• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor yang Mempengaruhi Sistem Daerah Aliran Sunga

D. Persepsi Stakeholders terhadap Alternatif Pengembangan Pasar Angso Duo di Kota Jamb

5. BWK JAMSEKO

2.2. Faktor yang Mempengaruhi Sistem Daerah Aliran Sunga

Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu sistem ekologi. Sebagai suatu sistem ekologi maka setiap masukan (input) akan mengalami proses dan akan menghasilkan keluaran/output (Asdak, 2004). Dalam ekosistem DAS komponen masukan terdiri dari curah hujan, sedang komponen keluaran terdiri dari debit air dan muatan sedimen (termasuk unsur hara di dalamnya). Komponen DAS yang terdiri dari vegetasi, tanah dan air /sungai berlaku sebagai prosessor di dalam sistem tersebut. Selanjutnya disebutkan juga bahwa evaluasi terhadap DAS dapat mengindikasikan sejumlah kejadian yang menyebabkan kenormalan atau ketidaknormalan suatu DAS. Indikasi tersebut dapat dilihat dari 1) bentuk dan perubahan tataguna lahan yang telah dan sedang berlangsung; 2) tingkat kerusakan dari vegetasi penutup tanah di daerah tangkapan air DAS yang bersangkutan; 3) luasan tanah-tanah kritis semakin meningkat; 4) terjadinya kerusakan pada alur-alur sungai; 5) luas permukaan lahan yang diperkeras

12 semakin meningkat; 6) kerusakan pada daerah resapan (recharge area) sehingga mengganggu pasokan air. Hasil evaluasi terhadap DAS akan menunjukkan status dari DAS tersebut, jika termasuk dalam status kritis hal ini menginformasikan adanya gangguan dalam kesehatan DAS baik dibagian hulu maupun hilir. Salah satu gangguan di hilir DAS adalah semakin tingginya areal yang mengalami pengerasan dan kerusakan pada daerah resapan dan pengaliran air.

Suatu bentuk penggunaan lahan yang salah adalah pembangunan fisik di daerah sempadan sungai. Akibat yang ditimbulkan dari pengerasan sempadan bagian hilir menyebabkan berkurangnya daya infiltrasi air hujan dan tingginya air limpasan (run off). Dampak akhir gangguan pada sempadan berupa bencana erosi, banjir dan sedimentasi sebagia variabel ketidak optimalan kondisi ruang DAS. Hal ini berawal dari ketidak terpaduan antar wilayah atau antar sektor dalam pengelolaan DAS tersebut (Aswandi, 2003)

Limpasan permukaan merupakan sebagian dari air hujan yang mengalir di atas permukaan tanah. Jumlah air yang menjadi limpasan ini sangat bergantung kepada jumlah air hujan per satuan waktu (intensitas), keadaan penutupan tanah, topografi (terutama kemiringan lereng), jenis tanah, dan ada atau tidaknya hujan yang terjadi sebelumnya (Rahim, 2006).

Jumlah dan kecepatan limpasan permukaan bergantung kepada luas areal tangkapan dan intensitas hujan maksimum. Limpasan permukaan dengan jumlah dan kecepatan yang besar sering menyebabkan pemindahan atau pengangkutan massa tanah secara besar-besaran yang dikenal dengan istilah banjir. Banjir ini meluapkan sedimentasi depresi alami, saluran-saluran, anak-anak sungai, sungai-sungai, dan selanjutnya waduk-waduk. Menurut Rahim (2006), terdapat dua tujuan alasan mengetahui jumlah dan laju limpasan permukaan yakni untuk merancang jumlah dan dimensi saluran atau struktur lainnya dalam rangka untuk menyimpan limpasan permukaan, dan untuk mengetahui besarnya laju limpasan permukaan di suatu daerah yang digunakan sebagai dasar untuk antisipasi penangannya.

Pendugaan limpasan permukaan bergantung antara lain 1) berapa jumlah maksimum curah hujan per satuan waktu; 2) berapa dari curah hujan tersebut yang menjadi limpasan permukaan; dan 3) luas areal tangkapan (cathment area).

