• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.7. Faktor yang menghambat pemberian ASIeksklusif

Menurut Sulastriani (2004), bahwa pemberian ASI tidak lepas dari pengaruh tatanan budaya. Prilaku dibentuk oleh kebiasaan, yang diwarnai oleh adat (budaya), tatanan norma yang berlaku di masyarakat (sosial), dan kepercayaan (agama). perilaku umumnya tidak terjadi tiba-tiba. Perilaku adalah hasil dari proses yang

berlangsung selama masa perkembangan. Setiap orang selalu terpapar dan tersentuh oleh kebiasaan di lingkungannya serta mendapat pengaruh dari masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Membantu ibu agar bisa menyusui bayinya dengan benar memerlukan pemahaman tentang prilaku ibu, keluarga, dan lingkungan sosial budayanya dalam hal menyusui. Perlu diketahui bagaimana pendapat tetua adat dan masyarakat sekitarnya tentang ASI dan menyusui. Apakah mereka mendukung ASI eksklusif, tidak peduli, atau justru menghalangi pemberian ASI. Pemahaman ini perlu agar bisa lebih mengetahui alasan ibu untuk menyusui atau tidak menyusui.

Kebiasaan dan kepercayaan masyarakat terhadap mitos menjadi sesuatu hal yang turun temurun, hal ini dapat ditemukan pada masyarakat yang berada di Desa Kemantan Kebalai Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi, dimana bayi baru lahir disusui bila air susu ibunya telah berwarna putih, yakni setelah kolostrum dibuang karena dianggap menyebabkan bayi sakit peryt, sehingga bayi diberi makanan pengganti yakni roti yang telah dilumatkan, teh bergula atau madu. Setiap kali ibu hendak menyusui, ibu tidak merasa perlu membersihkan dirinya atau payudaranya dahulu, karena itu dianggap terlalu merepotkan. Kebiasaan-kebiasaan tersebut menjadi penghalang pemberian ASI eksklusif kepada bayi yang sangat membutuhkan.

Kebiasaan masyarakat To Bunggu provinsi Sulawesi Selatan memberi makanan tambahan dianggap sebagai pemenang agar bayi tidak selalu menangis. Masyarakat To Bunggu tidak menentukan umur yang pasti untuk saat bayi harus mulai diberi makanan tambahan. Keadaan seperti itu umumnya mulai ditunjukkan

oleh bayi pada saat dia berumur dua minggu hingga dua bulan. Masyarakat di Pulau Lombok memberikan makanan tambahan bagi bayi untuk memenuhi kebutuhan biologisnya serta mengandung makna simbolis sebagai lambang kasih sayang ibu.

b. Budaya.

Budaya merupakan keseluruhan sistem gagasan tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar (koentjaraningrat, 1996). Di dalam masyarakat terjadi proses interaksi yang berlangsung sejak lama, sehingga dikenal istilah sosial budaya. Dapat diartikan bahwa sosial budaya merupakan keseluruhan system gagasan dan karya manusia yag disebabkan oleh adanya interaksi di dalm masyarakat. Menurut Foster (2005), bahwa kebudayaan dapat mempengaruhi banyak aspek dalam kesehatan seperti halnya masalah gizi tergantung pada kepercayaan yang keliru, pantangan- pantangan dan upacara, yang mencegah masyarakat memanfaatkan sebaik-baiknya makanan untuk kebutuhan hidupnya.

Masyarakat Aceh pada saat setelah melahirkan akan melakukan budaya madeueng, jika seseorang perempuan akan bersalin mulailah diadakan persiapan

seperlunya untuk menanti kedatangan bayi. Mula-mula suaminya menyediakan tunggul-tunggul kayu yang baik yang akan dibakar untuk memanaskan batu, yang nantinya akan diletakkan di atas perut ibu setelah melahirkan sejak hari ke sepuluh sampai hari ke 44, batu tersebut dibalut dengan daun pisang dan dibungkus dengan kain yang telah usang. Tindakan ini bertujuan untuk mempercepat pengecilan dan

pengeringan rahim. Selanjutnya disediakan sebuah balai-balai yang tingginya sampai satu meter, yang di isi dengan tanah dan bara api. Balai-balai ini digunakan untuk tempat tidur ibu pada saat madeueng, setelah selesai madeueng ibu akan pindah ke tempat tidur yang telah disediakan. tindakan ini bertujuan untuk menghangatkan badan dan menguatkan tulang-tulang ibu yang pada saat melahirkan sudah terjadi peregangan. Api dari tunggul kayu tersebut tidak boleh besar atau menyala besar.

