• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fasilitas

Dalam dokumen EVALUASI DIRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA (Halaman 37-41)

BAB III EVALUASI KINERJA MANAJEMEN PERGURUAN TINGGI

3.3. Fasilitas

UB yang berlokasi di Jalan Veteran Kota Malang, pada awalnya termasuk pada wilayah barat dari Kota Malang. Namun demikian, perkembangan kota yang semakin melebar mengubah posisi kampus yang semula pada daerah pinggiran kota menjadi daerah yang termasuk dalam wilayah tengah kota. Dengan pertumbuhan jumlah mahasiswa berikut segala aktivitas perekonomian mereka, membawa dampak perubahan sosial perekonomian masyarakat di sekitar kampus. Hal ini berakibat pula pada perubahan kondisi fisik kampus relatif terhadap lingkungan sekitarnya.

Secara keseluruhan universitas memiliki aset tanah dengan cakupan seluas 1.813.664 m2 (181 ha) (Tabel L.22.). Dari luas tanah tersebut 55 ha terletak di dalam Kota Malang dan merupakan wilayah utama kegiatan universitas. Lahan seluas 34 ha merupakan lahan laboratorium dan lahan percobaan di Propinsi Jawa Timur di luar Kota Malang, sedangkan sisanya terletak di Propinsi Lampung merupakan lahan percobaan pertanian. Letak, luasan dan pengaturan lahan yang dimiliki memiliki nilai keunggulan dalam hal aksesibilitas dan penciaptaan suasana akademik yang sehat. Namun demikian potensi ancaman atas

Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi (AIPT) Universitas Brawijaya 2008 Evaluasi Diri | 30

ketercukupan lahan untuk kegiatan universitas mulai nampak dengan semakin berkembangnya kebutuhan universitas.

Tidak dapat dipungkiri bahwa UB memegang peran cukup dominan dalam mendukung perkembangan Kota Malang menjadi salah satu kota tujuan pendidikan. Dengan keberadaan sumberdaya manusia di universitas, berdampak pula dengan bertumbuh kembangnya lembaga-lembaga pendidikan tinggi lain di Kota Malang. Secara psikologis maupun dari aspek praktis pada kenyataannya banyak lembaga tinggi yang didirikan di sekitar lahan kampus universitas. Hal ini berdampak pula terhadap nilai aset lahan kampus yang dimiliki oleh universitas, di mana pertumbuhan nilai aset dari lahan utama kampus berikut prasarananya tidak terlepas dari pertumbuhan universitas serta dampaknya pada pertumbuhan perekonomian masyarakat di sekitar kampus serta Kota Malang secara keseluruhan. Hal ini menjadikan kampus utama universitas sebagai salah satu aspek prasarana fisik yang pendukung kelayakan finansial, jika dilihat dari nilai aset yang dimiliki.

Namun demikian, ternyata potensi tersebut sampai saat ini masih belum optimal termanfaatkan untuk mendapatkan nilai tambah. Proses manajemen yang telah berjalan bahkan memunculkan kendala dengan berkurangnya lahan yang dimiliki. Pada tahun 2002/2003 (Tabel L.23) telah terjadi pengurangan aset luas tanah universitas akibat pengalihan hak kepemilikan rumah/tanah dinas menjadi milik pribadi beberapa staf dosen yang menempatinya. Pada sisi lain, kekurang-cermatan pencatatan kepemilikan dan batas-batas kepemilikan pada masa lalu menyebabkan beberapa penurunan luas lahan yang dimiliki setelah dilakukan proses sertifikasi. Namun sejak tahun anggaran 2008 ini UB telah berhasil memperluas area kampus dengan membeli beberapa bidang tanah di sekitas kampus.

Dinamika sosial politik dan kondisi nasional yang relatif bergejolak setelah pergantian pimpinan pemerintahan dan perubahan iklim politik nasional menimbulkan permasalahan tersendiri. Beberapa bagian lahan di kebun percobaan Tulungrejo dan Lampung sebagian akhirnya diklaim oleh masyarakat sekitar menjadi taman hutan terbuka. Hal ini secara tidak langsung juga menunjukkan kekurangan manajemen dan pengelolaan aset universitas.

Mekanisme pengawasan dan proses audit rutin perlu dipersiapkan untuk dapat menjaga aset-aset yang dimiliki. Pada sisi lain hasil audit juga akan dapat memberikan informasi-informasi awal sebagai suatu peringatan dini untuk segera diantisipasi. Pengelolaan manajemen yang transparan dan akuntabel juga memerlukan dukungan pengelolaan data dan informasi yang akurat dan terpercaya. Upaya konsolidasi data serta penyimpanan dan pengelolaan dengan sistem data yang berintegritas tinggi, serta konsistensi penyampaian informasi memerlukan dukungan TI yang memadai.

