Fase talun ditentukan dari struktur, komposisi, serta campur tangan manusia yang ditunjukkan dari ada tidaknya lahan garapan berupa kebun. Lokasi penelitian yang berada dalam yaitu fase talun kebun (fase II) adalah B, Cm, PP, PR, PCu, dan P. Sedangkan lokasi yang vegetasinya mendekati struktur hutan sekunder atau fase talun sempurna adalah LP, Ct, PCi, dan Al (Tabel 15).
Tabel 15 Fase talun habitat kukang jawa
Lokasi Transek
Lahan Garapana
Fase
talun Lokasi HR yang memiliki fase talun sama b
LP ks* III Pasir Pareang, Pasir Salam, Lembur sawah
B km, ks II Pasir Gunung putri, Sangulat, Pasir Pencut huni, Pasir Pencut kondang, Pasir Nangka, Pasir Gunung Limbung Cm kk, ks II+ Pasir Gedogan, Banyuwaras, Pasir Awiluhur
Ct - III Pasir Pongporang
PP ks* III- Sukamukti**
PR kt, ks, kp II Gunung licin, Bojongnangka
PCu kt, ks II
PCi ks* III- Area utara desa**
P ks II Pasir Kerud, area barat daya desa**
Al ks*, ksu III -
a. ks = kebun singkong, km = kebun mahoni, kk = kebun kapol, kt = kebun teh, dan kp = kebon palawija, ksu = kebun suren. Tanda * = di luar transek, tapi masih di area yang sama
b. HR = habitat representatif berdasarkan pengamatan langsung. Tanda ** = berdasarkan intrepretasi peta RBI, data desa, dan informasi penduduk
Preferensi Habitat Kukang Jawa
Preferensi habitat pada kukang jawa diketahui dari spesies vegetasi yang memiliki pengaruh terhadap habitat dan kehidupan kukang jawa, yaitu vegetasi untuk tidur dan vegetasi pakan.
63
Vegetasi untuk tidur
Kukang jawa menggunakan bambu, pohon, dan liana untuk tidur yaitu bambu tali Gigantochloa apus Kurz., bambu surat G. pseudoarundinaceae
(Steud.) Widjaja, bambu haur Dencrocalamus asper, bambu gombong G. gigantae, aren Arenga pinnata Merr., bungur Lagerstroemia speciosa (L.) Pers,
dan areuy kawao Milletia sericea (Vent.) W. et A. (Tabel 16). Dari keempatnya,
bambu genus Gigantochloa merupakan vegetasi yang paling sering digunakan
kukang jawa untuk tidur. Tinggi posisi tidur kukang jawa berkisar antara 3-18 m dari permukaan tanah (Tabel 16). Tinggi minimal posisi tidur kukang jawa di bambu tali G. apus Kurz. lebih rendah dibandingkan dengan di bambu surat G. pseudoarundinaceae (Steud.) Widjaja.
Tabel 16 Vegetasi untuk tidur di habitat kukang jawa
Nama latin Nama
lokal Famili Tinggi posisi tidur (m) Keterangan Gigantochloa apus
Kurz. Bambu tali Poaceae 5 – 18 Paling sering (78 perjumpaan). Rata-rata tinggi posisi tidur 9,13 m Gigantochloa pseudoarundinaceae (Steud.) Widjaja Bambu surat Poaceae 8 – 18 10 perjumpaan.
Rata-rata tinggi posisi tidur 11,75 m
Dencrocalamus asper
Bambu
haur Poaceae 3 – 12 Sangat jarang (4 perjumpaan). Rata-rata tinggi posisi tidur 7,5 m Gigantochloa
gigantae
Bambu
gombong Poaceae 7 – 10 Sangat jarang (2 perjumpaan). Rata-rata tinggi posisi tidur 8,5 m Arenga pinnata Merr. Aren* Arecaceae 5 Sangat jarang (hanya satu
kali perjumpaan). Aren ada di area rumpun bambu tali. Lagerstroemia
speciosa (L.) Pers.
Bungur Myrtaceae 5 Sangat jarang (hanya satu kali perjumpaan). Bungur ada di area rumpun bambu tali.
Milletia sericea (Vent.) W. et A.
