• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Pasar Angso Duo dalam Struktur Pendapatan Daerah

D. Persepsi Stakeholders terhadap Alternatif Pengembangan Pasar Angso Duo di Kota Jamb

5. BWK JAMSEKO

5.2. Peran Pasar Angso Duo dalam Struktur Pendapatan Daerah

Pendapatan daerah sebagai sumber keuangan daerah merupakan unsur yang sangat penting dalam rangka melaksanakan pembangunan daerah dan penyelenggaraan pemerintahan. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari Pendapatan daerah, Belanja daerah, dan Pembiayaan daerah.

38 Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana, merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Pendapatan daerah sebagaimana peraturan menteri dalam negeri tersebut dikelompokan atas Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan lain- lain pendapatan daerah yang sah.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Kewenangan untuk mendayagunakan sumber keuangan sendiri dilakukan dalam wadah Pendapatan Asli Daerah yang sumber utamanya adalah pajak daerah dan retribusi Daerah.

Secara nominal PAD Kota Jambi terus meningkat dalam 10 tahun terakhir, meskipun demikian kontribusi PAD terhadap realisasi pendapatan cenderung terus menurun. Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 13 berikut.

Tabel 13. Rekapitulasi Penerimaan PAD Kota Jambi TA 2000 sd 2009

Tahun Anggaran Target (Rp) Realisasi (Rp) Persen 2000 10.226.396.000,00 8.779.734.488,17 85,85% 2001 15.253.906.000,00 15.091.877.627,07 98,94% 2002 18.245.610.000,00 18.796.320.380,57 103,02% 2003 19.590.117.000,00 23.414.799.096,16 119,52% 2004 26.005.893.206,00 32.096.106.601,02 123,42% 2005 31.020.175.426,00 35.947.627.688,48 115,88% 2006 34.886.577.274,00 43.323.298.454,14 124,18% 2007 38.091.111.699,00 45.418.865.368,69 119,24% 2008 45.034.596.937,95 54.075.188.473,39 120,07% 2009 51.847.106.988,00 55.671.281.869,55 107,38%

Sumber : Dinas Pendapatan Daerah 2010

Pendapatan asli daerah merupakan nilai total dari pajak dan retribusi daerah. Tahun 2000 sampai 2005 retribusi daerah memberikan kontribusi terbesar bagi PAD, namun sejak Tahun 2006 sampai 2009 kontribusi terbesar bagi PAD diberikan oleh pajak daerah. Untuk melihat kontribusi pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya terhadap PAD dapat dilihat pada Tabel 14 di bawah ini.

39 Tabel 14. Kontribusi Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan laninya terhadap Pendapatan

Asli Daerah Selama 2000 s/d 2009 No Tahun Anggaran Pajak Daerah (%) Retribusi Daerah (%) Lain-lain (%) 1 2000 38,60 57,29 4,11 2 2001 34,84 51,42 13,74 3 2002 39,44 50,98 9,58 4 2003 37,21 49,79 13,00 5 2004 48,25 40,98 10,77 6 2005 47,91 41,84 10,25 7 2006 44,44 38,34 17,22 8 2007 45,32 38,11 16,57 9 2008 45,18 31,78 19,54 10 2009 51,80 32,89 10,30

Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Jambi 2010

Retribusi daerah merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Salah satu sumber retribusi daerah adalah Pasar Angso Duo, pasar ini merupakan pasar tradisional terbesar di Kota Jambi. Besaran nilai retribusi daerah selama lima tahun terakhir dapat dilihat dari Tabel 15 berikut.

Tabel 15. Penerimaan Retribusi Daerah dan Retribusi Pasar Angso Duo selama 5 Tahun Tahun Anggaran Retribusi Daerah Retribusi Pasar Angso Duo

2005 13.374.228.000 1.496.955.125

2006 16.608.658.772 1.482.302.135

2007 16.368.741.425 2.336.985.424

2008 17.186.702.058 2.568.951.383

2009 18.308.852.178 2.588.600.514

Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Jambi 2010

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 6 tahun 2006, pengelolaan pasar yang ada di Kota Jambi menjadi tugas pokok dan fungsi (tupoksi) Kantor Pengelola Pasar (KPP). Diantara tupoksi tersebut adalah penarikan retribusi pasar dan pengembangan pasar kedepan. Jika dilihat dari tabel diatas bahwa retribusi Pasar Angso Duo mengalami peningkatan terhadap retribusi total Kota Jambi, walaupun kontribusi tidak terlalu besar bagi PAD tetapi sangat berperan bagi keberlangsungan mata pencarian bagi 1000 pedagang di Kota Jambi.

