• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.12 Farmakoterapi Diabetes Melitus .1 Insulin

Insulin adalah salah satu hormon didalam tubuh manusia yang dihasilkan atau diproduksi oleh sel β pulau langerhans di dalam kelenjar pankreas.Insulin bekerja dengan membuka pintu sel jaringan seperti otot dan jaringan lemak, sehingga glukosa dapat masuk ke dalam sel (Soegondo, 2004).

Adapun insulin yang digunakan, yaitu: a. Insulin yang bekerja cepat (rapid-acting)

Tiga analog insulin injeksi yang bekerja cepat yaitu insulin lispro, insulin aspart dan insulin glulisin yang memungkinkan menggantikan insulin pada waktu makan secara lebih fisiologis karena kerjanya yang cepat dan puncak kerjanya yang segera tercapai lebih menyerupai sekresi insulin endogen normal dibandingkan insulin reguler dan memiliki keuntungan lain karena insulin dapat diberikan segera sebelum makan tanpa mengganggu kontrol glukosa.

b. Insulin yang bekerja singkat (short-acting)

Insulin regular adalah suatu insulin yang bekerja singkat serta dibuat melalui teknik DNA rekombinan untuk memproduksi suatu molekul yang identik dengan insulin manusia. Secara spesifik bila insulin regular diberikan pada waktu makan, kadar glukosa darah meningkat lebih cepat dibandingkan peningkatan kadar insulin sehingga menyebabkan hiperglikemia postprandial pada awalnya dan peningkatan risiko terjadinya hipoglikemia postprandial selanjutnya. Insulin regular harus disuntikkan 30-45 menit atau lebih lama sebelum makan untuk meminimalkan ketidaksesuaian tersebut (Nolte, 2010).

c. Insulin dengan masa kerja sedang

Insulin NPH (neutral protamine hagedorn) atau isofan adalah insulin yang dengan masa kerja sedang serta absorpsinya dan mula kerja yang lambat dibuat dengan menggabungkan insulin dan protamin dalam jumlah yang sesuai sehingga kedua zat tersebut tidak ada yang tidak membentuk kompleks “isofan”. Dosis akan mengatur profil kerja insulin tersebut, secara spesifik dalam dosis kecil, insulin ini memiliki puncak kerja yang lebih rendah dan lebih awal serta lama kerja yang pendek, hal yang sebaliknya akan terjadi pada dosis besar.

d. Insulin dengan masa kerja sangat lama (ultra–long-acting)

Insulin glargin adalah insulin yang masa kerjanya sangat lama dan “tidakberpuncak” (memiliki plateau konsentrasi plasma yang lebar).Insulin ini dirancang sebagai pengganti insulin basal.Insulin glargin adalah analog insulin yang larut dalam larutan asam namun terpresipitasi pada pH tubuh yang lebih netral setelah disuntikkan secara subkutan. Masing-masing molekul insulin perlahan-lahan larut dari depot kristalin dan menyebabkan tercapainya kadar insulin sirkulasi yang rendah dan berkesinambungan. Insulin glargin biasanya diberikan sekali sehari (Nolte, 2010).

2.12.2 Sulfonilurea

Mekanisme kerja obat ini yaitu merangsang pelepasan insulin dari sel β pankreas, mengurangi kadar glukagon dalam serum dan meningkatkan pengikatan insulin pada jaringan target dan reseptor. Golongan obat ini yang utama digunakan adalah tolbutamid, turunan generasi kedua gliburid dan glipizid.Diberikan peroral, obat-obat ini terikat pada protein serum, dimetabolisme oleh hati dan diekskresikan oleh hati atau ginjal.Kontraindikasi

pemakaian obat golongan ini adalah pada pasien insufisiensi hati atau ginjal karena ekskresi obat-obat tersebut terlambat, mengakibatkan akumulasi dan dapat menimbulkan hipoglikemia.Sulfonilurea dapat menembus plasenta dan dapat mengosongkan insulin dari pankreas janin, karena itu pada perempuan hamil seharusnya pengobatan dengan insulin (Mycek, 2001).