13 Daya infiltrasi air merupakan kemampuan air tanah untuk terserap secara vertikal oleh gaya grafitasi bumi ataupun secara horizontal oleh gaya kapileritas tanah. Daya infiltrasi ini sangat erat hubungannya dengan kelembaban tanah, sifat permukaan tanah, stuktur dan tekstur tanah. Ketiga faktor tersebut akan mempengaruhi mekanisme daya infiltrasi air yang terdiri dari proses masuknya air hujan melalui pori-pori tanah, tertampungnya air hujan ke dalam tanah, serta proses mengalirnya air (Asdak, 2004).

2.3. Analisis Resiko Lingkungan

Resiko merupakan kemungkinan terjadinya sesuatu yang merugikan yang tidak dapat diduga/tidak diinginkan, ketidak pastian atau kemungkinan terjadinya sesuatu, yang bila terjadi akan mengakibatkan kerugian.

Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman, atau suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk penilaian resiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi resiko dengan menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya. Strategi yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan resiko, menghindari resiko, mengurangi efek negatif resiko (Joint Technical Committee Australian and New Zealand, 1999).

Tahap-Tahap dalam Analisis Risiko

Tahap-tahap yang dilalui dalam mengimplementasikan analisis resiko adalah mengidentifikasi terlebih dahulu resiko-resiko yang mungkin akan terjadi, setelah mengidentifikasi maka dilakukan evaluasi atas masing-masing resiko ditinjau dari severity (nilai resiko) dan frekuensinya. Evaluasi dampak lingkungan mencakup mengenai elemen analisa dampak, yang menggambarkan kemungkinan yang akan timbul akibat kegiatan. Metode ini merupakan kegiatan menghitung resiko dari suatu kegiatan dan menentukan dampak dari kegiatan/peristiwa secara kualitatif maupun kuantitatif .

2.4. Analisis Kebijakan Pembangunan

Keberhasilan kebijakan sangat ditentukan oleh sumberdaya manusia, institusi, dan organisasi yang juga harus memiliki kemampuan untuk melakukan rekayasa ulang. Menurut Parsons (1995), dalam model proses suatu penetapan kebijakan dapat dikaji

14 dari input dan output. Faktor-faktor input terdiri dari persepsi, organisasi, tuntutan, dukungan, dan keluhan. Unsur kebijakan antara lain adalah regulasi, distribusi, redistribusi, kapitalisasi, dan nilai-nilai etika. Outputnya antara lain adalah aplikasi, penegakan hukum, interpretasi, evaluasi, legitimasi, modifikasi, penyesuaian, dan penarikan diri atau pengingkaran.

Ilmu kebijakan dibangun untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perannya dalam upaya meningkatkan kualitas keputusan, yang diperoleh dari proses perumusan tujuan kebijakan, mengenali permasalahan kebijakan, dan mencari jalan pemecahan masalah kebijakan. Dunn (2003) mengemukakan bahwa prosedur analisis kebijakan merupakan subordinat dari standar plausibilitas dan relevansi kebijakan, dan terhadap tuntutan umum atau aturan multiplisme kritis. Peranan prosedur ini adalah untuk menghasilkan informasi mengenai masalah kebijakan, masa depan kebijakan, aksi kebijakan, hasil kebijakan. Ada lima prosedur analisis kebijakan yang dipakai dalam pemecahan masalah manusia yaitu 1) perumusan masalah (definisi) untuk menghasilkan informasi mengenai kondisi-kondisi yang menimbulkan masalah kebijakan; 2) peramalan (prediksi) untuk menyediakan informasi mengenai konsekuensi di masa yang akan datang dari penerapan alternatif kebijakan; 3) rekomendasi (preskripsi) untuk menyediakan informasi mengenai nilai atau kegunaan realatif dari konsekuensi di masa depan dari suatu pemecahan masalah; 4) pemantauan (deskripsi) untuk menghasilkan informasi tentang konsekuensi sekarang dan masa lalu dari diterapkannya alternatif kebijakan; dan 5) evaluasi, yang memberikan nama sama dengan yang dipakai dalam bahasa sehari-hari.

Analisis Stakeholders dan Analisis Hierarki Proses

Beberapa alat analisis yang dapat digunakan dalam analisis kebijakan yaitu

analisis stakeholder dan Analisis Hierarki Proses. Keberhasilan suatu proyek sangat bergantung pada keterlibatan stakeholders kunci pada saat perancangan dan perencanaan. Kegagalan dari pengambil kebijakan dan perencana untuk mengenali perbedaan dan potensi konflik ketertarikan stakeholders sering mengarah pada perlawanan terhadap kebijakan dan proyek, yang diakibatkan oleh kegagalan dalam mempertemukan tujuan mereka.