Areuy Kawao*
Liana 5 Sangat jarang (hanya satu
kali perjumpaan). Areuy melilit di tengah-tengah rumpun bambu tali. Keterangan
* = vegetasi untuk tidur yang teridentifikasi saat survei pendahuluan
Vegetasi pakan
Jumlah vegetasi pakan kukang jawa sebanyak lima jenis dari lima famili. Sumber pakan tersebut adalah nira dari aren Arenga pinnata Merr) famili
famili Fabaceae, pete Parkia speciosa Hassk famili Fabaceae, dan nangka Artocarpus heterophyllus Lmk famili Moraceae, dan sari bunga pisang Musa paradisiaca L. famili Musaceae.
Tabel 17 Vegetasi pakan di habitat kukang jawa
Nama latin Nama
lokal
Famili Bagian yang dimanfaatkan
Arenga pinnata Merr. Aren Arecaceae nira
Paraseserianthes falcataria (L) I. C. Nielsen Sengon Fabaceae getah
Parkia speciosa Hassk. Pete Fabaceae getah
Artocarpus heterophyllus Lmk. Nangka* Moraceae getah
Musa paradisiaca L. Pisang Musaceae sari bunga
Keterangan
* = vegetasi pakan yang teridentifikasi saat survei pendahuluan
Populasi Kukang Jawa Kepadatan Populasi Kukang Jawa
Rerata kepadatan individu kukang jawa di talun secara keseluruhan adalah 25,52 individu/km2. Kepadatan individu kukang jawa pada pengamatan siang lebih tinggi daripada kepadatan individu pada pengamatan malam (Tabel 18), kecuali di transek PP dan Al. Di beberapa lokasi, pengamatan di transek garis tidak berhasil menjumpai kukang jawa yaitu pengamatan malam hari di transek LP dan B, serta pengamatan siang hari di PP.
Tabel 18 Kepadatan individu kukang jawa di tiap transek populasi
Transek Siang Malam Rerata
Lebak Pari (LP) 14,57 0,00 7,28 Balangendong (B) 59,77 0,00 25,61 Cimencek (Cm) 54,47 30,17 42,32 Citamiang (Ct) 101,21 43,38 72,30 Pasir Pari (PP) 0,00 22,62 11,31 Pasir Raweuy (PR) 8,84 8,46 8,65
Pasir Cupu (PCu) 54,11 14,12 34,11
Pasir Ciputat (PCi) 61,09 14,84 37,96
Pojok (P) 2,92 2,16 2,54
Awilega (Al) 9,69 19,82 13,14
Rerata 36,67 15,56
Secara keseluruhan, kepadatan individu kukang jawa di talun sempurna (fase III) lebih besar daripada kepadatan individu di talun kebun (fase II) yaitu
65
28,72 individu/km2 dan 24,036 individu/km2. Kepadatan individu kukang jawa di talun kebun lebih tinggi daripada di talun sempurna terdapat di Desa Sukamaju dan Kawungsari.
Tabel 19 Kepadatan individu kukang jawa di tiap fase talun (individu/km2)
Desa Talun kebun Talun sempurna Rerata
Sukamaju 29,88 4,86 18,58 Raksajaya 42,32 72,30 57,31 Kawungsari 21,38 11,31 16,35 Sarimanggu 2,54 37,96 20,25 Sukakerta - 14,76 13,14 Rerata 24,03 28,24
Komposisi Kelompok Tidur
Berdasarkan waktu pengamatan efektif pada siang hari berturut-turut di transek di tiap desa yaitu 2364 menit (Sukamaju), 3384 menit (Raksajaya), 6234 menit (Kawungsari), 4864 menit (Sarimanggu), dan 2890 menit (Sukakerta), diketahui jumlah perjumpaan dan jumlah individu kukang jawa (Tabel 20). Total jumlah perjumpaan kukang jawa pada siang hari dan malam hari adalah 53 dan 46 perjumpaan. Total jumlah kukang jawa yang dijumpai pada siang dan malam hari adalah 85 dan 51 individu.