2.12.3 Biguanida

Dari turunan ini hanya metformin yang masih tersedia.Selain metformin harus ditarik dari perdagangan karena cukup sering menimbulkan laktasidosis dengan sebagian menyebabkan kematian setelah pemberian sediaan tersebut, khususnya pada pasien penderita insufisiensi ginjal. Setelah pemberian metformin secara oral pada penderita diabetes melitus, kadar gula darah menurun sesuai dosis yang diberikan. Pembebasan insulin dari sel β tidak terjadi, maka efek hipoglikemik tidak perlu ditakutkan. Metformin diindikasikan pada penderita diabetes dewasa yang tidak tertolong dengan diet (Mutschler, 1999).

2.12.4 Tiazolidindion

Tiazolidindion meningkatkan sensitivitas insulin pada otot, hati dan jaringan lemak dan menghambat glukoneogenesis dan menurunkan resistensi insulin. Kerja farmakologisnya luas berupa penurunan kadar glukosa dengan jalan meningkatkan kepekaan bagi insulin dari otot, jaringan lemak dan hati. Akibatnya penyerapan glukosa ke dalam jaringan lemak dan oto meningkat. Dua tiazolidendion kini tersedia yaitu pioglitazon dan rosiglitazon.Suatu senyawa yang sempat ada dipasaran yaitu troglitazon telah ditarik karena menimbulkan toksisitas hati (Nolte, 2010).

2.12.5 Penghambat alfa glukosidase

Akarbose bekerja dengan cara menghambat alfa-glukosidase sehingga mencegah penguraian sukrosa dan kerbohidrat kompleks dalam usus halus dengan demikian memperlambat dan menghambat penyerapan karbohidrat. Akarbose dimetabolisme di saluran cerna oleh bakteri intestinal dan enzim pencernaan.Fraksi metabolit ini diabsorbsi dan dieksresikan melalui urin. Efeknya adalah menurunkan kadar gula darah sesudah makan. Penghambat alfa glukosidase dapat digunakan sebagai monoterapi pada pasien usia lanjut atau pada pasien dengan didominasi hiperglikemia postprandial. Obat ini harus diberikan diawal saat makan (Sukandar, 2009).

2.13 Farmakoekonomi

Farmakoekonomi didefinisikan sebagai analisis biaya terapi obat pada sistem pelayanan kesehatan. Lebih spesifik, studi farmakoekonomi adalah proses identifikasi, pengukuran dan membandingkan biaya, resiko dan manfaat dari program pelayanan atau program terapi dan menentukan alternatif yang memberikan outcame kesehatan terbaik untuk sumber daya yang digunakan. Farmakoekonomi mengidentifikasi, mengukur dan membandingkan biaya sumber daya yang digunakan dengan konsekuensi (klinik, ekonomi, humanistik) dari produk dan pelayanan farmasi.Bagi praktisi, digunakan sebagai pertimbangan biaya yang diperlukan untuk mendapatkan produk atau pelayanan farmasi dibandingkan dengan konsekuensi (outcame) yang diperoleh untuk menetapkan alternatif mana yang memberikan keluaran optimal per rupiah yang dikeluarkan.Informasi ini dapat membantu pengambilan keputusan klinik dalam memilih terapi yang paling cost-effective.Biaya didefinisikan sebagai nilai dari

sumber daya yang digunakan dalam suatu program atau terapi obat. Konsekuensi didefinisikan sebagai efek, output atau outcame dari suatu program atau terapi obat (Andayani, 2013).

Farmakoekonomi diperlukan karena sumber daya terbatas, misalnya pada rumah sakit pemerintah dengan dana terbatas, sehingga sangat penting bagaimana memberikan obat yang efektif dengan dana yang tersedia dan pengalokasian sumber daya yang tersedia secara efisien (Vogenberg, 2001). Hasil analisis farmakoekonomi bisa dijadikan sebagai informasi yang dapat membantu para pembuat kebijakan dalam menentukan pilihan atas alternatif-alternatif pengobatan yang tersedia agar pelayanan kesehatan lebih efektif dan efisien. Informasi farmakoekonomi pada saat ini dianggap sama pentingnya dengan informasi khasiat dan keamanan obat dalam menentukan pilihan obat mana yang akan digunakan (Trisna, 2010).

Dokumen terkait