• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4. HASIL PENELITIAN

4.2. Pelaksanaan IMD dan ASI eksklusif

4.2.1. Pendapat Kepala Puskesmas dan bidan koordinator KIA

Pelaksanaan IMD dan ASI Eksklusif

Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari kepala Puskesmas Johan Pahlawan menyatakan bahwa, tenaga bidan yang bertugas di wilayah kerja puskesmas berjumlah 25 orang, yang terdiri 1 orang bidan koordinator, 4 orang bidan PTT, sedangkan jumlah Desa yang termasuk binaan puskesmas sebanyak 21 Desa. Untuk setiap Desa memiliki seorang tenga bidan yang bertanggung jawab terhadap keberhasilan Desa, walaupun bidan tidak tinggal di Desa.

Dari hasil wawancara dengan Bidan Koodinator KIA diketahui bahwa, target yang ditetapkan oleh pemerintah untuk puskesmas Johan pahlawan di tahun 2009, tentang persalinan yang ditolong oleh tenaga bidan sebanyak 80%, hasil yang sudah dicapai sampai dengan bulan Mai 2009 sebanyak 28,7%. Jumlah bayi sampai bulan Mai sudah mencapai sebanyak 1262 orang, sementara bayi yang dilakukan IMD sebanyak 290 orang, sedangkan bayi yang mendapat kesempatan menyusui secara eksklusif hanya 112 orang, akan tetapi sebagian besar bayi sudah mendapatkan makanan di samping pemberian ASI. Makanan yang diberikan bervariasi antara lain

pisang dicampur dengan nasi, bubur susu, milna dan lain-lain. Jumlah posyandu yang ada di wilayah kerja puskesmas sebanyak 34 buah, dan semua aktif.

Puskesmas Johan Pahlawan belum membentuk kelompok pendukung ASI, akan tetapi apabila masyarakat ada keluhan tentang menyusui maka mereka akan berkonsultasi dengan petugas kesehatan dan kader posyandu. Tenaga bidan yang bertugas di puskesmas Johan Pahlawan sudah semuanya mengikuti pelatihan konselor ASI, sedangkan pelatihan asuhan persalinan normal (APN) hanya baru diikuti oleh 18 bidan, dan pelatihan Insiasi menyusu Dini (IMD) baru diikuti oleh 15 bidan.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari kepala Puskesmas dan bidan koordinator Puskesmas Johan Pahlawan dapat dikatakan bahwa masih ada tenaga bidan yang belum mendapatkan pelatihan baik pelatihan asuhan persalinan normal (APN), maupun pelatihan inisiasi menyusu dini (IMD). Dan baru 30% bayi yang dilakukan IMD, sedangkan bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif hanya 35%.

4.2.2. Gambaran Pelaksanaan IMD dan Pemberian ASI Eksklusif.

Berdasarkan wawancara yang mendalam terhadap informan yang mempunyai bayi berumur 6 bulan, yaitu tentang umur bayi, jumlah saudara, pendidikan dan pekerjaan ibu, serta tentang pelaksanaan IMD dan pemberian ASI secara eksklusif, dapat diperoleh gambaran seperti dilihat pada table 4.3

Tabel 4.3. Gambaran bayi yang mendapatkan inisiasi menyusu dini dan pemberian ASI secara eksklusif serta yang tidak mendapatkan inisiasi menyusu dini dan pemberian ASI secara eksklusif

Nama Bayi Umur Jumlah Saudara Pendi dikan Ibu Pekerjaa n Ibu ASI eksklusif IMD Proses persali nan Syifa Nurma Mega Dimas Dekcut Cici Syamin Devi Tomi Nisah 6 bln 10 hr 6 bln 20 hr 6 bln 18 hr 6 bln 15 hr 6 bln 12 hr 6 bln 25 hr 6 bln 23 hr 6 bln 16 hr 6 bln 25 hr 6 bln 28 hr 1 orang 4 orang 2 orang 1 orang 4 orang 1 orang 2 orang 3 orang 3 orang 2 orang SD SMP SMP D,3 SMP SD D.3 SMA SD SMA IRT Swasta IRT IRT IRT IRT pegawai Pegawai IRT Pegawai tidak tidak tidak ya tidak tidak ya tidak ya tidak tidak tidak ya ya ya ya tidak ya tidak tidak normal cesar normal normal normal normal normal normal normal normal

Dari hasil penelitian yang terdapat di dalam tabel 4.3, menunjukan bahwa, bayi yang dilakukan IMD maka akan berlangsung pemberian ASI secara eksklusif. Akan tetapi ada bayi yang dilakukan IMD tapi tidak mendapatkan ASI secara eksklusif, dan bayi yang tidak IMD namun menyusui secara eksklusif.

