• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTEKSTUALISASI HADIS MELETAKKAN PELEPAH KURMA DI ATAS KUBURAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "KONTEKSTUALISASI HADIS MELETAKKAN PELEPAH KURMA DI ATAS KUBURAN"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Nabi Muhammad Saw adalah utusan Allah yang terakhir dan penutup para Nabi yang mengemban risalah untuk kehidupan umat dan seluruh alam. Selain beliau seorang utusan Allah, Nabi Muhammad Saw juga menjadi seseorang yang paling dihormati dan menjadi suri tauladan yang baik dari segala aspek kehidupan.1 Untuk itu dibutuhkan sarana dan prasarana bagi umatnya untuk mengetahui dan memahami seluk beluk yang berkaitan dengan pribadi dan kehidupan Nabi Muhammad Saw. Sementara sarana yang paling penting untuk mengetahui informasi yang berkenaan dengan riwayat Nabi Saw yaitu dengan memahami al-Hadis dan as-Sunnah.2

Pembahasan mengenai hadis Nabi Muhammad Saw meletakkan pelepah kurma di atas kuburan untuk meringankan siksa mayit di dalam kuburan.

Meletakkan pelepah/daun kurma ini tidak dilakukan masyarakat, akan tetapi yang dilakukan mereka meletakkan selain itu, contoh: daun melati, mawar, kenanga, pandan dan lainnya. Hadis Nabi Muhammad Saw yang berkenaan dengan hal ini sebagai berikut:

ِنْبا ْنَع ٍدِِِهاَجُم ْنَع ٍرو ُِِصْنَم ْنَع ٌرِِيِرَج اَنَثّدَح َلاَق ُناَمْثُع اَنَثّدَح

ِناَِِطيِح ْنِم ٍطِئاَحِب َمّلَسَو ِهْيَلَع ُهّللا ىّلَص ّيِبّنلا ّرَم َلاَق ٍساّبَع اَِِمِهِروُبُق يِف ِناَبّذَِِعُي ِنْيَنا َِِسْنِإ َتْو َِِص َعِم َِِسَف َةّكَم ْو َأ ِةَِِنيِدَمْلا

ٍريِِِبَك يِف ِناَبّذَعُي اَمَو ِناَبّذَعُي َمّلَسَو ِهْيَلَع ُهّللا ىّلَص ّيِبّنلا َلاَقَف

1 Abdullah, Ba’alawi, Terjemah Sulamut Taufiq, Surabaya, Mutiara Ilmu, 2009, hlm, 5 2 Muhammmad Hasbi, Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, Semarang, Pustaka Rizki Putra, 2002, hlm, 5

(2)

ي ِِِشْمَي ُرَِِخ ْلا َناَكَو ِهِلْوَب ْنِم ُرِتَتْسَي َل اَمُهُدَحَأ َناَك ىَلَب َلاَق ّمُث

ٍرِِْبَق ّلُك ىَلَع َعَضَوَف ِنْيَتَرْسِك اَهَرَسَكَف ٍةَديِرَجِب اَعَد ّمُث ِةَميِمّنلاِب

ْنَأ ُهّلَعَل َلاَق اَذَه َتْلَعَف َمِل ِهّللا َلوُسَر اَي ُهَل َليِقَف ًةَرْسِك اَمُهْنِم اَسَبْيَي ْنَأ ىَلِإ ْوَأ اَسَبْيَت ْمَل اَم اَمُهْنَع ََفّفَخُي

Telah menceritakan kepada kami 'Utsman berkata, telah menceritakan kepada kami Jarir dari Manshur dari Mujahid dari Ibnu 'Abbas berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melewati perkebunan penduduk Madinah atau Makkah, lalu beliau mendengar suara dua orang yang sedang di siksa dalam kubur mereka. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pun berkata: "Keduanya sedang disiksa, dan tidaklah keduanya disiksa disebabkan dosa besar." Lalu beliau menerangkan: "Yang satu disiksa karena tidak bersuci setelah kencing, sementara yang satunya lagi disiksa karena suka mengadu domba." Beliau kemudian minta diambilkan pelepah kurma yang masih basah, lalu beliau membelah menjadi dua bagian, kemudian beliau meletakkan setiap bagian pada dua kuburan tersebut. Maka beliau pun ditanya, "Kenapa Tuan melakukan ini?"

Beliau menjawab: "Mudah-mudahan siksanya diringankan selama dahan itu masih basah”.(HR.Bukhari 216)3

Adapun asbabun nuzul hadis ini, suatu ketika Nabi Muhammad Saw melewati suatu kuburan di kota Makkah/Madinah, lalu beliau mendengar dua kuburan sedang disiksa, yang disebabkan karena tidak hati-hati ketika kencing dan satunya lagi dikarenakan suka mengadu domba. Kemudian, beliau meletakkan pelepah kurma di atas kuburan dan mendoakannya.4

Hadis ini menunjukkan meletakkan pelepah kurma di atas kuburan merupakan sunnah Nabi Muhammad Saw,5 ada yang beranggapan meletakkan pelepah kurma ini hanya khusus untuk Nabi Saw dan pada masa Nabi saja. Hal ini tentunya membutuhkan dalil yang menunjukkan kekhususan untuk Nabi Saw saja.

Maka kita sampaikan kepada mereka, bahwa sunnah Nabi Saw tidak hanya berlaku pada Nabi Saw dan pada masa Nabi saja.

3 Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah al-Bukhari, Shahih Bukhari, Jilid 1, Bab Tidak Menjaga Dari Kencingnya Termasuk Dosa Besar, No. 216, Beirut, Dar Al-Kutub Al- Ilmiyah, 2009, hlm, 57

4 Suwarta Wijaya, At All, Asbabun Nuzul 2, Jakarta, Kalam Mulia, 2011, hlm, 66 5 Muhammmad Hasbi, Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, Semarang, Pustaka Rizki Putra, 2002, hlm, 5

(3)

3

Mengenai teks hadis di atas, Nabi Muhammmad Saw meletakkan pelepah atau daun kurma yang masih basah di atas kuburan. Di dalam Fathul Bari, Imam Ibnu Hajar al-Asqalani menyatakan “Kita boleh melakukan sesuatu yang menyebabkan ringannya siksaan ahli kubur, dan tidak melarang melakukan sesuatu yang mendatangkan rahmat untuk ahli kubur, walaupun tidak tahu ia disiksa atau tidak, tidak menjadi penghalang untuk seseorang mendo’akan ahli kubur. Sedangkan Imam al-Khaththabi menolak perbuatan tersebut yang sengaja dilakukan untuk mengamalkan hadis ini, baik itu berupa meletakkan pelepah kurma maupun semacamnya”.6

Sejalan dengan pandangan kedua Imam di atas, diketahui bahwa adanya perbedaan dalam pemahaman hadis tersebut, Seperti di dalam buku Tuntunan Praktis Ta’ziyah dan Ziarah Kubur dijelaskan itu termasuk bid’ah.7 Sementara dari kalangan ulama’ Syafi’i mensunnahkan, karena hal itu dicontohkan Nabi Muhammad Saw.8 Mengingat pentingnya meletakkan pelepah kurma ini maka dikalangan sahabat Nabi Saw yang bernama Buraidah bin Husaib al-Aslami mewasiatkan meletakkan pelepah kurma di atas kuburan.

6 Ahmad bin Muhammad al-Asqalani, Fathul Baari Syarah Shahih Al-Bukhari, penerjemah Gazirah Abdi Ummah, Jilid 2, Jakarta, Pustaka Azzam, 2002, hlm, 271

7 Ibnu shalih bin Hasbullah, Tuntunan Ziarah Kubur dan Ta’ziyah Sesuai Sunnah, Bogor, Pustaka Ibnu ‘Umar, 2010, hlm, 30. Bid’ah menurut bahasa Arab ialah sesuatu yang diadakan tanpa contoh yang terdahulu, sedangkan menurut syara’ ialah sesuatu pekerjaan keagamaan yang tidak dikenal pada zaman Nabi Muhammad Saw. Imam Syafi’i membagi dua bid’ah.

Bid’ahdhalalah dan bid’ah hasanah. Bid’ah dhalalah yaitu perbuatan keagamaan yang berlainan atau bertentangan dengan al-Qur’an, dengan Sunnah Nabi, Atsar Sahabat-sahabat Nabi dan Ijma’.

Sedangkan Bid’ah Hasanah yaitu perbuatan keagamaan yang baik yang tidak bertentangan dengan Al-Qur’an, dengan Sunnah Nabi, Atsar Sahabat-sahabat Nabi, dan Ijma’. Siradjuddin Abbas. 40 Masalah Agama 3,Jakarta, Pustaka Tarbiyah Baru, 2008, hlm, 159-162. Keterangan yang saling melengkapi baca Totok Jumantoro dan Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu UshulFikih, Jakarta, Amzah, 2002, hlm, 3

8 Abdurrahim, Qurratu al-Ain Fi at-Tashili wa at-Takmilatu lil alfadzi Fathul Mu’in, Magetan, Darul Ulum Alfatah, tth, hlm, 119

(4)

Menariknya ketika melaksanakan ziarah kubur masyarakat ini terkadang mempraktikkan amalan yang berbeda dengan hadis Nabi Saw meletakkan pelepah kurma.9 Fenomena ini sering muncul dan menjadi suatu tradisi dan budaya. Dan kelahiran tradisi dan budaya ini tidak pernah lepas dari unsur pemahaman manusia terhadap ajaran agamanya.10

Melihat dari hadis Nabi Muhammad Saw di atas. Apakah meletakkan selain pelepah kurma di atas kuburan yang kita yang gunakan sekarang ini sesuai dengan pemahaman hadis Nabi Saw, dikarenakan sulitnya mendapatkan pelepah kurma di Palembang dan apakah bisa digantikan dengan pelapah/bunga lain.

