• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan IPM di Banten

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Konvergensi IPM di Provinsi Banten

5.1.3 Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan IPM di Banten

Banyak faktor yang mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Banten. Model persamaan yang akan digunakan adalah Fix Effect Model dari Panel Data yang kemudian telah dikoreksi kembali dengan Panel Corrected

Standard Errors (PCSEs) guna menghindari model dari gangguan autokorelasi

pemerintah di banyak negara untuk menilai capaian kinerja perekonomian dan pembangunan ekonomi yang berkualitas. Berdasarkan hasil estimasi model data panel setelah melalui serangkaian uji, maka diperoleh model terbaik dengan hasil estimasi sebagai berikut

lnIPMit= β0 + β1lnKAPit + β2lnPOPSi,t-1 + β3JASAit + εit ... (15) lnIPMit = 3,9026+0,0711lnKAPit+0,0128lnPOPSi,t-1+0,0019JASAitit ... (16)

Sejumlah faktor yang digunakan sebagai variabel bebas seperti PDRB per Kapita, tingkat kepadatan penduduk per km2 dan share sektor jasa pada PDRB ternyata berpengaruh signifikan terhadap laju pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia di Banten selama periode penelitian. Ketiga faktor tersebut mempengaruhi secara nyata terhadap laju IPM di Banten. Nilai R-Square yang cukup tinggi sebesar 0,9907 menggambarkan variasi variabel tak bebas dari persamaan regresi PDRB dapat dijelaskan oleh variabel bebas di dalam persamaan sebesar 99,07%.

Tabel 5.6 Hasil estimasi faktor yang mempengaruhi IPM di Banten

Indikasi terdapat multikolinearitas dalam persamaan dapat dilihat dari t- statistik dan F-statistik hasil regresi. Pada tingkat kepercayaan 95% nilai F-test

190.64 dan nilai t-test hasil estimasi menunjukkan semua variabel penjelas berpengaruh signifikan, sehingga tidak ditemukan multikoliniaritas. Penggunaan model persamaan terbaik dengan PCSEs sekaligus menghindari adanya gangguan autokorelasi dan heteroskedastis dalam model persamaan ini.

Adanya kenaikan PDRB per kapita (KAPit) sebesar 1% ternyata memberikan kenaikan IPMit

Sektor jasa adalah identik dengan kegiatan ekonomi yang dilaksanakan di daerah sudah maju atau berkembang, berbeda dengan daerah masih tradisional sektor jasa belum tumbuh karena memang kebutuhan atas jenis lapangan usaha tersebut belum banyak diminati. Sektor jasa akan tumbuh seiring dengan majunya sebesar 0,0711%. Indikasi ini membuktikan pertumbuhan positif dari kemampuan daya beli masyarakat berdampak cukup besar bagi pertumbuhan IPM. Semakin baik tingkat kesejahteraan maka alokasi pendapatan yang digunakan untuk konsumsi juga akan meningkat. Demikian, secara langsung akan meningkatkan kualitas kesehatan dan meningkatnya kualitas pendidikan masyarakat.

Kepadatan penduduk juga mempunyai peran yang cukup penting dalam mempercepat laju pertumbuhan konvergensi kabupaten dan kota di Banten. Sebagai gambaran, wilayah selatan Banten yang jumlah penduduk nya relatif renggang kalau dikomparasikan dengan luas wilayahnya ternyata perkembangan ekonominya cenderung lamban. Pada batas tertentu, tingkat kepadatan penduduk di suatu daerah masih dianggap kewajaran yang memberikan keuntungan secara ekonomis. Masalah urbanisasi dan tingkat kepadatan penduduk perlu dikendalikan karena justru menimbulkan dampak negatif apabila kurangnya kebijakan yang mengatur masalah tersebut. Akibatnya, kegiatan ekonomi lebih banyak dan tinggi intensitasnya di bagian utara Banten. IPM akan naik sebesar 0,0128% seandainya tingkat kepadatan penduduk meningkat sebesar 1%. Nilai tersebut sebenarnya akan lebih baik lagi apabila terdapat distribusi penduduk atau aliran migrasi antar daerah sehingga membuka peluang tumbuhnya aktivitas ekonomi di wilayah tersebut.

perekonomian suatu wilayah. Adanya korelasi yang linear antara besarnya kontribusi sektor jasa dalam PDRB terhadap kenaikan Indeks Pembangunan Manusia, meskipun nilai tidak terlalu besar namun apabila pemerintah daerah memberikan prioritas kepada kelangsungan kegiatan ekonomi ini kemungkinan akan berdampak besar terhadap peningkatan IPM. Kenaikan share jasa sebesar 1% akan mendorong laju pertumbuhan IPM sebesar 0,0019%.