40 5.3. Analisis Resiko Lingkungan Pasar Angso Duo Jambi

5.3.1. Jumlah dan Komposisi Sampah Pasar Angso Duo

Berdasarkan data Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Kota Jambi (2011), dalam satu hari Pasar Angso Duo menghasilkan sampah sebanyak 13 – 17 ton/hari pada hari-hari besar (bulan Ramadan dan hari raya Idul Fitri) dan 9 – 11 ton/hari pada hari biasa. Komposisi sampah terdiri dari bahan organik 92 %, kertas dan kardus 0,72 %, plastik 5,58 %, dan residu 1,7%. Komposisi sampah organic dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Komposisi Sampah Pasar

Sampah pasar dibuang ke Tempat Pemprosesan Sampah Akhir (TPA) Talang Gulo yang berjarak sekitar 10 km dari pasar. Secara umum kondisi TPA ini dapat dilihat pada Tabel 16

Tabel 16. Gambaran Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) Sampah Talang Gulo Kota Jambi

Prasarana dan Sarana TPA Kondisi

Luas Lahan 7 ha

Luas lahan terpakai 6,75 ha

Luas lahan sisa 0,25 ha

Sistem Pengelolaan TPA Open Dumping

Sumber : Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman (2011)

Jika dilihat dari kondisi TPA ini maka dalam jangka panjang kapasitasnya sudah tidak memungkinkan untuk digunakan. Hal ini disebabkan kapasitas lahan yang tersisa hanya 0,25 ha saja, sementara jumlah semua sampah kota yang masuk ke TPA harian sebanyak

41 1,439.82 liter dan 37,17 % dari jumlah sampah tersebut berasal dari lokasi perdagangan dan pasar. Jumlah sampah yang dibuang di TPA dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Sumber dan Jumlah Sampah yang di Proses di TPA Talang Gulo

No Sumber Sampah Prosentase Jumlah Timbulan Sampah (harian)

1 Permukiman 45.25 651.520

2 Perdagangan dan Pasar 37.17 535.182

3 Industri 0.05 0.720

4 Perkantoran 5.58 80.342

5 Koridor Jalan 0.65 9.359

6 Penginapan dan Wisata 5.07 72.999

7 Taman dan Rereasi 6.15 88.549

8 Lain-lain 0.08 1.152

Jumlah 100 1.439.82

Sumber: Dinas Kebersihan, Pertamanan Dan Pemakaman Kota Jambi 2009

Sistem pengelolaan sampah TPA Kota Jambi dilakukan secara open dumping, sistem ini berpotensi menghasilkan gas metan sebagai produk akhir dari fermentasi anaerob sampah. Gas metan merupakan salah satu gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global (Donald dan Sertio, 1990). Metan merupakan gas yang mampu mengabsorsi inframerah yang kuat, dan juga merupakan gas yang paling reaktif di

throposfir, dibandingkan dengan gas rumah kaca lainnya, metan bersama N2

Berdasarkan hasil penelitian Winayati (2010) terhadap perlakuan penyimpanan 15 kg sampah selama 40 hari yang ditimbun sedalam 20 cm akan menghasilkan gas metan sebanyak 2,25cm

O serta CFC dapat tertinggal lama di atmosfir. Sumbangan gas metan tersebut ikut menaikan temperatur bumi, kenaikan tertinggi terjadi pada abad 20 hingga memasuki abad 21 (Hartman, 1990).

3

. Menurut Henry dan Heinke (1996) dalam Indrasti (2005) menyatakan bahwa 1 (satu) ton sampah organik menghasilkan gas metan sebanyak 0,2 – 0,27 m3.

