• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fatima Ulya Salmiya

Dalam dokumen e book LMC SMP MTs 2012 (Halaman 64-67)

N

amaku Ahmad. Aku berasal dari pedalaman Madura, tepatnya di Desa Pasean, Pamekasan. Aku tidak bisa melanjutkan sekolah ke SMP karena keadaan orang tuaku yang tidak mampu untuk membiayai sekolahku. Selain itu, keberadaanku sebagai anak laki-laki tunggal sangat berguna membantu pekerjaan Ayahku. Ayahku bekerja sebagai buruh tani dan menggembala sapi.

Di rumahku ada empat ekor sapi, tapi bukan sapi ayahku. Sapi itu milik Haji Satu’i juragan ayahku. Tiap hari aku membantu ayah mencari rumput untuk makanan sapi yang aku pelihara. Kadang-kadang, aku membawa sapi itu ke tengah lapangan. Disana aku biarkan sapi-sapi itu makan sementara aku membaca buku di sebuah gubuk kecil.

Aku suka membaca.Buku yang kubaca adalah pinjaman dari temanku, Anto. Setiap hari, sehabis menggembalakan sapi, aku selalu menyempatkan diri meminjam buku pada Anto, meskipun jarak antara rumahku dengan rumahnya lumayan jauh. Untung Anto adalah teman yang sangat baik, ia mau meminjamkanku buku yang dipinjamnya dari perpustakaan sekolah.

Setiap hari Minggu, Anto berkunjung ke rumahku. Lalu kami pergi bersama ke tengah lapangan sambil menggembala sapi. Anto membawa buku-bukunya, kami membaca bersama. Keluarga Anto juga sering menitipkan bertumpuk-tumpuk koran tiap Minggu padaku untuk dijualkan kepada pengepul koran bekas yang kebetulan rumahnya ada di dekat rumahku. Sebelum menyetor koran pada pengepul itu, aku sempatkan membaca koran-koran itu.

Suatu hari, ketika aku sedang membaca buku bersama Anto di gubuk kecil tengah lapangan, Anto menyampaikan sebuah informasi.

“Mad, di sekolahku ada lomba menulis .. temanya kebudayaan daerah, apa kamu mau ikut? Kalo kamu mau ikut, nanti aku mintakan formulirnya ke guruku. Oh iya, nanti naskahnya dikirim ke... ”

“Mana bisa aku menulis ? Apa yang mau aku tulis ?” jawabku.

“Ayolah .. jangan begitulah, Mad! Aku yakin kamu bisa menulis, waktu di SD dulu kamu kan pintar dan selalu rangking 1.”

“Mau nulis apa ….. ??? ”

Kabar lomba nulis yang diterangkan Anto tiba-tiba membuat pikiranku berubah, aku tertarik dan bersemangat. Sambil berjalan pulang, aku berpikir tulisan apa yang harus aku tulis. Semalaman aku tidak bisa tidur karena memikirkan ajakan Anto itu.

“Hmm, tidak ada salahnya jika aku ikut? Siapa tahu aku bisa menjadi juara .. dan kalau aku menang, siapa tahu dari lomba itu aku bisa bersekolah lagi dan bisa meraih cita-citaku... Tapi aku belum tahu maksud dari lomba ini,” ucapku dalam hati.

menulis cerita itu pada Anto.

Besok sorenya, aku pergi ke rumah Anto. Aku mengetuk pintu rumahnya,

“Assalamu’alaikum...!!” “Wa’alaikumsalam...!!”,

“Eeehh.. Ahmad ! Ada perlu apa?” tanya ayah Anto.

Ternyata yang membukakan pintunya adalah Haji Satu’i. Ya, Anto teman dekatku itu adalah putra Haji Satu’i juragan ayahku.

“Anto ada pak Haji?” tanyaku sopan.

“Ada, ayo masuk, bapak panggilkan Anto dulu ya...” “Baik Pak Haji, Terimakasih …”

Lalu aku masuk ke rumah Anto dan duduk di ruang tamunya. Tak lama, Anto datang sambil membawa dua biji tales rebus dan diberikan kepadaku satunya.

“Gimana Mad? jadi enggak ikut lomba menulis itu ?” tanya Anto sambil duduk. “Ya, aku mau ikut. Tapi aku belum tahu mau menulis tentang apa, kira-kira menurut kamu bagusnya nulis apa ?”