15 Keterlibatan langsung dari partai kunci yang memiliki hubungan dengan analisis masalah dan proyek perencanaan kedepan menciptakan rasa kepemilikan dan komitmen pada proses perencanaan yang akan berkontribusi terhadap keberhasilan suatu proyek. Analisis stakeholders memberikan hasil berupa pemahaman tentang tujuan dan ketertarikan dari berbagai macam stakeholders. Analisis ini menggunakan keragaman ketertarikan tersebut sebagai titik awal. (Grontjik, 2003). Untuk menyederhanakan permasalahan dalam pengambilan keputusan maka digunakan

Analisis Hierarki Proses (AHP). Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan yang kompleks dan tidak terstruktur, strategis dan dinamis serta menata dalam suatu hirarki. AHP merupakan salah satu alat analisis yang dapat digunakan untuk kondisi ketidakpastian dan ketidaksempurnaan informasi dan beragamnya kriteria suatu pengambilan keputusan (Saaty, 1993).

16 I. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Jambi Provinsi Jambi. Penelitian berlangsung selama 4 (empat) bulan mulai Desember 2010 sampai Maret 2011. Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 2 berikut.

Lokasi Penelitian

Gambar 2. Lokasi Penelitian

3.2. Rancangan Penelitian 3.2.1. Jenis & Sumber Data

Berdasarkan cara memperolehnya, jenis data dikelompokkan menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil observasi lapangan dan

17 wawancara dengan stakeholders. Jenis data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini tertera pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis dan Sumber Data Primer

No Jenis Data Sumber

1. Karakteristik Pedagang Pasar Observasi & Responden 2. Kepentingan dan Pengaruh Stakeholders Responden

3. Alternatif Kebijakan Pengembangan Pasar Responden

Parameter yang diukur dari karakteristik pedagang yakni : 1) kondisi umum pedagang; 2) persepsi dan partisipasi pedagang terhadap pasar. Parameter yang diukur dari kepentingan dan pengaruh stakeholders adalah : 1) kepentingan berdasarkan ekologi, sosial, ekonomi, politis dan tugas pokok dan fungsi stakeholders dan 2) pengaruh

stakeholders yang didasarkan pada tahap perencanaan, fasilitasi, kewenangan, regulasi serta anggaran. Parameter yang mendasari pemilihan alternatif kebijakan pengembangan pasar yakni aspek ekologi, ekonomi dan sosial.

Data sekunder diperoleh dari dokumen yang dipublikasikan oleh pihak-pihak terkait baik berupa buku, laporan hasil penelitian, peraturan perundangan, data dari instansi terkait, serta data pendukung lainnya terkait dengan pengembangan pasar. Secara rinci jenis dan sumber data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian disajikan pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Jenis dan Sumber Data Sekunder yang Dibutuhkan

No Jenis Data Sumber

1. Laporan Tahunan Dinas KPP. KPP, Dispenda,

2. Hasil Penelitian Jurnal Ilmiah

3. Peraturan Perundangan Depdagri, Pemkot Jambi 4. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Bappeda Kota Jambi 5. Laporan (RTRW, Lakip, Statistik) Bappeda, BPS,BMG 6. Data Penunjang Lainnya Dinas instansi lainnya

3.2.2. Teknik Penentuan Sampling

Penentuan contoh atau sampling dilakukan dengan 2 (dua) cara random sampling dan purposive sampling. Random sampling digunakan untuk mengetahui karakteristik pedagang yang diambil sebanyak 10 % dari populasi, yakni 100 orang responden (dari 1000 pedagang pasar tradisional dan pasar induk). Untuk data

18 kepentingan dan pengaruh stakeholders serta persepsi terhadap alternatif kebijakan pengembangan pasar digunakan teknik purposive sampling dengan pertimbangan responden yang dipilih mengetahui dan terkait dengan permasalahan penelitian. Keseluruhan responden yang diwawancarai untuk analisis stakeholders dan alternatif kebijakan pengembangan pasar dapat dilihat pada Tabel 3 .

