STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS TENTANG
KURMA,
MANNA,
DAN MADU SEBAGAI OBAT
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ushuluddin (S.Ud.)
Oleh
LUBNA ALAYDRUS NIM : 107034003318
PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS TENTANG
KURMA,
MANNA
DAN MADU SEBAGAI OBAT
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ushuluddin (S.Ud.)
Oleh :
Lubna Alaydrus NIM : 107034003318
Pembimbing
Dr. Bustamin. M.Si. NIP : 19630701 199803 1 003
PROGRAM STUDI TAFSIR HADITS
FAKULTAS USHULUDDUN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudulKualitas Hadis dalam Tafsir Ibnu Katsir; Studi Kritik Sanad dan Matan Hadis dalam Surah Yasin telah di ujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pada 18 Maret 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I) pada Program Studi Tafsir
Hadits.
Jakarta 18 Maret 2010
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Dr.Bustamin . M.Si. Rifqi Muhammad Fathi, M.A NIP : 19630701 199803 1 003 NIP : 19770120 200312 1 003
Anggota
Dr. Atiyatul Ulya. M.A Dr.Maulana. M.A
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah swt. atas segala rahmat dan
hidayah-Nya serta tidak lupa s}alawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad saw. sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang
berjudul “Studi Kritik Sanad dan Matan Hadis Tentang Kurma, Manna, dan Madu
Sebagai Obat”.
Skripsi ini tidak akan bisa tuntas tanpa bantuan, bimbingan, arahan,
dukungan dan kontribusi dari banyak pihak. Oleh Karena itu, pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada:
1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat, M.A., selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Prof. Dr. Zainun Kamal, M.A., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan
Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Lilik Ummi Kalsum, M.A. selaku
Sekretaris Jurusan Tafsir Hadits dan sebagai sekretaris dalam sidang
Munaqasyah penulis.
2. Dr. Bustamin, M.Si., selaku ketua Jurusan Tafsir Hadis yang mensahkan
proposal ini sehingga diterima dalam rapat persetujuan proposal. Sekaligus
pembimbing penulis dalam mengerjakan skripsi ini berdasarkan cara
penulisannya, tujuannya, dan manfaatnya bagi masyarakat akadaemik .
4. Muhammad Rifqi Fathi, M.A. selaku dosen penasehat akademik yang telah
memberikan arahannya dalam pembuatan skripsi penulis.
5. Seluruh dosen pada program studi Tafsir Hadis (TH) atas segala motivasi, ilmu
pengetahuan, bimbingan, wawasan, dan pengalaman yang mendorong penulis
selama menempuh studi. Seluruh staf Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Kepada kedua orang tua penulis Lukman Alaydrus dan Syarifah Intan bin Yahya
yang telah memberikan dukungan moril dan materiil kepada penulis serta
limpahan perhatian yang telah diberikannya kepada penulis. Ketiga kakak
laki-laki penulis (Fauzi, Yahya, Ibrahim) serta 1 orang adik penulis (Mona Hasinah).
7. Kepada orang terdekat penulis Muhsin al-Haddar yang setia memberikan
motivasi kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini.
8. Seluruh teman-teman Jurusan Tafsir Hadits A (MASTHA) yang telah
bersama-sama berjuang dan saling membantu dalam mengerjakan skripsi ini. Tak lupa
untuk teman-teman KKN DAUN yang selalu memberikan motivasinya kepada
penulis.
9. Pimpinan dan segenap karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan
FUF UIN Syarif Hidayatullah dan Perpustakaan Umum Islam Iman Jama
serta Pusat Studi al-Qur’an (PSQ).
Akhirnya penulis pun menyadari dengan wawasan keilmuan penulis yang
penulisan skripsi ini jauh dari sempurna, Namun, penulis telah berupaya
menyelesaikan skripsi ini dengan semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuan penulis sebagai manusia. Oleh karena itu, penulis meminta saran
dan kritik yang membangun dari pembaca sebagai bahan perbaikan penulisan
ini. Penulis berharap semoga Allah swt. memberikan balasan yang lebih baik dari
semua pihak pada umumnya.
Semoga skripsi ini memberikan khazanah Islam khususnya dalam bidang
ilmu hadis dan dan kedokteran. Skripsi ini juga diharapkan dapat memberikan
deskripsi hadis-hadis dalam dunia kedokteran Islam yang selama ini kurang
diperhatikan dan sangat jarang didengar. Oleh karena itu penulis berharap dengan
skripsi ini para pembaca bisa mengetahui hadis-hadis tersebut dan bisa pula
mengamalkan sunnah Nabi.W allahu ‘alam bis s}awa>b
Ciputat, 29 Juli 2011
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...i
DAFTAR ISI ...iv
PEDOMAN PENULISAN TRANSLITERASI ...vii
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 7
C. Tujuan Penelitian... 8
D. Manfaat Penelitian ... 9
E. Tinjauan Kepustakaan ... 9
F. Metodelogi Penelitian ... 11
G. Sistematika Penulisan ... 12
BAB II TRADISI PENGOBATAN DALAM ISLAM A. Riwayat-Riwayat Pengobatan Nabi ... 14
1. Hadis Tentang Kurma... 15
2. Hadis TentangManna... 16
3. Hadis Tentang Madu ... 18
B. Kasus-kasus Sahabat Dalam Pengobatan Nabi... 20
C. Tokoh-tokoh Muslim dalam Dunia Kedokteran Islam ... 24
1. al-Razi ... 24
3. Ibn Nafis... 29
D. Hikmah Pengobatan Nabi... 30
BAB III KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS-HADIS PENGOBATAN NABI SAW A. Teks Hadis dan Terjemahnya Tentang Kurma ... 34
1. Takhrij Hadis ... 34
2. Identifikasi Sanad ... 38
3. Telaah Matan Hadis... 45
B. Teks Hadis dan Terjemahnya TentangManna... 47
1. Takhrij Hadis ... 47
2. Identifikasi Sanad ... 58
3. Telaah Matan Hadis... 96
C. Teks Hadis dan Terjemahnya Tentang Madu ... 98
1. Takhrij Hadis ... 98
2. Identifikasi Sanad ... 101
3. Telaah Matan Hadis... 104
BAB IV ANALISIS HADIS KURMA,MANNA,DAN MADU A. Khasiat Kurma Dalam Pengobatan Nabi...106
B. KhasiatMannaDalam Pengobatan Mata ... 108
C. Khasiat Madu Sebagai Obat Segala Penyakit ... 110
PEDOMAN TRANSLITERASI
Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
Alif ba’ ta’ sa’ jim ha’ kha dal zal ra’ zai sin syin sad dad ta za ‘ain -\b t th j h} kh d dh r z s sh s} d} t} z} ‘ Tidak dilambangkan be te th je
ha (dengan titik dibawah)
ka dan ha
de
dh
er
zet
es
es dan ha
es (dengan titik dibawah)
de (dengan titik dibawah)
te (dengan titik dibawah)
zet (dengan titik dibawah)
gain fa qaf kaf lam mim nun waw ha’ hamzah ya gh f q k l m n w h , y gh ef qi ka ‘el ‘em ‘en w ha
A ccent grave
Ye
Konsonan Rangkap karenaSyaddah ditulis Rangkap ditulis
ditulis
Muta’addidah ‘iddah
Ta’ Marbutah di Akhir Kata Bila dimatikan ditulish
ﺔ ﻤ ﻜ ﺣ ﺔ ﻠ ﻋ ditulis ditulis H{ikmah ‘illah
Bila diikuti dengan kata sandang ‘al’ serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis denganh.
Ditulis ditulis Karamah al-auliya’ Zakah al-fitri Vokal Pendek َ ﻞ ﻌ ﻓ ِ ٌ ﺐ ﻫ ﺬ ﻳ Fathah Kasrah \Dammah ditulis ditulis ditulis ditulis ditulis ditulis A Fa’ala i Zukira u yadhhabu Vokal Panjang 1 2 3 4
Fathah + Alif
ﺔ ﻴ ﻠ ﻫ ﺎ ﺟ Fathah + ya’ mati
ﻰ ﺴ ﻨ ﺗ Kasrah + ya’ mati
ﱘ ﺮ ﻛ Dammah + wawu mati
Ditulis Ditulis Ditulis Ditulis Ditulis Ditulis Ditulis ditulis a Ja>hiliyyah a> tansa> i> kari>m u> furu>d Vokal Rangkap 1 Fathah + ya mati
ﻢ ﻜ ﻨ ﻴ ﺑ
Ditulis Ditulis
2 Fathah + wawu mati Ditulis ditulis
A u qaul
Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata dipisahkan dengan apostrof
ﰎ ﺮ ﻜ ﺷ ﻦ ﺌ ﻟ
Ditulis
Ditulis
Ditulis
a’antum u’iddat la’in syakartum
Kata Sandang Alif + Lam
A lif lam ta’rif (ل ا) dalam lafaz atau kalimat, baik yang bersambung dengan huruf
qamariyyah maupun syamsiyyah ditulis dengan huruf kecil (al), dan diikuti dengan kata penghubung “-“. Namun, jika terletak di awal kalimat, maka ia ditulis dengan
huruf besar (Al). Contoh:
1.“al” ditulis dengan huruf kecil
- al-Qur’an = seperti, “sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an.”
