• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENGATURAN PENANAMAN MODAL BERDASARKAN

E. Fasilitas Penanaman Modal

Pada dasarnya investor, baik investor domestik maupun investor asing yang menanamkan investasi di Indonesia diberikan berbagai kemudahan. Pemberian kemudahan ini adalah dimaksudkan agar investor domestik maupun investor asing mau menanamkan investasinya di Indonesia. Investasi itu sangat dibutuhkan oleh Pemerintah Indonesia untuk mempercepat proses pembangunan. Kemudahan yang diberikan oleh pemerintah Indonesia, berupa kemudahan dalam bidang perpajakan dan pungutan lainnya.

Adapun fasilitas atau kemudahan yang diberikan kepada investor domestik maupun investor asing, diantaranya:

1. Fasilitas Pajak Penghasilan (PPh)

Pemberian kemudahan atas pajak penghasilan (PPh) kepada investor telah ditentukan dalam Pasal 18 ayat (4) huruf b U8ndang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Pasal 18 ayat (4) huruf b berbunyi :

“Pajak penghasilan melalui pengurangan penghasilan neto sampai dengan tingkat tertentu terhadap jumlah penanaman modal yang dilakukan dalam waktu tertentu”.

52

http://blogs.unpad.ac.id/kelompok3b-adbis/2014/09/29/penanaman-modal-dalam-negri- pmdn-dan-penanaman-modal-asing.

Dalam Pasal 31 A UU Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan telah ditentukan tentang intensif yang diberikan kepada investor di bidang usaha tertentu dan atau daerah tertentu. Dalam ketentuan itu ditentukan bahwa:

“wajib pajak yang melakukan penanaman modal di bidang-bidang usaha tertentu dan atau di daerah-daerah tertentu dapat diberikan fasilitas perpajakan”.

Ada tiga bentuk fasilitas perpajakan yang diberikan kepada investor, yaitu:

a. pengurangan penghasilan neto paling tinggi 30% dari jumlah penanaman yang dilakukan.

b. penyusutan dan amortisasi yang dipercepat.

c. kompensasi kerugian yang lebih lama, twtapi tidak lebih dari sepuluh tahun; dan

d. pengenaan pajak penghasilan atas dividen sebesar 10%, kecuali apabil tarif menurut perjanjian perpajakan yang berlaku menetapkan lebih rendah. Ketentuan dalam Pasal 31 A Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan, telah dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang-bidang Usaha Tertentu dan/ atau di Daerah-daerah tertentu.

Fasilitas PPh merupakan fasilitas yang diberikan kepada investor yang melakukan penanaman modal di bidang-bidang usaha tertentu dan/ atau di daerah-daerah tertentu.

2. Pembebasan atau Keringanan Bea Impor Barang Modal yang Belum Bisa Diproduksi di dalam Negeri

Pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang modal adalah melepaskan kewajiban atau pengurangan bebas dari investor untuk membayar bea masuk atas barang modal yang dimasukkan ke dalam wilayah Republik Indonesia. Pasal 4 huruf b Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 telah ditentukan jenis-jenis barang yang dibebaskan dari bea masuk impor. Jenis-jenis barang yang dibebaskan dari pembebasan atau keringanan bea impor adalah:

a. barang modal; b. mesin; atau

c. peralatan untuk keperluan produksi yang belum bisa diproduksi di dalam negeri.

Dalam Pasal 2 Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 297/KMK.01/1997 jo. Nomor 545/KMK.01/1997 tentang Pembebasan Bea Masuk Atas Impor Mesin, Barang dan Bahan dalam Rangka Pembangunan Industri/Industri Jasa telah ditentukan jenis-jenis barang impor yang dibebaskan atau pengurangan dari bea masuk impor. Jenis-jenis barang impor itu, meliputi:

a. mesin terkait langsung dengan kegiatan industri/industri jasa; dan

b. suku cadang dan komponen dari mesin dalam jumlah yang tidak melebihi 5% dari harga.

Pembebasan ini hanya berlaku untuk dua tahun, terhitung sejak tanggal keputusan pembebasan bea masuk.