5.2 Pembahasan

Setelah memaparkan hasil estimasi model persamaan mengenai konvergensi Indeks Pembangunan Manusia di Banten dan faktor-faktor apakah yang mempengaruhi konvergensi Indeks Pembangunan Manusia di Banten, maka selanjutnya akan membahas mengenai hasil penelitian tersebut. Hasil analisis dengan menggunakan model persamaan statistik menunjukkan terdapat kecenderungan Indeks Pembangunan Manusia menuju konvergen. Artinya daerah yang semula miskin akan mengejar (catch up effect) daerah maju. Sederhananya arah kesana sudah ada, tinggal bagaimana agar konvergensi IPM bisa lebih cepat lagi sehingga pemerataan kesejahteraan masyarakat Banten yang kini tersebar di delapan pemerintah kabupaten dan kota tercapai dalam waktu singkat.

Disinilah peran pemerintah bagamaimana membuat perencanaan, menyusun, menganalisa dan implementasi kebijakan yang dapat tepat sasaran sehingga target pembangunan tercapai. Langkah pertama yang mesti dilaksanakan pemerintah dalam hal ini Pemerintah Banten serta Pemerintah Kabupaten dan Kota di Banten adalah inventarisasi permasalahan kemudian mengidentifikasi permasalahan tersebut. Pendekatan Tipologi Klassen biasa sebagai modal perencanaan pemerintah untuk menyusun dan menetapkan prioritas kebijakan. Gambar 5.3 merupakan susunan struktur perumusan kebijakan daerah yang dimulai dengan pengelompokkan target kebijakan yang akan dicapai dan dilanjutkan dengan langkah kebijakan menurut potensi unggulan daerah.

Gambar 5.3 Struktur Perencanaan Pembangunan Daerah dengan Pendekatan Tipologi Klassen

Adanya pemetaan ini maka memudahkan pemerintah untuk merumuskan prioritas kebijakan yang akan dilaksanakan. Contohnya, Pemerintah Provinsi Banten membuat kebijakan yang sifatnya lintas sektoral di bidang pertanian, dimana nantinya kebijakan tersebut diprioritaskan untuk dilaksanakan di daerah Lebak, Tangerang dan Pandeglang. Dasar penetapan pertanian menjadi prioritas di ketiga daerah tersebut dikarenakan menurut tipologi klassen masuk sektor unggulan (tabel 5.7). Atas dasar itulah, pemerintah kabupaten dan kota yang terkait langsung dengan kebijakan ini perlu segera menindaklanjuti dengan

merumuskan kebijakan yang saling mendukung agar terciptanya sinkronisasi kebijakan antar pemerintah daerah.

Secara umum berdasarkan hasil analisa Tipologi Klassen, Pemerintah Kabupaten Lebak perlu menetapkan prioritas kebijakan pembangunan pada sektor usaha pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan karena mempunyai keunggulan dibandingkan daerah lain di Banten. Bersama pertambangan dan penggalian serta bangunan perlu diberikan prioritas kebijakan pembangunan karena dapat mendorong percepatan pembangunan pada daerah tersebut. Kabupaten Pandeglang mempunyai sektor unggulan pertambangan dan penggalian, bangunan dan jasa-jasa. Sementara Kabupaten Tangerang mempunyai keunggulan yang mesti mendapat prioritas kebijakan dari pemerintah daerah di sektor pertanian dan perikanan, listrik dan gas serta industri pengolahan.

Selain itu Pemerintah Provinsi Banten bersama Pemerintah Kabupaten dan Kota di Banten perlu mengintegrasikan kebijakan dalam bentuk grand design kebijakan pembangunan wilayah di Banten. Tujuannya adalah pembangunan ekonomi berkualitas yang indikatornya semakin baiknya kualitas pembangunan manusia. Keberhasilan itu sendiri, nantinya tercermin dari semakin meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia sebagai barometer penilaian kinerja pembangunan. Bukan hanya keberhasilan satu atau sebagian daerah saja, karena pada tingkatan provinsi keterpurukan satu wilayah akan mengurangi kualitas capaian keberhasilan pembangunan itu secara keseluruhan.

Tampak dalam gambar 5.4 memasuki tahun 2012, Pemerintah Provinsi Banten membuat pemetaan mengenai pengembangan wilayah Banten yang dibagi berdasarkan sektor lapangan usaha yang menjadi unggulan, sesuai potensi yang dimiliki daerah. Pemetaan ini diharapkan memberikan gambaran dan inventarisasi permasalahan sehingga memudahkan dalam penetapan kebijakan pembangunan.

BAB VI

Dokumen terkait