- al-Baihaqi = seperti, “menurut al-Baihaqi, bahwasanya…”
2.“Al” ditulis dengan huruf besar
- al-Baihaqi = seperti, “al-Baihaqi menyatakan bahwa…”
- al-Bukhari = seperti, “al-Bukha>ri di dalam kitabnya menandakan…”
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
A l-Qur’an A l-Qiya>s A l-Sama> A l-Syams
Ditulis ditulis
Zawi al-Furu>d A hl al-Sunnah
D. Singkatan
Swt =Subh}a>nahu wa ta’a>la> H =Hijriyah
As =‘A laih al-Sala>m ra =Rad}iya A lla>h ‘anhu
M =Masehi W =W afat
Qs. =al-Qur’an: surat hal. =halaman
Saw =S}alla A lla>h ‘alaih wa sallam E. Lain-lain
-Transliterasisyaddah(-) dilakukan dengan menggandakan huruf yang sama. - Transliterasita’ marbu>t}ahadalah “h”
- Untuk terjemahan ayat al-Qur’an, penulis mengutip Mushaf al-Qur’an Terjemah
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Terdapat karya-karya yang berisikan tentang khasiat pengobatan Nabi
Muhammad saw. Banyak terdapat kasus-kasus yang ditemukan oleh penulis
dalam beberapa karya pengobatan Nabi saw di antaranya :
Nabi saw pernah sarapan pagi dengan kurma, dan hal ini dijelaskan
dengan Ibn Qayyim al-Jauziyah tentang khasiat kurma yang dapat memperkuat
perut yang dingin dan menyegarkan badan bahkan buah kurma dapat menguatkan
ginjal dan menghaluskan pencernaan.1
Contoh lain yang didapatkan penulis ialah hadis yang diriwayatkan dari
Ibnu Majah berasal dari Abi Hurairah "Sesungguhnya Nabi saw bersabda
barangsiapa yang memakan madu 3 hari dalam setiap bulan tidak akan tertimpa
bala yang besar". Maksud hadis ini ialah penyakit. Hal ini dikuatkan oleh hadis
Ibnu Majah dan al-Hakim berasal dari Ibnu Mas’ud "Sesungguhnya Nabi saw
bersabda madu adalah penyembuh penyakit dan al-Qur’an adalah penyembuh
penyakit hati".2
Kasus lain ialah tentang anggur yang diriwayatkan dari Abu Ubaidah
"Suatu hari ada seorang sahabat yang diare dan muntah-muntah setelah itu Abu
1
Mahir Hasan Mahmud Muhammad, Mukjizat Kedokteran Nabi Berobat Dengan Rempah dan Buah-buahan. Penerjemah Hamzah Hasan (Jakarta:Qultummedia, 2007), h. 105.
2
Ubaidah menyuruh untuk memakan buah huruf yang berarti anggur mentah.
Anggur ini mempunyai rasa seperti mint yang dapat menghilangkan rasa mual".3
Contoh-contoh kasus pengobatan Nabi yang disebutkan penulis di atas
merupakan sebagian besar pengobatan Nabi yang akan diteliti oleh penulis.
Dalam hal ini penulis tidak akan membahas yang berkaitan dengan biologi dan
kimia. Akan tetapi penyelidikan yang dilakukan penulis berdasarkan
perawi-perawi yang terdapat dalam hadis tersebut.
Walaupun ilmu kedokteran Nabi saw telah dipraktekan pada masa
sahabat, akan tetapi belum menjadi sebuah disiplin. Hal ini bisa dilihat dari
berbagai cara Nabi saw menjelaskan pengobatan Nabi sebagai berikut.
Suatu hari terdapat sahabat Nabi saw yang sakit mata dan dia mengadu
kepada Rasulullah saw, maka Rasulullah saw menyuruh memandangi al-Qur’an
dengan terus menerus sehingga orang itu sembuh.4 Walaupun Nabi tidak
menggunakan obat akan tetapi prakteknya sudah diaplikasi kepada sahabat
dengan keyakinannya.
Contoh lain yang ditemukan penulis ialah Nabi saw sering memandang
jeruk sitrun dan mengatakan “Bahwa buah sitrun seperti seorang mu’min sejati
rasanya manis dan baunya harum”khasiat buah ini dapat menghilangkan diare
serta menghilangkan rasa lapar. Dan hal ini dipraktekan oleh Aisyah kepada
saudaranya.5
3
Jalaluddin Abdurrahman As-suyuthi,Pengobatan Cara Nabi Saw.Penerjemah Lukman Hakim dan Ahsin Muhammad (London:Ta-Ha Publishers, 1994), h. 76.
4
Abdul Musith,Cara Nabi Mencegah Penyakit(Jakarta : Serambi Ilmu Semesta, 2007), h. 15.
5
Sejarah ilmu kedokteran itu sendiri telah dibentuk oleh Ibnu Sina itu
sendiri. Karyanya yang terkenal ialah al-Qanu>n Fit al-T{i>b (Canon Of Medicine),
Ibn Sina menjelaskan tentang mengalirnya darah secara terus-menerus dalam
suatu lingkaran dan tak pernah berhenti. Karya ini juga digunakan sebagai buku
teks kedokteran di berbagai universitas Perancis misalnya di sekolah tinggi
kedokteran Montpellier dan Louvin yang telah menggunakannya sebagai bahan
rujukan pada abad ke-17M.6
Sedangkan pada masa Nabi saw telah mengajarkan nilai-nilai kedokteran
yang berasaskan pada al-Qur’an dan sunnah, di antaranya: Cara bersuci, cara
berwudhu dengan membasuh anggota badan, sunnah berkhitan bagi laki-laki,
perintah memotong kuku, mandi setelah bersetubuh, bersiwak, penyebutan madu
dan kurma sebagai alternatif obat.7
Pada dasarnya ilmu kedokteran itu terjadi sebelum datangnya Islam hal
ini bisa dilihat di Negara Sumeria, Babilonia, Mesir, Persia, Hindustan, Suria,
Romawi dan Cina. Misalnya di Negara Sumeria terdapat dua cara pengobatan.
Pertama, pengobatan alami melalui cara dukun biasanya menggunakan jin, dan
kedua menggunakan ramuan herbal.8
Sedangkan di Mesir telah ditemukan lembaga-lembaga kedokteran di
kota Thebe dan Memphis dan peran kedokteran di Kota mesir sangat berperan
hingga 2500 tahun. Hal yang paling terkenal dalam metode pengobatan mereka
ialah metode bedah besar. Adapun Romawi dan Yunani mempunyai dokter atau
6
Nin Studio,Ibnu S ina (A vicenna) ( Jakarta: Gema Insani, 2006), h. 99. 7
Ja’far Khadem Yamani,Kedokteran Islam Sejarah dan Perkembangannya. Penerjemah Tim Dokter Idavi ( Bandung: Penerbit Dzikra, 2007), h. 41-42.
8
tabib-tabib yang terkenal di antaranya Hipokratus dengan metode herbal dan
mineral. Galen ahli dalam bidang farmasi, Dioskurides dan Aribasius.9
Jika dilihat dari sejarahnya sesungguhnya kedokteran sebelum Nabi telah
ada, dengan datangnya Islam akan menambah khazanah serta mengembangkan
ilmu kedoteran itu sendiri.
Hadis-hadis yang berhubungan dengan madu, manna, dan kurma pada
bagian awal pendahuluan menunjukkan betapa Islam sangat komprehensif dalam
menjelaskan persoalan, misalnya madu. Dalam khasiat madu dapat mengobati
penyakit gula, hal ini diutarakan oleh Dr Vatif dari Sofia College yang
mengatakan bahwa dia telah menemukan 36 anak yang menderita penyakit gula
dan mencapai hasil yang baik setelah diberikan satu sendok madu.10
Hal inilah yang akan dikaji penulis, karena beberapa hadis-hadis Nabi saw
belum dilakukan penelitian. Khasiat ini merupakan salah satu dampak
kemukjizatan Nabi. Alasan penulis mengatakan ini kemukjizatan Nabi karena
Nabi saw tidak melakukan penelitian tentang madu, akan tetapi khasiatnya baru
terungkap akhir-akhir ini.
Meskipun demikian tidak sedikit orang yang meragukan hadis sebagai
sumber pedoman khususnya para orientalis di antara tokoh-tokohnya yaitu Ignaz
Goldziher, Joseph Schacht, dan Juynboll.
Misalnya Goldziher yang kurang mempercayai hadis yang bersumber dari
Ibnu Abbas beliau mengatakan bahwa mana mungkin Ibnu Abbas bisa menerima
9
Yamani,Kedokteran Islam S ejarah & Perkembangannya,h. 12-32. 10
hadis Nabi sedangkan Nabi wafat ketika Ibnu Abbas berusia 10-13 tahun.
Bahkan pujian-pujian terhadap Ibnu Abbas terlalu berlebihan sampai-sampai
diberi gelar Tarjuma>n al-Qur’an, dan juga terdapat pula hadis-hadis Ibnu Abbas
yang bersumber dari orang yahudi seperti Kaab al-Ahbar dan Abdullah bin
Salam.11
Sedangkan Joseph Schacht mengatakan bahwa sistem isnad yang
digunakan memang valid akan tetapi setelah ditelusuri sampai ke Sahabat dan
hasilnya palsu. Adapun alasannya isnad-isnad yang diletakkan sembarangan
sebagai doktrin sumber-sumber klasik sehingga beliau berkesimpulan bahwa
periwayatan hadis itu terjadi pada masa periwayatan (pasca Sahabat).12
Berbeda halnya dengan Juynboll dia mengatakan bahwa hadis belum
terbukti kesejarahannya sehingga dia menggunakan teori common link sebagai
bukti bahwa sebagian hadis tidak selalu bersumber dari Nabi. Hal ini dibuktikan
dengan temuan Juynboll dalam hadis al-kutub al-sitta>h yaitu hadis yang
merendahkan martabat perempuan yaitu :13
4706
(
11
Ignaz Goldziher,Mazhab T afsir Dari Klasik Hingga Modern. Penerjemah M. Alaika Salamullah, dkk,, (Yogyakarta: elsaq Press, 2006), h. 87-92.
12
M.M Azami, Menguji Keaslian Hadits-Hadits Hukum Sanggahan A tas T he Origins Muhammadan Jurisprudence Joseph Schacht. Penerjemah Asrofi Shodri (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2004), h. 232.
13
Tiga tokoh yang disebutkan penulis di atas menunjukkan
ketidakpercayaan mereka terhadap hadis. Bahkan bagi mereka telah terjadi
distorsi tentang kesejarahan hadis.