Selain dari pada itu disediakan ramuan-ramuan tradisional yang terbuat dari kunyit, yang dianggap dapat menyembuhkan bengkak di dalam rahim setelah melahirkan dan dapat memperlancar keluar darah kotor. Jeruk nipis dianggap dapat menciutkan rahim yang luka setelah melahirkan. gula aren untuk menambah rasa manis. Kencur untuk menambah daya tahan tubuh, menghilangkan masuk angin dan kelelahan. Kunyit dan kencur terlebih dahulu digiling halus kemudian dicampur dengan jeruk nipis dan gula aren, yang diminum setiap pagi sebanyak satu gelas kecil (200 cc) selama madeueng.

Makanannya selama kegiatan madeueng adalah nasi campur air dengan ikan kering yang digongseng. Lain-lain makanan tidak diperbolehkan, bahkan telurpun dilarang sama sekali.. Setelah empat puluh empat hari lamanya barulah perempuan itu dibolehkan turun dan diadakanlah acara mandi dengan istilah manoe peuetploh peuet (mandi hari ke empat puluh empat). Akan tetapi seiring dengan semakin meningkatnya ilmu pengetahuan dan tehnologi, maka budaya madeueng semakin kurang dilaksanakan oleh masyarakat Aceh, namun masyarakat di Kecamatan Johan

Pahlawan sebahagian besar masih melaksanakan madeueng walaupun kurang sempurna sebagaimana yang dilaksanakan oleh orang-orang zaman dahulu.

Tradisi peucicap adalah upacara untuk memberi rasa makanan kepada bayi. Rasa yang diberikan ini terdiri dari manisan lebah dan air buah-buahan. Bahan-bahan yang harus dipersiapkan dalam upacara ini terdiri dari manisan lebah, beureteh jagung (jagung yang sudah digongseng), buah kelapa muda, telur ayam, gunting rambut, cermin, cincin emas, nasi pulut, hati ayam, surat yasin dan rencong. Bahan- bahan ini dimaknakan sebagai isyarat, bahwa madu itu rasanya manis asli tanpa campuran maka diharapkan bayi setelah dewasa buah dapat bertutur kata yang manis sebagaimana manisnya madu. Beureteh jagung (jagung yang sudah digongseng) yang kembang diibaratkan setelah bayi dewasa apabila dia bekerja maka rezekinya akan bertambah sebagai mana kembangnya beureteh. Buah kelapa muda beserta airnya merupakan air yang bersih dan bisa dijadikan obat. Gunting rambut, dipakai untuk mengunting rambut bayi sebanyak lebih kurang tujuh helai sebagai isarat membuang rambut yang kotor dan dimasukkan ke dalam air kelapa muda. Cermin digunakan untuk melakukan intropeksi terhadap diri sendiri. Kalau bayi perempuan ditambahkan cincin emas sebagai isyarat kelak dia dewasa akan berharga dimata laki-laki. Nasi pulut sebagai lambang kelengketan hubungan antar saudara.

Dalam upacara ini turut sanak keluarga kedua belah pihak (baik keluarga istri maupun keluarga suami), geuchik (kepala Desa), teungku (ustad) dan tetangga yang berdekatan. Acara peucicap dilakukan oleh orang-orang alim (yang dimaksud alim adalah orang yang berilmu dan takut terhadap Allah), terpandang (orang yang

disegani oleh masyarakat karena memiliki ilmu), dan baik budi pekertinya (orang yang memiliki ahklak yang mulia dan taat kepada Allah).

Ini mempunyai tujuan agar bayi itu kelak akan alim, terpandang dan baik budi pekertinya. Menurut anggapan mereka bayi akan meniru sifat-sifat orang peucicap. Bila bayi yang di peucicap itu laki-laki dilakukan oleh orang lelaki dan bila perempuan maka oleh orang perempuan.

Peucicap dimulai dengan “Bismillahirrahmanirahim” diteruskan dengan

ucapan beu mameh lidah (manislah lidah pada saat berbicara), panyang umu (panjang umur), mudah rezeki, di thee lam kawom (terpandang dalam keluarga) dan taat keu agama (taat dalam agama). Setelah ucapan itu selesai lalu diolesi manisan lebah, air

(pati) buah-buahan pada mulut bayi. Tujuan pengolesan manisan lebah dan pati buah- buahan, adalah untuk memberi rasa kepada bayi, agar nanti tidak canggung hidupnya dalam masyarakat, dan rajin bekerja.

