• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fenomema Ziarah di Sumatera

35

Seiring dengan perkembangan Islam yang dibarengi dengan pemahaman yang cukup, maka tradisi ziarah dihidupkan kembali, bahkan dianjurkan oleh Nabi Muhammad Saw, karena hal tersebut dapat mengingatkan kepada hari akhir, sehingga diharapkan pelakunya dapat melakukan kontrol diri. Momen hari raya Idul Fitri tentu banyak dimanfaatkan umat muslim untuk berkumpul dan bersilaturahmi kepada saudara maupun kerabat. Begitu juga yang dilakukan oleh masyarakat Desa Muara Panco Timur, Kecamatan Renah Pembarap, Kabupaten Merangin. Namun di Desa Muara Panco Timur, Kecamatan Renah Pembarap, Kabupaten Merangin ini pada hari raya Idul Fitri ternyata ada tradisi yang tak luput untuk dilaksanakannya, yaitu tradisi ziarah Makam. Tradisi ziarah makam di Desa Muara Panco Timur ini dilaksanakan pasca puasa 6 hari bulan syawal. Hal inilah yang membedakan tradisi ziarah kubur di Desa Muara Panco Timur dengan desa lainnya. Yang mana, di desa lain tradisi ziarah ini diadakan pada hari raya pertama, kedua atapun ketiga. Tapi di Desa Muara Panco Timur Tradisi ziarah kubur ini diadakan setelah hari raya tersebut. Hal ini sudah dilakukan oleh pendahulu mereka pada tahun 1975. Ketika itu nama kampung masih bernama

“Marga Tanah Renah” dan tradisi ziarah kubur ini hanya dilakukan oleh sekelompok masyarakat saja. Sekitar tahun 2000an K.H Muhammad Daud termasuk Ulama terkenal dan tetua adat Desa Muara Panco mengusulkan agar berziarah kubur setelah puasa enam syawal karena pernah dilakukan nenek moyang terdahulu.

Adapun aturan ziarah kubur setelah puasa enam syawal yang disampaikan oleh juru kunci, di antaranya berwudhu, dilarang membawa sesuatu yang

37

menyimpang dan dilarang oleh ajaran Islam, masyarakat berkumpul di depan Masjid setempat, berangkat bersama-sama mengunjungi setiap pemakaman di Desa Muara Panco Timur, kemudian berdo’a untuk para arwah yang telah mendahului setelah itu mereka berkumpul kembali di depan Masjid guna makan bersama sekaligus penutupan Hari Raya Idul Fitri. Dalam suatu realita kebudayaan akan selalu dalam proses perubahan sebab itu, corak kebudayaan akan terus mengalami perbedaan dari zaman ke zaman seiring dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. Satu hal yang membuat perubahan itu adalah gerak kebudayaannya, ada yang cepat dan ada juga yang lambat dalam merespon kebudayaan lain.

Tradisi ziarah kubur setelah puasa Enam di Desa Muara Panco Timur ini mengalami sedikit perkembangan yaitu, pada awalnya tradisi ini hanya dilakukan oleh oknum-oknum tertentu sebagai upaya untuk mendoakan orang-orang yang telah mendahuluinya. Pelaksaan ziarah tersebut pun hanya dilakukan terhadap makam-makam keluarganya saja. Disamping itu, masyarakat merasa pentingnya mengirim do’a untuk orang-orang mukmin yang telah mendahului terlebih mereka yang dimakamkan jauh dari keluarganya masing-masing. Hingga saat ini pun tradisi ziarah kubur ini terus dilaksanakan setelah puasa Enam, juga sebagai ungkapan rasa syukur serta penutup Hari Raya Idul Fitri. Masyarakat menerima dengan baik tentang ziarah setelah puasa Enam di Desa Muara Panco Timur, hal ini bukan dikarenakan hukum kebolehan berziarah pada makam, akan tetapi lebih

kepada pemahaman dan wawasan masyarakat tentang tata cara dan adab yang benar saat melakukan ziarah.63

Masyarakat Melayu Kuantan punya tradisi telah berlangsung lama secara turun menurun berziarah pada tanggal 2 syawal atau hari kedua lebaran idul fitri.64 Dalam budaya masyarakat Melayu Kuantan, khususnya mereka yang berdomisili di Desa Lubuk Terentang Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi, dikenal tradisi ziarah kubur yang dilakukan setiap tanggal 2 Syawal atau hari kedua lebaran Idul Fitri setiap tahunnya. Tradisi ini diadakan, selain untuk memelihara kontak dan komunikasi dengan leluhurnya agar jalan hidupnya menjadi terang, juga dimaksudkan sebagai kontrol dalam mengisi hidupnya.