Tabel 3. Responden Penelitian

No Kelompok Stakeholders Jumlah Responden

(orang)

1. Pemerintah Provinsi Assisten II Gubernur 1

Bappeda 1

BLH 1

Dinas Pekerjaan Umum 1

2. Pemerintah Kota Bappeda 1

BLH 1

Dinas Tata Ruang 1

Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman

1

Kantor Pengelola Pasar 1

3. Perguruan Tinggi Pusat Studi DAS Unja 1

4. LSM Walhi 1

5. Masyarakat Ketua Adat Jambi 1

Total 12

3.2.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan terdiri dari tiga cara, yakni review dokumen, wawancara, dan observasi lapangan. Untuk pengumpulan data sekunder dilakukan melalui review dokumen (studi literatur), kondisi karakteristik pedagang menggunakan teknik observasi lapang dan wawancara. Sedangkan kepentingan, pengaruh serta persepsi stakeholders menggunakan teknik wawancara mendalam (deep interview) dengan bantuan kuisioner. Secara rinci teknik pengumpulan data sebagai berikut :

A. Kondisi Sosial Ekonomi Pasar Angso Duo

Untuk mengetahui karakteristik pedagang maka dilakukan melalui wawancara dan observasi lapang. Wawancara dilakukan untuk mengetahui kondisi umum dan persepsi pedagang. Observasi lapang digunakan untuk mengetahui partisipasi pedagang dalam menjaga kebersihan lingkungan. Untuk data kontribusi pasar Angso Duo

19 terhadap Pendapatan Asli Daerah menggunakan teknik review dokumen Dinas Pedapatan Daerah.

B. Resiko Lingkungan

• Limbah Padat dan Cair Pasar

Data limbah padat berupa jumlah dan komposisi sampah dikumpulkan melalui teknik review dokumen dari Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Kota Jambi tahun 2011. Sedangkan data limbah cair berupa kualitas air dibagian hulu dan hilir lokasi pasar dikumpulkan melalui review dokumen dari Badan Lingkungan Hidup Kota Jambi tahun 2009.

• Penurunan Fungsi Sempadan

Penurunan fungsi sempadan dikumpulkan melalui 2 (cara) yakni wawancara serta melalui review dokumen terhadap hasil-hasil penelitian dan pemerhati Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari dari Pusat Studi DAS Batanghari Universitas Jambi. Data pendukung tentang kondisi umum yang berkaitan dengan fungsi sempadan dikumpulkan melalui review dokumen Badan Meteorologi dan Geofisika Kota Jambi.

C. Kepentingan, Pengaruh dan Persepsi Stakeholders

• Data Kepentingan dan Pengaruh Stakeholders

Data kepentingan dan pengaruh stakeholders dikumpulkan melalui wawancara mendalam serta review dokumen terhadap Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Pembagian Kewenangan Pemerintah dan Pemerintah Daerah (UU otonomi daerah) dan Dokumen Tugas Pokok dan Fungsi dari Lembaga pemerintah terkait.

Jawaban responden yang diperoleh ditransformasi menjadi data kuantitatif dengan terlebih dahulu membuat kriteria kepentingan dan pengaruh stakeholders

terhadap pengembangan pasar (Asikin, 2001). Penentuan skoring pertanyaan untuk mengukur tingkat kepentingan dan pengaruh stakeholders mengacu pada model yang dikembangkan oleh Abbas (2005) yakni pengukuran berjenjang lima yang disajikan pada Tabel 4. Nilai skor dari lima pertanyaan dijumlahkan dan nilainya dipetakan dalam bentuk matrik kepentingan dan pengaruh.

20 Tabel 4. Ukuran Kuantitatif terhadap Kepentingan dan Pengaruh Stakeholders

Skor Nilai Kriteria Keterangan

Kepentingan Stakeholders

5 20-25 Sangat Tinggi Sangat Mendukung

4 16-20 Tinggi Mendukung

3 11-15 Cukup tinggi Cukup Mendukung

2 6-10 Kurang Tinggi Kurang Mendukung

1 0-5 Rendah Tidak Mendukung

Pengaruh Stakeholders

5 20-25 Sangat Tinggi Sangat mampu mempengaruhi

4 16-20 Tinggi Mampu

3 11-15 Cukup tinggi Cukup Mampu

2 6-10 Kurang Tinggi Kurang Mampu

1 0-5 Rendah Tidak Mampu

Sumber : Abbas, 2005

Pengukuran tingkat kepentingan stakeholders terhadap pengembangan Pasar Angso Duo (AD) berdasarkan lima pertanyaan berikut : Kepentingan Pertama (K1) yakni : Berapa besar manfaat pengembangan Pasar AD bagi tugas pokok langsung