Prediksi gas metan yang dihasilkan oleh Pasar Angso Duo dengan menggunakan perhitungan Henry dan Heinke tersebut rata-rata adalah 3.05 m

3

/hari pada hari besar dan 2,16 m3/hari pada hari biasa. Dengan menggunakan perhitungan pada hari biasa dimana gas metan yang dihasilkan sebanyak 2,16 m3, maka gas metan akan terproduksi

42 sebanyak 64.8 m3/bulan atau 777.6 m3/tahun. Sampah yang dihasilkan perlu dikelola lebih lanjut, mengingat gas metan yang dihasilkan bersifat mampu bertahan di atmosfir dan jumlahnya tidak berkurang oleh aktifitas fotosintesis seperti halnya CO2

Salah satu upaya untuk meminimalisir jumlah gas metan dapat dilakukan melalui pengolahan sampah organik menjadi kompos, dimana setiap pengolahan 1,9 ton sampah maka gas metan dapat direduksi sebesar 0,21-0,29 ton atau setara dengan 5 – 7 ton CO

. Sehingga setiap metan yang dihasilkan akan bertahan dan terakumulasi di udara sepanjang waktu dan akan menambah besar efek pemanasan global.

2

Upaya penanggulangan gas metan tersebut telah banyak dilakukan. Dilaporkan bahwa pengolahan limbah organik padat dengan proses biogas di Brazil menghasilkan energi mencapai 50 TWh sama dengan 17 % dari kebutuhan energi nasional Brazil. Upaya ini dilakukan untuk menghindari produksi gas rumah kaca serta membuka ribuan peluang kerja untuk pengangguran (Oliveiraa dan Rosaa, 2003). Pengolahan limbah padat di Cina dilakukan dengan pengomposan, hal ini di nilai lebih efisien dan ramah lingkungan dibanding dengan pembakaran (Bala et al, 2010). Di Kanada melalui Program Solid Waste-Enviroment Manajemen Sistem (SW-EMS) telah mampu menurunkan penumpukan sampah sistem landfill sebesar 65%, dengan memperkenalkan Sistem Manajemen Lingkungan (SML) terhadap limbah padat kota dengan pelatihan kelembagaan dan finansial pengolahan sampah (Dowie et al, 1998). Berdasarkan hasil kajian di Nigeria, manajemen pengolahan limbah padat di daerah Enugu hanya dapat dilakukan dengan pemberdayaan masyarakat, sehingga tujuan untuk perbaikan lingkungan dapat tercapai (Nzeadibe, 2009). Sementara di Hubli (India), untuk mengurangi dampak dari jumlah sampah yang terproduksi maka di lakukan pasar jual beli sampah organik (Nunan, 2000)

(Indrasti, 2005).

5.3.2. Analisis Resiko Kualitas Air Sungai

Kualitas perairan secara umum dapat diartikan sebagai faktor fisika, kimia dan biologis yang mempengaruhi kehidupan ikan dan organisme air baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk menjaga kualitas perairan perlu penetapan baku mutu pada perairan tersebut. Baku mutu air adalah keadaan ideal yang ingin dicapai atau

43 kondisi maksimum yang boleh ditoleransi sesuai dengan peruntukkannya. Menurut Wardoyo (1991) perairan yang ideal adalah perairan yang memiliki keseimbangan fisik, kimia, dan biologi yang diperlukan bagi kehidupan ikan dan organisme air lainnya dalam rangka menyelesaikan daur hidupnya. Kualitas air akan dipengaruhi oleh aktivitas yang ada disekelilingnya, Untuk melihat kualitas air di Sungai Batanghari akibat aktivitas Pasar Angso Duo dapat dilihat pada Tabel 18 dan 19.