Sistem religi dan kepercayaan yang merupakan fondasi dan pegangan hidup masyarakat dapat diaktualisasikan atau diwujudkan dalam bentuk ziarah ke kuburan para kerabat dan sanak famili yang sudah meninggal dunia. Kegiatan ini dilaksanakan oleh masyarakat Melayu setempat guna memperingati, memuliakan serta mendoakan ruh para leluhur, yang oleh masyarakat dianggap dapat mendatangkan pengaruh ketenteraman batin kepada orang yang masih hidup.

Dalam konteks ini, ada pepatah adat masyarakat Melayu Kuantan yang mengatakan: “jika rindu pada keluarga yang masih hidup datangi rumah tangganya dan jika rindu kepada keluarga yang sudah meninggal kunjungilah pusaranya”. Seluruh masyarakat merasa sangat gembira apabila hari tersebut

63 Royyan Fikri, Tradisi Ziarah Kubur Setelah Puasa Syawal di Desa Muara Panco Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten Merangin. Sejarah Peradaban Islam, Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin (skripsi tidak diterbitkan) Jambi, 2021

64 Jamaluddin, Tradisi Ziarah Kubur Dalam Masyarakat Melayu Kuantan, Jurnal Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosil Dan Budaya, UIN Syarif Kasim, Riau, Vol, 11, No, 1, 2014, hlm, 251

39

datang, bahkan bagi warga yang berada di perantauan, meraka biasanya mengambil cuti dari pekerjaan atau libur dari studinya hanya semata-mata untuk pulang kampung. Bagi warga yang tidak sempat hadir pada tradisi ziarah kubur ini, mereka akan menyesal dan merasa sangat rugi, karena kesempatan ini hanya datang setahun sekali, seperti halnya tradisi pacu jalur rantau kuantan yang diadakan setahun sekali dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia, yang saat ini telah menjadi agenda tetap Kabupaten Kuantan Singingi setiap tahun.

Tradisi ziarah kubur makam Syeikh Ibrahim Mufti di Nagari Taram, Bukit Tinggi. Ziarah kubur yang dilakukan sebelum bulan Ramadhan atau ketika masuk bulan Rajab, yang dilakukan sesuai dengan syariat Islam. Seperti Membaca surat Yasin, shalawat, tahlil, tasbih, dan doa. Akan tetapi, ada sekelompok kecil yang datang ke makam Syeikh Ibrahim Mufti untuk sesuatu yang menyimpang, mereka mengambil tanah kuburan Syeikh Ibrahim Mufti yang diyakini dapat menyuburkan tanaman dan mendapatkan hasil panen yang bagus. Maka dari itu, banyak yang menzirahi makam Syeikh Ibarahim ini para petani. Mereka juga mempercayai bahwa air yang ada di kolam samping kuburan Syeikh Ibrahim Mufti, yang dahulu dikatakan sebagai tempat mandi Syeikh Ibrahim dapat menyembutkan penyakit.65

Selain pulau Sumatera, di Sulawesi Selatan tepatnya Desa Manisa. Ada tradisi setelah mayarakat merayakan acara perrnikahan mereka melakukan ziarah kubur dalam bentuk seperti: Menentukan waktu tertentu sesuai kesepakatan kedua

65 Isma Syafitri, Fenomema Tradisi Ziarah Kubur di Makam Syeikh Ibrahrim Mufti di Nagari Taram Kecamatan Harau Kabupaten Iima Puluh Kota, Aqidah dan Filsafat Islam, IAIN Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah(skripsi tidak diterbitkan), Bukit Tinggi, 2019

mempelai, mempersiapkan persiapan yang diperlukan seperti air, ceret, dan daun pandan, berwudhu sebelum ke kuburan, berdoa sebelum masuk kuburan, menyiram kuburan dengan air yang dicampur dengan daun pandan, memegang nisan, mendoakan al-Marhum dengan membaca surah tertentu yang diakhiri dengan surah al-Fatihah.66

Salah satu tradisi Islam yang berkembang menjelang bulan suci Ramadan, ada sebuah tradisi yang dilakukan oleh para peziarah terkhusus di Palembang.

Tradisi ini bernama ziarah kubra, dalam pelaksaan ziarah yang rutin dilakukan setiap tahunnya itu, para jamaah melakukan kegiatan sehanis salat subuh hingga menjelang malam hari. yakni menziarahi makam para ulama dan habib yang dimakamkan di Palembang. Makam yang dikunjungi antara lain; kompleks pemakaman al-Habib Ahmad bin Syech Shahab, pemakaman Aulia dan Habaib Telaga Swidak, makam Babus Salam as-Segaf dan terakhir di pemakaman kesultanan Palembang Darussalam Kawah Tengkurep.

