• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : TINJAUAN YURIDIS TENTANG PERANAN

A. Fasilitas Kemudahan Proses Kepabeanan Untuk

Pemerintah khususnya Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) yang berada dibawah Kementerian Keuangan yang berfungsi sebagai fasilitator perdagangan harus dapat menerapkan suatu hukum kepabeanan yang dapat mengantisipasi perkembangan masyarakat dalam rangka memberikan pelayanan dan pengawasan yang lebih cepat, lebih baik dan lebih murah. DJBC sebagai institusi pemerintah yang memiliki tugas dan fungsi yang berkaitan langsung dalam hal pelayanan danpengawasan lalu lintas barang keluar dan masuk di wilayah di Indonesia,tidak terlepas dari tuntutan untuk menciptakan iklim pelayanan yang sehat tersebut, sehingga secara berkesinambungan DJBC mengkaji kebijakan yang telah dibuat dan melakukan perubahan-perubahan yang mengarah kepadaperbaikan terhadap pelayanan yang diberikan.

Untuk meningkatkan investasi, pemerintah merasa perlu untuk memberikan fasilitas kemudahan sistem terutama kepabeanan. Kemudahan yang diberikan tersebut bermanfaat untuk memperlacar arus barang, melindungi industri dalam negeri, menunjang kegiatan ekspor serta mengoptimalkan pendapatan negara pada fiskal. Fasilitas kemudahan sistem,

kemudahan prosedural hingga insentif fiskal kepada pelaku usaha ekspor dan impor.Fasilitas kepabeanan pada hakekatnya merupakan suatu bentuk insentif kepada masyarakat usaha, baik dalam bentuk fiskal maupun non fiskal yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu yang ingin dicapai pemerintah. Fasilitas pelayanan kepabeanan ditujukan untuk memperlancar arus barang, orang maupun dokumen dalam sistem atau tata laksana kepabeanan dibidang impor barang, orang maupun dokumen.92

Dalam era perdagangan global sekarang ini arus barang masuk dan keluar sangatlah cepat. Untuk memperlancar urusan bisnisnya para pengusaha dituntut untuk memiliki pengetahuan yang cukup mengenai prosedur ekspor dan impor. Pengetahuan yang cukup memberikan potensi bagi pelaku usaha untuk membenahi perusahaannya menjadi lebih baik lagi untuk memenuhi kriteria untuk dapat menggunakan fasilitas-fasilitas kemudahan mekanisme ekspor dan impor oleh pemerintah.Fasilitas kemudahan dalam proses kepabeanan dimaksudkan untuk memperlancar arus barang ekspor dan impor terutama di Pelabuhan agar barang yang hendak diekspor dan barang impor yang tiba tidak menumpuk terlalu lama di Pelabuhan. Kelancaran lalu lintas amat sangat penting dalam kegiatan ekonomi khususnya pada dunia industri. Untuk meningkatkan ekspor dan menumbuhkan kegiatan industri dalam negeri terdapat fasilitas kemudahan impor untuk barang yang akan diolah untuk diekspor kembali. Untuk barang-barang peka waktu, barang yang bertumpuk terlalu lama akan menyebabkan semakin tingginya biaya yang harus ditanggung oleh pelaku usaha serta semakin tingginya resiko yang timbul karena waktu yang tersita atas kondisi ketahanan barang tersebutcontohnya barang-barang yang mudah pecah, susut, busuk dan lain sebagainya, belum lagi jikalau terjadi kelangkaan barang di pasaran akan menyebabkan kenaikan

92

Wawancara pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Madya Pabean Belawan pada 13 Maret 2015.

harga yang bermuara pada inflasi dampak kenaikan harga tersebut.Fasilitas- fasilitas kemudahantersebut berguna memudahkaneksportir maupun importir dalam melaksanakan kegiatan usahanya.Berikut adalah jenis-jenis fasilitas kemudahan dalam proses kepabeanan:

1. Fasilitas Portal INSW (Indonesia National Single Window)

Sebagai suatu fasilitas yang dipersiapkan sebagai wadah akses tunggal yang menyediakan semua fasilitas dan fungsi dari semua layanan yang terkait dengan eskpor-impor, minimal harus menyediakan semua fasilitas dan fungsi pokok untuk dapat membantu melakukan operasional kegiatan layanan ekspor-impor.Portal INSW diakses melalui halaman utama

(homepage) situs resmi INSW dengan nama domain www.insw.go.id .