Tabel 18. Hasil Pengukuran Kualitas Air Bagian Hulu (sebelum pasar)

No. PARAMETER SATUAN BATAS

MAKSIMUM*

HASIL PEMERIKSAAN BULAN

JAN APR JUL OKT

1 pH - 6,0-9,0 5.1 7.4 7.7 7.8

2 TDS mg/l 1000 22.9 23.2 43.3 l 31.6

3 DHL ųS/cm - 45.9 46.9 87.1 63.1

4 Suhu udara oC Deviasi 3 27.5 29.4 28.3 29.1

Suhu air Deviasi 3 27.7 30.4 28.9 31

5 Warna Pt.Co - 297 550 369 291 6 Kekeruhan FAU - 35 109 45 35 7 TSS mg/l 50 29 90 43 28 8 Cyanide mg/l 0,05 0.017 0.009 0.006 0 9 Nitrit mg/l 0,06 0 0 0.01 0.01 10 Amonia mg/l 0,05 1.82 0.51 0.1 0.2 11 DO mg/l 6 5.3 4.9 7.6 7.6 12 Iron (Fe) mg/l 0,3 0.89 1.62 0.9 1.26 13 Mangan mg/l 0,1 0 0 0 0.1 14 Copper (Cu) mg/l 0,02 0.07 0 0 0 15 Chrom mg/l 0,05 0 0 0 0.04 16 Flour mg/l 0,5 0 0 0 0 17 Zinc mg/l 0,05 0.02 0.01 0.03 0.11 18 Nitrat mg/l 10 2.2 0 1.8 3.7 19 BOD5 mg/l 6 13 8 27 2 20 COD mg/l 10 17 12 41 6 21 Fosfat (PO4) mg/l 0,2 0.1 0.1 0.24 0.16 22 Sulfat mg/l 400 0 0.09 1 1 23 Chloride mg/l 0.03 1.3 5.1 1.8 0 24 Minyak & Lemak mg/l 1 0 0 0 0 25 Fecal Coliform Jlh/100ml 100 60 140 840 140 26 Total Coliform Jlh/100ml 1000 3000 5000 3800 4500

Sumber : Badan Lingkungan Hidup Kota Jambi,2009 Ket. * Baku Mutu Peraturan Pemerintah No.82/2001

Berdasarkan hasil pengukuran selama 4 (empat) periode dalam tahun 2009 terlihat bahwa kualitas air dibagian hulu lokasi pasar terdapat kecenderungan

44 peningkatan pH, TDS, DHL, suhu udara, suhu air, warna, dan kekeruhan. Sementara BOD, COD, DO, Amoniak, Fe, Cu, Zn, Phospat dan Cl, serta total/ fecal coliform

melebihi batas baku mutu yang ditentukan. Dengan demikian air bagian hulu tersebut telah tercemar sebelum memasuki lokasi pasar.

Penurunan kualitas air sungai diduga disebabkan oleh pembuangan limbah industri yang berada di sepanjang sungai Batanghari seperti industri crumb rubber,

sawmill /penggergajian kayu, aktifitas pertambangan, limbah pestisida dari kegiatan pertanian, serta limbah dari kegiatan permukiman yang berada sepanjang sungai.

Sebagian masyarakat dan pelaku ekonomi yang tinggal di tepi sungai telah membuang sampah dan limbah ke badan-badan Sungai Batanghari. Hal ini mengakibatkan pengaruh yang buruk terhadap ekosistem sungai. Sungai merupakan komponen lingkungan yang memiliki keanekaragaman hayati berfungsi sebagai bahan baku air minum, pertanian, perikanan serta fungsi sistem drainase dan pengendali banjir. Sungai menjadi penunjang pembangunan ekonomi serta peningkatan kesejahteraan penduduk di sekitar DAS.

Adanya phospat dalam air dapat berasal dari bahan yang ditambahkan pada pengolahan air minum. Kadar yang tinggi kemungkinan berasal dari deterjen. Di bidang pertanian digunakan sebagai pupuk sehingga limbah pertanian mengandung phospat. Kandungan phospat yang tinggi menyebabkan suburnya pertumbuhan ganggang dan organisme lain, hal ini menghalangi kelancaran arus air, sehingga mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dan kesuburan tanaman lainnya.

Nitrogen amoniak secara alami ada pada air permukaan dan air tanah serta air limbah. Nitrogen dalam amoniak (nitrogen bebas) dihasilkan dari hasil pembusukan secara bakterial zat-zat organik yang mengandung nitrogen dan dari hidrolisa urea. Adanya amoniak dalam air akan menimbulkan bau busuk yang menyengat. Amoniak dapat diubah jadi nitrit oleh bakteri, ini terjadi jika air tersebut tidak mengalir. Nitrit di dalam air tidak dapat bertahan lama karena akan diubah oleh bakteri menjadi nitrat dan air yang mengandung nitrat tinggi bila diminum berbahaya karena dapat menimbulkan kematian.