Agar pemahamam tentang pelaksanaan IMD dan ASI eksklusif dari subjek penelitian ini lebih jelas, maka di sini akan diuraikan ada beberapa faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan IMD dan pemberian ASI secara eksklusif:

1. Faktor Yang Mendukung Pelaksanaan IMD

Terlaksananya IMD pada saat bayi baru lahir tidak terlepas dari peran serta petugas kesehatan, dalam hal ini bidan, karena bidan merupakan orang yang paling berperan dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA), serta keluarga yang ikut

mendukung terlaksananya IMD. Dengan pelaksanaan IMD secara tepat maka dapat memotivasi ibu dan bayi untuk pemberian ASI selanjutnya. Berdasarkan hasil penelitian bahwa Motivasi tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain :

a. Petugas kesehatan Telah Mengikuti Pelatihan Tentang IMD

Dari hasil wawancara denga orang tua mega, menyatakan, bayi pada saat lahir ditolong oleh bidan senior yang cukup sibuk dan banyak pasiennya, pada waktu itu melahirkan di rumah mereka sendiri. Setelah bayi lahir bidan langsung meletakkan bayinya di atas perut, tapi informan tidak terkejut karena waktu lahir anak pertama juga dilakukan IMD dan suaminya juga tidak heran karena sudah pernah melihat, malahan mau membantu memegang bayinya supaya tidak jatuh. Tapi cuma sebentar diletakkan di atas perut lebih kurang 15 menit bayinya hanya diam saja, karena ibu bidan mau cepat-cepat kebetulan ada pasien lain yang mau melahirkan, maka bayinya langsung dipindahkan.

Berikut cuplikan hasil wawancara dengan bidan yang menolong persalinan, alasan dilakukan IMD:

“Karena saya sudah mendapatkan ilmu dan pelatihan dtentang IMD maka pada setiap pasien yang saya tolong selalu saya lakukan IMD, dan menjelaskan apa manfaat IMD sehingga keluarga ikut membantu dalam pelaksanaan IMD. Sebenarnya IMD dilakukan selama 1 jam dibiarkan di atas dada si ibu, tapi karena saya buru-buru ada pasien lagi yang mau melahirkan, maka saya hanya melakukan cuma 15 ment.”

Hal yang sama dirasakan oleh ibu dimas, dekcut, cici, dan ibu syamin, berikut hasil wawancara:

Bayi lahir ditolong oleh bidan di rumahnya sendiri, dan kebetulan rumah mereka tidak jauh dengan tempat tinggal bidan tersebut. waktu itu setelah bayi lahir langsung diletakkan di atas perut oleh ibu bidan selama tiga puluh menit, dan ibu bidan menjelaskan tentang tindakan tersebut. Ibu melihat bayinya merangkak di atas perutnya yang dipegang oleh suaminya supaya tidak jatuh, kemudian setelah 30 menit bayi mulai bergerak mencari payudara.

Berdasarkan informasi yang didapatkan dari bidan yang menolong informan ibu dimas, pada saat melahirkan, menyatakan alasan dilakukan IMD karena:

“Saya sudah biasa melakukan IMD, karena saya sudah pernah mengikuti pelatihan IMD, dan IMD tersebut sangat bermanfaat untuk bayi, juga ibunya.”

Begitu bayi lahir dengan segera menangis, langsung diletakkan di atas perut selama 30 menit, tapi bidan tidak menjelaskan tujuan dan manfaatnya.

Berdasarkan informasi yang didapatkan dari bidan yang membantu proses persalinan ibu dekcut, menyatakan alasan dilakukan IMD karena:

“saya sudah biasa malakukan IMD pada saat menolong diruang bersalin, karena IMD itu sangat berguna bagi ibu dan bayi. Dan saya juga sudah pernah mendapatkan pelatihan.”