“Kita ini kan orang Madura, Mad. kebudayaan Madura kan banyak sekali, ada Kerapan Sapi, tari Topeng, Musik Daul-Daul, Panganten Legha, Sape Sono, dan lain lain ...” jawab Anto.

“Hmm... Dari yang kamu sebutkan itu, sepertinya cerita tentang Sape Sono’ itu menarik.. Tapi aku masih kurang tahu mengenai sape sono’..”

“Aku juga dak tau, hmm... sebentar aku tanya ayahku dulu.” Anto pergi menghampiri ayahnya.

“Yah, kalau mau tau banyak tentang sape sono’ itu ke siapa? Ayah tau nggak?” “Kalau sape sono’ ayah juga hanya tahu sedikit To. Coba kamu tanya ke Haji Satrawi, karena beliau sesepuh desa yang sering ikut aduan sapi,” jawab ayah Anto.

Aku dan Anto pun pergi ke rumah Haji Satrawi. Setelah sampai, Haji Satrawi menyambut kami dengan logat maduranya yang kental.

“Ada apa Cong? (panggilan kepada anak laki-laki dari orang yang lebih tua) kalian anak siapa ?” Tanya Haji Satrawi.

“Saya ada perlu pak Haji. Saya Ahmad, putranya Pak Tarip. Saya ingin mengetahui lebih banyak tentang sapi Madura, karena saya mau ikut lomba menulis...”

“Ikut lomba menulis tentang sapi Madura? Tentang kerapan sapi apa Sape Sono’?”

“Apa bedanya Pak Haji?” Tanyaku heran.

“Begini Cong, Addhuan (perlombaan) sapi di madura ini ada dua macam; Sape Sono’ dan kerapan sapi.”

kayu di pundak sapi), dihias dengan berbagai dandanan, diiringi alat musik

saronen. Perlombaan Sape Sono’ harus mengikuti aturan sebagai berikut: langkah kaki dan gerakan tubuh sapi harus seiring dengan iringan musik yang dimainkan (tabbhuwan). Pasangan sapi yang mengikuti aturan itu yang bisa memenangkan perlombaan, sedangkan kalau kerapan sapi adalah pasangan sapi jantan yang diadu kecepatan larinya atau pasangan sapi yang lebih dulu mencapai garis inish. Bagaimana Cong? Sudah paham?”

“Baik, Pak Haji, mator sakalangkong (terimakasih)” Jawabku dan Anto bersamaan.

“Kalau kalian ingin melihat sapi, coba kalian lihat di kandang sana. Di sana ada Matrawi, tukang ngurus sapi-sapi tersebut”.

“Baik Pak haji, “ jawabku dan Anto sambil bergegas melangkah ke kandang sapi.

Di kandang sapi aku bertemu Paman Matrawi, perawat sapi milik Haji Satrawi. Banyak yang aku tanyakan dan semua penjelasan Paman Matrawi aku tulis.

“Besok lusa di Pamekasan ada lomba Sape Sono’, mungkin kalian ingin nonton, ayo ikut bersama rombongan kami” ajak Paman Matrawi.

“Baik Paman, kami ikut. Mator sakalangkong Man, toreh kaula nyo’on pamidhen” sahut kami berdua berpamitan.

Singkat cerita. Aku dan Anto ikut rombongan Pak Haji Satrawi ke kota Pamekasan untuk ikut melihat kontes Sape Sono’ yang diadakan di lapangan karesidenan Pamekasan. Berpasang-pasang sapi betina telah berjejer rapi di tempat yang sudah disediakan panitia. Saat lomba dimulai, aku memperhatikan dengan saksama bagaimana cara sapi itu berjalan, hiasan yang dipakai, musik pengiring, dan kesehatan tubuhnya.

Ternyata, sapi milik Haji Satrawi memenangkan kontes. Memang sapi milik Haji Satrawi sangat cantik, anggun, dan terlatih. Pada Haji Satrawi, aku bertanya lebih banyak tentang sape sono’. Saat pulang, pikiranku makin tambah luas. Aku sudah memiliki ide tentang lomba menulis yang akan kuikuti itu. Aku akan menulis tentang Sape sono’ ! Inilah hasil tulisanku...

* * *

Dalam dokumen e book LMC SMP MTs 2012 (Halaman 64-67)