Dengan penelitian ini maka hadis-hadis yang diutarakan sebagai
kedokteran versi Nabi. menjadi lebih baik jika kualitasnya s{ahi>h karena hal ini
bisa berdampak kepada kepercayaan publik mengenai hadis-hadis kedokteran
Nabi. Kepercayaan masyarakat berkurang maka hadis sebagai sumber pedoman
kedua menjadi ragu.
Menurut Imam Syaukani hadis merupakan hujjah (sumber hukum syariat
yang kedua) segala wewenangnya dan penetapannya merupakan suatu keharusan
dalam agama dan tidak seorang pun berbeda paham tentangnya.14
Hal inilah yang menjadi latar belakang penulis membuat karya ini
sekaligus menjawab keraguan publik terhadap hadis-hadis kedokteran Nabi. Jika
hadis-hadis inis{ahi>hmaka hal ini berdampak kepada kepercayaan publik kepada
hadis Nabi sebagai sumber pedoman kedua.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Pada bagian ini penulis membagi dalam tiga pembahasan yang bertujuan
untuk melihat masalah yang akan dibahas. Pembahasannya sebagai berikut :
1. Identifikasi Masalah
Hal yang teridentifikasi dalam penelitian ini terbagi dalam berbagai
masalah, khususnya masalah pengobatan Nabi pada masa sahabat, yang akan
ditelusuri dari berbagai hadis. Adapun masalah yang teridentifikasi ialah :
14
a. Apakah Hadis mengenai khasiat kurma15,Manna16dan Madu17itu
s}ahi>hataud{o’if?
b. Apakah pengaruhnya hadis-hadis mengenai pengobatan Nabi
terhadap muslim sekarang ?
c. Bagaimanakah metode pengobatan Nabi saw pada masa itu ?
d. Tanaman atau buah apa saja yang bermanfaat pada masa
pengobatan Nabi ?
e. Bagaimanakah respon masyarakat kepada T{ib al-Nabawi?
2. Pembatasan Masalah
Pembatasan pertama yang dilakukan yaitu penulis hanya melakukan
kritik hadis sedangkan pembahasan mengenai ilmu kedokteran secara khusus
penulis tidak akan membahasnya. Kedua Penulis akan meninjau hadis yang hanya
membicarakan tentang khasiat pengobatan Nabi.
Ketiga pembatasan juga dilakukan jumlah hadis yang diteliti ialah
hadis-hadis yang berkaitan dengan madu, kurma, dan mannayang berjumlah tiga hadis yang telah disebutkan penulis pada bagian footnote. Terdapat pula beberapa karya pengobatan Nabi, yang di dalamnya tedapat hadis-hadis yang menjadi
bukti kuat apakah karya-karya tersebut layak untuk dijadikan referensi atau
tidak.
Keempat pembatasan juga dilakukan dalam sumber rujukan hadis yakni
hanya hadis-hadis yang terdapat dalam al-kutub al-tis’ah, akan tetapi penulis hanya mengkaji tujuh kitab yaituSunan A bu Da>ud, Sunan al-Tirmi>dzi, Sunan
al-Nasa>’i, dan Sunan Ibn Ma>jah, Musnad A hmad bin Hanbal, Sunan al-Darimi,
Muwat}a Imam Ma>lik Sedangkan S}ahi>h al-Bukha>ri dan S{ahi>h al-Muslim tidak
menjadi kritikan penulis. Karena kedua kitab ini sudah berkriteria s}ahi>h hadis-hadisnya.
3. Rumusan Masalah
Adapun hadis yang dimaksud ialah hadis tentang kurma, manna, dan madu. Hadis-hadis ini merupakan kajian yang akan diteliti oleh penulis, dan ini
merupakan beberapa sampel yang terdapat dalam karya-karya pengobatan Nabi
sedangkan masalah yang akan diselesaikan dalam karya ini adalah :
Bagaimana kualitas hadis-hadis Nabi mengenai kurma,manna, dan madu, yang terdapat dalam karya-karya pengobatan Nabi?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan khususnya dalam bidang ilmu
pengobatan serta ilmu hadis adapun tujuan yang akan dicapai penulis dalam
penelitian ini adalah :
1. Agar dapat mengetahui apakah layak buku-buku kedokteran Nabi yang
berdasarkan referensi hadis layak untuk diterima oleh masyarakat.
2. Memberikan penjelasan secara komprehensif terhadap hadis-hadis yang
3. Untuk mengetahui tingkatan kualitas sanad dan matan hadis kurma,
madu, dan mannayang diyakini dapat menyembuhkan berbagai macam
penyakit.
D. Manfaat Penelitian
Selain mempunyai tujuan, penelitian ini juga mempunyai manfaat dalam
bidang ilmu hadis itu sendiri ataupun masyarakat umum khususnya dalam bidang
dunia akademisi, adapun manfaatnya yaitu :
1. Memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa Islam telah
memperkenalkan dunia pengobatan pada zaman Nabi saw.
2. Memberitahukan tentang khasiat buah-buahan yang terdapat di alam ini.
3. Memberikan pemahaman tentang hikmah-hikmah yang terkandung
dalam pengobatan Nabi.
E. Tinjauan Kepustakaan
Ketika melakukan tinjauan pustaka penulis menemukan lima karya
berkaitan dengan ilmu pengobatan Nabi. Terdapat satu karya skripsi dan empat
karya buku adapun karya-karya tersebut antara lain:
1. Pengobatan Cara Nabikarya Jalaludin ‘Abdurrahman al-Suyūt}i, karya
ini merupakan terjemahan dari al-Suyu>ti Medicine of The Prophet
yang diterbitkan di London. Karya ini berisikan tentang teori
pengobatan, praktek pengobatan serta penyembuhan yang dikaitkan
dari zaman Nabi hingga modern.
2. Kedokteran Islam Sejarah dan Perkembangannya karya Ja’far
Tarikh T{arikat A l-T{i>b. Karya ini berisikan mengenai sejarah
pengobatan dari masa purbakala hingga masuknya islam bahkan
sejarahnya sampai di Asia Tenggara.
3. A l-T{i>b an-Nabawi>karya Ibn Qayyim al-Jauziyyah diterbitkan di
Beirut oleh Dār al-Fikr. Karya ini berisikan tentang pengobatan Nabi
yang dibuat secara alami.
4. Mukjizat Kedokteran Nabi karya Mahir Hasan Mahmud Muhammad
diterjemahkan dari A l-T{i>b al-Badi>l al-Thimar wal a’sya>b al-W a>ridah
fi>al-Quranul Kari>m wa as-Sunnah an-Nabawiyah. Karya ini berisikan
tentang pengobatan berdasarkan al-Qur’an dan hadis.
5. Studi A nalisis Kualitas Sanad dan Matan Hadis Habbatussauda> Obat
Bagi Segala Macam Penyakit (2006)”. Skripsi yang ditulis oleh
Ahmad Zainih, yang berisi mengenai:
a. Penelitian dan ruang lingkup hadis.
b. Asal usul, khasiat, dan kandunganh{abbatussauda.>
c. Pemahaman hadis mengenai h{abbatussauda>obat bagi segala macam penyakit.
d. Tinjauan tentang kesahihan hadis.
Lima karya yang disebutkan oleh penulis di atas merupakan karya yang
berbeda dengan penelitian ini atau skripsi ini.
Meskipun hanya tiga tema hadis yang terdapat dalam karya ini penulis
diketahui kesahihan hadis-hadis pengobatan Nabi dalam buku yang menjadi
objek penelitian.
F. Metodologi Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini metode yang dipakai adalah metode
pengumpulan data yaitu penelitian yang bersifat kepustakaan (Library Research),
yaitu mengumpulkan buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan karya ini.
Serta mengumpulkan karya-karya dalam bidang takhri>j hadi>ts. Adapun metode
penulisan yang digunakan ada 7 cara yaitu:
1. Metode takhri>j melalui kata, kitab yang digunakan dalam hal ini adalah
A l-Mu’jam A l-Mufahras Li A lfaadzil-hadi>th al-Nabawi>karya Weinsink. 2. Takhri>j melalui permulaan lafal hadis, kitab yang digunakan dalam hal ini
adalah Mausu’at al-A t}ra>f al-Hadi>th al-Nabawi>karya Abu Hajar Muhammad As-Sa’id bin Bayuni Zaglul.
3. Metode Takhri>j melalui tema-tema kunci yan ditelusuri dalam Kitab
Mifta>hu Kunuzu>z al-Sunnahkarya Muhammad Fuad Abdul al-Baqi.
4. Metode takhri>j melalui perawi hadis dari sahabat, kitab yang digunakan
dalam hal ini adalah kitab al-A t}ra>f ada juga yang menggunakan kitab musnad seperti musnad Ahmad bin Hanbal.
5. Metode melalui tema hadis, kitab yang digunakan dalam hal ini adalah
al-kutub al-Tis’ah (S}ahi>h al-Bukha>ri, S}ahi>h Muslim, A bu Da>wud, A
t-Turmudzi, al-Nasa>i, Ibnu Ma>jah, Muwat}a imam Malik, dan Sunan
Musnad abu da>wud Ath-T{oyalisi, Zaib bin Ali, sirah Ibn Hisyam, Maghazi
Al-Waqidi dan Thabaqat Ibn Sa’ad.
Setelah 4 metode ini dilakukan maka penulis akan menentukan kualitas
hadis tersebut, khususnya dalam bidang pengobatan. Jika seandainya hadis
tersebut secara kualitas tidak layak untuk dijadikan rujukan maka hal ini
menjadi problem umat islam bahkan membohongi publik.
6. Melakukan penelitian matan (materi) hadis. Penelitian ini berdasarkan
rujukan dari Salahudin al-Adlabi dalam metodenya penelitian matan hadis
dengan judulManha>j al-Naqd al-Matn ‘Ind Ulama’ al-Hadith al-Nabawi. 7. Mengkaji lebih dalam tentang kandungan hadis.