stakeholders dari sisi ekologis? Unsur-unsur yang dinilai yakni 1) menurunkan sumber pencemaran air di lingkungan di wilayah kewenangan stakeholders; 2) meningkatkan fungsi sempadan sungai di wilayah kewenangan stakeholders; 3) mengurangi potensi produksi gas pencemar dari sampah pasar; 4) meningkatkan program 3 R (Reuse, Reduce, Recycle) untuk meminimalkan sampah; 5) perlindungan dan pengawasan sumber air minum bagi masyarakat.

Kepentingan Kedua (K2) Berapa besar manfaat pengembangan Pasar AD bagi tupoksi stakeholders dari sisi ekonomis? Unsur-unsur yang dinilai yakni 1) sumber penerimaan daerah; 2) meningkatkan pendapatan pedagang di daerah kewenangan stakeholder; 3) meningkatkan nilai tambah pasar; 4) perluasan lapangan kerja baru; 5) mengurangi pembiayaan pengelolaan pasar bersumber Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Kepentingan Ketiga (K3) Berapa besar manfaat pengembangan Pasar AD bagi tupoksi stakeholders dari sisi sosial? Unsur-unsur yang dinilai yakni 1) meningkatkan nilai estetika pasar; 2) meningkatkan keamanan dalam pasar di wilayah stakeholders; 3) menertibkan perizinan pedagang; 4) memudahkan pengelolaan pungutan retribusi; 5) memudahkan monitoring dan evaluasi bagi stakeholders.

21 Kepentingan Keempat (K4) Berapa besar manfaat pengembangan Pasar AD bagi tupoksi stakeholders dari sisi politis? Unsur-unsur yang dinilai yakni 1) peningkatan pelayanan pada daerah kewenangan; 2) penyelamatan lingkungan SDA (DAS Batanghari secara umum); 3) meningkatkan nilai ekonomis wilayah; 4) meningkatkan nilai keamanan wilayah; 5) penyelamatan peninggalan nilai budaya daerah.

Kepentingan Kelima (K5) Berapa besar tingkat prioritas rencana pengembangan Pasar AD terhadap tupoksi atau kebutuhan stakeholders? Unsur-unsur yang dinilai yakni 1) jika ≥ 80% diberi skor 5; 2) jika 60-79% diberi skor 4; 3) jika 40-59% diberi skor 3; 4) jika 20-39% diberi skor 2; dan 5) jika < 20% diberi skor 1.

Tingkat pengukuran pengaruh stakeholders terhadap pengembangan Pasar Angso Duo berdasarkan pertanyaan berikut : Pengaruh Pertama (P1) Berapa besar tingkat keterlibatan stakeholders terkait rencana pengembangan Pasar AD? Unsur-unsur yang dinilai yakni 1) perencanaan; 2) pengorganisasian; 3) pelaksanaan; 4) pengawasan pemanfaatan; 5) evaluasi.

Pengaruh Kedua (P2). Kontribusi fasilitas yang diberikan stakeholders untuk Pengembangan Pasar Angso Duo ? Unsur-unsur yang dinilai yakni 1) pemberian izin prinsip pembangunan; 2) pemberian izin Kelayakan lingkungan; 3) pembiayaan pembangunan sarana dan prasarana; 4) kepemilikan lahan rencana bangunan; 5) pengelolaan pasca pengembangan

Pengaruh Ketiga (P3) Berapa besar tingkat kewenangan stakeholders terkait rencana pengembangan Pasar AD ? Unsur-unsur yang dinilai yakni 1) jika ≥ 80% diberi skor 5; 2) jika 60-79% diberi skor 4; 3) jika 40-59% diberi skor 3; 4) jika 20-39% diberi skor 2; dan 5) jika < 20% diberi skor 1.

Pengaruh Keempat (P4) Berapa besar tingkat dukungan regulasi terhadap kewenangan stakeholders terkait rencana pengembangan kembali Pasar AD ? Unsur- unsur yang dinilai yakni 1) UU No.32/2004; 2) UU No. 33/2004; 3) UU No.26/2004; 4) UU No.32/2009; 5) PP No.38/2007.

