• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

LANDASAN TEORI

A. PRESTASI BELAJAR 1. Pengertian

2. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor. Sumadi Suryabrata (1995) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah bahan/ materi yang dipelajari, lingkungan belajar, instrument, dan kondisi siswa.

Faktor bahan/ materi yang dipelajari ikut menentukan bagaimana proses belajar mengajar terjadi dan hasil yang diharapkan. Misalnya ketika guru hendak mengajar tentang larutan elektrolit dan elektrokimia kepada siswa. Pada sub-bahasan larutan elektrolit guru mengharapkan siswa dapat membedakan antara larutan elektrolit dan non-elektrolit sedangkan pada sub-bahasan elektrokimia guru mengharapkan siswa untuk dapat mengetahui campuran senyawa unsur apa saja yang dapat menghasilkan larutan elektrokimia.

Faktor lingkungan yang mempengaruhi prestasi belajar dapat berasal dari lingkungan alami dan lingkungan sosial. Lingkungan alami meliputi keadaan suhu ruang belajar dan kelembaban udara. Prestasi belajar siswa pada lingkungan yang segar akan lebih baik dari pada prestasi belajar siswa pada lingkungan yang panas dan pengap. Selain itu, suara-suara yang berasal dari mesin kelas teknik mesin yang sedang praktikum atau hiruk pikuk lalu lintas kendaraan bermotor juga dapat mempengaruhi prestasi belajar. Lingkungan sosial yang mempengaruhi prestasi belajar bisa berasal dari orang lain (misalnya proses belajar mengajar terhenti ketika ada siswa yang terlambat masuk kelas).

Faktor instrument yang diharapkan berfungsi sebagai sarana untuk mencapai tujuan-tujuan belajar yang telah direncanakan dapat juga mempengaruhi hasil belajar. Faktor instrument tersebut antara lain gedung sekolah, perlengkapan belajar, alat-alat praktikum, kurikulum atau metode belajar. Faktor instrument gedung sekolah dengan sirkulasi udara dan tata letak gedung seharusnya mendukung keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar. Ketersediaan perlengkapan belajar dan alat-alat praktikum seharusnya disesuaikan dengan bentuk metode belajar dan jumlah siswa.

Faktor kondisi siswa juga mempengaruhi prestasi belajar, baik secara fisiologis maupun psikologis. Faktor kondisi siswa secara fisiologis, seperti siswa yang dalam keadaan segar secara jasmani akan berlainan prestasi belajarnya dengan siswa yang dalam keadaan kelelahan. Kondisi siswa yang lesu, mengantuk, lelah, hingga kondisi tubuh siswa yang terserang penyakit dapat sangat menggangu aktivitas belajar. Faktor kondisi siswa secara psikologis, seperti minat, bakat dan motivasi siswa dalam belajar, serta kemampuan kognitif dan kecerdasan siswa dalam menerima pelajaran juga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Menurut Saifuddin Azwar (1996) kecerdasan merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan dalam belajar namun interaksi dari berbagai faktor tersebut di atas yang menjadi penentu bagaimana hasil proses belajar yang dialami individu. Peranan setiap faktor tidak selalu sama dan tetap sebab besarnya kontribusi suatu faktor akan ditentukan oleh kehadiran faktor lain dan bersifat situasional, yaitu tidak dapat diprediksikan dengan cermat akibat keterlibatan faktor lain yang sangat bervariasi.

10

Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain faktor bahan/ materi yang dipelajari, lingkungan belajar, instrument, dan kondisi siswa.

B. STRATEGI BELAJAR MENGAJAR KERJA KELOMPOK 1. Strategi Belajar Mengajar

Roestiyah (1991) menyatakan bahwa strategi belajar yang digunakan dalam proses belajar mengajar membantu siswa agar dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Strategi belajar mengajar adalah suatu teknik penyajian guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa agar pelajaran tersebut dapat di tangkap, dipahami, dan digunakan oleh siswa. Strategi belajar mengajar adalah teknik penyampaian informasi kepada siswa untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Pemilihan strategi belajar mengajar secara tepat akan membantu siswa untuk mampu menggunakan pengetahuannya dalam memecahkan permasalahan atau menjawab pertanyaan dimana siswa mampu berpikir dan mengemukakan pendapatnya sendiri dalam menghadapi segala persoalan. Strategi belajar yang tidak tepat dapat menghambat proses belajar mengajar (Pasaribu dan Simanjuntak, 2003).