Menurut penulis, hal ini layak dijadikan penelitian skripsi dalam judul:

“Kontekstualisasi Hadis Meletakkan Pelepah Kurma di atas Kuburan”

B. Rumusan Masalah

Berlandaskan latar belakang masalah di atas, maka penelitian ini ditentukan dengan rumusan masalah adalah “Bagaimana kontekstualisasi hadis meletakkan pelepah kurma di atas kuburan”. Untuk menjawab rumusan masalah ini, maka pertanyaan penelitian yang diajukan.

1. Bagaimana pemahaman makna hadis meletakkan pelepah kurma di atas kuburan?

2. Bagaimana makna kontekstualisasi hadis pelepah kurma?

9 Wawancara dengan Sehan selaku Ketua RT 024 Kampung Al-Munawar, Kel. 13 ulu Kec. SU II tanggal 27 Agustus 2020.

10 Keterangan yang saling melengkapi baca Muhajirin, Politisasi Ujaran Nabi, Yogyakarta, Maghza Books, 2016, hlm, 3

(5)

5

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi tujuan penelitian

Tujuan penelitian adalah jawaban atau respons yang ingin dicapai penulis dalam sebuah penelitian. Oleh karena itu, hasil penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui makna hadis meletakkan pelepah kurma di atas kuburan

b. Untuk mengetahui makna kontekstualisasi pelepah kurma

2. Kegunaan Penelitian

Hasil karya tulis yang penulis lakukan ini agar bisa memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis.

a. Manfaat Teoritis

Memberikan kesadaran bagi masyarakat tentang meletakkan pelepah kurma di atas kuburan termasuk ajaran Agama Islam.

b. Manfaat akademik

Melalui karya tulis ini adalah bagian dari syarat untuk memperoleh gelar sarjana dalam ruang lingkup Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Raden Fatah Palembang pada jurusan Ilmu Hadis.

D. Tinjauan Pustaka

Penulis menemukan beberapa karya tulis yang berkenaan hadis tentang pelepah kurma, namun tidak ada karya yang khusus menerangkan tentang Kontekstualisasi Hadis Meletakkan Pelepah Kurma di atas Kuburan. Titik fokus

(6)

dalam penelitian dua variable, yaitu kontekstualisasi dan hadis pelepah kurma.

Berikut ini beberapa penelitian terdahulu:

Pertama, Artikel yang ditulis oleh Syaikh Raid Shabri bin Abu alfath, tetapi tulisan tersebut berfokus pada pendapat pribadi dan tidak menjelaskan pemahaman secara kontekstual.11

Kedua, Hadis Tentang Meletakkan Pelepah Kurma di atas Kuburan Menurut Pemahaman Ulama Martapura. Karya tulis Muhammad Nor Yasin Institut Agama Islam Negeri Antasari Fakultas Ushuluddin dan Humaniora jurusan Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir, Banjarmasin 2016. Berdasarkan penelitian di atas bahwa pemahaman ulama Martapura tentang hadis meletakkan pelepah kurma bisa dilakukan dengan diqiyaskan seperti tanaman-tanaman yang hidup.

Hadis ini tidak bisa dikatakan, khususiyat karena Nabi Muhammad adalah suri tauladan. Sebab kalau khususiyat harus ada dalil yang jelas. Inilah faktor yang mempengaruhi Ulama Martapura. Selain itu, juga mereka beraqidah Ahlul Sunnah Waljamaah/Nahdatul Ulama.12

Ketiga, Kurma dalam al-Quran (kajian tafsir tahlili terhadap QS. Maryam/

19: 25-26). Skripsi Zulfadli jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar tahun 2015. Berdasarkan analisis penulis bahwa QS Maryam ayat 25-26 secara tekstual kurma merupakan makanan yang baik untuk ibu hamil, sebagaimana yang diperintahkan Allah Swt kepada Maryam supaya menggoyangkan pohon kurma

11 Muhammad Nor Yasin, Hadis Tentang Meletakkan Pelepah Kurma di atas Kuburan Menurut Pemahaman Ulama Martapura, Institut Agama Islam Negeri Antasari Fakultas Ushuluddin dan Humaniora jurusan Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir, Banjarmasin, Skripsi (tidak diterbitkan), 2016, hlm, 7

12 Muhammad Nor Yasin, Hadis Tentang Meletakkan Pelepah Kurma di atas Kuburan Menurut Pemahaman Ulama Martapura,...2016, hlm, 68

(7)

7

dan mengkomsumsi buahnya. Dan hasil dari penelitian ini bahwa buah kurma mengandung banyak manfaat untuk menjaga kesehatan dan pertumbuhan anak- anak, selain itu juga bisa untuk obat.13

Keempat, Fenomena Ziarah Makam Keramat Mbah Nurpiah dan Pengaruhnya Terhadap Aqidah Islam (Studi Di Desa Sukarami Kecematan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat) Universitas Islam Negri Raden Intan Fakultas Ushuluddin Aqidah Filsafat, Lampung, 2017. Skripsi Tutiana ini membahas ziarah kubur makam mbah Nurpiah yang menjadi tradisi bagi masyarakat Sukarami, Lampung Barat. Dan orang yang berziarah harus mengikuti aturan penziarahan makam mbah Nurpiah sesuai dengan aturan yang telah disampaikan oleh juru kunci, diantaranya: Mengunjungi makam mbah Nurpiah dan mendo’akan mbah Nurpiah. Adapun praktek yang dilakukan yaitu membaca surat yasin, tahlil dan doa serta menghadiahkan fatihah sebagai wujud rasa terima kasih peziarah terhadap jasa mbah Nurpiah kepada masyarakat Sukarami.14

Kelima, Tradisi ziarah makam puyang Sa’id Hamimum Hamim dalam kebudayaan dalam kebudayaan komering pada masyarakat campang tiga kecamatan cempaka kabupaten oku timur. Skripsi Amanda Firmansyah, UIN Raden Fatah, Palembang, 2019. Di Komering Desa Campang Tiga, masyarakat ramai berziarah makam Puyang Sa’id Hamimum Hamim yang memiliki keistimewaan bagi penduduk asli dan peziarah, dikarenakan sering terkabulnya

13 Zulfadli, Kurma dalam al-Qur’an (Kajian Tafsir Tahlili Terhadap Qs Maryam/9: 25- 26) Universitas Islam Negeri Alauddin, Fakultas Ushuluddin, Filsafat, Dan Politik, Jurusan Ilmu al-Qur’an Dan Tafsir, Makassar, Skripsi(Tidak Diterbitkan), 2015

14 Tutiana, Fenomena Ziarah Makam Keramat Mbah Nurpiah dan Pengaruhnya Terhadap Aqidah Islam(Studi Di Desa Sukarami Kecematan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat) UIN Raden Intan, Fakultas Ushuluddin Aqidah Filsafat, Lampung, Skripsi (tidak diterbitkan), 2017

(8)

permintaan peziarah. Masyarakat menyakini bahwa puyang Hamimum Hamim adalah wali Allah, orang yang taat pada Allah Swt sehingga walaupun sudah wafat tetap memiliki keistimewaan-keistimewaan. Di sisi lain puyang Sa’id Hamimum Hamim dipercayai sebagai leluhur dan guru besar mereka. Adapun peramalan yang dilakukan ketika ziarah makam ada dua tahapan. pertama, peziarah yang punya permohonan langsung menemui juru kunci untuk menyampaikan permohonannya, kemudian membaca surah Yasin, Tahlil, Doa, menabur bunga, dan menyiramkan air putih. Kedua. Jika permohonannya dikabulkan maka peziarah dianjurkan berziarah lagi untuk menunaikan janjinya.15

Keenam, Tradisi Ziarah Kubur Setelah Puasa Syawal di Desa Muara Panco Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten Merangin. Sejarah Peradaban Islam, Fakultas Adab dan Humaniora, Univerhsitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2021. Skripsi Royyan Fikriini membahas Tradisi ziarah kubur setelah puasa Enam di Desa Muara Panco Timur ini mengalami sedikit perkembangan. Aturan ziarah kubur setelah puasa enam syawal yang disampaikan oleh juru kunci, di antaranya berwudhu, dilarang membawa sesuatu yang menyimpang dan dilarang oleh ajaran Islam, masyarakat berkumpul di depan Masjid setempat, berangkat bersama-sama mengunjungi setiap pemakaman di Desa Muara Panco Timur, kemudian berdoa untuk para arwah yang telah mendahului setelah itu mereka berkumpul kembali di depan Masjid guna makan bersama sekaligus penutupan Hari Raya Idul Fitri. Masyarakat menerima dengan

15 Amanda Firmansyah, Tradisi Ziarah Makam Puyang Sa’id Hamimum Hamim Dalam Kebudayaan Komering Pada Masyarakat Campang Tiga Kecamatan Cempaka Kabupaten OKU Timur, Skripsi, Program Studi Universitas Islam Negeri Raden Fatah Fakultas Ushuluddin Dan Pemikiran Islam, Palembang, 2019.