G. Sistematika Penelitian
Adapun mengenai sistematika penelitian ini penulis membagi
pembahasan kedalam lima bab, masing-masing bab mempunyai spesifikasi
pembahasan mengenai topik tertentu di antaranya :
Bab pertama, bab ini berisikan tentang pendahuluan yang berisikan latar
belakang masalah, metodelogi penelitian, serta perumusan masalah, manfaat
penelitian, tujuan penelitian, sistematika penulisan dan tinjauan kepustakaan.
Bab kedua, yaitu pembahasan mengenai tradisi pengobatan Islam yang
berisikan tentang beberapa kasus pengobatan pada masa Nabi dan Sahabat yang
disertai hadis-hadis mengenai pengobatan Nabi dilengkapi dengan tokoh-tokoh
muslim dalam kedokteran Islam Bab ini bertujuan menjelaskan masalah-masalah
Bab ketiga, pada bab ini penulis melakukan kritik sanad dan matan yang
terdiri dari tiga hadis yaitu hadis tentang kurma, hadis tentangmannadan hadis
tentang madu. Adapun penelitian hadis yang dilakukan dalam bab ini terdiri dari
dua aspek yaitu identifikasi sanad dan telaah matan hadis.
Bab keempat, pada bab ini penulis menjelaskan beberapa khasiat yang
terkandung dalam hadis pengobatan Nabi. Penulis akan menjelaskan khasiat
-khasiat khususnya pada tiga jenis obat diantaranya -khasiat tentang madu,manna
dan kurma.
Bab kelima, merupakan penutup serta kesimpulan umum yang akan
penulis simpulkan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta saran dan
diakhiri dengan daftar pustaka yang penulis gunakan sebagai nara sumber dalam
BAB II
TRADISI PENGOBATAN DALAM ISLAM A. Riwayat-Riwayat Pengobatan Nabi
Dalam kitab S}ahihain1 dari Nafi’ dari Ibnu Umar berkata Nabi Muhammad Saw bersabda: “Sesungguhnya demam atau demam yang parah adalah sebagian dari
aroma neraka jahannam, maka dinginkanlah ia dengan air. Seruan Nabi Muhammad
bertujuan kepada penduduk hijaz yang kebanyakan menderita demam akibat sinar
matahari.2 Hal ini menunjukkan bahwa pada zaman Nabi umat islam telah
mengetahui solusi mengatasi penyakit. Secara garis besar pengobatan terbagi
menjadi 3 macam: pertama, dengan obat-obatan alami. Kedua, dengan obat-obatan ilahi.Ketiga, dengan gabungan dari keduanya.
Hal ini juga dijelaskan dalam kitab al-T{ib al-Nabawi yang mengacu pada tindakan Rasulullah saw yang terkait dengan berbagai jenis penyakit yang terkena
pada sahabat atau kaum yang lain. Terdapat tiga jenis sumber pengobatan Nabi yaitu
pertama pengalaman empiris, kedua pengobatan tradisional di daerah semenanjung
Arab, ketiga ilmu pengobatan yang terjadi pada kota Makkah dan Madinah.3
Pengobatan Nabi Muhammad ini bisa diaktualisasikan pada beberapa kasus,
sehingga penulis mengambil tiga kasus hadis yang menjadi sampel dalam
pengobatan Nabi. Hal ini akan dijabarkan pada bagian selanjutnya.
1
Yakni kitab s}ahi>h al-Bukha>ri Muslim. Kedua kitab hadis ini secara berturut, menurut kesepakatan ulama adalah kitab hadis terbaik setelah kitabullah.
2
Ibn Qayyim al-Jauziyyah, Pengobatan Cara Nabi. Penerjemah Mudzakir As (Bandung: Penerbit Pustaka, 1997), h. 23.
3
Pada bagian ini penulis menjelaskan tentang 3 hadis yaitu hadis tentang
kurma, manna dan madu yang akan dijelaskan secara komprehensif. Adapun penjelasannya sebagai berikut.
1. Hadits Tentang Kurma
ﻦ ﻜ ﺗ
ﺗ
4
Artinya : Hadis dari riwayat Abdu al-Razaq, dan Ja’far bin Sulaiman, dari Tsabit dan Anas bin Malik Sesungguhnya Nabi Saw sarapan pagi dengan kurma, sebelum beliau shalat, jika tidak dengan kurma matang maka beliau makan dengan kurma mentah, dan jika tidak dengan buah kurma mentah, maka Nabi saw sarapan dengan air kurma.
Berdasarkan pepatah kuno dalam bahasa Arab kegunaan pohon kurma adalah
sebanyak jumlah hari dalam setahun. Bahkan buah kurma mengandung nutrisi diet.
Di dalamnya mengandung 60% pengganti gula. Secara medis kurma dapat berfungsi
sebagai peringan gejala sakit perut dan pengencer dahak.5
Hal ini dikuatkan dari dua hadis riwayat pertama dari Firdaus yang
mengatakan Nabi Saw bersabda: “Makanlah kurma kering pada pagi hari niscaya
4
Ahmad bin Muhammad bin Hanbal Abu Abdullah Al-Shaybani, Musnad al- Imam A hmad bin Hanbal,Juz III, (Beirut: Da<r al-Fikr, 1985 ), h. 164.
5
akan membunuh cacing-cacing.” Riwayat kedua dari hadis Abu Nua’im yang
mengatakan Nabi bersabda: “Memakan kurma segar dapat mencegah sakit perut.6
Menurut riwayat sejarah kurma adalah sejenis tumbuhan palma atau dikenali
dalam bahasa saintifiknya sebagai phonex dactylifera yang berbuah dan boleh
dimakan sama ada yang masak atau yang mentah. Kebanyakan pokok kurma tumbuh
di Negara-negara Arab dan mempunyai berbagai jenis, yang paling terkenal ialah
kurma Mekkah dan Madinah. Di kalangan penduduk di Negara Arab kurma adalah
makanan utama mereka sedangkan di kalangan Negara non Arab kurma sudah
menjadi bahan makanan yang digemari dan kurma juga mempunyai khasiat yang
banyak dan menjadi makanan utama Rasulullah Saw.7
2. Hadits Tentang Manna
8
Artinya: Hadits dari riwayat al-Turmudzi dari Abu Kuraib dari Umar bin ‘ubaid al-T{anafisi dari ‘Abdul Malik bin ‘Umair dan Muhammad bin al-Muthanna dari Muhammad bin Ja’far dari Syu’bah dari ‘Abdul Malik bin ‘Umair dari ‘Amri bin
6
Faroqi,Terapi Herbal Cara Islam Manfaat Tumbuhan Menurut al-Qur’an dan Sunah Nabi,
h. 73. 7
Khasiat Kurma,” artikel diakses pada 10 Februari 2011 dari http:// www.drayanhaus.blogspot.com.
8
Huraysin dari Sa’id bin Zaid dari Nabi bersabda: “Cendawan sebangsa al-Mann airnya dapat menyembuhkan mata”.
A l-Manna menurut Ibnu Abbas adalah sebuah pohon yang diturunkan lalu
Bani Israil memakannya sekehendaknya. Sedangkan menurut Qatadah mannaadalah sebuah buah yang diturunkan di tempat-tempat seperti salju yang putih dan lebih
putih dari susu. Sedangkan yang popular manna berarti materi (bahan) getah manis kental seperti madu yang dikeluarkan dari lebah. Kemudian Salwa adalah burung
yang sudah popular dengan nama al-Samman (burung puyuh) yang merupakan salah
satu jenis burung yang menjadi sasaran berburu.9
Berbeda halnya dengan Ibn Qayyim al-Jauziyyah yang menjelaskan kata
yang diambil dari pendapat Ibn Arabi jama’ dari kam’un yang berarti jamur yang
muncul di tanah tanpa ditanam. Bahasa kedokterannya ialah jamur truffle yang menguap dan tetap tersembunyi di bawah permukaan tanah selama musim dingin
dan mulai muncul di permukaan tanah bersamaan turunnya musim semi sehingga
dinamakan jamur truffle yaitu cacar tanah karena mirip cacar.10
Pendapat kedua manna berarti sesuatu yang turun dari atas pohon yang diambil tanpa menanam. Pendapat lain mengatakan manna merupakan tumbuhan
yang tumbuh begitu saja tanpa ditanam manusia sehingga bani Israil mengtakan ini
sebuah karunia yang dilimpahkan kepada manusia. Bani Israil memakan jamur
9
Muhammad, Mu’jizat Kedokteran Nabi Berobat Dengan Rempah dan Buah-buahan, h. 110-112.
10
truffle sebagai pengganti roti bahkan Allah memberikan mereka daging burung puyuh (salwa) sehingga sempurnalah makanan mereka. Adapun khasiat dari manna
adalah obat mata.11
Walaupun kata Manna terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 57 "Dan kami menaungi kamu dengan awan dan kami menurunkan kepadamu manna wa salwa”. “Makanlah makanan yang baik-baik dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu
mereka tidak menzalimi Kami tetapi justru mereka yang menzalimi diri sendiri."
Akan tetapi penafsirannya itu berbeda dengan hadits yang penulis temukan.
Manna yang dimaksud dalam surat al-Baqarah ialah sebuah manisan
sedangkan Salwa adalah sejenis burung puyuh. Dan hal ini didapat dari pendapat
Quraish Shihab dalam tafsirnya al-Misbah, akan tetapi penjelasannya tidak
memberikan gambaran bahwa Manna adalah sebuah obat yang dapat
menyembuhkan penyakit.12 3. Hadits Tentang Madu
13
Artinya :Telah diriwayatkan oleh Ibn Majjah dari Mahmud bin Khaddasy dari Sa’id bin Zakariya al-kursyi dari al-Zabir bin Sa’id al-Hasyimi dari ‘Abdul Hamid bin Salim dari Abi Hurairah bahwasanya Rasulullah saw bersabda : “Siapa
11
Al-Jauziyyah,Metode Pengobatan Nabi Cara Nabi Mengobati Berbagai Macam Penyakit,
h. 442-447. 12
TIM Depag RI, Tafsir al-Qur’an Tematik Kesehatan Dalam Perspektif al-Qur’an (Jakarta : Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an, 2009), h. 265.