Tabel 20 Perjumpaan kukang jawa di tiap transek
Transek
Perjumpaan siang Perjumpaan malam Jumlah Jumlah
kukang jawa Jumlah
Jumlah kukang jawa Lebak Pari (LP) 2 2 0 0 Balangendong (B) 7 7 0 0 Cimencek (Cm) 11 12 8 8 Citamiang (Ct) 15 32 8 12 Pasir Pari (PP) 0 0 5 5 Pasir Raweuy (PR) 2 2 4 4
Pasir Cupu (PCu) 7 13 6 6
Pasir Ciputat (PCi) 7 13 5 6
Pojok (P) 1 1 1 1
Awilega (Al) 1 3 9 9
Perjumpaan kukang jawa dan jumlah individu yang dijumpai lebih banyak terjadi pada siang hari, kecuali di transek PP Desa Kawungsari (Tabel 20). Kukang jawa tidak dijumpai pada pengamatan malam hari di transek LP dan B (Desa Sukamaju) serta pada pengamatan siang hari di transek PP (Desa Kawungsari). Kisaran perjumpaan kukang jawa di transek pada siang dan malam hari adalah 0-3 individu/perjumpaan dan 0-2 individu/perjumpaan.
Kukang jawa lebih banyak dijumpai talun sempurna daripada di talun kebun (Gambar 21). Rerata perjumpaan kukang jawa di talun sempurna lebih tinggi daripada di talun kebun, baik pada siang hari maupun pada malam hari.
Gambar 21 Rerata perjumpaan kukang jawa di tiap fase talun
Jumlah individu dalam setiap perjumpaan di siang hari menggambarkan jumlah individu satu kelompok tidur. Jumlah kukang jawa dalam satu kelompok tidur adalah 1-3 individu. Perjumpaan kukang jawa juga terjadi di luar transek, baik di lokasi yang sama ataupun di lokasi lainnya di desa tersebut. Di seluruh talun contoh kecuali talun Al, terdapat individu kukang induk dengan infan, baik
di dalam maupun di luar transek.
Komposisi kelompok tidur kukang jawa yang dijumpai di seluruh transek bervariasi, terdiri atas individu dewasa, juvenil, dan infan. Terdapat empat komposisi kelompok tidur yaitu A) satu individu dewasa, B) satu individu dewasa dan satu individu infan, C) dua individu dewasa dan satu individu infan, serta D) dua individu dewasa dan satu individu juvenil. Perjumpaan kelompok tidur terbanyak adalah kelompok tidur dengan komposisi A dan B (Tabel 21).
67
Tabel 21 Perjumpaan kukang jawa berdasarkan komposisi kelompok tidur di tiap transek Komposisi kelompok tidur Transek populasi Jumlah LP B Cm Ct PP PR PCu PCi P Al A. dewasa 2 7 10 2 1 1 23
B. dewasa dan infan 1 13 6 3 23
C. 2 dewasa dan
1 infan 2 1 3
D. 2 dewasa dan
1 juvenil 1 1
Kelompok tidur di talun sempurna lebih bervariasi daripada di talun kebun (Gambar 22). Kelompok tidur dengan infan dan juvenil (C dan D) tidak dijumpai di talun kebun.
Gambar 22 Komposisi kelompok tidur kukang jawa di habitat talun
Individu dewasa paling banyak dijumpai dalam kelompok tidur kukang jawa (Tabel 22). Total perjumpaan kukang jawa dalam kelompok tidur di seluruh transek adalah 60 individu dewasa, 1 individu juvenil, dan 24 individu infan. Tabel 22 Kategori umur kukang jawa dalam kelompok tidur
LP B Cm Ct PP PR PCu PCi P Al Jumlah
Dewasa 2 7 9 19 0 2 7 9 1 2 60
Juvenil 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
Infan 0 0 1 13 0 0 6 4 0 0 24
Jumlah 3 7 10 32 0 2 13 13 1 3
Pada penelitian ini dijumpai beberapa perilaku unik kukang yaitu ride/carry
atau interaksi menggendong pada induk dan infan di transek Cm, PCu, dan PCi,
serta infant parking di transek PCi yaitu induk meninggalkan infan-nya sementara
untuk mencari makan. Induk dengan infan di sembilan lokasi kecuali transek Al
kurang 7 m dan dalam lokasi yang sama) apabila tidak ada gangguan. Induk dan
infan di transek Ct masih berada pada vegetasi untuk tidur yang sama hingga 7
hari, induk dan infan di talun Berecek di Desa Kawungsari masih berada di area
yang sama hingga 5 hari, serta induk dan infan di talun PCi masih berada di area
yang sama hingga 9 hari.