Berdasarkan uraian tersebut di atas, peneliti menyimpulkan strategi belajar mengajar adalah suatu teknik penyajian yang digunakan guru untuk menyampaikan materi belajar kepada siswa dalam rangka penguasaan pengetahuan atau keterampilan sehingga siswa mampu berpikir,

menggunakan pengetahuannya untuk memecahkan permasalahan atau menjawab pertanyaan serta mengemukakan pendapatnya sendiri.

2. Strategi Belajar Mengajar Kerja Kelompok a. Kerja Kelompok

Kerja kelompok merupakan salah satu strategi belajar mengajar. Jumarin (1996) mengemukakan kerja kelompok sebagai suatu cara membimbing siswa untuk mengerjakan tugas. Umar dan Sartono (2001) menambahkan bahwa kerja kelompok merupakan cara terbaik karena individu mendapat kesempatan untuk berpartisipasi sebaik-baiknya, menyumbangkan ide dan mengembangkan rasa tanggung jawab.

Roestiyah (1991) mengatakan kerja kelompok adalah suatu cara mengajar dimana siswa dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5-7 siswa yang bekerja sama memecahkan masalah atau melaksanakan tugas dan berusaha mencapai tujuan yang telah ditentukan guru. Ulihbukit (1984) juga mengungkapkan hal yang sama, yaitu kerja kelompok adalah suatu strategi menyajikan bahan pelajaran dengan cara mengelompokkan siswa untuk mengerjakan tugas tertentu demi mencapai tujuan pengajaran. Adapun tujuan pengajaran meliputi siswa menguasai bahan pelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, siswa mempelajari bagaimana bekerjasama dan

12

meningkatkan persatuan siswa, serta melatih siswa bagaimana caranya memimpin, saling menolong dan membuat rencana.

Robert L.Cilstrap dan William R.Martin (2003) mengatakan kerja kelompok adalah suatu kegiatan mengelompokkan siswa yang biasanya berjumlah kecil, yang diorganisir untuk kepentingan belajar dimana keberhasilan kerja kelompok menuntut kerjasama dari beberapa individu. Hasibuan dan Mudjiono (1998) menambahkan dalam pelaksanaan kerja kelompok menuntut kondisi dan persiapan serta keterampilan ketika diterapkan dalam kelas sebab dalam kerja kelompok terdapat aspek-aspek penting seperti tujuan, interaksi, kepemimpinan, dan tugas dimana guru memiliki peran selama proses kerja berlangsung.

Kerja kelompok berdasar uraian di atas disimpulkan oleh peneliti menjadi kerja kelompok adalah salah satu strategi belajar mengajar dengan cara mengelompokkan siswa, 5-7 siswa dalam tiap kelompok dimana setiap siswa belajar memimpin, berinteraksi dan bekerja sama memecahkan persoalan atau tugas tertentu demi tercapainya tujuan kelompok dan tujuan pengajaran yang telah ditentukan guru dimana guru ikut berperan selama proses kerja berlangsung.

b. Dasar Pembentukan Kelompok

Roestiyah (1991) dalam strategi belajar mengajar, kerja kelompok siswa dikelompokkan berdasar pada:

a. Alat pelajaran yang tidak mencukupi jumlahnya sehingga siswa dikelompokkan agar penggunaan alat lebih efisien dan efektif, dan siswa tidak saling menunggu giliran menggunakan alat pengajaran.

b. Kemampuan belajar siswa yang tidak sama sehingga perlu dibentuk kelompok berdasarkan kemampuan belajar masing-masing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan kemampuannya.

c. Minat khusus setiap siswa yang berbeda dan perlu dikembangkan tetapi ada kemungkinan persamaan minat pada siswa sehingga dapat dikelompokkan agar mereka dapat dibina dan dikembangkan bersama.

d. Jumlah siswa yang terlalu besar dan jumlah jam pelajaran yang sangat terbatas menyulitkan guru untuk mengikutsertakan setiap siswa dalam kegiatan belajar mengajar sehingga ada kemungkinan siswa yang ditunjuk guru akan aktif dan siswa yang tidak akan pasif maka dibentuklah kelompok dan diberikan tugas yang sama dimana setiap siswa dalam masing-masing kelompok dapat ikut serta melaksanakan dan memecahkan persoalan atau tugas.

e. Jumlah materi yang banyak dan tidak sebanding dengan jam pelajaran menyulitkan guru dalam mengajar sehingga siswa dibagi dalam beberapa kelompok berdasarkan banyaknya jumlah materi yang harus diajarkan kepada siswa.