13
Saja yang makan madu tiga hari dalam setiap bulan, tidak akan tertimpa akan atasnya bala yang besar.
Sebagian ulama mengatakan khususnya para periwayat hadis seperti Bukha>ri
Muslim manisan itu adalah madu yang menunjukkan bahwa madu merupakan
sebaik-baiknya manisan. Bahkan dalam kitab sejarah al-Asbahan yang
diterjemahkan Ahmad bin Hasan yang diriwayatkan dari ibn Umar sesungguhnya
telah bersabda Nabi“Nikmat yang pertama kali diangkat dari bumi ialah madu.”14
Hadis tersebut mengindikasikan bahwasanya madu mempunyai kelebihan di
hadapan Allah sehingga madu bisa dikategorikan pemanis rasa. Dan jika diangkat
rasa manisnya maka manusia tidak bisa merasakan hal yang manis. Bisa juga Allah
tidak mengangkat rasa manisnya akan tetapi menghilangkan binatang penghasil
madu yaitu lebah.
Sejak dahulu manusia mengenal manfaat lebah konon katanya lebah mesir
mempunyai nilai sejarah. Sedangkan lebah di spanyol telah ditemukan ± 700 tahun
SM. Bahkan terdapat jenisnya yang terdiri dari 5 macam untuk bagian Eropa yaitu
lebah madu Itali (mellifera linguistic), lebah madu Karniolan (mellifera carnia),
lebah madu Kaukasia (mellifera caucasia), lebah madu Skandinavia (mellifera
lehzenia), lebah madu Belanda (mellifera mellifera).Sedangkan bagian Afrika terdiri
dari 3 macam yaitu lebah Mesir (fasciata), lebah Malta (intermissa), lebah
14
Madagaskar (unicolor) dan 1 jenis di Asia yang bernama lebah madu indica dari
India sampai Indonesia.15
Pembuatan madu dalam perut lebah telah tercantum dalam surat al-Nahl ayat
68 :
)
68
(
Artinya :
Dan tuhanmu telah mewahyukan kepada lebah untuk membuat sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu dan tempat-tempat yang dibuat oleh manusia. (al-Nahl : 68
Maksud dari ayat ini ialah mengandung arti membuat sarang di bumi dan
dilanjutkan dengan ayat 6916 yaitu perintah Allah agar lebah mengisap sari bunga-bunga dari berbagai jenis tumbuhan sehingga perut lebah bisa menghasilkan sesuatu
yang manis dan manusia tidak mampu menghasilkan hasil manisan tersebut tanpa
perantara lebah.17
Hal ini menunjukkan manusia tidak mampu menciptakan madu, jika
sekiranya manusia itu melakukan hal yang sama dengan lebah apakah hasilnya
sama? Tentu tidak. Disinilah kelebihan lebah sebagai penghasil madu melalui jalan
Tuhan.
B. Kasus-Kasus Pengobatan Sahabat di Masa Nabi
15
Ahmad Rais, Madu Lebah Obat Y ang Menyembuhkan (Jakarta: Media Dakwah, 1996), h. 9-10.
16
Artinya: “Kemudian makanlah dari tiap-tiap jenis bunga dan buah-buahan lalu tempuhlah jalan yang di tunjukkan Tuhanmu”.(al-Nahl: 69)
17
Nabi Muhammad saw diangkat menjadi Rasul ketika berusia 40 tahun sekitar
610 M. Pada masa itu sangat sedikit orang yang mempercayai kerasulan
Muhammad. Hanya Khadijah yang mempercayainya.18
Menurut Anas bin Ma>lik sahabat ialah hanya yang pernah menemani Nabi
saja. Akan tetapi menurut Sa’id bin al-Musayyab Sahabat adalah orang yang tinggal
bersama Rasul yang masanya satu atau dua tahun dan pernah ikut perang
bersamanya, minimal sekali seumur hidup.19
Dua pengertian di atas ini menggambarkan bahwa sahabat Nabi itu adalah
seseorang yang pernah bertemu Nabi, yang tidak hanya menemuinya tetapi bicara
langsung kepada Nabi dan sempat mendapatkan riwayat -riwayat dari Nabi langsung.
Pertemuan langsung antara sahabat dan Nabi sangat penting karena dalam dunia
pengobatan tanpa adanya praktek maka sahabat tidak bisa mengambil manfaatnya.
Hal ini bisa dilihat dari peristiwa Nabi, yang pada saat itu jari-jarinya
disengat oleh kalajengking ketika shalat lalu Rasulullah menyuruh sahabat untuk
mengambil bejana yang berisi air dan garam sambil membaca surat al-ikhlas dan
surat al-Falaq dan an-Nas hingga rasa sakitnya hilang.20
18
Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad.Penerjemah Ali Audah (Jakarta: InterMasa, 1996), h. 79.
19
Al-Khat}i>b al-Baghdadi, al-Kifa>yah fi> „Ilm al-Riwa>yah (al-Madinah Munawarah : Al-Maktabah Ilmiyah, t.t.), h. 123.
20
Praktek ini dilakukan oleh Nabi untuk mengobati sakit akibat sengatan
kalajengking dan ini menunjukkan penggabungan antara pengobatan alamiah dan
ilahiyah. Dan ini juga menjelaskan fungsi garam sebagai penghilang racun.
Kisah lain yang ditemukan penulis ialah dari ‘Aisyah yang pada saat itu
sedang sakit perut kemudian beliau (Nabi) menyarankan agar menggunakan gandum
dan rasakan khasiatnya. Kemudian Nabi bersabda lagi “Demi yang menggenggam
kekuasaan di tanganku beras gandum ini dapat membersihkan perut kalian
sebagaimana kalian membersihkan wajah kalian dari kotoran.21
Peristiwa ini menjelaskan tentang kisahnya sahabat Aisyah yang menderita
sakit perut. Sedangkan khasiat lain yaitu menjelaskan fungsi gandum sebagai
penyembuh sakit perut. Bahkan ditambahkan sebagai penenang jiwa dan
menghilangkan kesedihan. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi yang Aisyah :
22
Artinya : Bukhari meriwayatkan Yahya bin Bukair, dari Laith, dari Uqail, dan Ibn Syihab, dari Urwah, dari Aisyah istri Nabi saw sesungguhnya setiap kali ada
21
. Muhammad,
Mukjizat Kedokteran Nabi, h.143.
22
peristiwa kematian dimana biasanya para wanita berkumpul melayat lalu mereka semua pulang kecuali keluarganya yang masih dilanda kesedihan maka pada saat itu
‘Aisyah memerintahkan untuk menyediakan periuk berisikan talbinah kemudian berkata makanlah ini sesungguhnya Rasulullah pernah bersabda talbinah (gandum) dapat menghibur orang yang menderita sakit dan dapat menghilanngkan sebagai kesedihan.23
Peristiwa lain mengenai khasiat zaitun yang dijelaskan dalam kitab Shohi>h
al-Jami’ dari Ibn Majah bahwa sahabat mendengar dari Nabi bersabda “Makanlah
minyak zaitun dan berminyaklah dengannya karena sesungguhnya ia termasuk pohon
yang berkah”. Dan hal ini dikuatkan dari hadis sahabat yang bernama Ibn Umar
berkata “Tetaplah memakai minyak zaitun dan berminyaklah dengannya karena
sesungguhnya ia membawa berkah”.24
Menurut ilmu kedokteran mutakhir minyak zaitun mengandung bahan-bahan
minyak (lemak), karbohidrat, protein, kalsium, fosfat, zat besi, dan vitamin.
Kemudian dapat menyembuhkan mengerasnya urat-urat, kanker payudara, jantung,
rambut rontok serta menghaluskan kulit.25
Penulis juga menemukan khasiat madu yang berasal dari Sahabat yang
bernama Abu Sa’id al-Khudri beliau menjelaskan Nabi saw pernah didatangi oleh
seorang laki-laki dan mengadu bahwa saudara laki-lakinya sakit perut Rasulullah
saw bersabda “Berilah madu” kemudian laki-laki itu kembali ke saudaranya dan
memberikan madu. Setelah itu dia datang lagi ke Rasulullah dan mengatakan bahwa
saudaranya bertambah sakit kejadian itu sampai berulang empat kali, dan Nabi
23
Ahmad Sunarto,Tarjamah Shahih Bukhari (Semarang: Asy-Syifa’, 1993), h. 301 24
Hasan Raqith, Hidup Sehat Cara Islam Seluk Beluk Kesehatan dan Penjagaannya
(Bandung: Jembar, 2007), h. 74. 25
bersabda “Allah benar dan perut saudaramu yang dusta berilah lagi dia
madu”,kemudian laki-laki itu memberi madu kepada saudaranya dan saudaranya
sembuh.”Kesembuhan orang tersebut disebabkan oleh madu yang di dalamnya
terkandung bahan-bahan suci dan dapat membunuh kuman juga dapat menghambat
pertumbuhannya.26
Inilah beberapa kisah-kisah pengobatan Nabi kepada sahabat dan masih
banyak lagi beberapa yang tidak di cantumkan dalam penelitian ini. Yang nantinya
akan ditambahkan dalam penelitian selanjutnya.
C. Tokoh-Tokoh Muslim Dalam Kedokeran Islam
Alasan pengambilan tokoh al-Ra>zi, Ibn Sina, dan Ibn Nafis ini ialah karena
ketiga tokoh ini mempengaruhi pemikiran Islam dalam dunia kedokteran, walaupun
tiga tokoh ini bukan yang mempelopori kedokteran Islam akan tetapi ketiga tokoh
ini mempunyai kitab yang menjadi rujukan dalam dunia kedokteran.