Kelemahan dalam pada aspek ketersediaan sistem informasi sarana dan prasarana yang memadai diselesaikan melalui project I-MHERE yang sedang berjalan. Pengembangan sistem informasi pengelolaanm sarana dan prasarana dikombinasikan dengan sistem pengadaan melalui e-Procurement sedang dalam proses pengembangan dan uji coba. Pada sisi lain ketersediaan MP dalam hal pemanfaatan sarana dan prasarana telah ada sehingga dapat memudahkan dalam hal pengelolaan sarana dan prasarana.

Pada sisi lain upaya menumbuh-kembangkan rasa kepemilikan dan perhatian terhadap kelangsungan aset milik universitas sebagai bagian tak terpisahkan dari keberadaan dan keberlangsungan institusi perlu dilakukan pada tingkat manajemen sampai dengan pelaksana teknis paling bawah. Uji publik terbatas pada kalangan sivitas akademika dalam hal pelepasan kepemilikan aset universitas harus dilakukan untuk menjamin bahwa pelepasan aset apabila harus dilakukan telah memenuhi asas akuntabilitas dan transparansi dan mekanisme kontrol yang memadai.

Lahan kampus utama seluas 55 ha tersebut pada saat ini dimanfaatkan bersama untuk kegiatan akademik dan administratif dari berbagai macam fakultas, serta kantor pusat universitas dan kegiatan-kegiatan mahasiswa. Untuk mempermudah dalam pengelolaan selanjutnya lahan kampus dibagi atas 13 kelompok area pengelolaan. Ke-13 kelompok tersebut adalah Kantor Pusat Universitas/Kantor Rektorat, Program Pascasarjana, Fakultas Teknik,

Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi (AIPT) Universitas Brawijaya 2008 Evaluasi Diri | 31

Fakultas Ilmu Administrasi, Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum, Fakultas Peternakan, Fakultas Perikanan, Fakultas Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Fakultas MIPA, Fakultas Kedokteran, Fasilitas Kampus lainnya: area terbuka kampus, area kegiatan mahasiswa, perpustakaan, pusat komputer, ruang kuliah bersama dan lain sebagainya. Walaupun luas lahan kampus tidak terlalu besar (hanya 55 ha), namun dengan lokasinya di tengah kota, suasana yang nyaman dan keragaman bidang ilmu yang dimiliki mendorong UB segera mewujudkannya sebagai kampus wisata.

Area tertutup yang dipergunakan untuk peruntukan bangunan seluas 14 ha terbagi untuk berbagai keperluan (Tabel L.24). Area kelas menggunakan lahan seluas 5,4 ha, laboratorium menempati 2,9 ha, perpustakaan 0,5 ha, administrasi 3,4 ha, tanah lapang 1,7 ha dan keperluan lain seluas 0,1 ha. Peruntukan luas gedung dan ruang (Tabel L.26 dan L.27) yang tersebar diberbagai unit kerja telah tertata sesuai dengan keperluan dan kapasitas masing-masing dalam memanfaatkan. Dengan memperhatikan luas area tertutup yang ada, nampak bahwa area terbuka masih menempati proporsi yang cukup besar, yaitu sekitar 70% luas kampus. Hal ini merupakan salah satu aspek positif untuk dapat mendukung terciptanya suasana akademik yang kondusif. Dengan tidak tersedianya akses jalan umum yang membelah area kampus, area kampus terbuka yang hijau dapat menjadi area kegiatan mahasiswa yang segar di tengah pertumbuhan kota yang pesat, dan menjadi kawasan hijau perkotaan. Hal ini tentunya berdampak positif pada kehidupan kampus secara menyeluruh.

Lahan dan bangunan seluas tersebut di atas terasa menjadi semakin sempit dari waktu ke waktu seiring dengan pertumbuhan jumlah mahasiswa. Pada tahun akademik 2007/2008 jumlah mahasiswa UB berjumlah 27.461 orang yang terdiri dari mahasiswa berbagai strata pendidikan. Untuk mengatasi hal tersebut, terutama untuk menjaga presentase lahan terbuka yang tersedia, pihak manajemen universitas telah menetapkan kebijakan pengembangan bangunan kearah vertikal dan pembangunan gedung baru haruslah minimal berlantai 7. Hal ini selain memperhatikan kebutuhan lahan terbuka juga dilatar-belakangi pertimbangan ekonomis dengan semakin naiknya nilai lahan per satuan luasannya. Permasalahan utama dalam penyediaan ruang dan kebijakan pengembangan ke atas pada masa depan adalah masalah ketersediaan sumber daya listrik dan pembudayaan untuk hemat listrik. Misalnya penggunaan lift hanya untuk perpindahan lebih dari 3 lantai atau dalam hal untuk angkutan barang. Hal ini perlu disikapi sejak dini dengan langkah-langkah manajemen yang baik dalam pengelolaan energi.