45 Tabel 19. Hasil Pengukuran Kualitas Air Bagian Hilir (Sesudah Pasar )

No. PARAMETER SATUAN BATAS HASIL PEMERIKSAAN BULAN

MAKSIMUM* JAN APR JUL OKT

1 pH - 6,0-9,0 5.1 7.4 7.7 8.1

2 TDS mg/l 1000 22.9 23.2 43.3 31.8

3 DHL ųS/cm - 45.9 46.9 87.1 62.6

4 Suhu udara oC Deviasi 3 27.5 29.4 28.3 29.1

Suhu air Deviasi 3 27.7 30.4 28.9 31.1

5 Warna Pt.Co - 297 550 369 314 6 Kekeruhan FAU - 35 109 45 41 7 TSS mg/l 50 29 90 43 29 8 Cyanide mg/l 0,05 0.017 0.009 0.006 0.02 9 Nitrit mg/l 0,06 0 0 0.01 0.01 10 Amonia mg/l 0,05 1.82 0.51 0.1 0.2 11 DO mg/l 6 5.3 4.9 7.6 7.5 12 Iron (Fe) mg/l 0,3 0.89 1.62 0.9 0.97 13 Mangan mg/l 0,1 0 0 0 0 14 Copper (Cu) mg/l 0,02 0.07 0 0 0.02 15 Chrom mg/l 0,05 0 0 0 0.01 16 Flour mg/l 0,5 0 0 0 0 17 Zinc mg/l 0,05 0.02 0.01 0.03 0.01 18 Niitrat mg/l 10 2.2 0 1.8 5.9 19 BOD5 mg/l 6 13 8 27 8 20 COD mg/l 10 17 12 41 14 21 Fosfat (PO4) mg/l 0,2 0.1 0.1 0.24 0.14 22 Sulfat mg/l 400 0 0.09 1 0 23 Chloride mg/l 0,03 1.3 5.1 1.8 0

24 Minyak & Lemak mg/l 1 0 0 0 0

25 Fecal Coliform Jlh/100ml 100 60 140 840 120

26 Total Coliform Jlh/100ml 1000 3000 5000 3800 5500

Sumber : Badan Lingkungan Hidup Kota Jambi,2009 Ket. * Baku Mutu Peraturan Pemerintah No.82/2001

Berdasarkan hasil pengujian kualitas air selama 4 periode pengukuran (bulan Januari, April, Mei dan Oktober tahun 2009) dibagian hilir pasar tidak menunjukkan perbedaan dengan bagian hulu kecuali pada pengukuran bulan Oktober. Pada bulan Oktober dibagian hilir terjadi peningkatan pencemar, kemungkinan hal ini disebabkan oleh naiknya buangan kota yang bermuara ke lokasi pasar. Lokasi pasar merupakan daerah terendah, berbentuk cekungan sehingga jika musim hujan semua buangan kota akan mengalir ke arah ini sesuai dengan Gambar 5 dan 6. Gambar nilai kualitas air untuk tiga parameter penting pencemaran dapat dilihat pada Gambar 9 berikut.

46 Gambar 9. Nilai DO Bagian Hulu dan Hilir Pasar

Berdasarkan Gambar 9 terlihat bahwa nilai DO untuk bagian hulu dan hilir tidak berbeda nyata. Nilai BOD5 dapat dilihat pada Gambar 10 berikut .

Gambar 10. Nilai BOD 5 Bagian Hulu dan Hilir Pasar

Berdasarkan Gambar 10 terlihat bahwa nilai BOD5 pada bagian hulu dan hilir pasar

berbeda pada periode pengukuran Bulan Oktober. Nilai COD bagian hulu dan hilir pasar dapat dilihat pada Gambar 11. Berdasarkan gambar tersebut nilai COD bagian hilir terlihat lebih tinggi dari pada hulu pada pengukuran Bulan Oktober.