14

Peneliti menyimpulkan bahwa pembentukan kelompok dalam strategi kerja kelompok dapat didasarkan pada alat pelajaran yang tidak mencukupi jumlahnya, kemampuan belajar siswa yang tidak sama, minat khusus siswa yang tidak sama, jumlah siswa yang terlalu besar, dan jumlah materi yang terlalu banyak sedangkan jam belajarnya terbatas. Dasar pembentukan kelompok yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah alat pelajaran yang tidak mencukupi jumlahnya dan jumlah siswa yang terlalu besar.

c. Aspek kerja kelompok

Kerja kelompok sebagai strategi belajar mengajar memiliki beberapa aspek kerja kelompok. Menurut Hasibuan & Moedjiono (1998) aspek dari kerja kelompok adalah:

a. Tujuan kerja kelompok; tujuan harus jelas bagi setiap kelompok dan anggota agar diperoleh hasil kerja yang baik. Setiap anggota harus mengetahui secara pasti tugas yang harus dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya.

b. Kepemimpinan; kepemimpinan yang baik dapat menciptakan suasana kerja dan kemudian dapat mempengaruhi proses penyelesaian tugas. Keterampilan memimpin biasanya muncul dan terasah berdasarkan watak, latar belakang, dan tuntutan keadaan lingkungan serta tugas yang dihadapi.

c. Interaksi dan kerjasama; dalam kerja kelompok terdapat tugas yang harus diselesaikan bersama sehingga diperlukan kerjasama dan pembagian kerja.

Hasibuan dan Moedjiono menambahkan pentingnya peran guru selama proses kerja berlangsung. Peranan guru dalam kerja kelompok, antara lain;

1.) Manager, yaitu membantu siswa mengorganisasikan diri, tempat duduk, dan bahan-bahan yang diperlukan.

2.) Observer, yaitu mengamati dinamika keompok yang terjadi sehingga guru dapat mengarahkan dan membantu siswa. Bila perlu guru memberikan balikan kepada kelompok tentang kepemimpinan, interaksi, tujuan, dan perasaan yang terjadi dalam kelompok.

3.) Advisor, yaitu guru memberikan saran-saran tentang penyelesaian tugas (bila diperlukan) dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan.

4.) Evaluator, yaitu guru menilai proses kelompok yang terjadi bersama-sama dalam kelompok.

Menurut Bimo Walgito (2007) dalam kerja kelompok terdapat interaksi dan kohesi, struktur dan tujuan, interdependensi sosial, komunikasi dan prasangka, kepemimpinan, tugas dan produktivitas, serta sintalitas.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa dalam kerja kelompok terdapat aspek tujuan kerja kelompok, kepemimpinan, interaksi, dan tugas yang dikerjakan serta peran guru selama proses kerja berlangsung.

16

d. Kelebihan dan kelemahan Strategi Belajar Mengajar Kerja Kelompok (Roestiyah, 1991)

1.) Kelebihan

a.) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas sesuatu masalah.

b.) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu kasus atau masalah.

c.) Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi.

d.) Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu serta kebutuhannya belajar.

e.) Dapat memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam pelajaran mereka dan lebih aktif berpartisipasi dalam diskusi.

f.) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai dan menghormati pribadi temannya, menghargai pendapat orang lain, dan saling membantu dalam usahanya mencapai tujuan bersama.

2.) Kelemahan

a.) Strategi ini terkadang hanya melibatkan siswa yang mampu dalam memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang.

b.) Strategi ini terkadang menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda dan gaya mengajar yang berbeda pula. c.) Keberhasilan strategi ini tergantung kepada kemampuan

siswa memimpin kelompok atau untuk bekerja sendiri.

Dokumen terkait