(9)

9

baik tentang ziarah setelah puasa Enam di Desa Muara Panco Timur, hal ini bukan dikarenakan hukum kebolehan berziarah pada makam, akan tetapi lebih kepada pemahaman dan wawasan masyarakat tentang tata cara dan adab yang benar saat melakukan ziarah.16

Ketujuh Tradisi Ziarah Kubur Studi Kasus Perilaku Masyarakat Muslim Karawang Yang Memprtahankan Tradisi Ziarah Makam Pada Malam Syeh Quro Di Kampung Pulobata karawang Tahun 1970-2013, Jakarta, 2014. Skripsi Hana Nurrahmah menjelasakan Tradisi ziarah kubur Syech Quro di Karawang merupakan fenomena yang terjadi di masyarakat desa Pulokalapa yang merupakan tradisi yang sudah lama dilakukan dan dipertahankan dari tahun1 970-2013. Bagi mereka ziarah ini merupakan salah satu hal yang menjadi tujuan dan bisa memotivasi untuk mencari keberkahan, berharap terkabulnya hajat baik peribadi maupun orang lain.17

16 Royyan Fikri, Tradisi Ziarah Kubur Setelah Puasa Syawal di Desa Muara Panco Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten Merangin. Sejarah Peradaban Islam, Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin (skripsi tidak diterbitkan) Jambi, 2021

17 Hana Nurrahmah, Tradisi Ziarah Kubur Studi Kasus Perilaku Masyarakat Muslim Karawang Yang Memprtahankan Tradisi Ziarah Makam Pada Malam Syeh Quro Di Kampung Pulobata, Karawang Tahun 1970-2013, Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (skipsi tidak diterbitkan), Jakarta, 2014

(10)

Adapun perbedaan penelitian-penelitian di atas, penulis fokus pada kontekstualisasi makna hadis meletakkan pelepah kurma di atas kuburan.

E. Kerangka Konseptual

1. Pemahaman

Pemahaman adalah mengetahui sesuatu dan memahaminya.18Winkel dan Mukhtar menyatakan pemahaman ialah kemampuan seseorang untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari, yang dinyatakan dengan menguraikan isi pokok dari suatu bacaan atau mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk yang lain.19 Sedangkan menurut Benjamin S. Bloom, pemahamanialah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.20

Ringkasnya, memahami adalah mengerti tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa seseorang itu dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal yang ia pelajari dengan menggunakan bahasanya sendiri. Lebih baik lagi apabila ia dapat memberikan contoh apa yang ia pelajari dengan permasalahan-permasalahan yang ada di sekitarnya.

Dalam hal ini, masyarakat dituntut untuk memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan, dan dapat

18 Maizuddin, Metodologi Pemahaman Hadis, Padang, Hayfa Prees, 2008, hlm, 13

19 Sudaryono, Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2012, hlm, 44

20 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta, Rajagrafindo, 2009, hlm, 50

(11)

11

memanfaatkan isinya tanpa keharusan untuk menghubungkan dengan hal-hal yang lain.

2. Hadis

Hadis berasal dari bahasa Arab yaitu al-Hadis jamaknya al-Ahadis. Secara etimologi hadis mempunyai banyak arti, di antaranya al-Jadid (yang baru), dan al-Khabar (kabar atau berita). M.M Azami mengatakan bahwa al-Hadis, secara etimologi artinya komunikasi, kisah, percakapan, religius atau sekular, historis atau kontemporer.21 Secara terminologi, para ulama dari kalangan muhadisin dan ulama ushul fiqh berbeda pendapat dalam merumuskan pengertian hadis.

Tentunya hal ini disebabkan oleh terbatas dan luasnya objek pembahasan yang masing-masing cenderung dengan aliran ilmu tersendiri.

Menurut ulama hadis, hadis ialah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw baik perkataan, perbuatan, taqrir (pernyataan), sifat dan keadaan peribadi Nabi Saw baik ada hukum syar’i atau tidak. Sedangkan menurut ulama usul fiqh, hadis ialah segala perkataan, perbuatan, taqrir dan lainnya, yang berhubungan dengan hukum saja.22

Sejak Nabi Muhammad Saw hidup, pola pemahaman hadis menunjukan dua pola yaitu pemahaman tekstual dan kontekstual. Setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw, kedua pemahaman ini terus berkembang menjadi dua dasar pemikiran dan pemahaman hadis Nabi Muhammad Saw sampai sekarang. Dapat

21 M. Agus Solahudin, Dkk, Ulumul Hadis, Bandung, Pustaka Setia, 2009, hlm, 13 22 Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits..., hlm, 6

(12)

dipahami bahwa kedua pemahaman terhadap hadis Nabi Muhammad Saw ini sudah ada dan berkembang. Ada 4 faktor yang melatarbelakangi terjadinya perbedaan dalam memahami hadis. Pertama, perbedaan metode pemahaman hadis Nabi Muhammad Saw, yang dikaitkan dengan historisitas dan posisi yang sedang dikaitkan dengan Nabi, yakni sebagai Nabi, pemimpin negara, hakim, panglima perang dan manusia biasa.23 Kedua, berbedanya latar belakang keilmuan para pensyarah membuat kajian sesuai latar keilmuan yang didalaminya: apakah ia seorang ahli fiqh, filosof, sosiologi, atau lainnya. Ketiga, keberadaan hadis dalam bentuk teks, yakni perubahan dari tradisi lisan ke tradisi tulis. Keempat, pemahaman hadis yang terkait dengan al-Qur’an.

Pemahaman Tekstual adalah pemahaman terhadap teks secara kebahasaan tanpa melihat dari segi konteks dari teks itu. Asal mula pemahaman tekstual ini dilandasi dari ayat al-Qur’an Surat al-Najm: 3-4. Sebagai berikut:

ىَوَهْلا ِنَع ُقِطْنَي اَمَو ىَحوُي ٌيْحَو ّلِإ َوُه ْنِإ o

“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).”

Ayat ini menunjukan bahwa semua perkataan Nabi Muhammad Saw, perbuatan dan taqrirnya adalah wahyu dari Allah Swt. Dari sini bisa dipahami bahwa pemahaman tekstual terhadap hadis adalah pemahaman yang benar.

Pemahaman ini sangat penting disamping menjadikan al-Qur’an sebagai pokok

23 Syuhudi Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual, Jakarta, Bulan Bintang, 2009, hlm, 4

(13)

13

ajaran Islam paling utama, karena hadis juga salah satu sumber pokok ajaran Islam.24

ُبْرَحْلا ٌةَعْدَخ

“Perang itu siasat.” (H.R Bukhari dan Muslim)25

Pemahaman hadis diatas dipahami dengan tekstual, bahwa perang itu pasti memakai siasat.Secara sederhana, pemahaman hadis secara tekstual dapat dilihat meliputi pendekatan kebahasaan (pendekatan ini fokus pada makna kata), ushul fiqh (pendekatan ini fokus pada dhilalah) dan ta’wil (pendekatan ini fokus pada makna lain dari kata tersebut).26

Pemahaman Kontekstual adalah pemahaman secara umum yang bisa mengandung banyak hal. Asal mula pemahaman ini didasari dalil QS. Al-Ahzab:

21, QS. Al- Anbiya: 107 dan QS. Saba : 28. Sebagai berikut :

َهّللا وُِِجْرَي َناَك ْنَمِل ٌةَنَسَح ٌةَوْس ُأ ِهّللا ِلوُسَر يِف ْمُكَل َناَك ْدَقَل ًريِثَك َهّللا َرَكَذَو َرِخ ْلا َمْوَيْلاَو

“Demi Allah, Sungguh telah ada bagi kamu pada (diri) Rasulullah suri tauladan yang baik bagi orang yang senantiasa mengharap (rahmat) Allah dan (kebahagiaan) Hari Kiamat. Serta (teladan bagi mereka) yang banyak berzikir kepada Allah. (QS. al-Ahzab: 21)

Dari ayat ini bahwa hadis Nabi Muhammad Saw, itu bersifat ada yang bersifat lokal, temporal dan universal. Jadi, hadis Nabi Saw harus dipahami berbatas dengan waktu dan tempat. Karena nabi hidup pada Abad ke-7 M.

sehingga perkataan Nabi, perbuatan dan taqrirnya, semuanya dibatasi oleh waktu

24 Hedhri Nadhiran, Tipologi Dan Metode Syarah Hadis Syekh Nawawi…, hlm, 43-44 25 Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah al-Bukhari, Shahih Bukhari, Jilid 1, Bab Perang adalah Siasat, No. 3030,... hlm, 555

26 Maizuddin, Metodologi Pemahaman…, hlm 89

(14)

dan tempat. Oleh karena itu, pemahaman secara konteksual terhadap hadis adalah pemahaman yang benar.27 Contoh hadis yang dipahami secara kontekstual:

ىَقْبَي َنْيِح اَيْنّدِِلا ِءاَم ِِّسلا ىَلِا ٍةَِِلْيَل ّلُِِك ىَلاَعَتَو َكَرّبَت اَنّبَر ُلِزْنَي ىِنُلَأ ِِْسَي ْنَم ُهَل ُبْيِجَتْس َأَف ىِنْوُعْدَي ْنَم : ُلْوُقَي ُرِخْلا ِلْيّللا ُثُلُث

ُهَلَرِفْغ َأَف ىِنُرِفْغَتْسَي ْنَم ِهْيِطْعَأَف

“Tuhan kita yang Maha Agung dan Maha Tinggi setiap malam turun ke langit dunia pada saat malam di pertiga akhir. Ia berfirman “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan doanya itu, barangsiapa meminta kepada-Ku, niscaya Aku memberinya, barangsiapa minta ampunan kepada-Ku, niscaya Aku mengampuninya.” (H.R Bukhari dan Muslim)28

Jika hadis ini dipahami secara tekstual maka matan hadis ini berkualitas lemah (dha’if), bahkan palsu sebab Allah digambarkan dengan makhluk. Padahal, matan hadis itu berkualitas shahih jika dipahami secara kontekstual. Maksud hadis ini bahwa Allah turun ke langit dunia adalah limpahan rahmat-Nya.