Situs resmi (official website) Indonesia NSW (National Single Window) ini, selain dimanfaatkan sebagai media komunikasi antara seluruh entitas system NSW (GA (Government Agency/Institusi Pemerintah), pelaku usaha dan entitas terkait lainnya), juga akan menjadi homepage bagi layanan Portal INSW, yang berisi menu-menu kegiatan operasional yang terkait dengan pelayanan kepabeanan, perijinan impor dan ekspor, kepelabuhanan/ kebandarudaraan dan kegiatan pelayanan lain yang tergabung kedalam Sistem NSW.

INSW (Indonesia National Single Window) diciptakan untuk menunjang lancarnya arus barang ekspor dan impor oleh pemerintah sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2008 yang mana dengan diluncurkannya satu sistem yang sangat penting tersebut, yaitu Sistem National Single Window diharapkan dapat mewujudkan terciptanya kelancaraan arus barang ekspor, impor, dan

transit, dalam rangka meningkatkan daya saing nasional. INSW berbeda dengan CEISA karena INSW merupakan layanan Bea Cukai dan Instansi Pemerintah lainnya kepada pelaku usaha/pengguna jasa, sedangkan CEISA merupakan sistem TIK dilingkungan internal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Situs resmi Indonesia NSW ini selain dimanfaatkan sebagai situs penyampaian informasi juga sebagai homepage dari layanan operasional Portal INSW, sehingga secara umum dikelompokkan kedalam dua fungsi :

1) Layar informasi untuk publik; Fungsi pertama adalah “Fungsi Informasi” merupakan fungsi yang dapat diakses oleh masyarakat (publik), berisi semua informasi yang terkait dengan penerapan Sistem NSW di Indonesia dan semua informasi yang dibutuhkan untuk bisa mendapatkan layanan sistem NSW;

2). Layar sistem layanan Portal INSW;Fungsi kedua adalah “Fungsi Operasional” selaku Portal INSW merupakan fungsi yang hanya bisa diakses oleh Pengguna Portal INSW (setelah mengisikan

User-ID, Password dan Kode tertentu), berisi semua layanan

operasional Portal INSW yang menyediakan informasi khusus dan layanan transaksi.

Beberapa fitur dan fasilitas yang disediakan di halaman awal (homepage), memang disiapkan untuk menjalankan fungsi informasi yang dapat diakses oleh publik, sehingga diharapkan semua informasi umum yang terkait dengan operasional layanan sistem NSW dapat diakses di

homepage ini.

Sedangkan untuk Portal INSW, yang menjalankan fungsi operasional transaksi layanan dan hanya bisa di-akses oleh User yang sudah ter-otorisasi, menyediakan beberapa fitur layanan informasi yang spesifik yang terkait dengan transaksi kegiatan ekspor-impor, antara lain :

3. Tracking Dokumen:Fasilitas untuk melihat secara rinci status dari

semua proses dan tahapan dalam pelayanan per transaksi dokumen PIB, dapat melihat rincian detail waktu dan proses pelayanan (jam : menit : detik), dapat mengecek semua output proses pelayanan, dan dapat juga melihat dan mencetak semua respon elektronik sebagai hasil akhir dari proses pelayanan ekspor-impor.Dengan fasilitas ini diharapkan ada transparansi dan kepastian, dimana setiap detail proses layanan di GA dapat dilihat dan dikontrol oleh pengguna jasa / pelaku usaha (Importir/ Eksportir), sehingga akan ada kejelasan dan kepastian pelayanan.