Tradisi ini, yakni menziarahi makam para ulama dan habib yang dimakamkan di Palembang. Acara Haul dan Ziarah Kubra Ulama dan Aulia Palembang Darussalam. Sejak 2004 kegiatan ziarah ini lebih semarak dan menjadi sebuah acara akbar karena banyak dihadiri habaib dan tamu dari berbagai daerah di Indonesia, terutama dari Pulau Sumatera, Pulau Jawa dan Pulau Kalimantan, dan juga dari luar negeri seperti dari Malaysia, Singapura,

66 Syandri, At All, Tradisi Ziarah Kubur Pasca Pernikahan(Studi Kasus Kelurahan Manisa, Kecamaatan Baranti, Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan), Jurnal Bidang Kajian Islam, Vol 1, No.3, 2020, hlm, 272

41

Thailand, Yaman, Arab Saudi dan negara-negara lainnya. Fakta-fakta yang paling umum dalam ziarah kubra di Palembang antara lain;

1. Ziarah kubra dipercaya hanya ada di kota Palembang

2. Ziarah kubra ditetapkan sebagai wisata religi

3. Ziarah kubra hanya dilakukan oleh laki-laki

4. Kerap didatangi para ulama dari yaman

5. Ziarah kubra merupakan tradisi kuno zaman kesultanan Palemabng Darussalam.

Ziarah kubra merupakan tradisi sebagian masyarakat keturunan asala yaman yang tinggal di kota Palembang. Tradisi ini merupakan khazanah ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam di Indonesia dan di dunia. Dinamakan kubra, karena diikuti oleh ribuan bahkan puluhan ribu orang. Orang yang berkumpul melaksanakan kegiatan ini, tidak hanya penduduk dari Palembang sendiri, tapi juga dari luar kota bahkan luar negeri.67

Ketua Rabithah Ma'had al-Islami (RMI) Nahdlatul Ulama Sumatera Selatan, K.H Hendra Zainuddin menuturkan kisahnya. Menurutnya, berdasarkan cerita Maulana al-Habib Muhammad Luthfi bin Yahya pada saat ziarah ke Pemakaman Kambang Koci, pada tahun 1151 H/1735 M, Sultan Mahmud Badaruddin I mewakafkan sebidang tanah yang cukup luas untuk pemakaman

67 Firdaus Marbun, Ziarah Kubra di Palembang: Antara Kesadaran Diri Dan Potensi Ekonomi, Jurnal Penelitian Sejarah Dan Budaya, Vol, 3, No, 1, 2017, hlm, 637

anak-cucu serta menantunya.68 “Pemakaman tersebut dinamakan Kambang Koci yang berasal dari kata kambang (kolam) dan sekoci (perahu), karena jauh sebelumnya tempat itu merupakan tempat pencucian perahu”, kata dia. Hendra menyebutkan ada beberapa penghulu habib yang dimakamkan di sana seperti al-Arif Billah al-Habib Syech bin Ahmad bin Syahab yang merupakan ulama besar pada masanya. Karena kedekatannya dengan Sultan Mahmud Badaruddin I, ia dianugerahi tanah yang sangat luas dari daerah Kuto sampai Kenten.

Hal ini terjadi ketika Palembang berada masa Kesultanan Palembang Darussalam. Artinya telah terjadi akulturasi budaya Arab dan Palembang seperti dengan adanya pawai diiringi prajurit berpakaian khas Melayu Palembang dan mengunjungi makam pendiri ataupun penguasa Palembang terdahulu. Tradisi ini bukan hanya tradisi keagamaan melainkan juga merupakan tradisi untuk menghormati jasa para ulama ataupun kesultanan Palembang Darussalam.69 Adapun peramalan ziarah kubra:

1.Pembacaan Salam Ahli kubur 2. Tawasul

3. Pembacaan yasin, ayat kursi, al-ikhlas, al-falaq, an-Nas 4. Doa

Selain ziarah kubra, masyarakat Palembang juga melakukan ziarah ke makam Kyai Marogan (KH. Masagus Abdul Hamid bin Mahmud) merupakan ulama historis yang berperan dalam dakwah Islam. Di mata masyarakat Kyai

68 http://kitogalo.com/sejarah-di-balik-tradisi-ziarah-kubro-pemakaman-kambang-koci palembang/, pada tangggal 13 Agustus 2021, Pukul 13:45

69 Prima Amri, Tradisi Ziarah Kubro Masyarakat Kota Palembang Dalam Perspektif Hierarki Nilai Max Scheler, Jurnal Filsafat, Vol. 28, No. 2, 2018, hlm, 164

43

Marogan merupakan makam yang dikeramatkan sehingga banyak yang berkunjung ke makam tersebut. Membaca salam untuk ahli kubur, Membaca al-Quran, Menabur bunga, mengusap nisan, membaca do’a dan lainnya, merupakan tradisi yang melekat di masyarakat ketika berziarah.70

Sementara, di Komering Desa Campang Tiga, masyarakat ramai berziarah makam Puyang Sa’id Hamimum Hamim yang memiliki keistimewaan bagi penduduk asli dan peziarah, dikarenakan sering terkabulnya permintaan peziarah.