Sedangkan pertiga akhir malam adalah karena waktu yang mudah mendapat rasa khusyuk dalam berdoa dan ibadah pada Allah Swt. Dengan pemahaman kontekstual bahwa tidaklah berarti rahmat Allah tidak turun diluar waktu sepertiga akhir malam, akan tetapi Nabi Saw menyebutkan waktu tertentu itu dengan maksud menunjukkan kekhususannya.29

Pemahaman hadis secara kontekstual dapat dilihat meliputi pendekatan redaksional, konteks historis, sosiologis, antropologis, analisis posisi Nabi Saw dan kontekstual makna.30

27 Hedhri Nadhiran, Tipologi Dan Metode Syarah Hadis Syekh Nawawi..., hlm, 45-46.

Tekstual ialah Pemahaman hadis secara yang tersurat, sedangkan Kontekstual pemahaman hadis secara yang tersirat. Tiga komponen yang terpenting untuk dalam memahami hadis yaitu teks, konteks, dan kontekstual.Muhajirin, Mudah Memahami Hadis Nabi, Jakarta, Amzah, 2019, hlm, 91

28 Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah al-Bukhari, Shahih Bukhari, Jilid 1, Bab Doa dan Shalat di akhir malam, No. 1135,... hlm, 213

29 Syuhudi Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual,…hlm, 20 30 Maizuddin, Metodologi Pemahaman…, hlm, 102

(15)

15

Pandangan Syuhudi Ismail mengenai tekstual dan kontekstual adalah finishing dari sebuah hadis, ketika hadis itu sudah dilibatkan dengan diri Nabi Saw dan Suasana yang melatarbelakangi ataupun menyebabkan terjadinya hadis tersebut mempunyai kedudukan penting dalam pemahaman suatu hadis. Barulah bisa dipahami apakah hadis ini bisa dipahami dengan tekstual atau kontekstual.31

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Karya tulis ini ditulis dengan menggunakan jenis penelitian kualitatif.

Metode penelitian ini sebenarnya tidak didapati dari data statistik atau bentuk hitungan lainnya. Penelitian ini lebih menfokuskan dengan memahami dan mentafsirkan serta berinteraksi dalam suatu keadaan tertentu.32

2. Jenis Data

Dalam karya tulis ini menjelaskan kontekstualisasi hadis Nabi Muhammad Saw meletakkan pelepah kurma di atas kuburan merupakan salah satu bagian dari jenis penelitian perpustakaan (Library Research). Data yang dipergunakan lebih menganalisis dari buku yang dipakai.

3. Sumber Data a. Data Primer

Data primer ialah data tangan pertama, adalah informasi yang ditemukan langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan media pengukuran atau

31 Hedhri Nadhiran, Tipologi Dan Metode Syarah Hadis Syekh Nawawi…, hlm, 53 32 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Methods), Bandung, Alfabeta, 2016, hlm, 9

(16)

sarana pengambilan informasi yang serta-merta pada topik sebagai sumber informasi yang disuluri.33 Sumber data primer dalam penelitian ini adalah kitab hadis shahih al-Bukhari.

b. Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah informasi yang tidak langsung memberikan data kepada penghimpun data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen34, atau sumber data yang diperoleh dari hasil pembaruan orang lain dan meneguhkan dalam pembahasan karya tulis ini, seperti halnya kajian yang berkaitan dengan karya tulis ini baik dari buku, jurnal, dan beberapa sumber hasil penelitian lainnya.

4. Teknik Pengumpulan Data

Penghimpunan data disini dengan menggunakan prosedur dokumentasi dan survey bahan kepustakaan untuk mengumpulkan bahan-bahan yang berhubungan dengan objek penelitian. Data yang digunakan penelitian kualitatif lebih cenderung bersifat deskriptif bukan dominan angka-angka.35

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah dengan membaca buku, jurnal, kitab yang berhubungan dengan hadis Nabi Saw meletakkan pelepah kurma di atas kuburan sebagai alat untuk mengumpulkan data-data, sebab penelitian ini merupakan kepustakaan.

5. Teknik Analisis Data

33 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta, Pustaka Belajar, 2014, hlm, 91 34 Maya Panorama, at all, Pendekatan Praktis Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Yogyakarta, idea press, 2017, hlm, 194

35 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, Bandung, Alfabet, 2018, hlm, 225

(17)

17

Penulis menggunakan strategi analisis ”kualitatif”, strategi yang dimaksud yaitu analisis bertolak dari data-data dan bermuara pada kesimpulan-kesimpulan umum.36

Teknik analisis data dilakukan dengan cara analisis dokumen atau analisis isi. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Smith dalam buku karangan Nanang Murtono, ia mengatakan bahwa: “Analisis isi adalah salah satu cara yang digunakan untuk mendapatkan banyak informasi yang dibutuhkan dari materi secara sistematis dan obyektif dengan mengidentifikasi karakter tertentu dari suatu materi”.37

G. Sistematika Penulisan

Supaya uraian yang terkandung dalam karya tulis ini logis dan sistematis, maka penulis merangkai uraiannya sinkron dengan sistematika penulisan yang dapat disetujui secara umum. Sistematika penulisan ini diterapkan supaya dapat mempermudah dalam penyampaian dan mempersentasikan serta pemahaman terhadap karya tulis yang akan diteliti, kemudian sistematika penulisan dalam penelitian ini:

Bab I Pendahuluan, Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan penelitian, Tinjauan Pustaka, Kerangka Konseptual, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan.

36Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta, Rineka, Cipta, 2010, hlm, 202

37Nanang Martono, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta, Rajawali Pers, 2013, hlm, 86

(18)

Bab II Sejarah dan Pengertian Ziarah Kubur, Adab, Tujuan dan Hikmah Ziarah Kubur.

Bab III Fenomena Ziarah Kubur, fenomena ziarah di Indonesia, fenomena ziarah di Haramain, fenomena ziarah di Jawa, fenomena ziarah di Sumatra.

Bab IV Kontekstualisasi Hadis Meletakkan Pelepah Kurma. Hadis-hadis meletakkan pelepah kurma di atas kuburan, Makna pelepah kurma.

Bab V Penutup. Kesimpulan dan Saran.

(19)

BAB II

SEJARAH DAN TRADISI ZIARAH KUBUR

A. Sejarah dan Pengertian Ziarah Kubur

Sejak awal mula Islam, nabi Muhammad Saw telah melarang kaum muslimin untuk ziarah kubur. Ketentuan ini diterapkan untuk menpertahankan akidah umat Islam. Nabi Muhammad Saw merasa khawatir jika peramalan ini diperbolehkan, nantinya kaum muslimin akan menjadi pengabdi kuburan. Ketika keyakinan orang Islam kokoh dan jauh dari kemungkinan untuk berbuat kesyirikan, maka Rasulullah Saw mengizinkan untuk ziarah kubur. Karena termasuk tujuan ziarah kubur mengingatkan umat Islam kepada kematiaan dan azab kubur. Sahabat Buraidah menyatakan bahwa Rasulullah Saw bersabda:

مُكُتيَهَن ملسو هيلع هللا ىلص ِهللا ُلوُسَر َلاَق : َلاَق َةَديَرُب نَع اَهاوُروُزَف ِروُبُقلا ِةَراَيِز نَع

“Saya pernah melarang kamu berziarahkubur. Tapi sekarang )Muhammad( telah diberi izin untuk berziarah ke makam ibunya. Maka sekarang, berziarahlah!.”(HR. Muslim).38

Maksud hadis di atas menjelaskan bahwa ziarah kubur itu hukumnya boleh bagi laki-laki dan perempuan. Adapun pernyataan, bagaimana dengan hadis Nabi Saw yang menyatakan laknat bagi perempuan yang berziarah kubur? Sahabat nabi Abu Hurairah meriwayatkan nabi Muhammad Saw melaknat wanita yang berziarah kubur.

َنَعَل ملسو هيلع هللا ىلص ِهللا َلوُسَر ّنَا َةَريَرُه يِبَا نَع

ِروُبُقلا ِتاَراّوَز

38 Yahya bin Syaraf an-Nawawi, Shahih Muslim bi Syarh an-Nawawi, Bab Nabi Saw Meminta Izin Kepada Allah berziarah kubur Ibunnya, No.987, Lebanon, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Jilid 7, 2010, hlm, 40

19

(20)

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw telah melaknat peziarah kubur. (HR.

Tirmidzi).39

Menyikapi hadis ini para ulama menerangkan bahwa larangan tersebut sudah dinasakh dan menjadi sesuatu kebolehan untuk berziarah kubur, baik bagi laki-laki maupun perempuan.40

Syekh Ibnu Hajar al-Haitami pernah ditanya tentang ziarah ke makam para wali, beliau mengatakan: Beliau ditanya tentang berziarah ke makam para wali pada waktu tertentu dengan melakukan perjalanan khusus ke makam mereka.