Problema lain yang terus berkembang adalah penyediaan lahan parkir untuk sivitas akademika universitas. Faktor eksternal lemahnya layanan publik di sektor transportasi ini disebabkan karena semakin tingginya kepemilikan kendaraan pribadi baik roda dua maupun roda empat. Pada saat ini permasalahan penyediaan prasarana parkir sudah menjadi suatu masalah tersendiri. Dengan membayar mahal hilangnya lahan-lahan hijau terbuka dan berubah fungsi menjadi lahan parkir tidak sebanding dengan pendapatan tambahan dari sektor restribusi parkir, yang juga belum sepenuhnya dikelola dengan baik. Ketenangan kampus untuk menunjang suasana akademik serta kebutuhan udara bersih menjadi berkurang. Hal ini tentunya akan dapat menjadi ancaman tersendiri dalam upaya mengembangkan kualitas proses belajar mengajar dan penelitian di dalam kampus. Suatu upaya kebijakan terintegrasi untuk menyelesaikan permasalahan dengan tanpa menambah lahan parkir kendaraan sebaiknya segera dilakukan dan ditindaklanjuti bersama. Kepentingan-kepentingan sektoral yang mungkin ada harus segera ditata untuk membangun suasana kampus yang kondusif dari aspek ini, dengan melihat dampak dan keuntungan lebih luas serta dalam jangka panjang.

Keinginan menjaga ketersediaan lahan hijau terbuka untuk menunjang suasana tenang dan segar juga mempertimbangkan mobilitas sivitas akademika dalam aktivitasnya di kampus. Penyediaan koridor-koridor untuk menghubungkan antar gedung agar tidak menjadi hambatan dengan musim layak segera dilakukan. Selain untuk memberikan kemudahan akses di segala musim, penyediaan koridor yang baik juga akan memberikan dukungan yang terbaik bagi para penyandang cacat dalam beraktivitas di kampus.

Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi (AIPT) Universitas Brawijaya 2008 Evaluasi Diri | 32

Sistem drainase dalam kampus juga memerlukan perhatian serius dalam permasalahan manajemen fisik universitas. Banyaknya area-area genangan air pada musim hujan menunjukkan kurang tertatanya sistem drainase dan penataan ruang. Di samping menyebabkan suasana yang kurang nyaman dari aspek estetika, kondisi banjir juga secara signifikan menghambat kegiatan akademik pada musim hujan. Penataan sistem pembuangan air yang komprehensif perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan genangan air pada musim hujan.

Meningkatnya aktivitas kehidupan kampus ternyata juga memperpanjang jalannya aktivitas di dalam kampus. Kegiatan sivitas akademika di dalam kampus pada malam hari terlihat semakin meningkat dari waktu ke waktu. Staf maupun mahasiswa mulai terbiasa untuk meneruskan kegiatan akademik di kampus pada malam hari. Pada satu sisi, hal ini meningkatkan pemanfaatan sumber daya fisik yang ada di kampus, walaupun harus dibayar dengan penggunaan energi untuk penerangan. Ketersediaan penerangan dalam gedung pada umumnya sudah memadai sehingga memungkinkan dilangsungkannya kegiatan akademik pada malam hari. Namun demikian, ketersediaan prasarana penerangan di luar gedung masih perlu ditata ulang untuk dapat memberikan rasa aman dalam berkegiatan pada malam hari di dalam kampus. Selain itu ketersediaan penerangan yang mencukupi juga akan mengurangi risiko tindak kejahatan pencurian maupun yang lain.

Perbandingan luas bangunan terhadap jumlah mahasiswa dengan komposisi 4.74m2/mhs masih baik. Namun demikian, apabila dilihat lebih dalam lagi peruntukannya, akan terasa bahwa manajemen pemanfaatan ruang di dalam universitas masih belum dalam kondisi optimal untuk mendukung kegiatan akademik yang berkualitas. Perbandingan luas bangunan laboratorium dan perpustakaan masih berada di bawah standar yang ditetapkan dalam rencana strategis pengembangan universitas.

