• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.15 Kategori Biaya

Kategori biaya pelayanan kesehatan dapat dikelompokkan menjadi empat kategori (Bootman, 2005).

a. Biaya Langsung Medis (Direct Medical Cost)

Biaya langsung medis adalah biaya yang paling sering diukur, merupakan biaya yang digunakan secara langsung untuk memberikan terapi kepada

pasien.Misalnya biaya obat, test diagnostik, kunjungan dokter, jasa perawat atau biaya kamar rawat inap.

b. Biaya Langsung Non-Medis (Direct Non-Medical Cost)

Biaya langsung non-medis adalah biaya untuk pasien atau keluarga pasien yang terkait langsung dengan perawatan pasien, tetapi tidak terkait langsung dengan terapi.Contoh dari biaya langsung non-medis ialah transportasi dari rumah ke rumah sakit, jasa pelayanan anak-anak pasien atau penginapan dan makanan yang dibutuhkan keluarga selama terapi berlangsung.

c. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)

Biaya tidak langsung adalah biaya yang disebabkan waktu pasien tidak bisa bekerja untuk mendapatkan terapi atau produktivitas yang berkurang karena pengaruh penyakit atau terapi yang diterima.Sebagai contoh pasien kehilangan pendapatan karena sakit yang berkepanjangan sehingga tidak dapat memberikan nafkah pada keluarganya atau pendapatan berkurang karena kematian yang cepat.

d. Biaya Tidak Terduga (Intangible Cost)

Biaya tidak terduga merupakan biaya yang dikeluarkan karena efek samping penyakit atau efek samping dari terapi. Antara lain seperti biaya untuk nyeri atau cacat, kehilangan kebebasan dan efek samping.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi merupakan silent killer yang secara luas dikenal sebagai penyakit kardiovaskular yang sangat umum.Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg.Penyakit hipertensi telah menjadi masalah utama dalam masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara di dunia (Depkes,RI., 2006).

Berbagai faktor dapat memicu terjadinya hipertensi, walaupun sebagian besar (90%) penyebab hipertensi tidak diketahui.Penyebab tekanan darah terjadinya peningkatan kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah tepi dan peningkatan volume aliran darah (Kurniawan, 2002).

Menurut JNC-VII, perkiraan prevalensi di seluruh dunia untuk hipertensi mungkin mencapai 1 miliar orang dan kira-kira 7,1 juta kematian setiap tahun berkaitan dengan hipertensi.World Health Organization(WHO) melaporkan bahwa tekanan darah yang suboptimal (tekanan darah sistolik >115 mmHg) berkaitan dengan 62% dari penyakit serebrovaskuler dan 49% dari penyakit jantung, dengan sedikit variasi atas dasar jenis kelamin. Tekanan darah yang suboptimal merupakan risiko nomor satu yang berkaitan dengan kematian di seluruh dunia (Chobanian, et al., 2003).Angka kejadian hipertensi di Indonesia cenderung meningkat. Pada tahun 2001, penduduk menderita hipertensi sebanyak

8,3% kemudian pada tahun 2004, penduduk Indonesia menderita hipertensi meningkat menjadi 27,5% (Rahajeng, 2009).

Penyakit diabetes melitus adalah suatu gejala klinik yang ditandai oleh keluhan klasik yaitu poliuri, polidipsi dan polifagi dan disertai dengan peningkatan glukosa darah,ditandai dengan meningkatnyakonsentrasi glukosa darah sewaktu ≥200 mg/dl. Bila diabetes tidak segera diatasi akan terjadi gangguan metabolisme lemak dan protein serta meningkatkan risiko timbulnya gangguan mikrovaskular atau makrovaskular (Suherman, 2007).

Diabetes melitus merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar.Data dari studi global menunjukan bahwa jumlah penderita diabetes pada tahun 2011 mencapai 366 juta orang. Jika tidak ada tindakan yang dilakukan, jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi 552 juta pada tahun 2030. Diabetes telah menjadi penyebab dari 4,6 juta kematian. Selain itu pengeluaran biaya kesehatan untuk diabetes telah mencapai 465 miliar USD.Dan dipekirakan sebanyak 185 juta orang tidak menyadari bahwa mereka mengidap diabetes.Sebesar 80% penderita diabetes tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah.Terdapat 50 juta orang menderita diabetes di Asia Tenggara. Jumlah penderita diabetes terbesar berusia antara 40-59 tahun (IDF, 2011)

Kriteria diagnosis seseorang menderita DM menurut ADA (American Diabetes Association)

a. Pemeriksaan HbA1C dengan nilai ≥6,5%

b. Kadar glukosa puasa (fasting plasma glucose) ≥126 mg/dl (70 mmol/l). c. Kadar glukosa setelah 2 jam makan ≥200 mg/dl (11.1 mmol/l).

Jika konsentarsi glukosa darah sewaktu ≥200 mg/dl (11,1 mmol/l), disertai dengan gejala klasik DM meliputi poliuri, polidipsi, polifagi dan kehilangan berat badan, maka orang tersebut dinyatakan menderita diabetes.