Individu kukang jawa dengan kisaran kelas umur dewasa berganti vegetasi untuk tidur atau berpindah lokasi dengan ataupun tanpa gangguan. Individu dewasa di talun PR sudah tidak berada di lokasi yang sama setelah 5 hari, dan individu di talun PCi sudah tidak berada di lokasi yang sama setelah 4 hari.
Estimasi Populasi Kukang Jawa
Estimasi populasi kukang jawa di tiap desa diperoleh dengan mengalikan nilai kepadatan individu kukang jawa di talun dengan luas Habitat Representatif (HR) yang memiliki fase talun yang sama. Luas total HR di seluruh lokasi adalah 19,49 km2, terdiri atas 11,01 km2 talun kebun dan 8,48 km2 talun sempurna (Tabel 23). HR terluas terdapat di Desa Kawungsari, dan tersempit di Desa Sukakerta. Tabel 23 Luas habitat representatif (km2) di tiap desa
Desa Talun kebun Talun sempurna Total
Sukamaju 2,88 1,55 4,43 Raksajaya 1,99 1,24 3,23 Kawungsari 4,07 2,89 6,96 Sarimanggu 2,07 1,41 3,48 Sukakerta - 1,39 1,39 Jumlah 11,01 8,48 19,49
Estimasi populasi kukang jawa di seluruh desa berjumlah 466,52 individu. Berbanding lurus dengan luas habitatnya, estimasi populasi kukang jawa di talun kebun lebih banyak daripada di talun sempurna (Tabel 24). Total estimasi populasi terbanyak terdapat di Desa Raksajaya dan Kawungsari (173,79 individu dan 119,78 individu) dan yang paling sedikit terdapat di Desa Sukakerta (20,45 individu).
69
Tabel 24 Estimasi populasi kukang jawa (individu) di tiap desa
Desa Talun kebun Talun sempurna Total
Sukamaju 86,15 7,52 93,67 Raksajaya 84,00 89,79 173,79 Kawungsari 87,08 32,70 119,78 Sarimanggu 5,27 53,56 58,83 Sukakerta - 20,45 20,45 Jumlah 262,49 204,02 466,52
Sebaran Kukang Jawa
Koordinat perjumpaan kukang jawa di dalam dan di seluruh talun di setiap desa serta posisi habitat talun kebun dan talun sempurna diproyeksikan dalam peta sebaran. Sebaran perjumpaan kukang jawa tidak hanya mengikuti sebaran talun yang menjadi habitatnya, tetapi tersebar di seluruh area desa. Berdasarkan ketinggian lokasi, sebaran kukang jawa berada pada ketinggian 220-985 m dpl.
Kukang jawa di Desa Sukamaju Kabupaten Tasikmalaya hanya dijumpai di dua lokasi yang menjadi lokasi transek, yaitu Lebak Pari (LP) di Dusun Leuwinanggung dan Balangendong (B) di Dusun Balangendong (Gambar 23). Lebak Pari merupakan area di kaki bukit bernama Pasir Pareang. Topografi LP berbukit-bukit sedangkan B landai dan terletak antara pemukiman dan pesawahan.
Gambar 23 Sebaran habitat dan perjumpaan kukang jawa di Desa Sukamaju Tasikmalaya
Luas habitat kukang jawa di Desa Sukamaju seluruhnya lebih kurang 443,19 ha. Habitat tersebar di seluruh area desa (315-562 m dpl), akan tetapi sebaran kukang jawa bersifat mengelompok, yaitu di transek LP dan B (363-400 m dpl). Jarak vegetasi untuk tidur kukang jawa dengan lokasi aktifitas manusia terdekat (pemukiman atau jalan) adalah 10-244 m, sedangkan jarak perjumpaan kukang jawa pada malam hari dengan lokasi aktifitas manusia terdekat adalah 25-204 m.
Area habitat kukang jawa di Raksajaya berada di utara desa yakni di area kaki bukit Pasir Pongporang hingga kaki bukit Pasir Awi luhur dan kaki bukit Pasir Gedogan, talun di tengah-tengah pemukiman yakni di Dusun Cimencek, dan di pinggir desa bagian barat yakni di area kaki Pasir Gedogan hingga Dusun Banyuwaras. Seluruh topografi habitat kukang jawa di Desa Raksajaya cenderung berbukit, sedangkan talun Cm yang berada di tengah-tengah kampung Gembor Dusun Cimencek memiliki topografi landai. Luas total habitat seluruhnya lebih
71
kurang 322,70 ha. Berdasarkan ketinggiannya, sebaran habitat kukang jawa di Raksajaya adalah 500-604 m dpl dan sebaran kukang jawa adalah 521-604 m dpl.