4. View Dokumen Perijinan:Fasilitas untuk melihat semua perijinan dari seluruh GA yang ada di Portal, dengan menyediakan parameter per GA penerbit ijin, per User penerima ijin, per tanggal dan jenis perijinan, sehingga semua output perijinan dari seluruh GA secara transparan akan terkontrol di Portal INSW.

5. View Manifes :Menyediakan fasilitas untuk langsung koneksi kedalam sistem SAP PDE Manifes di DJBC, sehingga semua informasi manifes (header dan detail) yang diterima oleh KPU DJBC, dapat dilihat oleh siapapun sesuai dengan hirarki otorisasi dan kewenangannya.

6. Laporan Realisasi Perijinan (Utilization Report) :Laporan ini sangat dibutuhkan oleh semua GA / Government Agencies (Intansi Teknis Pemerintah) penerbit perijinan untuk mengontrol penggunaan ijin yang telah diterbitkan dan sebagai alat untuk rekonsiliasi antara ijin yang diterbitkan dengan realisasi impornya.

7. View proses Analyzing Point :Untuk melihat secara rinci terhadap proses penelitian perijinan dan status hasil penelitian perijinan secara rinci, termasuk rincian detail waktu proses penelitian perijinan (jam : menit : detik) sebagai kontrol terhadap proses otomasi penelitian Lartas oleh Portal INSW.93

Instansi Pemerintah (Government Agencies / GA) yang telah bergabung kedalam Portal INSW:

1) Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) 2) Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri 3) Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) 4) Badan Karantina Pertanian

5) Pusat Karantina Ikan

6) Kementerian Jenderal Perhubungan Laut 7) Direktorat Jenderal Perhubungan Udara 8) Kementerian Kesehatan

9) Kementerian Perindustrian 10) Kementerian Pertanian

11)Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi 12) Kementerian Negara Lingkungan Hidup 13) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral 14) Kementerian Kehutanan

15) Badan Pengawas Tenaga Nuklir 16) Markas Besar Kepolisian RI

93

Wawancara pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Madya Pabean Belawan pada 13 Maret 2015.

17) Kementerian Pertahanan.94

2. Fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE)

Penerapan pelayanan fasilitas kemudahan kepabeanan yang didukung Teknologi Informasi menunjukkan kesungguhan DJBC untuk benar-benar serius dalam melakukan peran dan fungsinya dalam meningkatkan kualitas pelayanan, khususnya kepada para pengguna jasa kepabeanan sebagai pelaku usaha ekspor maupun impor barang. Dengan penerapan pemberitahuan pabean melalui media elektronik, DJBC dapat memberikan pelayanan tanpa kertas (paperless), tanpa antrian (queless), dan tanpa biaya tinggi (costless).

KITE merupakan fasilitas yang diberikan pemerintah dalam hal ini Bea dan Cukai untuk memudahkan impor bahan baku untuk diolah didalam negeri dengan tujuan akan dipasarkan kembali keluar negeri, pengolahan tersebut diadakan didalam suatu kawasan yang disebut dengan kawasan berikat.

Fasilitas KITE ditetapkan oleh Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bea Cukai berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 254/PMK.04/2011 Tentang Pembebasan Bea Masuk atas Impor Barang dan Bahan untuk Diolah, Dirakit, atau Dipasang pada Barang Lain dengan Tujuan untuk Diekspor.95

94

http://bctemas.beacukai.go.id/faq/tentang-lartas-kategori-danperijinannya/. Diakses Pada Tanggal 29 April 2015.

95

Wawancara Pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai Tipe Madya Pabean Belawan pada 13 Maret 2015.

