tukar Rupiah akan memiliki dampak pada penjualan Perseroan karena harga bahan baku tekstil terutama kapas mengacu pada harga internasional dalam mata uang asing. Penurunan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing akan mengakibatkan peningkatan harga beberapa produk yang dijual Perseroan.

Selain itu, Perseroan juga pernah memiliki perjanjian pembayaran sewa ruangan yang dinyatakan dalam mata uang asing. Nilai tukar mata uang asing yang digunakan dalam menghitung biaya sewa ruangan ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara pihak manajemen gedung dengan Perseroan. Nilai tukar yang disepakati biasanya jauh lebih rendah dibandingkan nilai tukar yang berlaku di pasar uang sehingga menguntungkan Perseroan. Walaupun kesepakatan nilai tukar tersebut bersifat tetap dan jauh di bawah nilai tukar pasar (menguntungkan Perseroan), namun tidak tertutup kemungkinan adanya penyesuaian nilai tukar di masa datang yang akan menurunkan keuntungan Perseroan.

83

4. RISIKO KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN PERUNDANGAN YANG BERLAKU TERKAIT

BIDANG USAHA PERUSAHAAN TERBUKA

Perseroan sebagai Perusahaan Terbuka wajib dan taat dalam memenuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam industrinya karena kegagalan dalam pemenuhan peraturan perundang-undangan yang berlaku dapat menghambat bukan hanya kegiatan usaha Perseroan namun juga semua stakeholders Perseroan.

5. RISIKO TUNTUTAN ATAU GUGATAN HUKUM

Tidak ada tuntutan atau gugatan hukum yang dihadapi oleh Perseroan saat ini, yang membuktikan bahwa sampai saat ini Perseroan dapat meminimalisir risiko ini.

6. RISIKO KETENTUAN NEGARA LAIN ATAU PERATURAN INTERNASIONAL

Risiko ketentuan negara lain atau peraturan internasional memang tidak banyak mempengaruhi usaha Perseroan saat ini. Namun Perseroan tetap menjaga hubungan baik dengan negara manapun dan menghormati peraturan internasional sewaktu dalam kegiatannya Perseroan berkaitan dengan bidang multinational untuk meminimalisir risiko ini.

Manajemen Perseroan menyatakan bahwa semua risiko yang dihadapi oleh Perseroan dan Entitas Anak telah diungkapkan dan disusun berdasarkan bobot dari dampak masing masing risiko terhadap kinerja keuangan Perseroan dan Entitas Anak.

Dalam dokumen PROSPEKTUS JADWAL. Website: (Halaman 95-98)

Dokumen terkait