Gambar 24 Sebaran habitat dan perjumpaan kukang jawa di Desa Raksajaya Tasikmalaya
Habitat dan perjumpaan kukang jawa di Raksajaya tersebar di seluruh area desa (Gambar 24). Kukang jawa dijumpai di beberapa lokasi di empat dusun, yaitu di Dusun Cimencek (Cm) dan Citamiang (Ct) yang merupakan lokasi transek, serta Dusun Cikole, Cikole 4, Burujul, dan Banyuwaras. Jarak vegetasi untuk tidur kukang jawa dengan lokasi aktifitas manusia terdekat adalah 2-70 m, sedangkan jarak perjumpaan kukang jawa pada malam hari `dengan lokasi aktifitas manusia terdekat adalah 2-200 m.
Habitat dan perjumpaan kukang jawa di Kawungsari tersebar di seluruh area desa (Gambar 25). Kukang jawa ditemui di beberapa lokasi di empat dusun, yaitu Pasir Pari di Dusun Parakan kawung, Dusun Cipari, Pasir Raweuy, pemukiman, dan talun di Berecek di Dusun Cicantel, serta Pasir Cupu di Dusun Sodong. Topografi habitat kukang jawa di Desa Kawungsari seluruhnya berbukit-bukit.
Beberapa perjumpaan kukang jawa terdapat di lokasi dengan topografi datar yakni di area pemukiman Dusun Cipari dan Cicantel.
Berdasarkan survei langsung dan informasi penduduk, habitat representatif kukang jawa di Desa Kawungsari berada hingga ketinggian 1438 m dpl. Luas total habitat seluruhnya lebih kurang 686,49 ha. Berdasarkan ketinggiannya, sebaran kukang jawa adalah 820-985 m dpl. Lokasi perjumpaan kukang jawa di Desa Kawungsari paling tinggi di antara semua desa lokasi penelitian ini.
Gambar 25 Sebaran habitat dan perjumpaan kukang jawa di Desa Kawungsari Tasikmalaya
Jarak area habitat kukang jawa di Desa Kawungsari dengan pemukiman bervariasi, yaitu 10-600 m. Dibandingkan dengan desa lainnya, jarak habitat dan perjumpaan kukang jawa dengan pemukiman ataupun jalan terdekat, baik siang maupun malam, terletak paling jauh. Jarak vegetasi untuk tidur kukang jawa dengan lokasi aktifitas manusia adalah 10-420 m, sedangkan jarak perjumpaan kukang jawa pada malam hari dengan lokasi aktifitas manusia terdekat adalah 50- 600 m.
Kukang jawa di Desa Sarimanggu Kabupaten Tasikmalaya hanya terdapat di beberapa lokasi di empat dusun, yaitu area kaki Pasir Ciputat (PCi) di Dusun
73
Cimanggu dan Cikukulu, bukit Pasir Wangun di Dusun Cacaban, serta talun Pojok (P) dan area bukit Pasir Kerud di Dusun Pojok (Gambar 26). PCi berada pada ketinggian 220-287 m dpl, sedangkan Pasir Wangun dan P berada pada ketinggian 268-306 m dpl.
Gambar 26 Sebaran habitat dan perjumpaan kukang jawa di Desa Sarimanggu Tasikmalaya
Sebaran habitat dan perjumpaan kukang jawa di Desa Sarimanggu bersifat mengelompok. Luas total habitat seluruhnya lebih kurang 348,47 ha. Berdasarkan ketinggiannya, sebaran habitat kukang jawa di Desa Sarimanggu adalah 220-350 m dpl dan sebaran kukang jawa adalah 220-306 m dpl. Lokasi perjumpaan kukang jawa paling rendah di antara semua desa terdapat di Sarimanggu (220 m dpl). Jarak vegetasi untuk tidur kukang jawa dengan lokasi aktifitas manusia terdekat adalah 10-288 m, sedangkan jarak perjumpaan kukang jawa pada malam hari dengan lokasi aktifitas manusia terdekat adalah 100-291 m.