Sebagian masyarakat menyakini bahwa puyang Hamimum Hamim adalah wali Allah, orang yang taat pada Allah Swt sehingga walaupun sudah wafat tetap memiliki keistimewaan-keistimewaan.

Di sisi lain puyang Sa’id Hamimum Hamim dipercayai sebagai leluhur dan guru besar mereka. Adapun peramalan yang dilakukan ketika ziarah makam ada dua tahapan. pertama, peziarah yang punya permohonan langsung menemui juru kunci untuk menyampaikan permohonannya, kemudian membaca surah Yasin, Tahlil, Doa, menabur bunga, dan menyiramkan air putih. Kedua, jika permohonannya terkabul maka peziarah dianjurkan berziarah lagi untuk menepati janjinya.71

70 Mariatul Qibitiyah, Pemerintah Kota Palembang Dalam Mengembangkan Ziarah Sebagai Wisata Religi, Jurnal Trias Politika, Vol 5, No. 1, 2021, hlm , 94

71 Amanda Firmansyah, Tradisi Ziarah Makam Puyang Sa’id Hamimum Hamim Dalam Kebudayaan Komering Pada Masyarakat Campang Tiga Kecamatan Cempaka Kabupaten OKU Timur, Skripsi, Program Studi Universitas Islam Negeri Raden Fatah Fakultas Ushuluddin Dan Pemikiran Islam, Palembang, 2019

Di dalam aplikasi Lidwa Pustaka i-software Kitab 9 dari lafaz اسبيي dan زرغ tersebut menunjukan hadis Nabi meletakkan pelepah kurma di atas kuburan berada pada kitab Shahih Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmizi, an-Nasai, Ibnu Majah, Darimi dan Musnad Ahmad bin Hanbal, dan ada juga yang penulis menukil langsung dari kitabnya.

1. Hadis Riwayat Bukhari

ِنْبا ْنَع ٍدِِِهاَجُم ْنَع ٍرو ُِِصْنَم ْنَع ٌرِِيِرَج اَنَثّدَح َلاَق ُناَمْثُع اَنَثّدَح

ِناَِِطيِح ْنِم ٍطِئاَحِب َمّلَسَو ِهْيَلَع ُهّللا ىّلَص ّيِبّنلا ّرَم َلاَق ٍساّبَع اَِِمِهِروُبُق يِف ِناَبّذَِِعُي ِنْيَنا َِِسْنِإ َتْو َِِص َعِم َِِسَف َةّكَم ْو َأ ِةَِِنيِدَمْلا

ٍريِِِبَك يِف ِناَبّذَعُي اَمَو ِناَبّذَعُي َمّلَسَو ِهْيَلَع ُهّللا ىّلَص ّيِبّنلا َلاَقَف ي ِِِشْمَي ُرَِِخ ْلا َناَكَو ِهِلْوَب ْنِم ُرِتَتْسَي َل اَمُهُدَحَأ َناَك ىَلَب َلاَق ّمُث

َعَضَوَف ِنْيَتَرْسِك اَهَرَسَكَف ٍةَديِرَجِب اَعَد ّمُث ِةَميِمّنلاِب

ٍرِِْبَق ّلُك ىَلَع

ْنَأ ُهّلَعَل َلاَق اَذَه َتْلَعَف َمِل ِهّللا َلوُسَر اَي ُهَل َليِقَف ًةَرْسِك اَمُهْنِم اَسَبْيَي ْنَأ ىَلِإ ْوَأ اَسَبْيَت ْمَل اَم اَمُهْنَع ََفّفَخُي

Telah menceritakan kepada kami 'Utsman berkata, telah menceritakan kepada kami Jarir dari Manshur dari Mujahid dari Ibnu 'Abbas berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melewati perkebunan penduduk Madinah atau Makkah, lalu beliau mendengar suara dua orang yang sedang di siksa dalam kubur mereka. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pun berkata: "Keduanya sedang disiksa, dan tidaklah keduanya disiksa disebabkan dosa besar." Lalu beliau menerangkan: "Yang satu disiksa karena tidak bersuci setelah kencing, sementara yang satunya lagi disiksa karena suka mengadu domba." Beliau kemudian minta diambilkan sebatang dahan kurma yang masih basah, beliau lalu membelah menjadi dua bagian, kemudian beliau menancapkan setiap bagian pada dua kuburan tersebut. Maka beliau pun ditanya, "Kenapa Tuan melakukan ini?" Beliau menjawab: "Mudah-mudahan siksanya diringankan selama dahan itu masih basah.” 72

72 Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah al-Bukhari, Shahih Bukhari, Jilid 1, Bab Tidak Menjaga Dari Kencingnya Termasuk Dosa Besar, No. 216,... hlm, 57

45

2. Hadis Riwayat Bukhari

ْنَع ٍدِِِهاَجُم ْنَع ِشَمْع َ ْلا ْنَع َةَِِيِواَعُم وُِِبَأ اَنَثّدَِِح ىَيْحَي اَنَثّدَِِح