47 Gambar 11. Nilai COD Bagian Hulu dan Hilir Pasar

Berdasarkan hasil analisis kualitas air keselurahan dalam empat periode pengukuran yang tidak menjukkan perbedaan maka dapatdikatakan bahwa Pasar Angso Duo Jambi tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kualitas air Sungai Batanghari yang sudah tercemar dari bagian hulu DAS Batanghari.

5.3.3. Penurunan Fungsi Sempadan Sungai Batanghari

Sempadan sungai hakekatnya merupakan satu kesatuan ekosistem dalam pengelolaan daerah aliran sungai (DAS), berfungsi sebagai penyangga pengaliran air (Asdak, 2004). Resiko lingkungan yang muncul dengan berdirinya pasar selama ini berkaitan dengan kondisi curah hujan dan penutupan permukaan lahan setempat, letak lokasi pasar dalam jaringan terendah anak-anak sungai dan sistem draenase kota, dan anatomi DAS Batanghari bagian hilir secara umum merupakan daerah luapan banjir.

Berdasarkan jumlah curah hujan dalam setahun dan banyaknya hujan rata-rata per bulan maka lokasi di sempadan sungai ini termasuk dalam kategori curah hujan tinggi. Total curah hujan pertahun selama 5 tahun terakhir yakni 2.186 – 3.030 mm/tahun dengan rata-rata 182,2 – 252.5 mm/bulan (BMG Kota Jambi, 2010). Jika dihubungkan dengan jenis tanah alluvial dan jumlah penutupan lahan yang digunakan untuk bangunan dan fasilitas pasar saat ini, maka besarnya curah hujan akan menggambarkan sejumlah air yang tidak akan terserap oleh jenis tanah alluvial yang mempunyai sifat porositas tinggi. Dengan adanya penutupan lahan tersebut maka air hujan akan menjadi

48 genangan dilokasi pasar (Aswandi, 2004). Besarnya curah hujan juga berpengaruh terhadap peningkatan air larian sekitar lokasi. Koefisien air larian di lokasi penelitian tercatat paling besar dibanding sub DAS yang ada di sepanjang DAS Batanghari yakni 0,18 % (BP DAS Batanghari, 2007 dalam Susilawati, 2009).

Tabel 20. Data Hasil Analisis Curah Hujan Kota Jambi Tahun 2006-2010

Bulan Curah Hujan pertahun (mm)

2006 2007 2008 2009 2010

Jumlah 2.186,4 2.397 2.279,3 2.454,6 3.030,1

Rata-rata 182,2 199,7 189,9 204,5 252,5

Maksimal 379,4 333,9 315,4 323 371,5

Minimal 76,1 131,7 64,8 77 119,9

Sumber : BMG Kota Jambi Stasiun Sungai Duren, 2011

Pasar Angso Duo berada pada ketinggian terendah dari daerah sekitarnya di pusat Kota Jambi. Maka secara alami karakteristik sungai-sungai atau jaringan drainase disekitar lokasi pada umumnya menuju ke pusat kota, yakni di sekitar Pasar Angso Duo. Hal tersebut menyebabkan seluruh buangan kota dan air hujan bermuara ke lokasi

sempadan sekitar pasar di musim penghujan (Aswandi, 2004). Kondisi tersebut digambarkan pada Gambar 12 dan 13 berikut.

Ket : Noktah biru adalah sumber buangan kota Lokasi pasar

Gambar 12 . Arah Aliran Air Hujan dan Drainase Kota Terkonsentrasi ke Pusat Perkotaan Jambi (Sekitar Pasar Angso Duo)

49 Ket : Lokasi pasar

Gambar 13. Visualisasi Peta Kontur Kota Jambi dan Pembagian ke Dalam Beberapa Sub-Sub DAS

Menurut Aswandi (2004) jika dihubungkan dengan Sistem DAS Batanghari, anatomi Sungai Batanghari, mulai dari wilayah tengah (Kabupaten Tebo) hingga ke hilir dikategorikan sebagai dataran banjir. Kemiringan permukaan air sungai berkisar antara 1m/10 km sampai 1m/15 km serta rasio panjang sungai terhadap jarak lurus adalah 2:1 dan potensi debit rata-rata tahunan 46.826 x 106 m3

