• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fasilitas Pementasan

Dalam dokumen Sumaryanto. Bentuk Drama (Halaman 30-35)

Fasilitas pementasan adalah beberapa fasilitas untuk mendukung pementasan drama agar berjalan dengan sukses. Fasilitas-fasilitas pementasan itu, diantaranya adalah panggung, kontrol cahaya, kontrol suara, ruang gantung, dan sistem akustik.

A. Panggung

Panggung adalah tempat para aktor memeragakan lakon drama. Sebagai arena pertunjukan, biasanya panggung dibuat sedikit lebih tinggi daripada lantai. Sering pula lebih tinggi daripada tempat duduk penonton kalau gedung pertunjukan memuat ratusan penonton. Bahkan, kalau pertunjukan dilaksanakan di tanah lapang yang penontonnya berdiri, panggung dibuat lebih tinggi lagi. Semua itu bertujuan agar penonton yang paling jauh masih bisa menyaksikan dengan jelas apa yang terjadi di panggung.

Pada mulanya panggung berbentuk arena seperti ring tinju. Penonton berada di sekeliling panggung. Namun, dalam perkembangan berikutnya terdapat panggung model pigura. Yang dimaksud pigura adalah

4

bingkai (kerangka kayu) bagian luar gambar atau foto. Panggung yang menurut penglihatan penonton seperti gambar yang hidup dalam sebuah pigura besar dinamakan panggung pigura. Kalau panggung model arena penontonnya berada di sekeliling panggung, maka panggung model pigura semua penontonnya berada di depan panggung.

1. Model Panggung

Dalam perkembangan lebih lanjut, model panggung menjadi beraneka macam, antara lain model lingkaran beroda, setengah lingkaran, segi empat, panggung terbuka.

a. Model Lingkaran Beroda

Panggung dibuat dari kayu, dilapisi kain atau karpet berwarna. Modelnya berbentuk lingkaran seperti mata uang logam. Di bagian bawahnya diberi roda besi sedikitnya empat buah. Sebagai landasan roda, rel besi tunggal dipasang melingkar di lantai gedung pertunjukan. Dengan adanya roda dan rel ini panggung dapat diputar menghadap ke samping kiri, kanan, atau bahkan ke belakang dengan cara didorong atau digerakkan memakai tenaga listrik. Antara bagian depan dan bagian belakang diberi papan pembatas sehingga pada saat bagian depan digunakan untuk memeragakan suatu adegan, bagian belakang dapat dipakai untuk mempersiapkan adegan berikutnya. Nah, bila pemeragaan di bagian depan sudah selesai, panggung diputar 180 derajat dan adegan berikutnya langsung tampak. Panggung bagian depan sekarang sudah berada di bagian belakang sehingga dapat dipakai untuk mempersiapkan adegan berikutnya lagi.

Dengan demikian, pergantian adegan satu dengan adegan berikutnya berlangsung cepat sehingga selama pertunjukan berlangsung panggung tidak pernah kosong.

b. Model Setengah lingkaran

Bentuk kedua, panggung berbentuk sepatu kuda atau setengah lingkaran. Bila dibuat di alam terbuka, misalnya di sudut tempat wisata,

biasanya menggunakan bahan batu/ bata dan adukan semen pasir supaya kuat dan awet. Bila di dalam gedung pertunjukan, panggung bisa dibuat permanen dengan bahan bata dan adukan semen pasir atau dengan bahan kayu yang bisa dibongkar pasang.

Di bagian belakang panggung dibangun tembok atau dinding sebagai latar belakang panggung dan sekaligus untuk menutup bagian belakang panggung tempat pemain memper-siapkan diri. Tempat pemain mempersiapkan diri ini bisa juga di samping kiri atau kanan panggung. Karena itu, bagian samping kiri dan kanan panggung diberi tembok/dinding pembatas ruang dalam agar penonton tak melihat persiapan para pemain. Jalan keluar masuk pemain berada di antara dinding samping dan dinding belakang.

c. Model Segi Empat

Model segi empat sangat lazim digunakan untuk pementasan drama. Biasanya, panggung model ini dibuat permanen di dalam gedung pertunjukan dengan bahan bata dan adukan semen pasir. Di samping kiri kanan diberi dinding-dinding pembatas dari papan kayu atau tripleks yang dicat dan dilukis. Di antara dinding-dinding ini dipakai untuk jalan keluar masuk pemain. Selain itu, fungsi dinding-dinding samping ini untuk penutup ruang dalam tempat pemain mempersiapkan diri atau

menunggu giliran tampil di panggung. Di bagian belakang ada layar dari kain yang dilukis sebagai latar belakang. Layar ini biasanya banyak dan bermacam-macam lukisannya serta dapat dinaikturunkan sesuai kebutuhan. Misalnya adegan di tepi jalan, layar yang diturunkan bergambar pemandangan alam terbuka yang menampakkan pepohonan, sawah, gunung, dan

mega. Ganggung model segi empat lazim digunakanuntuk pementasan drama.