ُهّللا ىّل َِِص ّيِبّنلا ْنَع اَِِمُهْنَع ُهّللا َي ِِِضَر ٍساّبَع ِنْبا ْنَع ٍسُواَط

َِِمُهّنِإ َلاَِِقَف ِناَبّذَِِعُي ِنْيَرِِْبَقِب ّرَِِم ُهّن َأ َمّلَسَو ِهْيَلَع اَِِمَو ِناَبّذَِِعُيَل ا

اّمَأَو ِلْوَِِبْلا ْنِم ُرِتَت ِِْسَي َل َناَِِكَف اَمُهُدَِِحَأ اّمَأ ٍريِِِبَك يِف ِناَبّذَِِعُي

ِنْيَفْصِنِب اَهّق َشَف ًةَبْطَر ًةَديِرَج َذَخ َأ ّمُث ِةَميِمّنلاِب يِشْمَيَناَكَف ُرَخْلا اَذَه َتْعَنَص َمِل ِهّللا َلوُسَر اَي اوُلاَقَف ًةَدِحاَو ٍرْبَق ّلُك يِف َزَرَغ ّمُث اَسَبْيَي ْمَل اَم اَمُهْنَع ََفّفَخُي ْنَأ ُهّلَعَل َلاَقَف

Telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah dari al-A'masy dari Mujahid dari Thawus dari Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma berkata, dari Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bahwasanya Beliau berjalan melewati dua kuburan yang penghuninya sedang disiksa, lalu Beliau bersabda: "Keduanya sungguh sedang disiksa, dan tidaklah keduanya disiksa disebabkan karena berbuat dosa besar.Yang satu disiksa karena tidak bersuci setelah kencing sedang yang satunya lagi karena selalu mengadu domba" lalu Beliau mengambil sebatang dahan kurma yang masih basah daunnya lalu membelahnya menjadi dua bagian kemudian menancapkannya pada masing-masing kuburan tersebut. Mereka bertanya: “kenapa anda melakukan ini?” Rasulullah shallahu alaihi wa sallam menjawab: “semoga diringkankan (siksanya) selama batang pohon ini basah.73

3. Hadis Riwayat Bukhari

اَنَثّدَِِح َلاَِِق ٍمِزاَِِخ ُنْب ُدّمَحُم اَنَثّدَِِح َلاَق ىّنَثُمْلا ُنْب ُدّمَحُم اَنَثّدَح

ّيِبّنلا ّرَِِم َلاَق ٍساّبَع ِنْبا ْنَع ٍسُواَط ْنَع ٍدِهاَجُم ْنَع ُشَمْع َ ْلا

ِناَبّذَِِعُي اَِِمَو ِناَبّذَِِعُيَل اَمُهّنِإ َلاَقَف ِنْيَرْبَقِب َمّلَسَو ِهْيَلَع ُهّللا ىّلَص

َناَِِ كَف ُرَخ ْلا اّم َأَو ِلْوَبْلا ْنِم ُرِتَتْسَي َل َناَكَف اَمُهُدَحَأ اّمَأ ٍريِبَك يِف يِف َزَرَِِغَف ِنْيَفْصِن اَهّق َشَف ًةَبْطَر ًةَديِرَج َذَخ َأ ّمُث ِةَميِمّنلاِب يِشْمَي

ُهّلَعَل َلاَِِق اَذَِِه َتْلَعَف َمِل ِهّللا َلو ُِِسَر اَِِي اوُلاَِِق ًةَدِِِحاَو ٍرِِْبَق ّلُك

ٌعِِيِكَو اَنَثّدَِِحَو ىّنَثُمْلا ُنْب ُدّمَحُم َلاَقَو اَسَبْيَي ْمَل اَم اَمُهْنَع َُفّفَخُي

ِهِلْوَب ْنِم ُرِتَتْسَي ُهَلْثِم اًدِهاَجُم ُتْعِمَس َلاَق ُشَمْعَ ْلا اَنَثّدَح َلاَق

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin al-Mutsanna berkata, Muhammad bin Hazm berkata, telah menceritakan kepada kami al-A'masy dari Mujahid dari Thawus dari Ibnu 'Abbas berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lewat di dekat dua kuburan, lalu beliau bersabda: "Sesungguhnya keduanya sedang disiksa, dan keduanya disiksa bukan karena dosa besar. Yang satu disiksa karena tidak bersuci setelah kencing, sementara yang satunya suka