Beliau menjawab, berziarah ke makam para wali adalah ibadah yang disunnahkan.

Demikian pula dengan perjalanan ke makam mereka.41

Maka ziarah kubur itu memang dianjurkan dalam agama Islam bagi laki- laki dan perempuan, sebab didalamnya terkandung manfaat yang sangat besar.

Baik bagi orang yang telah meninggal dunia berupa hadiah pahala bacaan al- Qur’an, ataupun bagi orang yang berziarah itu sendiri, yakni mengingatkan manusia akan kematian yang pastiakan menjemputnya.

Ziarah menurut bahasa ةرايزلا yang artinya menuju. Sedangkan menurut istilah adalah kunjungan seseorang kesuatu makam bukanlah kunjungan biasa.

Akan tetapi mempunyai makna dan maksud. Disertai juga dengan bacaan-bacaan tertentu sesuai keinginan yang ingin dicapai dan tentunya dengan menyesuaikan tradisi di mana ziarah makam itu dilakukan.42

39 Muhammad Abdul Rahman Ziarah al-Mubarakfuri, Tuhfat al-Ahwazi bi Syarh Jami at-Tirmizi, Lebanon, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Juz 4, Bab Makruh Kubur Bagi Perempuan, Hadis No 1056, hlm, 118

40 Sutejo Ibnu Pakar, Panduan Ziarah Kubur, Cirebon, Kamu NU, 2015, hlm, 35-36 41 Nur Salim Habibi, Tata Cara Merawat Orang Sakit Dan Jenazah, Lirboyo, t.p, 2004, hlm, 35

42

(21)

21

Dalam pengertian lain, ziarah juga bisa disebut dengan mengunjungi suatu makam. Tujuan mengunjungi ini bukan hanya sekedar mengetahui dimana seseorang itu dimakamkan atau bagaimana keadaan makam tersebut. Akan tetapi untuk mendoakan mayit yang dikunjungi. Terlebih yang dikunjungi adalah makam seorang tokoh yang bersejarah seperti para pahlawan, ulama, dan wali Allah. Maka peziarah akan berharap bisa mendapat kebaikan (ngalap barokah) dari makam yang diziarahi tersebut.

Para ulama dan ilmuan Islam memperbolehkan ziarah kubur dengan berlandaskan al-Qur’an dan hadis serta menganggapnya hal itu merupakan perbuatan yang memiliki keutamaan, terutama ziarah ke makam para Nabi dan orang-orang saleh.43 Meskipun sebagian paham ada yang tidak memperbolehkan ziarah.44

B. Adab dan Hikmah Ziarah 1. Adab Ziarah Kubur

a. Ketika memasuki kuburanmengucapkan salam, Seperti hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:

اّنِإَو َنيِمِلسُملاَو َنيِنِمؤُملا َنِم ِراَيّدلا َلهَا مُكيَلَع ُم َلّسلا ةَيِفاَعلا ُمُكَلَو اَنَل َهَللا ُل َأسَن َنوُقِح َل مُكِب ُهللا َءاَش نِإ

Artinya: Keselamtan atas para penghuni kubur, mukminin dan muslimin, yang kalian telah mendahului kami dan insya Allah kami akan menyusul kalian.45

43 Syaikh Ja’far Subhani, Tawassul Tabarruk Ziarah Kubur Karamah Wali: Termasuk Ajaran Islam Kritik atas Faham Wahabi, Bandung, PustakaHidayah, 1995, hlm, 47

44 Abu Muhammad, Tuntunan Ziarah Kubur Dan Ta’ziyah…, hlm, 28

45 Yahya bin Syaraf an-Nawawi, Shahih Muslim bi Syarh al-Nawawi, Bab Doa Ketika Masuk Pemakaman, No.974…, hlm, 34

(22)

b. Membaca Surat al-Qadar 7x, Surat al-Fatihah 3 x, Surat al-Falaq 3 x, Surat An- Nas 3 x, Surat Al-Ikhlash 3 x, Ayat Kursi 3 x

c. Laki-laki disunnahkan berziarah dan begitu juga perempuan, jika tidak menyebabkan fitnah. Begitu juga berziarah ke makam para Nabi, Ulama, Wali dan kerabat.

d. Dianjurkan menangis dan merasa takut ketika melewati kuburan orang zalim.

e. Disunnahkan mempercepat langkah dan menutup kepala ketika melewati kuburan orang-orang zalim.

f. Orang yang berziarah disunnahkan membaca al-Qur’an dan mendoakan mayit.

g. Jangan duduk di atas kuburan

h. Disunnahkan meletakkan bunga yang masih segar/basah atau sejenisnya.46 2. Hikmah Ziarah Kubur

a. Sebagai pengingat akan kehidupan yang akan datang yakni akhirat

b. Untuk memohon kepada Allah Swt agar arwah yang di kubur diampuni segala dosa dan kesalahannya dan dimasukkan ke surga.

c. Memohon untuk para ruh yang diziarahi dan muslimin supaya mendapat ampunan dan keselamatan dari azab kubur.

d. Menjadi wahana introspeksi dan perbaikan diri.

e. Melembutkan hati karena ziarah kubur bisa mengingatkan kita pada kematian dan hari akhirat.47

Hikmah dari kegiatan ziarah kubur sebagai syiar Islam karena dapat mengingatkan seseorang tentang akhirat, yang selanjutnya dapat memacu untuk

46 Abdurrahman Ahmad as-Sirbuny, Petunjuk Sunnah Dan Adab Sehari-Hari Lengkap, Pustaka Nabawi, Cirebon, hlm, 159

47Sutejo Ibnu Pakar, Panduan Ziarah Kubur…, hlm, 38

(23)

23

lebih giat beribadah dan meningkattkan ketakwaan. Peziarah dapat berbuat baik kepada yang telah meninggal dengan mengucapkan salam, mendoakan, memohon ampun dan mengambil pelajaran dari riwayat hidup orang sudah meninggal tersebut.

C. Tujuan Ziarah Kubur

Setiap aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang, pasti mempunyai tujuan dan maksud tersendiri, dan dapat memberikan manfaat atau faedah sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pelakunya. Agar setiap kegiatan itu berhasil dan berdaya guna, maka syarat utamanya adalah meminta ridha Allah SWT terlebih dahulu selaku zat yang akan memberi izin dan keberkatan kepada hamaba-Nya. Jika segala sesuatu dimulai tanpa meminta ridha Allah SWT., maka kegiatan tersebut tidak akan mendapat berkah dari Allah SWT. Demikian juga halnya dengan tardisi ziarah kubur yang dilakukan oleh masyarakat di mana tujuan dilakukannya ziarah kubur ini adalah sebagai berikut:

1. Ziarah kubur merupakan salah satu sarana untuk mengingatkan kita kepada kematian.

2. Untuk mengingatkan tempat kembali kita surga atau neraka. Semua makhluk akan kembali ke surga atau neraka.

3. Mayit mendapat kebaikan dengan perbuatan baik dan salam untuknya serta mendapat doa permohonan ampunan khusus untuk mayit yang muslim.

(24)

Haramain merupakan kota yang bersejarah dan mulia bagi umat Islam ialah kota Makkah al-Mukarramah dan kota madinah al-Munawwarah. Kota Makkah merupakan tanah kelahiran Nabi Muhammad Saw dan Madinah adalah tempat wafatnya Nabi Saw. Di masa Nabi Muhammad Saw ada pemakaman Baqi’

yang didalamnya banyak makam para sahabat Nabi terletak di kiri masjid Nabawi, begitu juga makam Ma’la di Makkah ummul mukminin Khadijah dan sebagian sahabat Nabi Saw. Di dalam riwayat Aisyah diceritakan bahwa Rasulullah Saw sering mengucapkan salam dan memohon ampunan untuk penghuni kuburan Baqi’.

Diriwiyatkan oleh Imam Tirmizi tentang keadaan kuburan pada masa nabi Muhammad Saw.

هِِيلع هِِللا ىلِِص يبِِنلا ِباَحِِصا ُضعَب َبَر َِِض ساِِبع نبا نع ناِِسنا هِِيف اذإِِفربَق هِِنا بِِسحي لوهو ربق ىلع هءابخ ملسو يبِِنلا ىتأِِف اِِهمتخ ىتِِح كِِلملا هدِِيب يذلا َكَرابَت ةروس أرقي يءاِِبخ ُتبرِِض ينا هِِللا لوسر اي لاقف ملسو هيلع هللا ىلص ةروِِس أرِِقي ناِِسنا هِِيف اذاِِف ٌربِِق هنأ بسحأ ل انأو ربَق ىلع

ُةِِعناملا يه هِِللا لوِِسر لاِِقف اهمتخ ىتح كلملا هديب َكَرابَت ربقلا باذع نم هيجنت ةيجنملا يه

Dari Ibnu Abbas berkata sebagian sahabat nabi saw membuat kamah di atas pemakaman, tenyata ia tidak mengira jika berada di pemakaman tiba-tiba ada seseorang membaca tabarakal lazi biyadihil mulk(maha suci allah yang ditangannyalah segala kerajaan) sampai selesai, kemudian dia datang kepada nabi Muhammad Saw dan berkata, “Wahai Rasulullah sesungguhnya aku membuat kemahku di atas kuburan dan saya tidak mengira jika tempat tersebut adalah kuburan, kemudian ada seseorang membaca tabarakal lazi biyadihil mulk

(25)

25

sampai selesai”. Rasulullah Saw bersabda, “Dia adalah penghalang, dia adalah penyelamat yang menyelamatkannya dari siksa kubur”.48

