• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.2 Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan di Tingkat Wilayah

dipengaruhi oleh beberapa faktor. Variabel tak bebas yang digunakan adalah penurunan luas lahan sawah (konversi lahan sawah). Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi penurunan lahan sawah di Kabupaten Tangerang yang digunakan sebagai variabel bebas adalah luas bangunan, jumlah industri dan produktivitas lahan sawah.

Analisis dalam penentuan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi konversi lahan pertanian di tingkat wilayah yaitu menggunakan analisis regresi linear berganda. Data yang digunakan dalam menentukan model tersebut merupakan data time series pada tahun 2002–2011. Penelitian mengolah data-data tersebut menggunakan software Eviews 7. Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan pertanian ke penggunaan non pertanian dapat dilihat pada Tabel 12 dibawah ini.

Tabel 12. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian di Tingkat Wilayah

Variabel Koefisien t-statistik Probabilitas VIF

Intersep 11,15521 19,15410 0,000 Luas Bangunan -0,097451 -1,796435 0,1226*) 1,523218 Industri -0,055822 -1,453871 0,1962*) 1,369527 Produktivitas Padi Sawah 0,262610 5,675630 0,0013*) 1,200029 R-squared 0.848837 F-statistic 11,23076

Adjusted R-squared 0.773256 Prob(F-statistic) 0,007114 Log likelihood 32,54172 Durbin-Watson

stat 2,203292

Sumber : Data Sekunder (diolah) Keterangan : *) Nyata pada taraf 20%

Hasil estimasi memperlihatkan bahwa model yang digunakan dalam penelitian ini baik. Berdasarkan Tabel 12 diperoleh koefisien determinasi (RSquared) sebesar 0,848837. Artinya keragaman yang mampu dijelaskan oleh

faktor-faktor penjelas dalam model sebesar 84,88 persen sedangkan sisanya 15,12 persen dijelaskan oleh faktor-faktor di luar model. Adj-R-squared yang diperoleh bernilai 77,32 persen. Nilai peluang uji F statistik (Prob f-statistic) yang diperoleh sebesar 0,007 atau sebesar 0,7 persen yang lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan, yaitu 20 persen memiliki arti bahwa dari hasil estimasi regresi minimal ada satu variabel independen yang mempengaruhi variabel dependennya.

Guna melihat signifikan atau tidaknya pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel dependennya dapat dilihat dari probabilitas setiap variabel independennya. Berdasarkan Tabel 12 seluruh variabel-variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan luas lahan sawah, yaitu luas bangunan, jumlah industri dan produktivitas padi sawah berpengaruh nyata pada taraf α= 20 persen. Dalam membuktikan tidak terjadi multikolinearitas dalam model maka digunakan nilai VIF dengan kriteria apabila nilai VIF yang dihasilkan dibawah 10 maka dapat disimpulkan bahwa didalam model tidak mengalami multikolinearitas. Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh bahwa luas bangunan, jumlah industri dan produktivitas padi sawah masing-masing diperoleh nilai VIF dibawah 10 atau berkisar antara 0 sampai 5. Dalam memeriksa ada atau tidak terjadinya autokorelasi dilihat dari nilai breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test. Berdasarkan hasil pengolahan diperoleh nilai Prob. chi- square sebesar 0,8852 atau sebesar 88,52 persen. Nilai tersebut lebih besar dari taraf nyata yang digunakan yaitu 20 persen atau 0,20 (0,8852 > 0,20) sehingga menunjukkan bahwa tidak terjadinya autokorelasi. Untuk membuktikan asumsi normalitas maka digunakan nilai probabilitas pada histogram of normality test. Dalam model ini nilai probabilitasnya sebesar 0,843265 atau sebesar 84,32 persen. Nilai tersebut lebih besar dari taraf nyata yang digunakan yaitu 20 persen atau 0,20 (0,8432 > 0,20), sehingga dapat disimpulkan bahwa pada model ini residual menyebar secara normal atau tidak terjadi permasalahan normalitas. Pada model ini juga tidak ditemukan masalah heteroskedastisitas, karena dari hasil uji Glejser diperoleh nilai Prob. chi-square sebesar 0,7679 atau 76.79 persen. Nilai tersebut lebih besar dari taraf nyata yang digunakan yaitu 20 persen (0,7679 > 0,20), sehingga pada model ini tidak ditemukan masalah heteroskedastisitas.