3. Pembebasan atau Keringanan Bea Masuk Bahan Baku atau Bahan Penolong untuk Keperluan Produksi.

Pembebasan atau keringanan bea masuk merupakan pelepasan kewajiban atau untuk pengurangan beban dari investor untuk membayar pungutan kepada negara terhadap bahan baku atu bahan penolong yang diimpor oleh investor untuk keperluan produksi.

Pasal 4 huruf b Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal ditentukan bahwa:

“pembebasan atau keringanan bea masuk bahan baku atau bahan penolong untuk keperluan produksi untuk jangka waktu tertentu dan persyaratan tertentu”.

Dalam Pasal 26 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabean telah ditentukan 11 jenis-jenis barang impor yang dibebaskan dari bea masuk. Kesebelas jenis barang impor yang dibebaskan dari bea masuk itu, meliputi:

a. mesin untuk pembangunan dan pengembangan industri;

b. barang dan bahan dalam rangka pembangunan dan pengembangan industri untuk jangka waktu tertentu;

c. peralatan dan bahan yang digunakan untuk mencegah pencemaran lingkungan;

d. bibit dan benih untuk pembangunan dan pengembangan industri pertanian, peterrnakan, atau perikanan;

e. hasil laut yang ditangkap dengan sarana penangkap yang telah mendapat izin;

f. barang yang telah diekspor untuk keperluan perbaikan, pengerjaan, dan pengujian;

g. barang yang telah diekspor, kemudian diimpor kembali dalam kualitas yang sama;

h. barang yang mengalami kerusakan, penurunan mutu, kemusnahan, atau penyusutan volume atau berat karena alamiah antara saat diangkut ke dalam Daerah Pabean dan saat diberikan persetujuan impor untuk dipakai; i. bahan terapi manusia, pengelompokkan darah, dan bahan penjenisan

jaringan;

j. barang oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah yan ditujukkan untuk kepentingan umum; dan

k. barang dengan tujuan untuk diimpor sementara.

4. Pembebasan atau Penangguhan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas Impor Barang Modal atau Mesin, yang belum dapat Diproduksi di dalam Negeri

Kemudahan lain yang diterima investor, baik domestik maupun asing yang menanamkan investasinya di Indonesia adalah pembebasan atau penangguhan Pajak Pertambahn Nilai atas impor barang modal atau mesin, yang belum dapat diproduksi di dalam negeri (Pasal 4 huruf d Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1007).

5. Penyusutan atau Amortisasi yang Dipercepat

Fasilitas lain yang diberikan kepada investor, baik domestik maupun asing adalah berupa penyusutan atau amortisasi yang dipercepat. Yang menjadi dasar hukum pemberian fasilitas amortisasi adalah:

a. Pasal 18 ayat (4) huruf e Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal;

b. Pasal 10 sampai dengan 11 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan jo. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan; dan

c. Pasal 2 ayat (2) huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang- bidang Usaha Tertentu dan/ atau di Daerah-daerah Tertentu.

Nettihariani dalam bukunya menyebutkan bahwa, Amortisasi adalah: “pengurangan nilai aktiva tidak bewujud, seperti merek dagang, hak cipta, dan lain-lain, secara bertahap dalam jangka waktu tertentu pada setiap periode akuntansi. Pengurangan ini dilakukan dengan mendebit akun beban amortisasi terhadap akun aktiva”.

Fasilitas penyusutan atau amortisasi merupakan kemudahan yang diberikan kepada investor, berupa pengurangan atau penghapusan terhadap harta kekayaan yang dimiliki oleh investor, yamg digunakan dalam pelaksanaan penanaman modal.

Harta yang dimiliki oleh investor dibagi dua macam, yaitu: a. harta berwujud; dan

b. harta tak berwujud.

Harta berwujud merupakan kekayaaan yang nyata, konkret yang dimiliki dan dipergunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan,

menagih, dan memelihara penghasilan, dengan suatu masa manfaat yang lebih dari satu tahun, kecuali tanah. Penyusutan yang dapat dilakukan, dalam suatu tahun pajak adalah jumlah penyusutan dari setiap golongan harta dan penyusutan untuk setiap golongan hartaditetapkan dengan mengalihkan dasar penyusutan golongan itu dengan tarif penyusutan.

Dokumen terkait