Mengingat bahwa dalam rangka mendorong kegiatan ekspor, memperkuat daya saing perusahaan dan meningkatkan investasi, perlu melakukan penyempurnaan terhadap peningkatan insentif fiskal, penyederhanaan prosedurpelayanan dan otomasinya.Eksportir yang dalam melakukan produksinya menggunakan bahan baku yang impor dari luar negeri atau sekarang lebih dikenal dengan istilah KITE(Kemudahan Impor Tujuan Ekspor) Dalam hal kemudahan-kemudahan di bidang ekspor Impor maka sekarang lahirlah sistem pertukaran Data Elektronik (PDE) ekspor, dimana dengan sistem ini eksportir dapat melakukan perekaman data Pertukaran Ekspor Barang (PEB), pengiriman data PEB dan menerima respon persetujuan ekspor yang kemudian diterima Kantor Pelayanan Bea Cukai, data yang dimuat di KPBC ini dijadikan pedoman untuk melakukan pemeriksaan fisik barang dan setelah hasil disetujui maka kemudian pengguna jasa mendaftar persetujuan ekspor ke Bea Dan Cukai untuk dilakukan pengoreksian data di komputer Gate dengan data petikemas.

3. Kemudahan Proses Pelayanan Ekspor

Untuk memperlancar arus barang ekspor, terhadap barang ekspor berdasarkan pasal 1 ayat 1 UU nomor 17 Tahun 2006 termasuk ruang lingkup kepabeanan yaitu pengawasan atas lalu lintas barang keluar daerah pabean, tetapi secara filosofis yaitu dalam rangka mendorong ekspor Indonesia dan untuk meningkatkan daya saingnya di pasar dunia dibutuhkan suatu kecepatan dan kepastian bagi eksportir dengan demikian pemeriksaan pabeansesuai pada penjelasan Pasal 4 UU nomor 10 tahun

1995 dalam bentuk pemeriksaan fisik atas barang ekspor harus diupayakan seminimal mungkin, kecuali terhadap barang barang tertentu misalnya:

a. Reekspor;

b. Reimpor;

c. Terkena Bea Keluar;

d. Berdasarkan Nota Hasil Intelijen

Untuk memperoleh data dan penelitian yang tepat mengenai Pemberitahuan Pabean yang diajukan, Pasal 4 UU Nomor 10 Tahun 1995 ini memberikan kewenangan untuk menteri untuk dalam hal-hal tertentu dapat menetapkan ketentuan tentang pemeriksaan fisik atas barang impor. Sehingga pada dasarnya atas barang ekspor kewenangan DJBC hanya terhadap penelitian dokumen kecuali atas barang barang tertentu sebagaimana yang disebutkan di atas.

4. Tempat Penimbunan Berikat (TPB)

Tempat Penimbunan Berikat adalah bangunan, tempat atau kawasan yang memenuhi persyaratan tertentu yang digunakan untuk menimbun, mengolah, memamerkan dan/atau menyediakan barang untuk dijual dengan mendapatkan penangguhan Bea Masuk. Landasan hukum yang mengatur Tempat Penimbunan Berikat adalah Pasal 44 Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2006 dan diatur lebih lanjut oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Tempat Penimbunan Berikat.

Tempat Penimbunan Berikat merupakan Kawasan Pabean dan sepenuhnya berada di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.Tempat Penimbunan Berikat dapat berbentuk Gudang Berikat,

Kawasan Berikat, Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat, Toko Bebas Bea, Tempat Lelang Berikat, atau Kawasan Daur Ulang Berikat.96

5. Fasilitas Penjaluran Kuning Penjaluran Hijau dan Prioritas

Didalam penjelasan Pasal 44 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 sebagai landasan hukum tujuan pengadaan tempat penimbunan berikat dalam undang-undang ini yaitu memberikan fasilitas kepada pengusaha berupa penangguhan pembayaran bea masuk. Yang dimaksud dengan penangguhan yaitu peniadaan sementara kewajiban pembayaran bea masuk sampai timbul kewajiban pembayaran bea masuk tersebut berdasarkan undang-undang ini. Dalam tempat penimbunan berikat dilakukan kegiatan menyimpan, menimbun, melakukan pengetesan (Quality Control), memperbaiki/merekondisi, menggabungkan (kitting) memamerkan, menjual, mengemas kembali, mengolah, mendaur ulang, melelang barang,merakit (assembling) dan/atau membudidayakan flora dan fauna yang berasal dari luar pabean tanpa lebih dulu dipungut bea masuk. Pengadaan tempat penimbunan berikat ini diharapkan dapat memperlancar arus barang impor dan ekspor sereta meningkatkan produksi dalam negeri.