Model hasil estimasi regresi faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan pertanian tingkat wilayah, sebagai berikut:

LnY = 11,15521 – 0,097451 LnX1– 0,055822 LnX2 + 0,262610 LnX3 Berdasarkan hasil estimasi koefisien luas lahan bangunan berpengaruh negatif (-) terhadap penurunan luas lahan sawah dimana nilai probabilitas luas lahan bangunan 0,1226 lebih kecil dari taraf nyata 20 persen (0,1226 < 0,20). Sedangkan nilai elastisitas luas lahan bangunan adalah sebesar 0,097451. Hal ini berarti peningkatan luas lahan bangunan 1 persen akan diikuti oleh penurunan luas lahan sawah sebesar 0,0974 persen (ceteris paribus). Hal ini logis dimana adanya peningkatan luas lahan bangunan menyebabkan kebutuhan akan lahan meningkat. Luas lahan yang bersifat tetap sedangkan kebutuhan lahan meningkat sehingga menyebabkan terjadinya konversi lahan terutama lahan pertanian. Peningkatan luas lahan bangunan menunjukkan adanya peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya di Kabupaten Tangerang. Sehingga berkaitan dengan peningkatan kebutuhan lahan untuk penyediaan lahan pemukiman atau perumahan. Meningkatnya permintaan lahan untuk menyediakan kebutuhan, secara otomatis akan meningkatkan permintaan lahan pertanian sehingga menyebabkan terjadinya penurunan luas lahan pertanian.

Letak Kabupaten Tangerang yang bersifat strategis merupakan salah satu faktor luas lahan bangunan akan meningkat. Hal ini terjadi akibat adanya peningkatan laju pertumbuhan penduduk. Luas lahan bangunan meningkat untuk memenuhi kebutuhan penduduk seperti perumahan serta sarana dan prasarana lain untuk menunjang kehidupan penduduk. Pada awalnya, lahan-lahan non-pertanian seperti lahan tandus, lahan kering, dll yang digunakan untuk melaksanakan pembangunan, namun seiring permintaan lahan yang terus menerus meningkat menyebabkan terjadinya pergeseran penggunaan lahan ke pertanian khususnya lahan sawah. Sehingga konversi lahan sawah pada akhirnya menjadi sulit dihindari karena semakin langkanya lahan non-pertanian yang layak untuk dikonversi menjadi perumahan atau bangunan lainnya.

Faktor jumlah industri memiliki hubungan yang berpengaruh negatif (-) dan signifikan terhadap penurunan luas lahan sawah dimana nilai probabilitas jumlah industri 0,1962 lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan yaitu 20 persen

(0,1962 < 0,20). Sedangkan nilai elastisitas jumlah industri adalah sebesar - 0,055822. Hal ini berarti peningkatan jumlah industri 1 persen akan diikuti oleh penurunan luas lahan sawah sebesar 0,0558 persen (Ceteris Paribus). Variabel jumlah industri sesuai dengan hipotesis awal yang disebutkan bahwa jumlah penurunan luas lahan sawah diikuti dengan pertambahan jumlah industri atau semakin bertambah jumlah industri maka penurunan luas lahan sawah akan semakin meningkat. Banyaknya industri yang tebentuk akan menurunkan luas lahan sawah. Harga sewa yang diberikan oleh sektor industri lebih besar dibandingkan harga sewa dari lahan sawah itu sendiri.

Faktor produktivitas padi sawah memiliki hubungan yang positif dan berpengaruh nyata terhadap penurunan luas lahan sawah. dimana nilai probabilitas produktivitas padi sawah sebesar 0,0013 lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan yaitu 20 persen (0,0013 < 0,20). Sedangkan nilai elastisitas produktivitas padi sawah adalah sebesar 0,262610. Hal ini berarti bahwa peningkatan produktivitas padi sawah sebesar 1 persen akan mengakibatkan peningkatan luas lahan sawah sebesar 0,262610 persen (ceteris paribus).

Hubungan positif yang terjadi antara produktivitas padi sawah dengan penurunan luas lahan sawah sesuai dengan hipotesis awal. Produktivitas lahan yang semakin meningkat akan mempertahankan luasan lahan yang ada. Hal ini menunjukkan bahwa, konversi lahan sawah terjadi pada lahan sawah yang memiliki produktivitas rendah. Produktivitas yang rendah disebabkan karena tekstur tanah yang tidak dapat ditanami, akibat adanya limbah dan zat-zat kimia yang dihasilkan dari adanya aktivitas industri-industri yang ada disekitar sawah. Sehingga pemilik lahan lebih tertarik untuk menjual lahan sawahnya ke investor sehingga lebih menguntungkan dari pada usaha tani. Hal terserbut memungkinkan adanya konversi lahan di lahan sawah.

6.3 Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan di Tingkat Petani

Dokumen terkait