Perbandingan kebutuhan ruangan antara penggunaan administratif dan akademik dengan perbandingan 1:2,6 menunjukkan adanya ketimpangan dalam pemanfaatan ruang. Meskipun terdapat penggunaan ruang administratif yang termasuk ruang staf akademik, terasa bahwa ruang yang tersedia masih perlu dioptimalkan. Pada sisi lain secara tidak langsung perbandingan pemanfaatan ruang ini juga menunjukkan kurangnya perhatian kepada aspek manajemen sumberdaya untuk menjalankan kegiatan akademik dan administratif kampus. Besarnya perbandingan tersebut juga menunjukkan bahwa pengelolaan universitas dilihat dari aspek manajemen sumberdaya terkait dengan ketersediaan ruang masih kurang efisien. Semakin kecil perbandingan penggunaan ruang untuk administratif akan menunjukkan efisiensi pengelolaan dan pemanfaatan untuk kegiatan akademik.

Pada saat ini rata-rata ruang perkuliahan disediakan untuk dapat menampung mahasiswa dalam jumlah antara 30-40. Namun demikian juga terdapat ruang-ruang besar dan kecil, sehingga dapat dipergunakan untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan ruang. Ruang kelas pada umumnya dipergunakan antara 3-6 shift per hari dengan hari perkuliahan sebanyak 5 hari dalam satu minggu. Beberapa ruang termanfaatkan sampai dengan malam hari.

Pemanfatan ruang kelas secara umum masih dalam kategori cukup. Namun demikian, peningkatan efisiensi pemanfaatan masih terbuka luas untuk dicapai. Keseimbangan pemanfaatan ruangan secara keseluruhan masih dalam kategori kurang baik. Kondisi-kondisi over utilization yang dapat mempercepat proses kerusakan ruang/bangunan masih ditemui di beberapa tempat. Pada sisi yang lain under utilization ruang kelas yang menunjukkan rendahnya efisiensi penggunaan juga masih ditemui.

Fasilitas pendukung pelaksanaan proses belajar mengajar di dalam ruang kelas bervariasi dari satu lokal kelas ke lokal kelas yang lain. Manajemen pemanfaatan ruang kelas yang tersedia diusahakan tidak bersifat sektoral berdasarkan fakultas agar tercapai resource sharing ruang kelas. Upaya yang dilakukan adalah pengembangan suatu sistem manajemen ruang kuliah secara terpusat dengan didukung sistem informasi manajemen ruang yang transparan berbasiskan teknologi informasi. Dengan menghimpun dan menata ruang kelas yang ada sebagai satu kesatuan dalam mendukung kesatuan kegiatan akademik universitas

Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi (AIPT) Universitas Brawijaya 2008 Evaluasi Diri | 33

diyakini di kemudian hari akan memberikan dampak efisiensi pemanfaatan ruang kelas. Pada sisi lain, sentralisasi manajemen pemanfaatan ruang kelas dan perawatannya akan memberikan dampak efisiensi dalam pengelolaan anggaran untuk perawatan. Pendistribusian pemanfaatan ruangan yang merata juga akan meningkatkan waktu pakai rata-rata bangunan yang akan mengalami proses kerusakan akibat penggunaan.

Laboratorium sebagai sistem pendukung pelaksanaan pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat saat ini sedang diupayakan untuk lebih optimal. Permasalahan kualitas dan kuantitas peralatan laboratorium diupayakan terus ditingkatkan. Pembenahan yang ada akan memperhatikan dukungannya terhadap kinerja Tridharma. Dengan demikian peralatan yang ada akan diselaraskankan agar sesuai dengan azas kemanfaatannya baik untuk pembelajaran maupun keperluan penelitian. Hal ini menjadi salah satu faktor penting dalam upaya pengembangan kualitas Tridharma yang pada akhirnya juga akan bermuara pada peningkatan peran universitas.

Peralatan baru di laboratorium yang tersedia kebanyakan merupakan pengadaan peralatan-peralatan baru melalui proses pengadaan dari mekanisme pendanaan hibah kompetisi yang diselenggarakan oleh Ditjen Dikti (Due-like, Semi Que, TPSDP, PHK A2, PHK A3, SP4 dan I-MHERE). Pengadaan alat-alat mutakhir di bidang ilmu-ilmu Hayati telah disediakan dan diletakkan di bawah manajemen Sentral Ilmu Hayati. Peralatan ini diadakan dengan anggaran APBN tahun 2006, 2007 dan 2008. Penggalangan dana masyarakat berupa biaya pendidikan maupun dana-dana penelitian yang dapat digalang, sebagian juga diinvestasikan dalam bentuk peralatan laboratorium, walaupun belum cukup siginifikan.

3.4. Sarana dan Prasarana

Dalam dokumen EVALUASI DIRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA (Halaman 37-41)

Dokumen terkait