Sesudah selesai acara pengolesan, lalu diambil hati ayam diletakkan di atas dada bayi, lalu dibalik-balik dengan membaca Bismillahhirahmannirahhim. Tujuan dari membalik balik hati ayam ini, agar dalam bertindak dan berbuat sesuatu kelak ia selalu mendapat petunjuk.

Acara yang terakhir adalah memperlihatkan surat yasin dan rencong pada bayi. Acara ini bertujuan agar kelak ia menjadi anak yang taat kepada agama, menjadi anak yang berani mempertahankan kebenaran dan berani melawan kejahatan.

c. ASI tidak cukup

Salah satu alasan umum yang paling sering para ibu berikan untuk memulai pemberian susu botol, atau berhenti menyusui, adalah mereka menganggap diri mereka tidak punya cukup ASI. Biasanya sekalipun ibu menganggap dirinya tidak punya cukup ASI, nyatanya bayi mendapatkan semua yang dibutuhkan oleh bayi. Hampir semua ibu dapat menghasilkan ASI yang cukup untuk satu, bahkan untuk dua bayi. Hampir semua ibu dapat menghasilkan lebih dari yang bayi mereka perlukan.

Alasan ini tampaknya merupakan alasan utama para ibu untuk tidak memberikan ASI secara eksklusif. Walaupun banyak para ibu-ibu yang merasa ASI- nya kurang, tetapi hanya sedikit sekali (2-5%) yang secara biologis memang kurang produksi ASI-nya. Selebihnya 95-98% ibu dapat menghasilkan ASI yang cukup untuk bayinya. Harus diakui bahwa Tuhan telah menciptakan tubuh manusia yang cerdas. Tubuh ibu akan membuat ASI sesuai dengan kebutuhan bayinya. ( Roesli Utami, 2000).

Apabila bayi tidak mulai menyusu pada hari pertama, ASI ibu lebih lama keluar, dan menyusui kurang dari 8 kali sehari dalam 4 minggu pertama atau kurang dari 5-6 kali sehari untuk bayi yang lebih tua .membuat bayi belum terpenuhi kebutuhan ASI-nya. Sebab umum bayi tidak mendapatkan cukup ASI karena kadang ibu tidak merespon bayinya kala menangis, atau ibu melewatkan waktu-waktu menyusui, terlalu sibuk di tempat kerja, menyusui terlalu singkat waktu atau buru- buru sehingga bayi tidak cukup mendapatkan hindmilk yang kaya zat lemak., melepaskan bayi dari payudaranya setelah satu atau dua menit, kadang bayi berhenti

menyusui terlalu cepat jika bayi merasa sangat kegerahan karena di balut dengan pakaian terlalu banyak, perlekatan yang kurang efektif, dan bayi yang diberi botol susu atau menghisap kompeng. Ibu yang kurang percaya diri, stress, tidak senang menyusui dan kelelahan membuat bayi tidak mendapatkan ASI yang cukup.

Tanda-tanda bayi mungkin tidak cukup mendapatkan ASI antara lain pertambahan berat badan kurang (kurang dari 500 gram/bulan, kurang dari berat lahir setelah 2 minggu), dan mengeluarkan air seni pekat dalam jumlah sedikit (kurang dari 6 kali sehari, warnanya kuning dan baunya tajam.

2.8. Landasan Teori

Pelaksanaan IMD pada bayi baru lahir dilanjutkan dengan pemberian ASI eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan tidaklah mudah, hal ini dapat diketahui dari cakupan IMD dan ASI eksklusif yang rendah serta pemberian makanan tambahan yang tinggi. Berdasarkan hasil survei awal yang telah dipaparkan, dapat diasumsikan bahwa pelaksanaan IMD dan pemberian ASI eksklusif serta pemberian makanan tambahan dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor penghambat maupun faktor pendukung. Dengan menganalisis faktor-faktor tersebut akan dapat dilakukan peningkatan pelaksanaan IMD serta pemberian ASI eksklusif sehingga dapat menekan angka kesakitan dan angka kematian bayi.

2.9. Kerangka Pikir

Berdasarkan landasan teori dapat dirumuskan kerangka pikir penelitian, sebagai berikut:

Faktor ffalalnnnnnnn,ff

IMD Faktor pendukung

Petugas kes sudah dilatih Bidan tinggal di desa Posyandu aktif Geografi

Faktor penghambat

Ibu kelelahan

Bidan kurang paham Keluarga tidak mendukung

Faktor pendukung

Pengetahuan Sikap

Sarana kesehatan

Dukungan keluarga ASI Eksklusif

Faktor penghambat

Pengetahuan rendah Kebiasaan

Budaya

ASI tidak cukup

Dokumen terkait