Dari hadis ini menunjukkan keadaan kuburan saat itu tidak ada tanda-tanda yang menandakan itu adalah suatu kuburan. Adapun keadaan makam Rasulullah Saw dalam kitab khulashah nurul yaqin diceritakan ketika Rasulullah wafat, para sahabat bersilang pendapat untuk memakamkan Nabi Saw. Sebagian sahabat yang mengusulkan jasad Rasulullah sebaiknya dibawa ke Makkah, tanah tumpah darah, bahkan ada yang mempunyai gagasan dibawa ke Palestina. Di samping itu, kewafatannya sungguh menyedihkan para sahabat, sehingga Umar bin Khaththab membawa pedang sambil mengancam: “Siapa yang mengatakan Nabi telah wafat akan aku penggal kepalanya.” Dalam keadaan yang kalut semacam itu, tampil Abu Bakar. Setelah menyaksikan sendiri bahwa Nabi telah pasti wafat, dia menemui para sahabat sambil membacakan surat Ali Imran ayat 144:

ْوَا َتاّم ْنِٕىَفَا ُل ُِِسّرلا ِهِِِلْبَق ْنِم ْتَلَخ ْدَِِق ْوُسَر ّلِا ٌدّمَحُم اَمَو ۟ا ۗ ۚۚل

ّر ُِِضّي ْنَلَف ِهِِْيَبِقَع ىٰلَع ْبِلَقْنّي ْنَمَو ْمُكِباَِِقْعَا ىٰٓلَع ْمُتْبَلَقْنا َلِتُق ۗ

َنْيِرِك ّٰشلا ُهّٰللا ىِزْجَيَسَو أًِْي َش َهّٰللا ۗ

Artinya: Muhammad tidak lain hanyalah seorang rasul, sebelumnya telah juga berlalu beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang berbalik ke belakang maka ia tidak dapat mendatangkan madarat kepada Allah sedikit pun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.

Setelah mendengar ayat tersebut dibacakan, Umar tunduk dalam-dalam.

Para sahabat tidak dapat menahan air mata-risau, gundah, resah, sedih, pilu, seribu perasaan menghimpit mereka, bagaikan hati diiris sembilu.49 Abu Bakar

48 Muhammad Abdurrahman al-Mubarakpuri, Tuhfat al-Ahwazi bi Syarh Jami, at- Tirmizi, Bab keutamaan surat al-Mulk, No.2815, Lebanon, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Jilid 6, 2005, hlm, 168

49 Umar Abdul Jabbar, Khulashah Nurul Yaqin Fi Shiratil Sayid al-Mursalin, Juz 2, Bab wafat Rasulullah saw, Surabaya, Makatabah al-Hikmah, Tth, hlm, 89

(26)

selanjutnya memberitahu kepada para sahabat bahwa ia pernah mendengar Rasulullah bersabda: “Para Nabi dikebumikan di tempat mereka wafat.”

Rasulullah akhirnya dimakamkan di dalam bilik di rumahnya. Kepalanya terletak di barat, dan kakinya di timur, dengan mukanya menghadap ke kiblat (selatan).

a. Makam Abu Bakar as-Siddiq

Abu Bakar dikebumikan di sisi Rasulullah. Sebagai teman Rasul yang paling akrab, sekaligus mertua dan khalifah pertama, pantas kiranya bila ia dimakamkan di dekat baginda Rasul. Dan Aisyah pun dapat menerima.

b. Makam Umar bin Khaththab

Sebelum Umar bin Khaththab meninggal, ia telah minta izin kepada Aisyah untuk berkenan membiarkannya. mendampingi Nabi dan Abu Bakar as- Siddiq. Hati Aisyah merasa berat. Semula ia ingin menempati tempat yang diminta oleh Umar, agar dapat berkumpul serta mendampingi ayahnya, Abu bakar dan suaminya, Rasulullah. Namun akhirnya, setelah dipertimbangkan masak- masak, Aisyah mengalah. Dan ia berwasiat agar dikebumikan bersama istri-istri Rasulullah yang lain di pemakaman Baqi’, Aisyah memberikan tempat itu untuk Umar. Keluarga rasulullah yang dimakamkan di baqi’ antara lain:

1.Fatimah Binti Rasulullah 2. Zainal Abidin Bin Husain 3. Abbas Bin Al-Baqir

Begitu Juga Dikebumikan Putra-Putri Rasulullah Saw, Inilah Fenomena Dimasa Sahabat.50

50 Munawir Abdul Fattah, Tuntunan Praktis Ziarah Kubur Makam Walisongo hingga Makam Rasul, Yogyakarta, Pustaka Pesantren, 2010, hlm, 55

(27)

27

Adapun fenomena ziarah kubur yang dilalukan di Haramain. Di antaranya di Makkah dan Madinah para peziarah berdiri, membaca doa dan tidak meletakkan pelepah kurma atau lainnya. Dilihat dari video youtube banyak pada waktu pagi hari hingga siang.51

B. Fenomena Ziarah di Indonesia

Islam masuk ke Indonesia dengan cara damai tanpa pemaksaan dan terbuka sehingga masyarakat Indonesia mudah menerima Islam. Dengan interaksi para pedagang Islam (Arab, India, Cina dan Persia) yang singgah di pesisir maka memudahkan Islam menyebarkan di Indonesia. Islam masuk di Indonesia ini dengan enam cara yaitu perdagangan, pernikahan, pendidikan, tasawuf, kesenian dan politik.

Menurut teori Arab bahwa Islam sudah ada di Indonesia sejak abad ke-7 Masehi yang langsung dari orang Arab Makkah. Salah satu sejarawan yang mendukung teori ini ialah prof. Hamka. Dibuktikan dengan adanya jalur perdagangan yang maju dan sudah internasional dimulai melalui Selat Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di Tiongkok Asia Timur, Asia Tenggara dan Bani Umayyah di Asia Barat. Menurut Hamka, adapun tujuan awal orang Arab bukan hanya dilandasi oleh nilai-nilai ekonomi, tetapi didorong oleh semangat menyebarkan agama Islam. Hamka juga berpendapat jalur perdagangan Indonesia dengan Arab telah berlangsung lama, bahkan sebelum tarikh Masehi.52

51 Https://Www.Youtube.Com/Watch?V=BQ4KvkKcwXQ, Suasana Peziarah Baqi Di Madinah, Di Akses Tanggal 30 Mei 2022, Pukul 10:15.

52 Siti Zubaidah, Pengantar Sejarah Peradaban Islam, Perdana Publishing, Medan, 2016, hlm, 214

(28)

Hamka berpendapat pada tahun 625 M di sebuah naskah tiongkok yang dicatat oleh pendeta Buddha i-tsing yang melakukan perjalanan dari Conton menuju India. Perjalanan tersebut meggunakan kapal Pose dan pada tahun 674 M singgah di Bhoga yang sekarang dikenal sebagai Palembang, Sumatera Selatan. Ia menemukan kelompok bangsa Arab yang telah tinggal di pantai Barat Sumatera.

Sebagian orang-orang Arab ini diceritakan telah melangsungkan pernikahan dengan wanita lokal. Komunitas Arab ini disebut ta-sih dan posse. Mereka ialah pedagang Arab yang sudah lama menjalin hubungan perdagangan dengan kerajaan Sriwijaya. Karena hubungan perdagangan itulah kerajaan Sriwijaya menghadiahkan daerah khusus untuk orang Arab. Menurut Thomas Wa Arnold, disamping melakukan perdagang mereka juga mengadakan kegiatan-kegiatan penyebaran dakwah Islam. Thomas juga berpendapat, bahwa para pedagang Arab yang telah menyebarkan Islam, walaupun tidak ditemukan catatan-catatan sejarah tentang perjalanan dakwah Islam mereka, namun ia tetap berasumsi bahwa pedagang Arab terlibat dalam penyebaran Islam kepada penduduk lokal di Indonesia. Selain kedua sejarawan di atas, Uka Tjandra Sasmita, A. Hasymi dan lain-lain, juga mendukung teori ini. Selain informasi tersebut, tokoh sejarawan lain menambahkan bahwa ditemukannya adaptasi-adaptasi yang dilakukan oleh bangsa Indonesia atas pengaruh bangsa Arab ini. Contoh dalam bahasa dan tradisi, pada kata dan tradisi bersila yang sering dilakukan oleh bangsa Indonesia adalah tradisi yang diamalkan bangsa Arab.53

53 Nur Hadi, at all, Ayo Mengkaji Sejarah Kebudayaan Islam Untuk Madrasah Aliyah Kelas XII, Jakarta, Erlangga, hlm, 59

(29)

29

Pesatnya Islamisasi massal di bumi Indonesia pada abad ke-9 H/14 M disebabkan kaum muslimin sudah memiliki banyak kekuatan politik yang bercorak dengan ditandai adanya kerajaan Islam yang besar di Aceh, Malaka, Demak, Cirebon Dan Ternate. Dan pada akhirnya mengakibatkan runtuh kerajaan- kerajaan Hindu dan Buddha di Indonesia. Dengan pesatnya kerajaan Islam dan majunya perdagangan di Indonesia, maka orang Arab banyak yang imigrasi ke Indonesia dan diantara yang terbesar ialah berasal dari Hadramaut. Dalam buku Tarikh Hadramaut, bahwa ini imigrasi yang terbesar sepanjang sejarah Hadramaut.54

Pesatnya Islamisasi massal di bumi Indonesia pada abad ke-9 H/14 M disebabkan kaum muslimin sudah memiliki banyak kekuatan politik yang bercorak dengan ditandai adanya kerajaan Islam yang besar di Aceh, Malaka, Demak, Cirebon Dan Ternate. Dan pada akhirnya mengakibatkan runtuh kerajaan- kerajaan Hindu dan Buddha di Indonesia. Dengan pesatnya kerajaan Islam dan majunya perdagangan di Indonesia, maka orang Arab banyak yang imigrasi ke Indonesia dan diantara yang terbesar ialah berasal dari Hadramaut. Dalam buku Tarikh Hadramaut, bahwa ini imigrasi yang terbesar sepanjang sejarah Hadramaut.55

Dari sejarah singkat di atas, bahwa praktik Islam di bumi Nusantara ternyata sudah “mendarah daging” dalam kumpulan tradisi dan budaya lokal sehingga semakin memperkaya khazanah sosial yang berkembang di masyarakat.