Kemudahan impor yang berbentuk fasilitas penjaluran kuning dan hijau diterapkan pada importir-importir yang memenuhi kriteria P- 42/bc/2008 tentang impor untuk dipakai terkait penjaluran merah kuning hijau yakni Sedangkan importir yang mendapatkan fasilitas kemudahan impor jalur prioritas berdasarkan kriteria dari Peraturan Direktur Jenderal P-11/bc/2005 Tentang Jalur Prioritas.

96

http://catatankecik.blogspot.com/2012/07/tempat-penimbunan-berikat-tpb.html. Diakses pada tanggal 29 Maret 2015.

Jalur Kuning, merupakan proses pengeluaran barang impor dengan tidak dilakukan pemeriksaan fisik tetapi dilakukan penelitian dokumen sebelum diterbitkannya SPPB (Surat Persetujuan Pengeluaran Barang) atau

Customs Clearance.

Jalur Hijau, merupakan proses pengeluaran barang impor dengan tidak dilakukan pemeriksaan fisik tetapi dilakukan penelitian dokumen setelah diterbitkannya SPPB.

Jalur MITA Non-Prioritas yaitu proses pengeluaran barang impor dengan langsung diterbitkan SPPB tanpa dilakukan pemeriksaan fisik dan penelitian dokumen kecuali dalam hal barang ekspor yang diimpor kembali, barang yang terkena pemeriksaan acak serta barang impor sementara, maka diterbitkan SPPB setelah selesainya penelitian dokumen/pemeriksaan fisik barang.

Jalur MITA Prioritas adalah proses pengeluaran barang dengan langsung diterbitkannya SPPB tanpa pemeriksaan barang dan penelitian dokumen.97

6. Fasilitas Pelayanan Segera

Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 144/PMK.04/2007 tentang Pengeluaran Barang Impor Untuk Dipakai, dalam pasal 8 diatur bahwa dalam rangka pelayanan segera (rush handling) barang impor dapat dikeluarkan sebagai barang impor untuk dipakai setelah diserahkan dokumen pelengkap pabean. Atas pengeluaran barang tersebut, importir wajib menyerahkan jaminan sebesar pembayaran bea masuk dan pajak

97

Wawancara pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai Tipe Madya Pabean Belawan pada 13 Maret 2015.

dalam rangka impor, dan/atau cukai. Lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 148/PMK.04/2007 tersebut, dijelaskan bahwa pelayanan segera (rush handling) adalah pelayanan kepabeanan yang diberikan atas barang impor tertentu yang karena karakteristiknya memerlukan pelayanan segera untuk dikeluarkan dari kawasan pabean. Dalam Pasal 2 peraturan menteri keuangan tersebut dinyatakan bahwa barang impor yang karena karakteristiknya memerlukan pelayanan segera tersebut dapat dikeluarkan dari kawasan pabean sebelum diajukan pemberitahuan pabean impor. Barang impor tersebut dapat dikeluarkan dari kawasan pabean setelah diserahkan dokumen pelengkap pabean dan jaminan.

Pelayanan segera dimaksud hanya dapat diberikan terhadap importasi : a. Organ tubuh manusia antara lain ginjal, kornea mata atau

darah;

b. Jenazah dan abu jenazah;

c. Barang yang dapat merusak lingkungan antara lain bahan yang mengandung radiasi;

d. Binatang hidup; e. Tumbuhan Hidup;

f. Surat Kabar, majalah yang peka waktu; g. Barang berupa dokumen;98

Untuk menyelesaikan importasi dengan pelayanan segera dengan menggunakan Dokumen Pelengkap Pabean, Importir wajib mengajukan PIB defenitif sesuai tatakerja penyelesaian barang impor yang berlaku dengan mendapatkan penetapan Jalur Hijau tanpa diterbitkan Surat Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB), dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak tanggal pengeluaran barang impor.