1. Al-Ra>zi
Nama aslinya ialah Abu Bakar Ibn Zakaria al-Ra>zi seorang Persia yang lahir
di kota Rayy pada 1 sya’ban 251 H dan meninggal pada tahun 320 H, ia dikenal
dengan tukang intan dan suka pada music. Beliau mempelajari ilmu kimia dan juga
belajar tentang kedokteran kepada filosof yang bernama Ali Ibn Robban al-T{abari
sehingga al-Ra>zi dikenal sebagai dokter.27
26
Raqith, Hidup Sehat Cara Islam Seluk Beluk Kesehatan dan Penjagaannya, h. 112. 27
Al-Ra>zi mempunyai kitab kedokteran yang bernama al-T{ib al-Mansur yang
diserahkan kepada gubernur dimasa khalifah Muhtafi tahun 289 H dan diserahkan di
rumah sakit Baghdad. Dan salah satu murid yang menjadi dokter ialah Abu Bakar
Ibn Qarrin. Al-Ra>zi senantiasa belajar sehingga menyebabkan dia buta hingga dia
meninggal pada tanggal 313 H28atau 320 H.29
Pada awalnya al-Ra>zi menulis kitab kedokteran ialah kitab al-Hawi yang
terdiri dari 100 jilid yang berisikan tentang metode kedokteran di berbagai Negara
seperti Suria, Mesir, Yunani, Arab, Irak dan Hindu dan digunakan Roy Charles
sedangkan kitab-kitab yang lain diantaranya Mukhtashar fi al-Laban (Ringkasan
tentang susu), Judari W a al-Hisbah (Cacar dan campak), Man La’ Y ahdlurhu
ath-Thabib(Orang yang tidak didatangi tabib), danTasrih al-Mansuri.30
Al-Ra>zi hidup sebagai seorang tabib dan memimpin rumah sakit di Rayy. Ia
menjadi kepala rumah sakit di Baghdad pada masa khalifah al-Muqtafi. Dalam ilmu
kedokteran ia dikenal sebagai Abu T{i>b (Bapak kedokteran) ia ahli dalam al-Kayy
modern pada masanya diantaranya ahli bedah, dan dokter anak karenanya ia
membuat risalahT{ib al-A thfal.31
Al-Ra>zi juga dikenal sebagai klinikus terbesar sepanjang masa hal ini bisa
dilihat dari kitabnya al-Hawi yang menjelaskan tentang kasus-kasus pengobatan
yang diagnosanya. Buku tersebut berpengaruh luas hingga abad 20, bahkan dicetak
28
Mustofa,Filsafat Islam (Jakarta: Pustaka Setia, 1997), h. 116. 29
Yamani,kedokteran Islam Sejarah dan Perkembangannya,h. 58. 30
Yamani,kedokteran Islam Sejarah dan Perkembangannya,h. 61. 31
ulang 40 kali dari tahun 1498 sampai 1866. Kitab ini berpengaruh hingga di seluruh
bangsa bagian barat.32
Dalam bidang kedokteran al-Ra>zi adalah seseorang yang menekuni bidang
praktek namun tidak meninggalkan teori, al-Ra>zi menasihati mahasiswa-mahasiswa
kedokteran agar mulai dengan mempelajari prinsip-prinsip umum. Ia menyarankan
agar mahasiswa diuji dengan pengetahuan teori kedokteran dan kemampuan bernalar
dengan benar. Ia juga menekankan perlunya pemeriksaan yang cermat dan tuntas
tentang gejala-gejala yang relevan dari suatu penyakit.33
Dalam kehidupan islamnya al-Ra>zi membantah wahyu yang datangnya dari
Allah dalam mengkritisi al-Qur’an. Terdapat 3 alasan al-Ra>zi menolak hal tersebut
pertama, bahwa akal sudah memadai untuk membedakan antara yang baik dan yang
buruk. Kedua, tidak ada keistimewaan bagi beberapa orang untuk membimbing
semua orang karena setiap orang lahir dengan kecerdasan yang sama hanya berbeda
pegalaman. Ketiga, para Nabi saling bertentangan apabila mereka berbicara atas
nama tuhan mengapa implementasinya bertentangan.34 2. Ibn Sina
Nama lengkapnya Abu Ali al-Husein Ibn Abdullah Ibn al-Hasan Ibn Ali Ibn
Sina di lahirkan di desa Afsyanah di dekat Bukhara Persia Utara tahun 370 H.35
32
Roger Garaudi, Janji-janji Islam. Penerjemah H.M.Rasyidi (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), h. 101.
33
Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Pendidikan Kedoteran (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2004), h. 253.
34
Mustofa,Filsafat Islam,h.124. 35
Beliau mempunyai ingatan yang sangat kuat dan kecerdasan yang luar biasa
sehingga usia 10 tahun mampu menghapal al-Qur’an. Pada usia 16 tahun beliau
sudah menguasai ilmu pengetahuan seperti sastra arab, fiqhi, dan menghitung ilmu
ukur, dan filsafat.36
Adapun karya-karya dalam dunia kedokteran seperti A l-syifa’,latinnya
Sanatio(penyembuhan), yang terdiri dari 18 jilid,an-Najah (ringkasanal-syifa’) dan
al-Qanun Fit al-T{ibyang digunakan di berbagai Universitas Eropa sampai pada abad
ke-18.37
Ibn Sina memperdalam ilmu pengetahuannya dengan mempelajari filsafat
Plato, Aristoteles, Neoplatonis. Sedangkan dalam dunia kedokteran Ibn Sina
mempelajari ilmu kedokteran pada seorang tabib yang bernama Bukhara. Pada usia
17 tahun Ibn Sina telah menjadi dokter menengah dan menjadi dokter kerajaan
kemudian mengobati Sultan Nuh dari Dinasti Saman.38
Di usia 18 tahun, reputasinya mencuat dalam bidang fisika dan diundang
untuk menghadiri jamuan Ibn Mansur pemimpin Samawi. Sedangkan pada usia 21
tahun ia menyusun buku pertamanya, lalu ia mengabdikan dirinya pada Ali bin
Ma’mun pemimpin Khifa. Dalam waktu yang singkat Ibn Sina belajar manthiq dan
36
Hasyimsyah Nasution,Filsafat Islam (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999), h. 66. 37
Nasution,Filsafat Islam, h. 68. 38
astronomi lalu menulis bagian pertama karya terbesarnya yaitu al-Qanun fi al-T{ib
(Canon and Medicine).39
Adapun salah satu guru Ibn Sina dalam bidang kedokteran adalah Abu Sahal
Isa bin Yahya al-Masihi al-Jurjani,sedangkan muridnya yang terkenal adalah Abu
Abdillah Muhammad bin Yusuf Syafuddin al-Ilaq yang mewarisi ilmu Ibn Sina.40 Berdasarkan sejarah Ibn Sina mempelajari ilmu kedokteran dari Isa bin
Yahya, akan tetapi Ibnu tidak merasa puas dengan ilmu yang didapat dengan
gurunya. Kemudian ia melakukan praktek kepada orang-orang yang sakit.
Sedangkan dalam bidang medicine Ibn Sina menemukan beberapa obat dari bahan
dasar nabati yang disebut Zanthoxyllum budrunga, tumbuhan ini dapat mencegah
penyakit tertentu seperti selaput radang otak.41
Ibn Sina juga orang yang pertama kali menemukan peredaran darah manusia
dimana enam ratus tahun kemudian disempurnakan oleh William Harvey. Dia
pulalah yang pertama kali mengatakan bahwa bayi selama masih dalam kandungan
mengambil makannya lewat tali pusarnya. Dan di jugalah yang mula-mula
mempraktekan pembedahan penyakit-penyakit bengkak yang ganas dan
menjahitnya. Dia juga terkenal sebagai dokter ahli jiwa dengan cara-cara modern
yang kini disebut psikoterapi.42
39
Muhsin Labib, Para Filosof Sebelum dan Sesudah Mulla> Shadra>(Jakarta: Al-Huda, 2005), h. 121.
40
Labib,Para Filosof Sebelum dan Sesudah Mulla> Shadra,> h. 122. 41
Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam (Jakarta : Bulan Bintang, 1996), h. 115. 42
Imam Munawir, Mengenal Pribadi 30 Pendekar dan Pemikir Islam dari masa ke masa
Selain sebagai satu-satunya filosof besar islam yang telah berhasil
membangun system filsafat yang lengkap dan terperinci juga dikenal sebagai dokter
bertarap dunia. Ibn Sina memposisikan sebagai tokoh yang berhasil mencapai
puncak literature kedokteran tertinggi. Perbandingannya dengan al-Razi, Ibn Sina
adalah merupakan contoh terbesar seorang dokter filosof. Orang-orang latin merasa
kebingungan memahami al-Qanunnya Ibn Sina yang bersifat teoritis akademis tidak
syak lagi pasti merasa berterimakasih kepada ringkasan atas karya al-Razi yang
menguntungkan. Kenyataan ini menunjukkan adanya upaya saling mengisi di antara
para ahli kedokteran dalam islam.43 3. Ibn Nafis
Islam juga memiliki Ibn Nafis seorang dokter ahli penyakit dalam khususnya
bidang spesialis jantung. Nama lengkap beliau adalah Ibnu Nafis Ali ibnu Abi Hazm
ad-Damsyiqi, ia bermukim di al-Qahirah (kairo), beliau wafat pada tahun 687 H. Ia
merupakan orang pertama yang secara akurat mendeskripsikan peredaran darah
dalam tubuh manusia.beliau dijuluki sebagai bapak fisiologi sirkulasi.44
Menurut Muhyo al-Deen al-Tawi beliau adalah yang berhasil menguak kiprah
Ibn Nafis lewat rislahnya yang berjudul Commentary On The A natomy of Canon of
A vicenna.Menurut beliau kontribusi Ibn Nafis dalam dunia kedokteran tak hanya di
bidang fisiologi ia juga dikenal sebagai dokter yang menyokong kedokteran
43
Nata,Perspektif Islam Tentang Pendidikan Kedokteran,h. 252-254. 44
eksperimental, postmortem otopsi, serta bedah manusia. Sejarah juga mencatat Ibn
Nafis sebagai dokter pertama yang menjelaskan konsep metabolisme.45
Dalam pemikiran ilmu kedokterannya yang khusus dalam bidang jantung, Ibn
Nafis berkata: “Saya katakan bahwa salah satu fungsi jantung adalah menciptakan
pneuma yaitu zat yang hanya mungkin dihasilkan dalam darah ringan yang
bercampur dengan udara dan pencampuran itu mestilah terjadi di tempat
terbentuknya pneuma yaitu di bilik kiri jantung.46
Bagi Ibn Nafis manusia adalah seperti binatang berparu-paru harusnya
mempunyai kamar yang lain dalam jantungnya di mana darah cukup cair untuk bisa
bercampur dengan udara darahnya kental bila bercampur dengan udara tidak akan
cukup seragam dan ini jantung bilik kanan. Apabila mencair darah ini tentunya
melalui tempat terbentuknya pneuma.