Menurut informasi yang di dapatkan dari ibu cici, setelah bayi lahir langsung diletakkan di atas perut ibu, sambil nenek dukun menjelaskan tujuanya. Berdasarkan keterangan nenek, menyatakan, dukun melakukan tindakan IMD tersebut karena sudah diajari dan bekerja sama dengan bidan puskesmas.

Menurut informasi yang didapatkan dari ibu devi,.Pada saat beliau melahirkan yang di tolong oleh bidan di klinik bersalin. Setelah bayinya lahir langsung di

letakkan di atas perut si ibu, ibu devi merasa senang dan gembira melihat anaknya sudah lahir dan tidak cacat, begitu juga dengan suaminya ikut gembira menyambut kehadiran putrinya.

Setelah diletakkan bayinya di atas perut ibu selama 30 menit, bayinya mulai bergerak mencari payudara, merupakan suatu pemandangan yang indah bagi informan melihat bayinya bergerak yang selama ini tidak pernah dilihat, karena biasanya begitu bayi lahir langsung dibedung, bidan yang menolong juga menjelaskan kenapa bayi sekarang harus diletakkan di atas perut ibu.

Hasil wawancara dengan bidan yang menolong ibu devi melahirkan menyatakan:

”Di klinik saya setiap ada yang melahirkan selalu dilakukan IMD, karena saya sudah pernah mengikuti pelatihan IMD, bahkan sudah menjadi fasilitator APN”

b. Bidan Tinggal di Desa

Hanya beberapa bidan yang tinggal di Desa tempat mereka bertugas, akan tetapi walaupun bidan tidak tinggal di Desa, bidan tetap hadir ke Desa setiap hari kerja mulai hari Senin sampai dengan hari Kamis, hari Jumat wajib hadir ke puskesmas.

Dari hasil wawancara dengan informan ibu dimas, dekcut dan ibu tomi, menyatakan,

“ selama ada bidan di Desa kami sangat mudah untuk berkonsultasi dan kalau kami memerlukan pertolongan cepat datang”

Menurut ibu dimas pada saat melahirkan ditolong oleh bidan di rumahnya sendiri, dan kebetulan rumah mereka tidak jauh dengan tempat tinggal bidan. Bidan Desa tersebut sudah lama tinggal di Desa, ibu dimas sejak hamil selalu memeriksakan diri dengan bidan, karena menurut ibu dimas selama bidan bertugas dan tinggal di Desa sangat memudahkan untuk berkonsultasi tentang kesehatan.

Menurut ibu dekcut pada waktu melahirkan ditolong oleh bidan, yang rumah nya tidak jauh dari tempat tinggal ibu bidan tersebut. Sebelum bidan datang nenek sudah memanggil dukun untuk menolong ibu dekcut, ternyata tidak berhasil, kemudian nenek menganjurkan suaminya untuk memanggil bidan rumah sakit.yang tinggal satu Desa dengan mereka. Menurut ibu dekcut dengan adanya bidan tinggal di Desa sangat memudahkan untuk mendapatkan pertolongan

Menurut ibu tomi, Pada saat melahirkan beliau ditolong oleh bidan, yang tinggalnya di depan toko mereka. Menurut ibu tomi dengan adanya bidan di Desa sangat membantu informan untuk mendapatkan pelayanan dan informasi tentang kesehatan.

c. Posyandu Aktif

Posyandu yang ada di Kecamatan Johan pahlawan yang berjumlah 34 buah, yang terdapat di setiap Desa, ada dalam satu Desa 3 posyandu, satu Desa 2 posyandu dan satu Desa 1 posyandu. Posyandu yang ada semua aktif, disertai dengan kader yang sangat antusias dalam melaksanakan tugasnya. Pada umumnya kader yang ada

dikecamatan Johan pahlawan sudah pernah mengikuti pelatihan diantaranya pelatihan tentang IMD, konselor ASI,menu makanan bayi dan ibu hamil.