98

Mekanisme pengeluaran barang impor tersebut dari kawasan pabean adalah dengan menyerahkan dokumen pelengkap pabean dan jaminan. Dokumen pelengkap pabean adalah semua dokumen yang digunakan sebagai pelengkap pemberitahuan pabean, misalnya Invoice, Packing List, Bill of Lading/Airway Bill, Manifest dan dokumen lainnya yang dipersyaratkan. Sedangkan jaminan adalah sesuatu yang diserahkan kepada kantor pabean sebesar bea masuk, cukai dalam rangka impor, dan/atau pajak dalam rangka impor yang terutang. Jaminan dapat berupa jaminan tunai, jaminan bank, jaminan perusahaan asuransi (customs bond) atau jaminan lainnya (misalnya jaminan tertulis). Jaminan dimaksud dapat berupa jaminan untuk setiap kegiatan importasi atau untuk jangka waktu tertentu.Untuk mendapatkan pelayanan segera (rush handling) atas barang- barang tersebut diatas, importir harus mengajukan permohonan kepada pejabat pabean. Permohonan dilampiri dengan dokumen pelengkap pabean dan jaminan sebesar bea masuk dan pungutan impor lainnya. Barang yang mendapat pelayanan segera dilakukan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan administratif dilakukan atas dokumen pelengkap pabean dan berlaku semua ketentuan yang mengatur mengenai barang larangan dan pembatasan

Pelayanan segera terhadap barang impor berupa barang yang dapat merusak lingkungan, tumbuhan hidup dan hewan hidup, hanya dapat diberikan apabila telah mendapatkan izin dari instansi teknis yang terkait (contohnya: karantina tumbuhan, karantina hewan dll).

7. Fasilitas Vooruitslag (Pengeluaran Barang Impor untuk Dipakai Dengan Menggunakan Jaminan)

Barang impor dapat dikeluarkan sebagai barang impor untuk dipakai dari Kawasan Pabean, Tempat Penimbunan Sementara (TPS) atau tempat lain yang diperlakukan sama dengan TPS setelah dokumen pelengkap pabean diserahkan ke kantor pabean. Pengeluaran barang impor tersebut diberikan terhadap importir yang telah mengajukan permohonan untuk memperoleh fasilitas pembebasan atau keringanan bea masuk, pajak dalam rangka impor dan atau cukai, dan atas permohonan yang dimaksud belum diterbutkan keputusan mengenai pemberian fasilitas tersebut. Terhadap barang impor untuk keperluan penanggulangan bencana alam dapat dikeluarkan sebelum pengajuan permohonan.

Bila barang impor tersebut merupakan barang berkategori Lartas maka tetap harus memenuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Jaminan yang diserahkan atas pengeluaran barang impor dimaksud sebesar bea masuk, bea masuk dan pajak dalam rangka impor dan atau cukai yang terutang, diserahkan dalam bentuk :

a. Uang Tunai;

b. Jaminan Bank;

c. Jaminan dari perusahaan asuransi

(Customs Bond);

d. Jaminan Lainnya.

Untuk mendapatkan persetujuan pengeluaran barang (clearance), importir mengajukan surat permohonan kepada kepala kantor pabean dengan menyebutkan alasannya. Kepala kantor pabean dapat memberikan persetujuan atau penolakan atas permohonan tersebut.99

8. Fasilitas Eigen Losing dan Truck Losing

Secara yuridisdalam ketentuan pabean, kapal – kapal niaga yang akan membongkar / memuat barang – barang impor dan ekspor wajib dilakukan di Kantor Bea Cukai Akan tetapi jikalau demikian dapat menimbulkan biaya handling dan biaya transport menjadi lebih mahal dan tidak efisien maka untuk itu Otoritas Bea Cukai memberi kesempatan kepada pemilik pabrik / produsen untuk memanfaatkan fasilitas prosedural kepabeanan berupa membongkar barang di tempat bongkar sendiri (eigen losing).