Ibn Nafis berbeda pandangan Ibn Sina khususnya dalam bidang jantung
menurut Ibn Sina jantung di beri makan oleh darah di bilik kanan. Sedangkan Ibn
Nafis mengkritik pendapat ini dan mengatakan bahwa jantung diberi makan oleh
pembuluh-pembuluh yang terdapat di dindingnya sendiri.47
Adapun karya-karya Ibn Nafis adalah Maua-zul-Qanu>n, Kita>b
Syarh-u-Tasyri>hi Qanun-ibn Si>na>danA l-Kita>b-ul-Sa>mil fit al-T{i>b.
D. Hikmah Pengobatan Nabi
45
Ristu, “A natomi dan Fisiologi dalam Kedokteran Islam ,”artikel diakses pada 15 maret 2011 dari http://ristu-hasriandi.blogspot.com/2009/08/anatomi-dan-fisiologi-dalam-kedokteran.html
46
Nata,Perspektif Islam Tentang Pendidikan Kedokteran, h. 255. 47
Salah satu bukti hikmah pengobatan Nabi ialah munculnya beberapa
dokter-dokter muslim di dunia Islam di mulai dari Abu Yu>suf Ya’kub Ibn Ishaq Ibn Sab>a
Ibn Imran Ibn Ismail Ash’ats Ibn Qais Kindi (185-252 H), Hunain Ibn Ishaq
al-‘Ubadi (194-265 H), Tabib Ibn Qurrah (221-288 H), Ali Ibn Suhal at-Thabari,
Yuhanna Ibn Masawaih (hidup pertengahan abad ke-3 H), Jabir Ibn Hayyan (hidup
pada zaman khalifah Harun al-Rasyid), Ishaq Yuda (241-344 H), Ibn Al-Jaza>r
(285-365 H), Ahmad Ibn Muhammad al-Thabari (320-366 H), Abu Bakar al-Razi
(251-320 H), Abul Qasim Zahrawi (324-404 H), Abu Hazam as-Syahrani, Ali Abbas
al-Maju>si (lahir pada abad ke-4 H), Abu Ali Husain Ibn Abdillah Ibn Sina (371-429 H),
Abu al-Qasim Ibn Ali al-Maushili (w. 401 H), Ali Ibn Ridwan (w. 453 H), Ibn Butlan
(w. 450 H), Ibn Zuhri (436-525 H), Abu ‘Umaran Ibn Maimun al-Qurthubi (529-601
H).
Disamping munculnya para dokter Muslim, hikmah pengobatan Nabi dapat
dilihat dari hasil penelitian beberapa dokter tentang manfaat buah-buahan dan
tumbuh-tumbuhan yang awalnya digunakan hanya untuk dimakan, akan tetapi
dengan adanya pengobatan Nabi maka segala rahasia mengenai khasiat yang
dikandung dalam buah-buhan dan tumbuh tumbuhan semua terungkap.
Sebagai contoh kismis dapat menguatkan daya ingat dan dapat
menyembuhkan orang yang menderita keiembaban serta lender berlebihan.
Sedangkan delima dapat menyembuhkan perut yang berlebihan panasnya serta
seksual dan meningkatkan produksi sperma. Dan Jambu biji dapat menghentikan
muntah dan menghentikan pendarahan. 48
Bahkan hal ini menimbulan beberapa obat alternative yang disebut dengan
pengobatan herbal. Berdasarkan penulusuran penulis metode ini digunakan oleh Dr.
Farooqi dalam bukunya berjudul Terapi Herbal Cara Islam. Dalam karyanya
menjelaskan macam-macam penyembuhan penyakit melalui tumbuh-tumbuhan yang
berlandaskan al-Qur’an dan al-Hadis.
Dampak yang lain ialah dengan adanya metode pengobatan Nabi maka Islam
menjadi komprehensif dan tidak ketinggalan dalam dunia kedokteran. Karena Islam
membutuhkan mu’min yang kuat baik secara fisik maupun rohani sesuai dengan
pendapat Ibn Qayyim al-Jauziyah yang menjelaskan tentang penyakit terbagi dalam
tiga macam yaitu menggunakan obat alami, ilahi dan kedua-duanya. Sehingga pada
generasi pertama kaum muslim memusatkan perhatian mereka kepada penyakit
-penyakit jiwa.49
Hikmah lain dari pengobatan Nabi ialah terbentuknya rumah sakit yang
tersebar di beberapa wilayah dunia Islam. Ziaduddin Ahmad misalnya
menginformasikan tentang sejumlah rumah sakit yang terkenal seperti di Baghdad,
Damaskus, Rayy, Isphahan, Merv, Samarkand, Shiraz, Kairo, Yerusalem,
Alexandria, Qairowan, Fez, Cordova, Valencia, dan Toledo. Bahkan ada rumah sakit
48
al-Jauziyah, Metode Pengobatan Nabi Cara Nabi Mengobati Berbagai Macam Penyakit,
h. 389, 392,393, dan 395. 49
yang eksklusif yang tugasnya menangani penyakit yang tidak dapat disembuhkan di
Rumah Sakit umum yaitu Rumah Sakit Adudi (977 M).50
T{i>b al-Nabawi juga berpengaruh terhadap integrasi al-Qur’an dan ilmu
pengetahuan. Misalnya Departemen kedokteran gigi Institut Kef, F.Romanoff dan
teman-temannya menyatakan bahwa cairan lebah itu dengan kadar 2-4%, dapat
digunakan untuk praktek sehari-hari pada kedokteran gigi. Hal ini berfungsi sebagai
pengganti vitamin B yang dapat mengobati sariawan.51
Inilah beberapa hikmah yang bisa dilihat dari munculnya pengobatan Nabi
sehingga Islam menjadi agama yang mampu mengaktualisasikan praktek-prakteknya
sesuai dengan al-Qur’an dan Sunnah.
Penulis juga merasa penting untuk membahas hal ini dikarenakan T{ib
al-Nabawi bukan berasal dari karangan-karangan tokoh-tokoh Muslim akan tetapi
sumber yang digunakan adalah al-Qur’an dan Hadis. Hanya saja tokoh-tokoh muslim
seperti Ibn Sina, al-Kindi, dan Ibn Nafis mampu mengeksplornya menjadi sebuah
karya tulis dan digunakan sebagai met ode pengobatan. Sehingga muncullah
beberapa karya sepertiT{i>b al-Nabawikarya Ibn Qoyim,al-Qonu>n fi al-T{i>bkarya Ibn
Sina yang digunakan dalam berbagai Universitas Kedokteran salah satunya UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
50
Nata,Perspektif Islam Tentang Pendidikan Kedokteran,h. 257. 51
34
BAB III
PENELUSURAN HADITS PENGOBATAN NABI SAW
A. Teks Hadis dan Terjemahnya Tentang Kurma
ﺗ
ﻦ ﻜ
ﺗ
1
Artinya : Hadis dari riwayat Abdul ar-Razaq, dan Ja’far bin Sulaiman, dari Tha>bit dan Anas bin Ma>lik Sesungguhnya Nabi Saw sarapan pagi dengan kurma, sebelum beliau shalat, jika tidak dengan kurma matang maka beliau makan dengan kurma mentah, dan jika tidak dengan buah kurma mentah, maka Nabi saw sarapan dengan air kurma.
1. Takhrij Hadis
Dalam melakukan takhri>j hadis penulis menemukan hadis tentang kurma di
berbagai kitab takhrij diantaranya al-Mu’jam al-Mufahras karya Wensinck, kedua
Mausu>’at A t}ra>f al-Hadi>th al-Nabawi>karya Abu Hajar Muhammad Sa’id bin Bashu>ni
Zaghlu>l, dan ketiga Mifta>hu Kunu>z al-sunnahkarya Muhammad Fuad Abdul Baqi ,
dan kempat Musnad Ahmad bin Hanbal. Penjabarannya sebagai berikut.
Pertama,dalam kitab al-Mu’jam al-Mufahraspenulis menelusuri ,
,ﺎ ﺴ ﺣ ,ﺮ ﻄ ﻓ. Berikut ini adalah data-data yang ditemukan penulis :
.
2
1
Hanbal, Musnad Imam A hmad bin Hanbal, Juz III, h.164 2
35
.
3.
ﺎ ﺴ ﺣ
:
4 ث.ﺮ ﻄ ﻓ
:
5Hasil penelusuran dalam Kitabal-Mu’jam al-Mufah}ras li> al-Faz al-Hadith ﺎ ﺴ ﺣ ﺮ ﻄ ﻓ : ﻢ ﺣ 3 ، 164 21 10 10 10 21 : ﻢ ﺣ 3 ، 164 : ﻢ ﺣ 3 ، 164
Adapun keterangan diatas dapat dilihat bahwa hadis yang ditelusuri penulis
terdapat dalam kitab Sunan A bu Da>uddalam kitab S{oum bab 21,Sunan al-Turmuzi
dalam kitabS{oum bab 10, danMusnad A hmad bin HanbalJuz III halaman 164.