73 Ahmad bin Muhammad al-Asqalani, Fathul Baari Syarah Shahih al-Bukhari, penerjemah Gazirah Abdi Ummah, Jilid 2, Jakarta, Pustaka Azzam, 2002, hlm, 263

mengadu domba." Kemudian beliau mengambil sebatang dahan kurma yang masih basah, beliau lalu membelahnya menjadi dua bagian kemudian menancapkannya pada masing-masing kuburan tersebut. Para sahabat pun bertanya, "Wahai Rasulullah, kenapa engkau melakukan ini?" beliau menjawab: "Semoga siksa keduanya diringankan selama batang pohon ini basah." Muhammad bin al-Mutsanna berkata, telah menceritakan kepada kami Waki' berkata, telah menceritakan kepada kami al-A'masy ia berkata, "Aku mendengar Mujahid menyebutkan seperti itu, "Tidak bersuci setelah kencing”.74

4. Hadis Riwayat Muslim

ُنْب ُقَحْسِإَو ِء َلَعْلا ُنْب ُدّمَحُم ٍبْيَرُك وُب َأَو ّجَشَْلا ٍديِعَس وُبَأ يِنَثّدَح اَنَثّدَِِح ٌعِِيِكَو اَنَثّدَِِح ِناَرَِِخ ْلا َلاَِِقَو اَِِنَرَبْخَأ ُقَح ِِْسِإ َلاَق َميِهاَرْبِإ

ِنْبا ْنَع ٍسُواَِِط ْنَع ُثّدَِِحُي اًدِِِهاَجُم ُتْعِم َِِس َلاَِِق ُشَمْع َ ْلا

ِنْيَرِِْبَق ىَلَع َمّل َِِسَو ِهِِْيَلَع ُهّللا ىّلَص ِهّللا ُلوُسَر ّرَم َلاَق ٍساّبَع

َناَِِ كَف اَمُهُدَِِحَأ اّمَأ ٍريِبَك يِف ِناَبّذَعُي اَمَو ِناَبّذَعُيَل اَمُهّنِإ اَم َأ َلاَقَف اَعَدَِِف َلاَِِق ِهِِِلْوَب ْنِم ُرِتَتْسَي َل َناَكَف ُرَخ ْلا اّمَأَو ِةَميِمّنلاِب يِشْمَي ّمُث ِنْيَنْثاِب ُهّق َشَف ٍبْطَر ٍبيِسَعِب

َُفّفَخُي ْنَأ ُهّلَعَل َلاَِِق ّمُث اًدِحاَو اَذَه ىَلَعَو اًدِحاَو اَذَه ىَلَع َسَرَغ اَسَبْيَي ْمَل اَم اَمُهْنَع

Telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id al-Asyaj dan Abu Kuraib Muhammad bin al-Ala' serta Ishaq bin Ibrahim, Ishaq berkata, telah mengabarkan kepada kami, sedangkan dua orang lainnya berkata, telah menceritakan kepada kami Waki' telah menceritakan kepada kami al-A'masy dia berkata, saya mendengar Mujahid menceritakan dari Thawus dari Ibnu Abbas dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melewati dua kuburan, beliau lalu bersabda:

"Ketahuilah, sesungguhnya dua mayat ini sedang disiksa. Dan mereka berdua disiksa bukan karena melakukan dosa besar. Salah seorang di antara mereka disiksa karena suka mengadu-domba sedangkan yang lainnya disiksa karena tidak memasang satir saat kencing." Kemudian beliau meminta pelepah kurma basah, lalu membelahnya menjadi dua. Kemudian beliau menanam salah satunya pada kubur yang pertama dan yang satu lagi pada kubur yang kedua sambil bersabda: "Semoga pelepah ini bisa meringankan siksa keduanya, selama ia belum kering." Telah menceritakan kepadaku tentangnya Ahmad bin Yusuf al-Azdi telah menceritakan kepada kami Mu'alla bin Asad telah menceritakan kepada kami Abdul Wahid dari Sulaiman al-A'masy dengan sanad ini, hanya saja dia menyebutkan,"Sedangkan yang lain tidak berhati-hati (membersihkan) saat kencing”.75

74 Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqalani, Fathul Bari Syarh Shahih al-Bukhari, Bab MembersihkanKencing, No. 218, Cairo, Dar al-Bayan al-Arabiy, Jilid 1, 2008, hlm, 384

75 Yahya bin Syaraf an-Nawawi, Shahih Muslim bi Syarh al-Nawawi, Bab Dalil Mengenai Najis Air Kencing dan Wajibnya bersuci darinya, No.291, Lebanon, Dar Kutub al-Ilmiyah, Jilid 4, 2010, hlm, 172

47

5. Hadis Riwayat Muslim

ِظِِْفَل يِف اَِِبَراَقَتَو ٍداّبَع ُنْب ُدّمَحُمَو ٍفوُرِِْعَم ُنْب ُنوُراَِِه اَنَثّدَِِح

ْنَع َليِعَم ِِْسِإ ُنْب ُمِتاَِِح اَنَثّدَِِح َلاَِِق َنوُراَِِهِل ُقاَي ِِّسلاَو ِثيِدَِِحْلا

ِنْب َةَداَِِبُع ِنْب ِديِلَوْلا ِنْب َةَداَبُع ْنَع َةَرْزَح يِب َأ ٍدِهاَجُم ِنْب َبوُقْعَي