Pengaruh Kelima (P5) Berapa besar dukungan anggaran stakeholders yang digunakan rencana pengembangan Pasar AD ? Unsur-unsur yang dinilai yakni 1) jika ≥

22 80% diberi skor 5; 2) jika 60-79% diberi skor 4; 3) jika 40-59% diberi skor 3; 4) jika 20-39% diberi skor 2; dan 5) jika < 20% diberi skor 1.

D. Alternatif Kebijakan Pengembangan Pasar Angso Duo.

Data yang dikumpulkan berupa data primer tentang persepsi alternatif kebijakan pengembangan pasar. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner.

3.3. Metode Analisis

Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan maka digunakan metode analisis yakni analisis diskriptif, analisis resiko lingkungan, analisis stakeholders, dan analisis hierarkhi proses.

A. Analisis Kondisi Sosial Ekonomi Pasar Angso Duo.

Analisis kondisi sosial ekonomi dilakukan secara diskriptif terhadap data karakteristik pedagang (kondisi umum. persepsi dan partisipasi pedagang). Untuk data ekonomi dilakukan analisis diskriptif terhadap kontribusi retribusi pasar dalam pendapatan daerah.

B. Analisis Resiko Pengembangan Pasar Angso Duo

• Pencemaran Limbah Padat

Untuk mengetahui pengaruh limbah padat terhadap resiko lingkungan yang ditimbulkan maka dilakukan melalui hasil pengukuran jumlah sampah dan komposisi sampah. Dari data tersebut kemudian dianalisis resiko yang muncul.

• Pencemaran Limbah Cair

Pengukuran besaran resiko yang muncul terhadap limbah cair di ukur melalui hasil pengukuran kualitas air di bagian hulu dan hilir pasar.

• Penurunan Fungsi Sempadan.

Untuk mengetahui besaran resiko akibat aktivitas pasar terhadap fungsi sempadan maka dianalisis melalui hasil pengukuran curah hujan tahunan, jenis tanah, luas penutupan lahan serta kejadian banjir dilokasi penelitian.

Untuk mengetahui seberapa besar resiko yang muncul akibat pengembangan maka dilakukan metode Analisis Resiko Lingkungan secara kualitatif maupun

23 kuantitatif. Setelah semua data yang teridentifikasi maka dilakukan analisis kualitatif, semi kuantitatif dan kuantitatif pada Tabel 5 dan 6 di bawah ini.

Tabel 5. Pengukuran Dampak secara Kualitatif

Level Kriteria Keterangan

1 Insignificant Tidak berbahaya dan tidak memerlukan biaya pengendalian

2 Minor Berbahaya, perlu bantuan pertama kecelakaan dan memerlukan biaya sedang dalam pengendaliannya.

3 Moderate Berbahaya, memerlukan penanganan segera dan memerlukan biaya pengendalian yang besar

4 Major Sangat berbahaya, menyebabkan kehilangan produktivitas dan memerlukan biaya yang sangat besar dalam pengendalian

5 Catastrophic Menimbulkan kematian segera, membutuhkan biaya pengendalian yang sangat besar

Sumber : Joint Technical Committee Australian and New Zealand, 1999

Tabel 6. Pengukuran Peluang

Level Kriteria Keterangan

A Pasti Terjadi Peluang kejadian yang sudah pasti terjadi

B Terjadi Peluang kejadian yang tidak bisa dihindari

C Kemungkinan Besar Terjadi Peluang kejadian besar

D Kecil Terjadi Peluang kejadian kecil

E Jarang Terjadi Peluang sangat jarang terjadi

Sumber : Joint Technical Committee Australian and New Zealand, 1999

Tabel 7. Matrik Analisis Resiko Kualitatif dan Level Resiko Peluang Dampak Insignificant 1 Minor 2 Moderate 3 Major 4 Catastrophic 5 A (Pasti Terjadi) H H E E E B (Terjadi) M H H E E C (Kemungkinan besar terjadi) L M H E E D (Kecil terjadi) L L M H E E (Jarang Terjadi) L L M H H

Sumber : Joint Technical Committee Australian and New Zealand, 1999 Keterangan :

E : Resiko yang Ekstrim, memerlukan penangan segera H : Resiko besar/tinggi, memerlukan penanganan serius M : Resiko sedang, memerlukan penanganan khusus L : Resiko rendah, penanganan rutin