Salah satu tradisi lokal yang berkembang pesat menjadi bagian dari ritual

54 Siti Zubaidah, Pengantar Sejarah Peradaban Islam…, hlm, 216 55 Siti Zubaidah, Pengantar Sejarah Peradaban Islam…, hlm, 216

(30)

keagamaan umat Islam adalah tradisi ziarah yang menjadi senyawa dalam penghayatan dan pengalaman spiritual seseorang. Ziarah dalam kehidupan masyarakat muslim Indonesia memang menjadi tradisi yang sangat kuat.

Ziarah yang dilakukan sebagian besar umat Islam adalah salah satu sarana pengembangan mental-spiritual dalam memperkuat keimanan yang terkadang selalu bergejolak.

Sebagai Contoh ziarah makam para wali di Jawa, tampak sudah menjadi rutinitas bagi umat Islam yang mampu beradaptasi dengan kearifan lokal. Islam dalam praktik keagamaannya memang harus menyesuaikan dengan lokalitas tradisi yang berkembang dalam dinamika masyarakat berbasis multikultural.

Ketika memadukan budaya lokal dalam tradisi keberagamaan Islam, bukan hanya melakukan peleburan, tetapi terlebih dahulu dilakukan identifikasi dan filterisasi (penyaringan) melalui pemahaman mendalam tentang budaya lokal yang berkembang. Dari sinilah kita perlu belajar banyak dari pendekatan yang dilakukan para ulama terdahulu kita, yang memiliki pemahaman sangat mendalam dalam melihat sejauh mana perkembangan dan nilai estetika budaya lokal Indonesia.56

56 Mohammad Takdir Ilahi,Ziarah dan Cita Rasa Islam Nusantara: Wisata Religius Dalam Bingkai Kearifan Lokal (Local Wisdom), Jurnal Akademika Institut Ilmu Keislaman An- Nuqayah Sumenep, Madura , Vol, 21, No, 1, 2016, hlm, 120

(31)

31

C. Fenomena Ziarah di Jawa

Menurut teori yang dikembangkan oleh Fatimi bahwa Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh orang Benggali (Bangladesh) dengan melihat dari peninggalan batu nisan dari Benggali (Bangladesh) yaitu batu nisan Siti Fatimah di Leran, Jawa Timur (1082 M atau 475 H). Dan batu nisan di Pasai, di Bruas(sebuah kerjaan kuno di Perak, Semenanjung Malaya).57 Dari fenomena ini penulis menyimpulkan adanya tradisi ziarah kubur di masa awal Islam di Indonesia, khususnya pulau Jawa.

Ziarah kubur di Tanah Jawa sangatlah berkembang, walaupun di kalang Ormas Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah berbeda pendapat tentang Ziarah.

Ujung dari perdebatan ini adalah klaim kebenaran dan kebatilan. Terlepas dari perbedaan, Ziarah kubur di Jawa khususnya Wali Sanga dan Ulama lainnya.

Adapun peramalan para perziarah ketika berziarah:

1.Bersuci/berwudhu sebelum memasuki kuburan 2. Membacakan salam untuk ahli kubur

3. Menabur Bunga

4. Membaca al-Fatihah, baca al-Quran, Tahlil, Salawat, dan Doa.

Hal ini sering dilakukan baik sendiri maupun berjamaah.58 Pada dasarnya ketika beziarah kubur yang perlu diperhatikan adalah waktu ziarah, adab serta cara berziarah. Adab dan cara beziarah harus sesuai dengan sunah Nabi Muhammad Saw.

57 Suyuthi Pulungan, Sejarah Peradaban Islam di Indonesia, Jakarta, Amzah, 2019, hlm, 32

58 Ahmad Nadhif, at all, Tradisi Keislamanan, Surabaya, al-Miftah, tth, hlm, 161

(32)

Sebagai sebuah tradisi keagamaan yang merupakan kesinambungan dari tradisi-tradisi ziarah sebelum kedatangan Islam di Nusantara, perlengkapan ziarah kubur diikutsertakan sebagai kelengkapan ziarah kubur. Yang paling sering di gunakan pada saat ziarah kubur adalah kembang, air dan minyak wangi.

Di daerah jawa ada yang sebut dengan tradisi nyekar atau ziarah kubur, tradisi ini dilakukan masyarakat lumajang tidak hanya sekedar berdoa saja lalu pulang tetapi mereka juga membersihkan makam dan menaburi bunga. bukan hanya itu untuk masyarakat lumajang sendiri ada satu ciri khusus yang dilakukan pada hari itu makam akan dipenuhi oleh orang-orang yang akan berziarah atau nyekar. Hari itu adalah pada Jum'at legi dimana hari itu makam akan dipenuhi dengan peziarah yang datang yang dari berbagai desa.

Hari jum'at dianggap masyarakat suku jawa sebagai perlambangan, dimana air sebagai zat penyangga kehidupan. Sedangkan legi sebagai perlambangan dari arah mata angin timur atau menjadi simbol udara, yang tentu saja udara ini merupakan unsur yang paling pokok dalam kehidupan tanpa adanya udara manusia di bumi ini tidak akan hidup atau kehilangan nyawanya. Oleh sebab itu masyarakat Jawa mensakralkan hari Jum'at legi, dikarnakan pada hari itu memberikan kesadaran manusia akan asal usulnya. Selain itu bagi umat muslim sendiri hari Jumat dimaknai sebagai hari yang dimana jika kita berbuat baik maka kebaikan kita akan dilipat gandakan hal ini tentunya mendorong kesakralan hari jumat untuk berziarah karena pada hari itu mereka percaya bahwa nyekar akan bernilai lebih jika dilakukan pada hari Jum'at. meskipun dalam Islam tidak di

(33)

33

khususkan hari Jum'at untuk berziarah kubur, akan tetapi kita juga perlu tau keistimewaan dari hari Jum'at dibanding dengan hari lainnya.

Tradisi nyekar pada daerah Jawa yang identik dengan tabur bunga yang dilakukan oleh peziarah untuk mengenang kepada orang yang telah meninggal tersebut atau bisa dikatakan sebuah wujud penghormatan dan cara indah peziarah untuk mengingat kehidupan orang yang telah meninggal. Selain itu tabur Bunga juga diqiyaskan dari tindakan Rasulullah Saw yang pernah menancapkan pelepah kurma yang beraroma khas pada salah satu makam.

Dalam tradisi nyekar tentunya juga identik dengan tabur bunga yang dilakukan oleh peziarah untuk mengucap rasa syukur kepada orang yang telah meninggal tersebut atau bisa dikatakan hal tersebut merupakan sebuah wujud penghormatan dan cara indah kita untuk mengingat kehidupan orang yang telah meninggal ini. Selain itu tabur Bunga juga diqiyaskan dari tindakan Rasulullah Saw yang pernah menancapkan pelepah kurma yang beraroma khas pada salah satu makam.

Dalam tradisi nyekar atau ziarah ke makam bunga yang dibawa oleh peziarah bisa disebut dengan bunga setaman atau kembang setaman,. Kembang setaman ini terdiri dari bermacam-macam bunga dan tiap-tiap bunga ini memiliki makna sendiri seperti bunga melati melambangkan ketulusan, bunga kantil melambangkan kesuksesan lahir batin yang akan di dapatkan oleh peziarah yang memanjatkan doa dan menghayati nilai-nilai luhur para leluhur yang telah meninggal dunia. Bunga mawar memberikan makna bahwa tidak boleh merasa memiliki segalanya di dunia ini dan yang dalam hal ini orang yang ditinggalkan

(34)

oleh orang yang dicintainya untuk selama lamanya harus ikhlas dengan kepergiannya, bunga kenanga memiliki makna bahwa kita harus senantiasa mencontoh dan meniru setiap tingkah laku baik leluhur atau orang yang diziarahi ini.59

Tradisi ziarah kubur syech Quro di karawang merupakan fenomena yang terjadi di masyarakat desa Pulokalapa yang merupakan tradisi yang sudah lama dilakukan dari tahun 1970-2013 Masehi. Peziarah menyakini jika ingin terkabul hajatnya maka ziarah kuburnya 41 malam sabtu secara berturut-turut. Adapun pelaksanaan ziarah ini didampingi oleh juru kunci, lalu mengucapkan salam, kirim surat al-Fatihah kepada shohibul makam, lalu peziarah berdoa dan menyampaikan keinginannya setelah itu, peziarah memberikan amplop kepada juru kunci, serta melemparkan uang koin di depan makam sebagai sedekah atau tanda ngembang.60

Tradisi ziarah kubur muallim K.H Syafi’i Hadzami di kampung Dukuh Jakarta Selatan, menpunyai banyak makna, masyarakat betawi adalah masyarakat yang cenderung senang berizarah kubur, mereka mengunjungi makam-makam para alim ulama, para wali, para habaib, yang dianggapnya mempunyai karamah;

mereka berziarah kubur pada bulan-bulan tertentu seperti bulan Muharam, Rajab, Sya’ban dan Syawal, hari-hari tertentu seperti Jumat, individu atau jamaah, adapun yang dibaca surah Yasin, Tahlil, Ratib dan Doa.61

59Https://Www.Kompasiana.Com/Anifatulazizah0358/6183e3d4706282298d2cea42/Tra disi-Nyekar-Masyarakat-Jawa?Page=2&Page_Images=1, Diakses Pada Tanggal 31 Mei 2022, Pukul 01:30 Wib.