ْنِم ّيَحْلا اَذَِِه يِف َمْلِعْلا ُبُلْطَن يِب َأَو اَِِنَأ ُتْجَرَخ َلاَق ِتِماّصلا

َبِحا َِِص ِر َِِسَيْلا اَِِب َأ اَِِنيِقَل ْنَم ُلّوَأ َناَكَف اوُكِلْهَي ْنَأ َلْبَق ِراَصْنَْلا

ٌةَماَم ِِِض ُهَِِعَم ُهَِِل ٌم َلُغ ُهَعَمَو َمّلَسَو ِهْيَلَع ُهّللا ىّلَص ِهّللا ِلوُسَر

ُتْذَِِخ َأَف ُتْمُقَف ٌرِباَِِج َلاِِقَ...ٌةَدْرُب ِرَسَيْلا يِبَأ ىَلَعَو ٍَفُحُص ْنِم

ُتْعَطَقَف ِنْيَتَرَج ِِّشلا ُتْيَت َأَف يِل َقَلَذْناَف ُهُتْرَسَحَو ُهُتْرَسَكَف اًرَجَح ُتْلَبْقَأ ّمُث اًنْصُغ اَمُهْنِم ٍةَدِحاَو ّلُك ْنِم اَمُهّرُجَأ

َماَِِقَم ُتْمُق ىّتَح

يِنْيِمَي ْنَع اًن ِِْصُغ ُتْل َِِسْرَأ َمّل َِِسَو ِهِِْيَلَع ُهِِللا يّل َِِص ِهللا ُلْوُسَر

ِهِِللا َلْو ُِِسَر اَِِي ُتْلَعَف ْدَِِق ُتْلُقَف ُهُِِتْقِحَل ّمُث يِراَسَي ْنَع اًنْصُغَو يِتَعاَف َِِشِب ُتْبَبحَأَِِِف ِناَبّذَعُي ِنْيَرْبَقِب ُتْرَرَم يّنِا َلاَق؟ َكاَذ َمّعَف . ِنْيَبْطَر ناَنصُغلا َماَداَم اَمُهْنَع ُهّفَرُي ْن َأ

“… Jabir berkata: Aku berdiri lalu aku mengambil batu, aku memecahnya lalu aku menajamkannya hingga tajam, setelah aku aku mendatangi kedua pohon itu, aku potong dahan masing-masing dari kedua pohon itu. Aku kembali dengan menyeretnya hingga aku berdiri ditempat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam berdiri. Aku melepas satu dahan dari sebelah kananku dan satu dahan lain dari sebelah kirimu, setelah itu aku menemui Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam, aku berkata: Aku sudah melakukannya wahai Rasulullah, lalu untuk apa itu? Beliau menjawab: "Aku melintasi dua kuburan yang (penghuninya) tengah diadzab, dengan syafaatku, aku ingin meringankan keduanya selama kedua dahan itu masih basah”.76

6. Hadis Riwayat Tirmidi

ِشَمْع َ ْلا ْنَع ٌعِِيِكَو اَنَثّدَِِح اوُلاَِِق ٍبْيَرُِِك وُِِبَأَو ُةَبْيَتُقَو ٌداّنَه اَنَثّدَح

ّنَأ ٍساّبَع ِنْبا ْنَع ٍسُواَِِط ْنَع ُثّدَِِحُي اًدِِِهاَجُم ُتْعِم َِِس لاَِِق

ِناَبّذَِِعُي اَمُهّنِإ َلاَقَف ِنْيَرْبَق ىَلَع ّرَم َمّلَسَو ِهْيَلَع ُهّللا ىّلَص ّيِبّنلا اَذَِِه اّمَأَو ِهِِِلْوَب ْنِم ُرِتَتْسَي َل َناَكَف اَذَه اّمَأ ٍريِبَك يِف ِناَبّذَعُي اَمَو يِبَأ ْنَع باَِِبْلا يِفَو ى َِِسيِع وُِِبَأ َلاَِِق ِةَِِميِمّنلاِب ي ِِِشْمَي َناَِِكَف

ٍتِباَِِث ِنْب ِدِِْيَزَو َةَن َِِسَح ِنْب ِنَمْحّرِِلا ِدِِْبَعَو ى َِِسوُم يِب َأَو َةَرْيَرُه ىَوَرَو ٌحيِح َِِص ٌن َِِسَح ٌثيِدَِِح اَذَِِه ى َِِسيِع وُِِبَأ َلاَِِق َةَرْكَب يِبَأَو

76 Yahya bin Syaraf an-Nawawi, Shahih Muslim bi syarh al-Nawawi..., Jilid 18,hlm, 113

ِهِِيِف ْرُكْذَِِي ْمَلَو ٍساّبَع ِنْبا ْنَع ٍدِِِهاَجُم ْنَع َثيِدَحْلا اَذَه ٌروُصْنَم