Prosedur untuk memperoleh fasilitas eigen losing adalah sebagai berikut:

99

a. Pabrik / Produsen mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor Bea Cukai dengan menyebutkan alamat, peta lokasi, pemohon menyediakan tempat pemeriksaan pabean dan wajib mentaati ketentuan pabean dll.

b. Kepala Kantor memerintahkan untuk melakukan pemeriksaan fisik lokasi dan infrastruktur yang tersedia berkaitan dengan proses pemeriksaan pabean.

c. Bila memenuhi syarat dan disetujui maka akan dikeluarkan Surat Keputusan Kepala Kantor Bea Cukai menetapkan lokasi tersebut sebagai Pos Bea Cukai dan wajib dijaga oleh Petugas Bea Cukai. d. Petugas Bea Cukai yang bertugas di lokasi Pos Bea Cukai berhak

biaya kompensasi akomodasi, transport atas beban pemohon.

Dengan demikian eigen losing adalah fasilitas membongkar di tempat bongkar sendiri, untuk memperoleh izin eigen losing perlu diperhatikan unsur keberlanjutan aktivitas bongkar (continuity) bukan bersifat insidental sehingga penempatan petugas bea cukai dilakukan secara bergilir dan terjadual.

Fasilitas Truck Lossing ialah fasilitas pengeluaran tanpa melewati Gudang dan langsung dimuat diatas Truck, untuk kemudian dikeluarkan dari Kawasan Pabean, biasanya diberlakukan atas barang – barang in bulk atau seperti Pupuk, Beras, Gula, Scrap Iron / Besi Tua dll.100

9. Fasilitas Pembongkaran atau Penimbunan di Luar Kawasan

Pabean

Dalam hal tertentu truck losing dapat dilakukan barang tertentu lainnya seperti bahan peledak atau barang – barang berbahaya mudah meledak atau barang stratejik lainnya seperti permesinan atau pembangkit listrik dll.

Secara umum izin truck losing cukup diberikan oleh Kepala Hanggar dan atau Kepala Seksi Pabean, akan tetapi untuk barang khusus permesinan, bahan peledak, barang - barang strategis lainnya harus diberikan oleh Kepala Kantor Bea Cukai karena memerlukan pertimbangan aspek ekonomis, keamanan dan pengamanan hak – hak negara.

100

http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/148-artikel-bea-dan-cukai/20143- mengenal-fasilitas-pabean-dan-bea-masuk-fasilitas-prosedural-kepabeanan. Diakses pada tanggal 15 April 2015.

Sesuai Pasal 10A Undang-undang Kepabeanan, pada dasarnya pembongkaran dan penimbunan barang impor wajibdilakukan di suatu tempat dalam Kawasan pabean. Akan tetapi apabila barang impor karena sesuatu hal, baik alasan yang menyangkut kondisi barang maupun kelayakan lokasi kawasan pabean, dapat saja seorang Kepala Kantor memberikan suatu diskresi (penyimpangan) yang mengizinkan pembongkaran dan penimbunan di luar kawasan pabean.Perlakuan khusus ini merupakan salah satu bentuk pemberian fasilitas pelayanan kepabeanan. Dalam pelaksanaannya, fasilitas kepabeanan ini seringkali diberikan oleh Kepala Kantor Bea dan Cukai di daerah-daerah yang sarana dan prasarana pelabuhan dan/atau kawasan pabeannya belum lengkap. Untuk pengamanan hak-hak negara, proses pembongkaran barang impor wajib diawasi oleh petugas Bea dan Cukai serta dilakukan penyegelan terhadap barang impor yang ditimbun.

10. Pemeriksaan Barang Impor Di Gudang Atau Lapangan Penimbunan Milik

Dokumen terkait