Posyandu beserta kader yang aktif dapat memberikan informasi terhadap ibu- ibu yang mengalami ganguan masalah kesehatan terutama menyangkut masalah ASI, IMD dan makanan bayi maupun ibu hamil, apabil masalah kesehatan yang dihadapi oleh ibu-ibu tidak dapat diatasi oleh kader, maka kader akan merujuk ke bidan Desa yang ada di Desa tersebut. Apabila ibu-ibu menyusui mempunyai masalah tentang kesehatannya di luar jadwal posyandu, maka kader posyandu akan mendatangi ibu- ibu tersebut. Kader posyandu setiap 3 bulan mendapatkan honor yang diberikan oleh puskesmas sebanyak Rp 30.000/orang.

Beikut cuplikan hasil wawancara dengan informan 4 dan 7.tentang keaktifan posyandu.

“ saya mendapatkan informasi tentang IMD pada saat periksa hamil di posyandu”(informan 4)

“ saya mengetahui tentang IMD dari kader posyandu yang datang berkunjung ke rumah saya pada saat saya mau melahirkan”(informan 7)

d. Keadaan Geografis

Letak Kecamatan Johan Pahlawan berada di pusat kota, dengan dataran yang rendah, jalan yang dilalui oleh masyarakat sudah diaspal, transportasi lancar, sarana kesehatan yang mudah terjangkau disetiap Desa memiliki sarana kesehatan, baik puskesmas atau puskesmas pembantu dan polindes. Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan sangat memuaskan masyarakat, membuat

masyarakat tidak enggan berkunjung kesarana kesehatan, baik untuk berobat maupun hanya sekedar berkonsultasi tentang masalah kesehatan.

Berikut cuplikan hasil wawancara dengan informan

”Saya sangat senang dengan keadaan sekarang, karena kalau saya ada masalah dengan menyusui saya bisa langsung menanyakan sama ibu bidan, karena Puskesmas dengan rumah saya tidak jauh bisa dengan jalan kaki, dengan jalan kakipun sudah enak karena jalannya udah diaspal.”(informan 3)

”Saya senang karena sekarang kalau ada apa-apa dengan bayiku dan kesehatan aku cepat kita menghubungi ibu bidan, karena di desa kami udah ada puskesmas pembantu, dan petugasnya selalu ada sampai siang, bidan yang bertugas juga sering memberi informasi tentang IMD dan menyusui kepada kami yang berkunjung kepuskesmas.”(jnforman 4)

”Saya senang karena pada saat saya berobat dan berkonsultasi masalah kehamilan dengan bidan dan dokter cepat dilayani, kemudian banyak informasi yang diberikan tentang persalinan, menyusui sampai 6 bulan, dan habis lahir anak tarok dida. Dan rumah sakit mudah dijangkau, naik becak tidak sampai lima menit udah sampai, becakpun tidak payah dicari karena udah banyak lewat dijalan depan rumah, kalau dimusim hujan juga tidak menjadi masalah karena jalan tidak becek lagi udah diaspal”(informan 8)

2. Faktor yang Menghambat Pelaksanaan IMD

Ada beberapa hal yang dapat mengganggu atau menghambat kemampuan alami bayi untuk mencari dan menemukan sendiri payudara ibunya atau IMD. Di antaranya obat kimiawi yang diberikan sewaktu ibu melahirkan dan mungkin bisa sampai ke janin melalui placenta, sehingga menyebabkan bayi sulit menyusu pada payudara ibunya. Kelahiran dengan tindakan dan obat-obatan seperti operasi, vakum, forcep, bahkan perasaan lelah dan sakit di daerah kulit yang digunting saat episiotomi dapat

pula mengganggu pelaksanaan IMD. Adapun hal-hal yang mempengaruhi tidak terlaksananya IMD berdasarkan hasil penelitian antara lain :

a. Kelelahan

Menurut informasi yang diperoleh dari ibu Nisa bahwa, pada waktu melahirkan ibu Nisa ditolong oleh perawat yang sudah senior, begitu bayinya lahir tidak diletakkan di atas perut ibu langsung dibungkus dan ditidurkan di tempat yang lain, karena ibu Nisa tidak mau kalau bayinya diletakkan di atas perut, tidak sanggup menahan dan masih lelah setelah melahirkan. Selama proses persalinan ibu Nisa mengalami masa persalinan yang panjang, yang membuat dirinya kelelahan dan dehidrasi.

Perawat yang menolong persalinan menganjurkan untuk memasang infus tapi ibu Nisa tidak bersedia, setelah melahirkan ibu Nisa mengalami perdarahan sehingga membuat dirinya kelelahan.