d. Model Panggung Terbuka

Sesuai dengan namanya, panggung ini dibangun tanpa atap di alam terbuka. Bangunannya kokoh permanen, dibuat dari batu, bata, besi, dan adukan semen pasir. Ukurannya cukup luas karena biasanya untuk pertunjukan massal yang melibatkan banyak pemain. Biasanya, panggung terbuka dibangun di tempat wisata atau tempat hiburan.

Bentuk lantai segi empat. Di bagian belakang terdapat tembok kukuh berfungsi sebagai latar belakang panggung paling belakang. Dikatakan pal-ing belakang, sebab di depannya masih ada tembok lagi yang diberi gerbang di tengahnya untuk jalan keluar-masuk pemain dari belakang. Gerbang itu biasanya diberi hiasan permanen. Selain dari belakang tengah, pemain juga bisa lewat jalan masuk belakang kiri dan kanan panggung. Bahkan para pemain tambahan (figuran) bisa keluar-masuk lewat tangga luar.

B. Kontrol Cahaya

Pencahayaan panggung dilakukan oleh penata cahaya. Ia mendapat skrip naskah yang menyertakan keterangan cahaya adegan per adegan. Dari naskah itulah ia mengetahui kapan lampu harus menyala atau padam. Pengoperasian tata cahaya dapat pula menggunakan sistem komputerisasi. Dengan bantuan alat status cue, penata cahaya memprogram data cahaya ke sebuah file. Dengan alat ini, saat pertunjukan berlangsung, seorang pengatur cahaya tinggal mengklik tombol yang ada pada layar komputer.

C. Kontrol Suara

Dalam pementasan, suara yang keluar dari atas panggung tidak langsung terdengar oleh penonton, ditangkap oleh alat penerima gelombang atau receiver. Dari receiver, suara dikirim ke alat penyeimbang suara, yaitu mixer. Alat penyeimbang tersebut berguna supaya tak ada suara yang terlalu keras atau terlalu lemah, sehingga penonton dapat menikmati isi teater dengan nyaman. Setelah diolah, mixer mengirim suara-suara

tersebut kepada penonton melalui speaker atau pengeras suara. Proses menangkap, mengolah, dan mengirim suara tersebut berlangsung dalam bilangan sepersekian detik saja sehingga mimik muka dan suara bisa diterima oleh pancaindra penonton pada saat yang bersamaan.

D. Ruang Gantung

Layar pada panggung memang bisa diganti-ganti sesuai dengan tuntutan cerita. Layar-layar itu tergantung di atas panggung. Ruang gantung tempat menyimpan set dekor ini disebut flybar. Cara kerjanya manual, yaitu dengan sistem katrol. Tak hanya dari arah atas ke bawah saja, flybar juga memiliki fasilitas sling, yang menggerakkan benda dari kiri ke kanan.

Untuk meringankan beban, pada pengait yang lain diberi pemberat sebagai penyeimbang. Istilahnya counter weight. Set dekor yang tergantung di atas tidak hanya layar yang berbahan kain atau kertas saja namun bisa juga potongan dinding.

E. Sistem Akustik

Ada banyak teknologi yang bisa dipakai untuk sebuah gedung pertunjukan, tapi ada satu hal yang wajib dimiliki, yaitu akustik yang baik. Gedung pertunjukan selayaknya mempunyai kekedapan suara yang tinggi. Fungsinya, agar suara-suara dari luar tidak masuk ke dalam. Misalnya, bunyi hujan, deru kendaraan, dan lain-lain tidak seharusnya terdengar dari ruangan. Hal ini akan mengganggu pementasan.

Gedung Kesenian Jakarta yang dibangun tahun 1883 adalah salah satu gedung yang mempunyai sistem akustik terbagus. Sekeliling dinding ruangan terdapat peredam. Suara yang 'lari' ke atas diredam dan dipantulkan kembali ke arah penonton. Sedemikian bagusnya akustik, sampai-sampai, bunyi gemerisik bungkus permen pun bisa terdengar. Itulah sebabnya pada saat pertunjukan berlangsung, tidak diperkenankan untuk makan, minum, dan memotret.

Dalam dokumen Sumaryanto. Bentuk Drama (Halaman 30-35)

Dokumen terkait