Kukang jawa di Desa Sukakerta dijumpai di sebelah timur desa berbatasan dengan Desa Golat. Awilega (Al) merupakan talun di sepanjang jalan kecil beraspal dengan beberapa area pemakaman di dalamnya. Sebaran habitat dan perjumpaan kukang jawa bersifat mengelompok (Gambar 27). Luas total habitat
seluruhnya lebih kurang 443,19 ha. Berdasarkan ketinggiannya, sebaran habitat dan perjumpaan kukang jawa di Desa Sukakerta adalah 436-547 m dpl.
Gambar 27 Sebaran habitat dan perjumpaan kukang jawa di Desa Sukakerta Ciamis
Pada saat penelitian di Desa Sukakerta (Mei 2008) sedang dilakukan pembuatan jalan berupa jalan batu membelah area talun yang menjadi habitat kukang. Luas talun yang menjadi habitat kukang jawa di desa ini paling kecil daripada luas talun habitat di desa yang menjadi lokasi penelitian ini. Pembuatan jalan kecil yang membagi talun menjadi dua mengakibatkan penyusutan luas habitat serta meningkatkan aktifitas manusia yang melewati talun tersebut. Fragmentasi kemungkinan akan menurunkan daya dukung talun sebagai habitat serta mengancam kehidupan kukang jawa di talun Desa Sukakerta.
Jarak vegetasi untuk tidur kukang jawa dengan lokasi aktifitas manusia terdekat sebesar 3-15 m, sedangkan jarak perjumpaan kukang jawa pada malam hari dengan lokasi aktifitas manusia terdekat adalah 1-15 m. Jarak ini paling dekat dibandingkan dengan keempat desa lainnya.
PEMBAHASAN Habitat Kukang Jawa Spesifikasi Habitat Kukang Jawa
1. Jumlah jenis vegetasi
Rerata jumlah spesies vegetasi pohon di talun habitat kukang jawa adalah 30 spesies dengan rentang 21-45 spesies. Jumlah ini lebih tinggi daripada jumlah spesies pohon di talun Kecamatan Cisayong Tasikmalaya yakni 11 spesies dan Kecamatan Sadananya Ciamis yakni 28 spesies (Ginoga 2004). Jumlah spesies vegetasi pohon di enam transek lebih rendah daripada jumlah spesies pohon di talun habitat kukang jawa di Desa Marga Mekar Sumedang Selatan (32 spesies) (Winarti 2003), kecuali transek LP, Cm, Ct, dan Al. Secara keseluruhan, jumlah spesies vegetasi pohon pada penelitian ini lebih mirip dengan talun di Sumedang Selatan daripada talun di kabupaten yang sama (Winarti 2003; Ginoga 2004). Kemungkinan hal ini disebabkan oleh fokus penelitian terhadap talun yang menjadi habitat kukang jawa, sedangkan penelitian Ginoga (2004) dilakukan dengan pemilihan contoh talun secara acak.
Jumlah spesies vegetasi pohon dan komposisi spesies pada tiap tingkat tumbuhnya menunjukkan bahwa talun yang menjadi habitat merupakan suatu area komunitas tegakan pohon. Tujuh spesies pohon yang selalu terdapat di setiap transek merupakan spesies yang dimanfaatkan kukang, yaitu sebagai vegetasi untuk tidur (a), vegetasi pakan (b), dan vegetasi untuk istirahat dan bridging atau
persinggahan untuk berpindah tempat (c). Vegetasi untuk tidur yang secara umum ada di setiap transek adalah aren Arenga pinnata Merr. dan bambu tali Gigantochloa apus Kurz. Vegetasi pakan yang secara umum ada di setiap transek
adalah sengon Paraserianthes falcataria (L) I. C. Nielsen, aren Arenga pinnata
Merr., mahoni Swietenia mahagonii Jacq., pisang Musa paradisiaca L., dan
nangka Artocarpus heterophyllus Lmk.
Vegetasi yang ditanam ataupun dibiarkan tumbuh di talun merupakan keputusan pemilik talun. Tujuh spesies pohon yang secara umum selalu ada di transek juga memiliki manfaat ekonomi bagi pemilik talun. Hal ini menunjukkan
adanya persamaan kebutuhan terhadap keberadaan spesies pohon tersebut bagi kukang jawa dan manusia. Persamaan kebutuhan terhadap tujuh spesies tersebut menjadi indikasi ketersediaan di masa datang. Keanekaragaman spesies vegetasi diharapkan dapat berpengaruh baik terhadap fungsi talun sebagai habitat, terutama dalam menyediakan vegetasi pakan dan vegetasi untuk tidur.