Pembiayaan kesehatan di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Kenaikan biaya kesehatan terjadi akibat penerapan teknologi canggih, karakter supply induced demand dalam pelayanan kesehatan, pola pembayaran tunai langsung ke pemberi pelayanan kesehatan, pola penyakit kronik dan degeneratif, serta inflasi. Kenaikan biaya pemeliharaan kesehatan semakin sulit diatasi oleh kemampuan penyedian dana pemerintahan maupun masyarakat. Peningkatan biaya tersebut dapat mengancam akses dan mutu pelayanan kesehatan dan karenanya harus dicari solusi untuk mengatasi masalah pembiayaan kesehatan ini (Andayani, 2013).

Analisis farmakoekonomi merupakan cara yang komprehensif untuk menentukan pengaruh ekonomi dari alternatif terapi obat atau intervensi kesehatan lain. Penilaian efektivitas klinik dari suatu intervensi baru dalam pelayanan kesehatan, termasuk pengobatan sangat penting dalam menentukan peran regimen terapi tersebut dalam praktek klinik.Pada intervensi farmasi, farmakoekonomi digunakan untuk menilai apakah ada tambahan keuntungan dari suatu intervensi tersebut.Farmakoekonomi didefinisikan sebagai deskripsi dan analisis biaya terapi pada masyarakat atau sistem pelayanan kesehatan. Farmakoekonomi mengindentifikasi, mengukur dan membandingkan biaya dan konsekuensi dari produk dan pelayanan farmasi klinisserta pembuat keputusan dapat menggunakan metode ini untuk mengevaluasi dan membandingkan total biaya denganhasil (outcome) dari suatu pilihan terapi (Drummond, 1997).

Penyakit hipertensi dan diabetes melitus merupakan penyakit terbanyak dan jumlahnya meningkat setiap tahun dalam kategori penyakit dalam di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, yang mana biaya pengobatan semakin meningkat juga dari tahun ke tahun.Untuk itu perlu dilakukan analisis famakoekonomi pada penggunaan antihipertensi dan antidiabetik di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

1.2 Kerangka Pikir Penelitian

Penelitian ini mengkaji tentang Analisis Keefektivan Biaya Pengobatan Hipertensi Dan Diabetes Melitus Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM) Pada Periode Januari 2014 -Juni 2014.Adapun kerangka pikir penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 1.1 dibawah ini:

Variabel bebas Variabel terikat

Gambar 1.1 Skema Kerangka Pikir Penelitian Jenis-Jenis Penyakit Dalam

• Regimen Terapi Hipertensi • Regimen Terapi Diabetes

Melitus

Biaya Langsung Medis

Pencapaian Target

• CER

Variabel bebas adalah yang mempengaruhi varibel terikat.Pada penelitian ini variabel bebas adalah regimen terapi hipertensi, regimen terapi diabetes mellitus dan biaya langsung medis.

Variabel terikat adalah yang dipengaruhi oleh variable bebas. Dalam hal inivariable terikat adalah pencapaian target(pada tekanan darah dan kadar gula darah), Cost-effectivenessRatio(CER) dan Incremental cost-effectiveness ratio

(ICER).

1.3 Perumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang, maka rumusan masalah penelitian adalah: a. apakah ada perbedaan efektivitas biaya antara penggunaan obat hipertensi

yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Adam Malik?

b. apakah ada perbedaan efektivitas biaya antara penggunaan obat diabetes melitus yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Adam Malik? c. apakah terdapat variasi demografi pasien hipertensi yang dirawat inap di

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik?

d. apakah terdapat variasi demografi pasien diabetes melitus yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik?

1.4 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah, adapun hipotesis dalam penelitian ini:

a. ada perbedaan efektivitas biaya antara penggunaan obat pasien hipertensi yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik.

b. ada perbedaan efektivitas biaya antara penggunaan obat pasien diabetes melitus yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik. c. ada perbedaanvariasi demografipasien hipertensi yang dirawat inap di

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik.

d. ada perbedaanvariasi demografi pasien diabetes melitus yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik.

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan hipotesis, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

a. cost-effectiveness dan regimen terapi pengobatan pasien hipertensi rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik.

b. cost-effectiveness dan regimen terapi pengobatan pasien diabetes melitus rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik.

c. variasi demografipasien hipertensi rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik.

d. variasi demografi pasien diabetes melitus rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

a. bagi manajemen Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran pengetahuan tentang analisis biaya hipertensi dan diabetes melitus.

b. bagi instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam meningkatkan

persediaan obat dan mutu pelayanan kesehatan pada hipertensi dan diabetes melitus.

c. sebagai bahan pertimbangan dalam penyediaan obat terapi yang optimal, menjamin pelayanan bermutu tinggi dengan biaya yang minimal pada pasien hipertensi dan diabetes melitus rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik.

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PENGOBATAN

Dokumen terkait