24 C. Analisis Alternatif Kebijakan Pembangunan Pasar Angso Duo

Analisis dilakukan dengan mengidentifikasi aktivitas stakeholders kunci dan melakukan penilaian terhadap perannya, tingkat pengaruh/kekuatannya dalam pengembangan Pasar Angso Duo di Kota Jambi. Alat analisis yang digunakan adalah

stakeholder grid dengan bantuan microsoft exel. Hasil analisis diilustrasikan dalam Gambar 3 dimana stakeholders dikategorikan menurut tingkat kepentingan dan kekuatannya. Data jawaban terhadap tingkat kepentingan dan pengaruh masing-masing

stakeholders hasil skoring dikelompokkan menurut jenis indikatornya, yang kemudian disandingkan sehingga membentuk koordinat.

Subjects (Kuadran I) KeyPlayers (Kuadran II) Crowd (Kuadran III) Context Setters (Kuadran IV)

Gambar 3. Matrik Hasil Analisis Stakeholders (Groenendijk, 2003)

Posisi pada kuadran dapat menggambarkan ilustrasi posisi dan peranan yang dimainkan oleh masing-masing stakeholders terkait dengan pengembangan pasar adalah 1) Subject (kepentingan tinggi tapi pengaruh rendah); 2) Key Players (kepentingan dan pengaruh tinggi); 3) Crowd (kepentingan dan pengaruh rendah; 4)

Context setters (kepentingan rendah tapi pengaruh tinggi).

D. Persepsi Stakeholders terhadap Alternatif Pengembangan Pasar Angso Duo di Kota Jambi

Metode analisis yang digunakan untuk merumuskan alternatif kebijakan pengembangan pasar adalah metode Analisis Hierarchy Process (AHP). Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan yang kompleks dan tidak terstruktur, strategis dan dinamis serta merata dalam suatu hirarki. AHP merupakan salah satu alat analisis yang dapat digunakan untuk kondisi ketidakpastian dan ketidaksempurnaan

Kepentingan

Rendah Tinggi

Pengaruh Tinggi Rendah

25 informasi dan beragamnya kriteria suatu pengambilan keputusan (Saaty, 1993). Proses analisis dengan AHP dilakukan dengan melakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparison) untuk mendapatkan tingkat kepentingan (importance) suatu kriteria relatif terhadap kriteria lain dan dapat dinyatakan dengan jelas. Proses perbandingan berpasangan ini dilakukan untuk setiap level/tingkat, tingkat 1 (tujuan umum), tingkat 2 (kriteria), tingkat 3 (sub kriteria), tingkat 4 (alternatif kegiatan). Dengan berbagai pertimbangan kemudian dilakukan sintesis menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sitem tersebut (Marimin, 2004). Pendekatan AHP menggunakan skala banding berpasangan menurut Saaty (1993).

Tabel 8. Skala Banding Secara Berpasangan Tingkat

Kepentingan

Definisi Penjelasan

1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar

terhadap tujuan 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada

elemen lainnya

Pengalaman dan penilaian sedikit mendukung satu elemen dibanding elemen yang lainnya

5 Elemen yang satu lebih penting daripada elemen lainnya

Pengalaman dan penilaian sangat kuat mendukung satu elemen dibanding elemen lainnya

7 Satu elemen jelas lebih penting daripada elemen yang lainnya

Satu elemen dengan kuat didukung dan dominan

terlihat dalam praktek 9 Satu elemen mutlak lebih penting daripada

elemen lainnya

Bukti yang mendukung elemen satu terhadap elemen yang lain memiliki tingkat penegasan yang mungkin menguatkan

2,4,6,8 Nilai-nilai antar dua nilai pertimbangan yang berdekatan

Nilai ini diberikan bila ada kompromi diantara dua pilihan

Sumber : Saaty (1993)

Tahapan dalam melakukan analisis AHP menurut Saaty (1993) dilakukan sebagai berikut :

1. Identifikasi sistem, yaitu mengidentifikasi permasalahan dan menentukan solusi yang diinginkan. Identifikasi sistem dilakukan dengan cara mempelajari referensi dan berdiskusi dengan para responden yang memahami permasalahan, sehingga diperoleh konsep yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi;

2. Penyusunan struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan sub tujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan paling bawah. Berdasarkan hasil dengan para pakar dan penelitian di lapangan dapat

Dokumen terkait