Berikut cuplikan wawancara dengan ibu Nisa:

“ saya tidak mau diletakkan anak saya di atas dada karena saya capek dan lemas”

Akan tetapi tidak terlaksananya IMD, juga dipengaruhi oleh karena perawat yang membantu proses persalinan belum pernah melakukan IMD, sehingga perawat tidak memberi motivasi terhadap informan untuk melakukan IMD.

Berikut cuplikan hasil wawancara dengan perawat yang membatu proses kelahiran:

“belum pernah saya melakukan IMD hanya mendengarkan saja, dan belum dilatih tentang tatacara IMD, ibu Nisah juga tidak mau dilakukan IMD.”

b. Bidan Tidak Paham Tentang IMD

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari ibu syifa, menyatakan, pada saat setelah bayinya lahir tidak dilakukan IMD, dan ibu Nisa tidak pernah mendengar tentang IMD, baik pada saat periksa hamil dengan bidan di puskesmas maupun pada saat periksa hamil dengan bidan praktek swasta (BPS).

Menurut informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan bidan yang membantu proses persalinan ibu Nisa menyatakan alasan tidak dilakukannya IMD:

“Saya tidak melakukan IMD karena saya belum pernah melihat dan mengetahui prosudur tentang IMD, dan saya belum pernah mengikuti pelatihan.”

Menurut informasi yang diperoleh dari ibu Syamin. Pada saat melahirkan ditolong oleh bidan, setelah bayi lahir tidak dilakukan IMD. Akan tetapi dibersihkan kemudian dimandikan dan ditidurkan di samping ibunya, bidan menganjurkan untuk memberi ASI, tanpa memberikan penjelasan dan mengatakan jangan diberikan pisang karena dapat mengganggu usus.

Berdasarkan informasi yang didapatkan dari bidan yang menolong proses persalinan ibu Syamin, menyatakan alasan tidak dilakukan IMD karena:

“Belum pernah saya lakukan IMD pada saat saya menolong persalinan, tapi saya sudah pernah mengikuti pelatihan tentang IMD, Cuma saya belum berani melakukan IMD. Lagi pula pada saat ibu Syamin melahirkan ramai saudaranya yang menemani sehingga membuat suasana sedikit terganggu.”

Menurut ibu Tomi pada saat melahirkan ditolong oleh bidan, yang tinggalnya di depan toko mereka. Pada saat melahirkan tidak diletakkan bayi di atas perut ibunya langsung dimandikan dan dibedong. setelah itu baru diberikan sama ibunya. Ibu Nisa tidak pernah melihat kalau anak baru lahir diletakkan di atas perut dan bidannya pun tidak pernah cerita, dirinya hanya tau kalau bayi setelah lahir harus diberikan air susu ibunya sampai umur enam bulan

Berdasarkan informasi bidan yang membantu proses persalinan ibu Nisa menyatakan:

“Saya belum pernah mengikuti pelatihan IMD, dan saya tidak paham bagaimana tata cara pelaksanaan IMD karena belum pernah lihat.”

c. KeluargaTidak Mendukung

Dari hasil wawancara dengan informan diketahui bahwa ada beberapa suami informan diantaranya ayah dekcut, tomi, dan nisa, menyatakan bahwa masalah proses melahirkan adalah urusan orang tua, kami sebagai suami hanya menuruti kehendak atau kemauan orang tua. Apabila menurut orang tua itu baik dilakukan maka bagi kami juga tidak keberatan, karena kami tidak mengeathui apa maksud dan tujuan dilakukan IMD. Selama ini kami belum pernah melihat dan mendengar tentang IMD, sehingga pada saat istri melahirkan kami tidak menganjunjurkan dan mengizinkan, karena belum memahami apa itu IMD.

Menurut nenek dekcut, pada saat setelah bayi lahir, bidan melakukan IMD maka nenek melarang untuk dilakukan, karena menurut nenek bayi belum

dibersihkan masih berlepotan dengan darah dan lemak, biasanya yang sering dilihat oleh nenek bayi setelah lahir dibersihkan dan dimandikan baru diberikan pada ibunya, tidak seperti sekarang bayi masih dalam keadaan kotor sudah diletakkan di atas dada si ibu, sehingga menimbulkan kesan bahwa bayi belum suci dari kotoran kalau belum di mandikan.