60 Hana Nurrahmah, Tradisi Ziarah Kubur Studi Kasus Perilaku Masyarakat Muslim Karawang Yang Memprtahankan Tradisi Ziarah Makam Pada Malam Syeh Quro Di Kampung Pulobatakarawang Tahun1970-2013, Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah, Skripsi(tidak diterbitkan), Jakarta, 2014.

61 Chaerul Anwar, Tradisi Ziarah Kubur Masyarakat Betawi Pada Makam Muallim K.H M Syafi’i Hadzami Kampung Dukuh, Jakarta Selatan, 2007, hlm, 63

(35)

35

D. Fenomema Ziarah di Sumatera

Fenomena-fenomena dimaksud dalam kajian ziarah ini adalah bahwa seiring dengan pengembangan dakwah Islam (Sosialisasi dakwah Islam) di Jakarta, lahir pula ulama-ulama penyebar Islam yang sangat dihormati oleh masyarakat muslim Nusantara bahkan di tingkat Asia Tenggara baik ketika mereka masih hidup hingga wafat. Hingga saat ini makam mereka masih menjadi tujuan ziarah kubur oleh para peziarah yang berasal dari berbagai penjuru Nusantara dan Asia Tenggara. Makam mereka dikeramatkan dan diziarahi oleh sebagian masyarakat muslim hingga saat ini yang cara dan metode ziarah tersebut telah menjadi sebuah tradisi yang diwariskan secara turun-temurun dari suatu generasi ke generasi berikutnya.

Ziarah kubur berkembang di Sumatera, begitu juga sama seperti halnya ziarah di Jawa. Salah satunya di daerah Lampung Barat Penziarahan makam mbah Nurpiah ini rupanya menjadi tradisi bagi masyarakat Sukarami, dan orang yang berziarah harus mengikuti aturan penziarahan makam mbah Nurpiah sesuai dengan aturan yang telah disampaikan oleh juru kunci, diantaranya: Mengunjungi makam mbah Nurpiah dan mendo’akan mbah Nurpiah. Adapun praktek yang dilakukan yaitu membaca surat yasin, tahlil dan doa serta menghadiahkan fatihah sebagai wujud rasa terima kasih peziarah terhadap jasa mbah Nurpiah kepada masyarakat Sukarami.62

62 Tutiana, Fenomena Ziarah Makam Keramat Mbah Nurpiah dan Pengaruhnya Terhadap Aqidah Islam (Studi Di Desa Sukarami Kecematan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat) UIN Raden Intan, Fakultas Ushuluddin Aqidah Filsafat, Skripsi (tidak diterbitkan), Lampung, 2017

(36)

Seiring dengan perkembangan Islam yang dibarengi dengan pemahaman yang cukup, maka tradisi ziarah dihidupkan kembali, bahkan dianjurkan oleh Nabi Muhammad Saw, karena hal tersebut dapat mengingatkan kepada hari akhir, sehingga diharapkan pelakunya dapat melakukan kontrol diri. Momen hari raya Idul Fitri tentu banyak dimanfaatkan umat muslim untuk berkumpul dan bersilaturahmi kepada saudara maupun kerabat. Begitu juga yang dilakukan oleh masyarakat Desa Muara Panco Timur, Kecamatan Renah Pembarap, Kabupaten Merangin. Namun di Desa Muara Panco Timur, Kecamatan Renah Pembarap, Kabupaten Merangin ini pada hari raya Idul Fitri ternyata ada tradisi yang tak luput untuk dilaksanakannya, yaitu tradisi ziarah Makam. Tradisi ziarah makam di Desa Muara Panco Timur ini dilaksanakan pasca puasa 6 hari bulan syawal. Hal inilah yang membedakan tradisi ziarah kubur di Desa Muara Panco Timur dengan desa lainnya. Yang mana, di desa lain tradisi ziarah ini diadakan pada hari raya pertama, kedua atapun ketiga. Tapi di Desa Muara Panco Timur Tradisi ziarah kubur ini diadakan setelah hari raya tersebut. Hal ini sudah dilakukan oleh pendahulu mereka pada tahun 1975. Ketika itu nama kampung masih bernama

“Marga Tanah Renah” dan tradisi ziarah kubur ini hanya dilakukan oleh sekelompok masyarakat saja. Sekitar tahun 2000an K.H Muhammad Daud termasuk Ulama terkenal dan tetua adat Desa Muara Panco mengusulkan agar berziarah kubur setelah puasa enam syawal karena pernah dilakukan nenek moyang terdahulu.

Adapun aturan ziarah kubur setelah puasa enam syawal yang disampaikan oleh juru kunci, di antaranya berwudhu, dilarang membawa sesuatu yang

(37)

37

menyimpang dan dilarang oleh ajaran Islam, masyarakat berkumpul di depan Masjid setempat, berangkat bersama-sama mengunjungi setiap pemakaman di Desa Muara Panco Timur, kemudian berdo’a untuk para arwah yang telah mendahului setelah itu mereka berkumpul kembali di depan Masjid guna makan bersama sekaligus penutupan Hari Raya Idul Fitri. Dalam suatu realita kebudayaan akan selalu dalam proses perubahan sebab itu, corak kebudayaan akan terus mengalami perbedaan dari zaman ke zaman seiring dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. Satu hal yang membuat perubahan itu adalah gerak kebudayaannya, ada yang cepat dan ada juga yang lambat dalam merespon kebudayaan lain.

Tradisi ziarah kubur setelah puasa Enam di Desa Muara Panco Timur ini mengalami sedikit perkembangan yaitu, pada awalnya tradisi ini hanya dilakukan oleh oknum-oknum tertentu sebagai upaya untuk mendoakan orang-orang yang telah mendahuluinya. Pelaksaan ziarah tersebut pun hanya dilakukan terhadap makam-makam keluarganya saja. Disamping itu, masyarakat merasa pentingnya mengirim do’a untuk orang-orang mukmin yang telah mendahului terlebih mereka yang dimakamkan jauh dari keluarganya masing-masing. Hingga saat ini pun tradisi ziarah kubur ini terus dilaksanakan setelah puasa Enam, juga sebagai ungkapan rasa syukur serta penutup Hari Raya Idul Fitri. Masyarakat menerima dengan baik tentang ziarah setelah puasa Enam di Desa Muara Panco Timur, hal ini bukan dikarenakan hukum kebolehan berziarah pada makam, akan tetapi lebih

(38)

kepada pemahaman dan wawasan masyarakat tentang tata cara dan adab yang benar saat melakukan ziarah.63

Masyarakat Melayu Kuantan punya tradisi telah berlangsung lama secara turun menurun berziarah pada tanggal 2 syawal atau hari kedua lebaran idul fitri.64 Dalam budaya masyarakat Melayu Kuantan, khususnya mereka yang berdomisili di Desa Lubuk Terentang Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi, dikenal tradisi ziarah kubur yang dilakukan setiap tanggal 2 Syawal atau hari kedua lebaran Idul Fitri setiap tahunnya. Tradisi ini diadakan, selain untuk memelihara kontak dan komunikasi dengan leluhurnya agar jalan hidupnya menjadi terang, juga dimaksudkan sebagai kontrol dalam mengisi hidupnya.

Sistem religi dan kepercayaan yang merupakan fondasi dan pegangan hidup masyarakat dapat diaktualisasikan atau diwujudkan dalam bentuk ziarah ke kuburan para kerabat dan sanak famili yang sudah meninggal dunia. Kegiatan ini dilaksanakan oleh masyarakat Melayu setempat guna memperingati, memuliakan serta mendoakan ruh para leluhur, yang oleh masyarakat dianggap dapat mendatangkan pengaruh ketenteraman batin kepada orang yang masih hidup.

Dalam konteks ini, ada pepatah adat masyarakat Melayu Kuantan yang mengatakan: “jika rindu pada keluarga yang masih hidup datangi rumah tangganya dan jika rindu kepada keluarga yang sudah meninggal kunjungilah pusaranya”. Seluruh masyarakat merasa sangat gembira apabila hari tersebut

63 Royyan Fikri, Tradisi Ziarah Kubur Setelah Puasa Syawal di Desa Muara Panco Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten Merangin. Sejarah Peradaban Islam, Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin (skripsi tidak diterbitkan) Jambi, 2021

64 Jamaluddin, Tradisi Ziarah Kubur Dalam Masyarakat Melayu Kuantan, Jurnal Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosil Dan Budaya, UIN Syarif Kasim, Riau, Vol, 11, No, 1, 2014, hlm, 251

Referensi

Dokumen terkait