َدّمَحُم ٍرِِْكَب اَِِب َأ تْعِمَسو َلاَق ّحَصَأ ِشَمْعَْلا ُةَياَوِرَو ٍسُواَط ْنَع

ُلوُِِقَي اًِِعيِكَو ُتْعِم َِِس ُلوُِِقَي ٍعِِيِكَو يِلْمَت ِِْسُم ّيِخْلَبْلا َناَِِبَأ َنْب

ٍروُصْنَم ْنِم َميِهاَرْبِإ ِداَنْسِ ِل ُظَفْح َأ ُشَمْعَْلا

Telah menceritakan kepada kami Hannad dan Qutaibah dan Abu Kuraib mereka berkata; telah menceritakan kepada kami Waki' dari al-A'masy ia berkata; aku mendengar Mujahid menceritakan dari Thawus dari Ibnu Abbas berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melewati dua kuburan, kemudian beliau bersabda: "

Keduanya sedang disiksa, dan mereka disiksa bukan karena dosa besar. Yang ini disiksa karena tidak menutup diri ketika kencing, dan yang satu lagi karena mengadu domba." Abu Isa berkata; "Hadis ini derajatnya hasan shahih." Dan Manshur meriwayatkan hadis ini dari Mujahid, dari Ibnu Abbas, namun dia tidak menyebutkan dari Thawus. Sedangkan hadits riwayat al-A'masy lebih shahih. Ia berkata; "Aku mendengar Abu Bakr bin Abn al-Balkhi -orang yang minta dibacakan oleh Waki'- berkata; al-A'masy lebih hafal dengan sanad Ibrahim daripada Manshur.”77

7. Hadis Riwayat Abu Daud

اَنَثّدَِِح ٌعِِيِكَو اَنَثّدَِِح َلاَِِق ّيِر ِِّسلا ُنْب ُداّنَهَو ٍبْرَح ُنْب ُرْيَهُز اَنَثّدَح

ِنْبا ْنَع ٍسُواَِِط ْنَع ُثّدَِِحُي اًدِِِهاَجُم ُتْعِم َِِس َلاَِِق ُشَمْع َ ْلا

ِنْيَرِِْبَق ىَلَع َمّل َِِسَو ِهِِْيَلَع ُهّللا ىّلَص ِهّللا ُلوُسَر ّرَم َلاَق ٍساّبَع

َل َناَِِكَف اَذَِِه اّمَأ ٍريِِِبَك يِف ِناَبّذَِِعُي اَِِمَو ِناَبّذَِِعُي اَِِمُهّنِإ َلاَِِقَف اَِِعَد ّمُث ِةَِِميِمّنلاِب ي ِِِشْمَي َناَِِكَف اَذَِِه اّمَأَو ِلْوَِِبْلا ْنِم ُهِزْنَت ِِْسَي ىَلَعَو اًدِِِحاَو اَذَِِه ىَلَع َسَرَِِغ ّمُث ِنْيَنْثاِِِب ُهّق َشَف ٍبْطَر ٍبيِسَعِب

ُرِتَتْسَي ٌداّنَه َلاَق اَسَبْيَي ْمَل اَم اَمُهْنَع َُفّفَخُي ُهّلَعَل َلاَقَو اًدِحاَو اَذَه

ْنَع ٌرِِيِرَج اَنَثّدَِِح َةَبْي َِِش يِب َأ ُنْب ُناَِِمْثُع اَنَثّدَِِح ُهِزْنَت ِِْسَي َناَِِكَم

ِهِِْيَلَع ُهّللا ىّل َِِص ّيِبّنلا ْنَع ٍساّبَع ِنْبا ْنَع ٍدِِِهاَجُم ْنَع ٍرو ُِِصْنَم

َةَِِيِواَعُم وُِِب َأ َلاَِِقَو ِهِِِلْوَب ْنِم ُرِتَت ِِْسَي َل َناَِِك َلاَِِق ُهاَنْعَمِب َمّلَسَو

ُهِزْنَتْسَي

Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb dan Hannad bin as-Sari mereka berdua berkata; Telah menceritakan kepada kami Waki' telah menceritakan kepada kami al-A'masy dia berkata; Saya mendengar Mujahid menceritakan dari Thawus dari Ibnu Abbas dia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah melewati dua kuburan lalu bersabda: "Sesungguhnya keduanya sedang diadzab, dan keduanya tidak diadzab karena dosa besar. Adapun yang ini, maka karena dia tidak bersuci dari kencing, sedangkan yang ini, karena dia

77 Muhammad Abdurrahman al-Mubarakfuri, Tuhfat al-Ahwadzi bi Syarh Jami; at-Tirmidzi, Bab Ancaman Dalam Membuang Air Kecil, No.70, Lebanon, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Jilid 1, 2005, hlm, 168

Dokumen terkait