Kedua, dalam kitab Mausu>’at A t}ra>f al-Hadi>th al-Nabawi>penulis menelusuri
dan menemukan keterangan sebagai berikut :
Mausu>’at A t}ra>f al-Hadi>th al-Nabawi>
6
ﺎ
ﻢ ﻛ 432 :1
3
Wensinck,al-Mu’ja>m al-Mufahras Li al-Faz al-Hadi>th al-Nabawi, Juz 1, h. 281. 4
Wensinck,al-Mu’ja>m al-Mufahras Li al-Faz al-Hadi>th al-Nabawi, Juz 1, h. 469. 5
Wensinck,al-Mu’ja>m al-Mufahras Li al-Faz al-Hadi>th al-Nabawi, Juz 5, h. 173. 6
36
Adapun keterangan yang didapat penulis dalam kitab Mausu>’at A t}ra>f
al-Hadi>th al-Nabawi, hanya satu sumber hadis yaitu dalam kitab Mustadrak al-Ha>kim
juz 1 hadis ke 432.
Ketiga, dalam kitab Musnad A hmad bin Hanbal, dalam hal ini penulis
menelusuri melalui sahabat Anas bin Ma>lik, adapun keterangan yang didapat adalah
sebagai berikut.
Musnad A hmad bin Hanbal
3 164
(
Keterangan yang didapat dalam kitab Musnad Ahmad bin Hanbal hanya satu
yaitu hadis yang berasal dari Anas bin Ma>lik, yang terletak pada juz 3 halaman 164.
Demikianlah penelusuran yang didapat penulis dari empat metode yang
digunakan dalam melakukan takhri>j hadits, akan tetapi penulis tidak menemukan
pada kitabMiftah Kunu>zuz al-Sunnah. Dari keterangan yang didapat di atas penulis
menemukan hadis sebanyak 5 Hadis. Berikut ini adalah hadis-hadisnya.
a) Hadis-Hadis Dari Keterangan al-Mu’ja>m al-Mufahras Li al-Faz al-Hadi>th
al-Nabawi.
37 2356 . 7
10
696
.
ﺎ ﻨ ﺛ ﺪ ﺣ
83
164
"(
12698
-ﺎ ﻨ ﺛ ﺪ ﺣ
ﺪ ﺒ ﻋ
ﺎ ﻨ ﺛ
ﺪ ﺒ ﻋ
ﺎ ﻨ ﺛ
ﺮ ﻔ ﻌ ﺟ
ﻦ ﺑ
ﺖ ﺑ ﺎ ﺛ
ﻦ ﻋ
ﻦ ﺑ
ﻚ ﻟ ﺎ ﻣ
:
ﻰ ﻠ ﺻ
ﻪ ﻴ ﻠ ﻋ
ﻢ ﻠ ﺳ
ﺮ ﻄ ﻔ ﻳ
ﻰ ﻠ ﻋ
ﻞ ﺒ ﻗ
ﻲ ﻠ ﺼ ﻳ
ﺗ
ﻦ ﻜ
ﺗ
ﻦ ﻜ
ﺎ ﺴ ﺣ
ﻦ ﻣ
9b) Hadis-hadis dari Keterangan kitabMausu>’at A t}ra>f al-Hadi>th al-Nabawi>.
7
Abi Daud Sulaiman bin al-‘Ash’ab al-Sajasta>ni al-Azdi>,Sunan A bi> Da>ud,Juz 2, (Beirut : Da>r al-Fikr, 1994), h.294. Artinya : Ahmad bin Hanbal mengatakan Abdul Razak kepada Ja’far Bin Sulaiman mengatakan kepada kami mengatakan kepada kami dari Tha>bit al- Buna>ni dia telah mendengar Anas bin Malik berkatabahwasanya Nabi saw berbuka puasa sebelum melaksanakan solat dengan beberapa rutob, apabila tidak ada maka baginda saw berbuka dengan tamr, apabila tidak ada maka baginda saw berbuka dengan minum beberapa teguk air saja.
8
Abi> I<sa> Muhammad bin I<sa bin Surah bin Mu>sa> al-D{ahak al-Sula>mi al-Tirmi>zi,Sunan al-Tirmizi,juz 3, (Beirut : Da>r al-Fikr, 1994), h.162. Artinya : Muhammad bin Ra>fi’ mengatakan kepada Abdu al-Razaq kepada Ja’far bin Sulaiman dari Tha>bit al-Bunani dari Anas bin Ma>lik bahwasanya Nabi Saw berbuka puasa sebelum shalat dengan Rut}a>b, apabila tidak mendapatkan rut}ob, maka beliau menggunakan kurma, apabila tidak dapat maka beliau menggunakan airnya saja.
9
38
1
:
ﺚ ﻳ ﺪ ﺣ
432
"
432
ﻦ ﺑ
ﺮ ﻔ ﻌ ﺟ
ﺎ ﻨ ﺛ
ﺪ ﺒ ﻋ
ﻦ ﺑ
ﻦ ﺑ
ﻞ ﺒ ﻨ ﺣ
ﺎ ﻨ ﺛ
ﺪ ﺒ ﻋ
ﺎ ﻨ ﺛ
ﺮ ﻔ ﻌ ﺟ
ﻦ ﺑ
ﺖ ﺑ ﺎ ﺛ
:
ﻦ ﺑ
ﻚ ﻟ ﺎ ﻣ
:
ﻰ ﻠ ﺻ
ﻪ ﻴ ﻠ ﻋ
ﻢ ﻠ ﺳ
ﺮ ﻄ ﻔ ﻳ
ﻰ ﻠ ﻋ
ﻞ ﺒ ﻗ
ﻲ ﻠ ﺼ ﻳ
ﺗ
ﻦ ﻜ
ﻰ ﻠ ﻌ ﻓ
ﺗ
ﻦ ﻜ
ﺎ ﺴ ﺣ
ﻦ ﻣ
10c) Hadis Keterangan Sahabat dari Kitab Musnad Ahmad bin Hanbal
ﻞ
3
164
"(
12698
-ﺎ ﻨ ﺛ ﺪ ﺣ
ﺪ ﺒ ﻋ
ﺎ ﻨ ﺛ
ﺪ ﺒ ﻋ
ﺎ ﻨ ﺛ
ﺮ ﻔ ﻌ ﺟ
ﻦ ﺑ
ﺖ ﺑ ﺎ ﺛ
ﻦ ﻋ
ﻦ ﺑ
ﻚ ﻟ ﺎ ﻣ
:
ﻰ ﻠ ﺻ
ﻪ ﻴ ﻠ ﻋ
ﻢ ﻠ ﺳ
ﺮ ﻄ ﻔ ﻳ
ﻰ ﻠ ﻋ
ﻞ ﺒ ﻗ
ﻲ ﻠ ﺼ ﻳ
ﺗ
ﻦ ﻜ
ﺗ
ﻦ ﻜ
ﺎ ﺴ ﺣ
ﻦ ﻣ
112. Identifikasi Sanad
Pada bagian ini penulis akan melakukan penelitian yang ditinjau dari segi
sanadnya, setelah melakukan penelusuran pada bagian hadisnya maka penulis
menemukan beberapa sanad yang perlu ditinjau sehingga dapat diketahui layak atau
tidaknya hadis tersebut, khususnya hadis mengenai kedokteran Nabi. Adapun
riwayat yang ditemukan penulis terdapat dalam table berikut ini.
10
Muhammad bin Abdullah Abu Abdullah al-H{a>kim al-Naisabu>ri, al-Mustadrak ‘ala> al-s}ohi>haini,juz 1, (Beirut : Da>r al-kutub al-‘ilmiy>ah, 1990), h. 367.
11
39
ﻞ
ﻞ
Dilihat dari table diatas, menunjukkan bahwa terdapat satu jalur periwayatan
yang sama, mulai dari Abd al-Razaq hingga Anas bin Ma>lik. Dalam hal ini penulis
akan melakukan penelitian yang diambil dari kitab Tahdhi>b al-Kama>l fi> A sma>
al-Rijal karya Jamaluddi>n Abi> al-Hajja>j Yusuf al-Mizzi, Kitab al-Tahdhi>b al-Tahdi>b
karya Shihab al-Di>n Ahmad bin A<li bin Hajar al-Asqala>ni. Adapun penjelasannya
sebagai berikut.
a) Jalur Periwayatan Hadis dari Abi Da>wud
Periwayat pertama, Abu Da>wud yang mempunyai nama asli Sulaiman bin
al-Ash’ath bin Shadda>d bin ‘Amru bin Amir. Beliau lahir pada tahun 202 H dan
meninggal pada tahun 275 H pada bulan Shawal berasal dari Abu Ubaid Al-Ajuri.
Adapun guru-gurunya yaitu Ahmad bin Muhammad bin Hanbal Ibrahim bin
Muhammad al-Taymi, Daud bin Rushi>d, dan Said bin Mans}ur. Sedangkan
40
Ya’ku>b, Ahmad bin Muhammad bin Da>ud bin Salim dan Ismail bin Muhammad
al-S{afar al-Baghdadi.12
13 14
Periwayat kedua,Ahmad bin Hanbal yang mempunyai nama asli Ahmad bin
Muhammad bin Hanbal atau Abu Abdillah al-Marwazi al-Baghdadi, beliau lahir
pada tahun 164 H pada bulan Rabiul Awal dan meninggal pada tahun 241 H pada
bulan Rabiul Awal. Adapun guru-gurunya Abdu al-Razaq, Ismail bin ‘Ulayyah,
Yazid bin Harun. Sedangkan murid-muridnya Bukho>ri, Muslim, Abi Da>wud, dan
Abdullah bin Ahmad bin Hanbal.15
ﻞ