Menurut Aswandi (2004) kerusakan di hulu DAS Batanghari berjalan sangat intensif akibat perubahan tata guna lahan dari hutan alam menjadi lahan pertanian intensif. Curah hujan kawasan ini lebih besar dari bagian DAS lainnya, sehingga diestimasi menimbulkan ancaman lebih serius. Dampak dari hal tersebut meningkatnya laju sedimentasi diperairan sungai Batanghari akibat erosi. Sedimen yang terangkut dari maka variabel ini memperkuat kenyataan kawasan sempadan sungai Batanghari sangat mudah terpengaruh meluapnya air sungai (Aswandi, 2005). Kejadian banjir bandang di sepanjang DAS Batanghari pada tahun 1991-1992 dan tahun 2002-2003 merupakan banjir terbesar, puncaknya terjadi pada bulan 17 Desember 2003 mencapai Tinggi Muka Air (TMA) tertinggi dalam periode pencatatan data Automatic Water Level Record (AWLR) periode tahun 1955 sampai akhir 2003, yaitu 14.7 m di depan rumah dinas Gubernur Jambi dan Pasar Angso Duo (Aswandi, 2004).

50 Batang Solok akan bergabung dengan aliran Batang Tebo, Batang Bungo, Batang Pelepat, dan Batang Tabir menuju Batanghari

Peningkatan laju erosi di lahan bagian hulu, telah berdampak terhadap sistem perairan DAS Batanghari, diduga bahwa jalur sungai Batanghari dari Kota Jambi hingga Kabupaten Tanjung Jabung mengalami pendangkalan yang semakin hebat. Menurut laporan Team Study JICA pada 2002 laju debit sedimen pada DAS Batanghari mencapai 2,9 juta m3

4.2.3.4. Perhitungan Besaran Resiko Lingkungan

/tahun, lebih besar dibandingkan dengan Sungai Siak dan Sungai Musi (Aswandi, 2005). Pengamatan peta landsat, karakretistik alur Sungai Batanghari dari Kota Jambi sampai Muara Sabak sangat potensial menjadi kawasan pengendapan sedimen. Volume dan kecepatan arus lebih lemah dengan banyaknya belokan tajam (meander), kemudian kemiringan sungai kecil dan dorongan pasang naik dari mulut sungai yang lebih lebar (Aswandi, 2005). Akibat tingginya laju sedimentasi dari hulu, maka pasokan sediment load dari sungai perlu dikendalikan akibat pendangkalan, oleh karena itu pengendalian sedimentasi yang in-stream tidak akan menyelesaikan masalah, terutama untuk DAS Batanghari yang sangat luas, yaitu hampir mencapai 5 juta hektar (Aswandi, 2005).

Keberadaan Pasar Angso Duo selama ini telah menimbulkan resiko terhadap lingkungan. Adapun resiko yang ditimbulkan berasal dari limbah padat yang dihasilkan, limbah cair dan penurunan fungsi sempadan. Perhitungan besaran resiko dapat dilihat pada Tabel 21 berikut.

Tabel 21. Perhitungan Besaran Resiko Lingkungan

Sumber Resiko Dampak Resiko Kategori

Besaran Peluang Terjadi 1.Limbah Padat

(sampah Organik)

Menghasilkan gas metan 3.05 m3

2.16 m

/hari pada hari besar

3

Mayor /hari pada hari biasa *

Terjadi Resiko

tinggi 2. Kualitas Air Penurunan kualitas air Minor Kemunkinan

kecil terjadi

Resiko rendah 3.Fungsi

Sempadan

Lokasi tergenang & kejadian banjir berulang

(Aswandi,2003,2004,2005)

Mayor Terjadi Resiko

tinggi Sumber : Data diolah

51 Berdasarkan data diatas diketahui bahwa keberadaan pasar selama ini menimbulkan resiko terhadap lingkungan yang berasal dari limbah padat dan penurunan fungsi sempadan. Besaran resiko tersebut termasuk pada kategori tinggi/besar.

Dokumen terkait