Berikut hasil wawancara dengan nenek alasan tidak menganjurkan untuk IMD:

“ karena bayi masih kotor dengan darah dan lemak, kalau menurut agama belum suci dari hadast.”

d. Melahirkan Secara Operasi

Berdasarkan informasi dari ibu Nurma, pada saat melahirkan beliau harus dioperasi, karena menurut bidan yang membantu proses persalinan, setelah ditunggu beberapa jam tapi tidak ada pembukaan dan kepala janin belum masuk pintu bawah panggul (PAP).

Ibu Nurma menyatakan bahwa dirinya dioperasi barangkali ada hubungan dengan umur, karena waktu melahirkan sudah umur 38 tahun. Setelah bayi dilahirkan dengan cara operasi bayi segera menangis dan tidak dilakukan IMD, langsung dibawa ke ruang bayi dimasukkan ke dalam incubator.

Menurut perawat yang ikut dalam tim operasi menyatakan alasan tidak dilakukan IMD karena:

“pada saat dioperasi kondisi ibu lemah, karena perdarahan maka dokter anak menganjurkan bayinya segera dirawat dalam incubator”

3. Faktor Yang Mendukung Pemberian ASI Eksklusif

Setiap ibu dapat menghasilkan air susu yang dibutuhkan oleh bayi sebagai

makanan alami, pemberian ASI eksklusif serta proses menyusui yang benar merupakan sarana yang dapat diandalkan untuk membangun sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. ASI adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna untuk menjamin tumbuh kembang bayi pada 6 bulan pertama. Selain itu proses menyusui yang benar, bayi akan mendapatkan perkembangan jasmani, emosi, maupun spiritual yang baik dalam kehidupannya. Berdasarkan hasil penelitian, terlaksananya pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh :

a. Pengetahuan suami dan istri terhadap ASI

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari ibu Dimas menyatakan bahwa, mereka mengetahui tentang ASI eksklusif pada saat periksa hamil dengan bidan di rumah sakit, dengan cara membaca buku, dari teman sekantor, dan pada saat berkunjung ke posyandu. Setelah mereka mendapatkan pengetahua tentang ASI eksklusif, maka mereka berkeinginan untuk memberikan ASI secara eksklusif untuk bayinya.

Pada saat bayinya lahir setelah selesai dibersihkan oleh bidan maka bayinya ditidurkan di samping ibunya. Sambil bidan mengatakan:

“coba aja kasih nenennya biar air nenennya keluar dan jangan kasih pisang cukup nenen aja sampai umur 6 bulan”.

Orang tua dan mertua ibu Dimas pada saat mendengarkan apa yang dikatakan oleh ibu bidan cuma tersenyum saja, begitu bidannya pulang langsung mereka berkata, apa dibilang sama ibu bidan dia dulu waktu kecil juga dikasih pisang. Tetapi ibu Dimas diam saja, karena ibu Dimas sudah berniat sejak hamil dia ingin memberikan ASI saja untuk bayinya

Tetapi hal ini tidaklah mudah mereka hadapi, karena mereka masih tinggal bersama orang tua, yang masih sangat percaya kalau bayi sudah lahir harus diberikan pisang. Begitu bayinya menangis langsung neneknya bilang bahwa bayinya lapar tidak cukup dengan ASI saja, tapi ibu Dimas diam saja sambil menyatakan sama orang tuanya bahwa kalau bayi menangis belum tentu lapar barang kali popoknya basah. Juga omongan dari tetangga katanya mana cukup kalau ASI saja kapan bayi kita sehat, seperti kita lihat di TV bayi dikasih susu cepat besar dan sehat, tapi ibu Dimas diam saja sambil tersenyum.

Pada saat diobservasi posisi ibu Dimas menyusui adalah sebagai berikut: “Ibu Dimas menyusui sambil duduk di lantai dengan posisi kaki lurus dan sedikit membungkuk serta meletakkan bantal di bawah badan bayi sebagai ganjalan, mulut bayi terbuka lebar, areola mamae tidak kelihatan, dagu dan pipi bayi menempel dengan payudara, perut bayi menempel dengan perut ibu.”

Hal yang sama juga dialami oleh ibu syamin, ibu Syamin juga mengetahui

Dokumen terkait