2. Struktur vegetasi pohon (DBH >10 cm)
Talun habitat kukang jawa di seluruh lokasi memiliki kerapatan pohon dengan rentang 0,24-0,54 individu/ha, rerata tinggi 8,02-17,29 m, rerata DBH 21- 72 cm, rentang basal area 2,95-1364 m2, dan rentang kanopi 26,72-79,87%. Kerapatan pohon di talun habitat kukang jawa tergolong rendah karena kurang dari satu individu/ha. Meskipun demikian, penggunaan talun sebagai habitat oleh kukang jawa menunjukan bahwa kerapatan vegetasi di talun tersebut dapat atau masih dapat mendukung kehidupan kukang jawa.
Kanopi pohon di seluruh lokasi cenderung mendominasi, kecuali di transek PP, PR, dan PCu di Desa Kawungsari dan transek P di Desa Sarimanggu. Persentase kanopi vegetasi pohon di seluruh lokasi menunjukkan kemiripan dengan talun habitat kukang jawa di Sumedang Selatan (Winarti 2003), yaitu minimal 42,82%, kecuali di empat transek tersebut. Kerapatan individu/ha, rata- rata tinggi, dan kanopi pohon di suatu habitat berpengaruh bagi pergerakan kukang jawa karena sifat hidupnya yang arboreal. Kukang menyukai pohon yang memiliki DBH besar, tinggi, dan kanopi yang luas (Pliosungnoen et al. 2010).
Tiga parameter tersebut dapat menjadi indikasi struktur vegetasi yang disukai kukang.
Perbandingan nilai lima parameter vegetasi yang diamati dalam penelitian ini dinyatakan dalam skor 1-10, semakin besar nilai maka semakin besar skor. Parameter tersebut yaitu kerapatan pohon/ha, rerata tinggi pohon, rerata DBH, basal area pohon, dan kanopi pohon Skor nilai vegetasi tersebut menghasilkan nilai total struktur vegetasi di tiap transek (Gambar 27). Nilai total struktur vegetasi terbesar terdapat di transek Ct yaitu 40, diikuti oleh PCi sebesar 37 serta Cm dan LP sebesar 36. Nilai total struktur vegetasi berturut-turut di transek B, Al, PR, PP dan PCu, serta P adalah 32, 20, 17, dan 14.
77
Gambar 28 Perbandingan nilai struktur vegetasi di tiap transek
Secara keseluruhan talun yang mendekati hutan ditunjukkan oleh nilai parameter struktur vegetasi yang lebih besar. Hal tersebut ditunjukkan oleh talun di Desa Raksajaya (Ct dan Cm), Sarimanggu (PCi), dan Sukakerta (Al). Struktur vegetasi sistem pertanian kebun-talun dipengaruhi oleh kepadatan penduduk desa sekitar, status sosial ekonomi, dan luas sawah (Christanty et al. 1986). Hal
tersebut juga terlihat pada mayoritas mata pencaharian penduduk di lima desa lokasi yakni petani. Di Desa Sarimanggu terdapat pertambangan mangan (Mn) yang menjadi sumber mata pencaharian penduduk. Ini menjadi indikasi pertanian darat yang tidak memerlukan banyak pengelolaan. Nilai parameter struktur vegetasi talun Desa Sarimanggu lebih rendah dibanding talun desa lainnya.
Pengelolaan talun mempengaruhi keaneragaman spesies vegetasi di dalamnya (Soemarwoto et al. 1985; Suharjito 2002). Campur tangan pemilik
terhadap pemilihan jenis pohon akan mempengaruhi struktur vegetasi talun antara lain terhadap kerapatan pohon perhektar, tinggi dan DBH pohon, basal area serta kanopi pohon. Namun struktur vegetasi talun dapat sewaktu-waktu berubah oleh penebangan atau pembukaan lahan. Apabila hal ini terjadi, maka kukang jawa akan berpindah lokasi ke lokasi talun di sekitarnya. Pada saat penelitian dilakukan penebangan pohon dan rumpun bambu terjadi di talun B, PR dan PCi. Kukang