• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2008

SARI WIRYANINGTYAS. Emisi Metan (CH4) pada Lahan Gambut yang Disawahkan dengan

Penambahan Amelioran. Dibimbing oleh IBNUL QAYIM dan PRIHASTO SETYANTO.

Penelitian ini dilakukan di Balai Penelitian Lingkungan Pertanian Kabupaten Pati dari bulan Maret-Juli 2007. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bahan amelioran yang dapat meningkatkan produktivitas padi di lahan gambut dengan emisi CH4 rendah. Percobaan disusun

secara acak kelompok dengan 3 ulangan, sebagai perlakuan yaitu tanpa amelioran, dolomit, zeolit, dan terak baja. Emisi CH4diukur langsung dari lahan sawah dengan sistem automated closed

chambers. Hasil penelitian menunjukkan bahwa emisi CH4 sangat beragam antara 496.9-764.4

kg/ha/musim. Emisi CH4 tertinggi terdapat pada perlakuan tanpa amelioran (764.4 kg/ha) diikuti

oleh zeolit (698.7 kg/ha), terak baja (543.0 kg/ha), dan dolomit (496.9 kg/ha). Hasil pengamatan menunjukkan hubungan yang nyata antara fluks CH4 dengan pH pada perlakuan tanpa amelioran,

zeolit, terak baja, dan jumlah anakan pada perlakuan zeolit. Sedangkan hasil gabah antar amelioran tersebut tidak berbeda nyata. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan dolomit merupakan amelioran yang potensial dalam menekan emisi CH4di sawah lahan gambut.

ABSTRACT

SARI WIRYANINGTYAS. Methane (CH4) Emission from Paddy Peat Soil Amended with

Ameliorants. Supervised by IBNUL QAYIM and PRIHASTO SETYANTO.

This study was conducted in Indonesian Agricultural Environment Research Institute in District of Pati started from March to July 2007. The objectives of this research was to obtain ameliorant that increased rice paddy peat soil production with lower CH4 emission. This

experiment was arranged in a completely randomized block design with three replications and 4 treatments are: without ameliorant, dolomite, zeolite, and slag. Methane emission was measured using automated closed chamber technique. The result of experiment showed that total CH4

emission varied between 496.9 kg/ha/season to 764.4 kg/ha/season. The highest CH4emission

occur in without ameliorant treatment (764.4 kg/ha) followed by zeolite (698.7 kg/ha), slag (543.0 kg/ha), and dolomite (496.9 kg/ha). There were some significant relationships between CH4fluxes

with pH in without ameliorant, zeolite, slag treatments and number of tillers in zeolite treatment. There was no significant difference in yield among ameliorants. This study showed that dolomite was potential ameliorant to mitigate CH4emission in rice paddy at peat soils.

Isu pemanasan global semakin meningkat dari tahun ke tahun. Fenomena yang disebabkan oleh efek gas rumah kaca (GRK) semakin menjadi perhatian dunia saat ini. Metan (CH4) merupakan salah satu gas rumah kaca yang mampu menyerap panas radiasi gelombang panjang matahari selain uap air (H2O), karbondioksida (CO2), dan N2O (Agus&Irawan 2004). Pada skala global konsentrasi gas CH4 meningkat sekitar 1 % setiap tahun. Konsentrasi CH4 di udara saat ini sebesar 1.72 ppm atau 2 kali lebih besar dari konsentrasi saat pra industri yaitu 0.8 ppm (Segers&Kenger 1997). Menurut Setyanto (2004), CH4 dihasilkan melalui proses dekomposisi bahan organik secara anaerobik pada lahan rawa dan sawah. Lahan tersebut merupakan salah satu sumber penyumbang gas CH4 yang cukup signifikan, karena dengan kondisi tanah tergenang sangat sesuai bagi bakteri metanogen (Wihardjaka&Makarim 2001).

Pemanfaatan lahan potensial pertanian di Jawa semakin terdesak akibat laju pembangunan dan kepadatan penduduk. Akhir-akhir ini tumpuan harapan untuk memasok pangan nasional mulai banyak diarahkan pada pemanfaatan lahan pasang surut. Lahan pasang surut terdiri atas lahan potensial, lahan sulfat masam, lahan gambut, dan lahan salin (Sawiyo et al. 2000). Lahan pasang surut umumnya didominasi oleh tanah gambut dan tanah sulfat masam yang termasuk dalam ekosistem marginal (Najiyati

et al. 2005). Luas lahan pasang surut di Indonesia sekitar 20.1 juta ha, 2 juta ha diantaranya tergolong lahan potensial, 6.7 juta ha lahan sulfat masam, 11 juta ha lahan gambut, dan 0.4 juta ha lahan salin (Hartatik

et al. 2004). Lahan gambut yang berpotensi untuk dikembangkan diperkirakan seluas 5.6 juta ha, sedangkan untuk lahan pertanian masih terbatas, kurang dari 1 juta ha. Pengolahan lahan gambut harus memperhatikan peraturan yang berlaku agar tidak mengganggu keseimbangan ekosistem di dalamnya. Keppres No 32 tahun 1990 menyatakan bahwa gambut dengan kedalaman 3 m atau lebih termasuk kategori kawasan lindung yang tidak boleh diganggu.

Lahan gambut menyimpan cadangan karbon yang sangat besar berupa bahan organik yang terakumulasi selama ribuan tahun. Pengelolaan tanah gambut yang tidak bijak akan berdampak terhadap meningkatnya

karena banyak mengandung karbon tanah dan nitrogen. Bahan organik di tanah gambut secara alami terdekomposisi secara lambat dan berlangsung terus-menerus (Inubushi et al. 2003). Lahan gambut umumnya memiliki tingkat kesuburan yang rendah, miskin unsur hara, dan pH tanah yang sangat rendah (kisaran 3-5), sehingga memerlukan bahan amelioran sebelum dimanfaatkan untuk lahan pertanian. Amelioran merupakan bahan yang dapat meningkatkan kesuburan tanah melalui perbaikan kondisi fisik dan kimia.

Murnita (2001) melaporkan bahwa pemberian amelioran zeolit dapat meningkatkan erapan maksimum K+. Barchia (2002) membuktikan bahwa pemberian amelioran berupa terak baja pada lahan gambut transisi dapat meningkatkan stabilitas dan produktivitas gambut. Sedangkan Mario (2002) menunjukkan bahwa pemakaian terak baja sebagai amelioran dapat menurunkan emisi CH4 dan CO2.

Penelitian emisi CH4 pada lahan gambut yang disawahkan perlu dilaksanakan secara komperhensif dan terukur. Apabila tidak dilakukan, tuduhan sebagai kontributor emisi gas CH4 akan dilontarkan oleh negara maju apabila memanfaatkan lahan tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mencari teknologi yang tepat selain dapat meningkatkan produksi padi juga menekan emisi gas CH4 dari lahan gambut.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bahan amelioran yang dapat meningkatkan produktivitas padi di lahan gambut dengan emisi CH4 rendah.

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret- Juli 2007 di Balai Penelitian Lingkungan Pertanian, Jakenan, Pati.

BAHAN DAN METODE

Dokumen terkait