• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut teori yang dikembangkan oleh Fatimi bahwa Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh orang Benggali (Bangladesh) dengan melihat dari peninggalan batu nisan dari Benggali (Bangladesh) yaitu batu nisan Siti Fatimah di Leran, Jawa Timur (1082 M atau 475 H). Dan batu nisan di Pasai, di Bruas(sebuah kerjaan kuno di Perak, Semenanjung Malaya).57 Dari fenomena ini penulis menyimpulkan adanya tradisi ziarah kubur di masa awal Islam di Indonesia, khususnya pulau Jawa.

Ziarah kubur di Tanah Jawa sangatlah berkembang, walaupun di kalang Ormas Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah berbeda pendapat tentang Ziarah.

Ujung dari perdebatan ini adalah klaim kebenaran dan kebatilan. Terlepas dari perbedaan, Ziarah kubur di Jawa khususnya Wali Sanga dan Ulama lainnya.

Adapun peramalan para perziarah ketika berziarah:

1.Bersuci/berwudhu sebelum memasuki kuburan 2. Membacakan salam untuk ahli kubur

3. Menabur Bunga

4. Membaca al-Fatihah, baca al-Quran, Tahlil, Salawat, dan Doa.

Hal ini sering dilakukan baik sendiri maupun berjamaah.58 Pada dasarnya ketika beziarah kubur yang perlu diperhatikan adalah waktu ziarah, adab serta cara berziarah. Adab dan cara beziarah harus sesuai dengan sunah Nabi Muhammad Saw.

57 Suyuthi Pulungan, Sejarah Peradaban Islam di Indonesia, Jakarta, Amzah, 2019, hlm, 32

58 Ahmad Nadhif, at all, Tradisi Keislamanan, Surabaya, al-Miftah, tth, hlm, 161

Sebagai sebuah tradisi keagamaan yang merupakan kesinambungan dari tradisi-tradisi ziarah sebelum kedatangan Islam di Nusantara, perlengkapan ziarah kubur diikutsertakan sebagai kelengkapan ziarah kubur. Yang paling sering di gunakan pada saat ziarah kubur adalah kembang, air dan minyak wangi.

Di daerah jawa ada yang sebut dengan tradisi nyekar atau ziarah kubur, tradisi ini dilakukan masyarakat lumajang tidak hanya sekedar berdoa saja lalu pulang tetapi mereka juga membersihkan makam dan menaburi bunga. bukan hanya itu untuk masyarakat lumajang sendiri ada satu ciri khusus yang dilakukan pada hari itu makam akan dipenuhi oleh orang-orang yang akan berziarah atau nyekar. Hari itu adalah pada Jum'at legi dimana hari itu makam akan dipenuhi dengan peziarah yang datang yang dari berbagai desa.

Hari jum'at dianggap masyarakat suku jawa sebagai perlambangan, dimana air sebagai zat penyangga kehidupan. Sedangkan legi sebagai perlambangan dari arah mata angin timur atau menjadi simbol udara, yang tentu saja udara ini merupakan unsur yang paling pokok dalam kehidupan tanpa adanya udara manusia di bumi ini tidak akan hidup atau kehilangan nyawanya. Oleh sebab itu masyarakat Jawa mensakralkan hari Jum'at legi, dikarnakan pada hari itu memberikan kesadaran manusia akan asal usulnya. Selain itu bagi umat muslim sendiri hari Jumat dimaknai sebagai hari yang dimana jika kita berbuat baik maka kebaikan kita akan dilipat gandakan hal ini tentunya mendorong kesakralan hari jumat untuk berziarah karena pada hari itu mereka percaya bahwa nyekar akan bernilai lebih jika dilakukan pada hari Jum'at. meskipun dalam Islam tidak di

33

khususkan hari Jum'at untuk berziarah kubur, akan tetapi kita juga perlu tau keistimewaan dari hari Jum'at dibanding dengan hari lainnya.

Tradisi nyekar pada daerah Jawa yang identik dengan tabur bunga yang dilakukan oleh peziarah untuk mengenang kepada orang yang telah meninggal tersebut atau bisa dikatakan sebuah wujud penghormatan dan cara indah peziarah untuk mengingat kehidupan orang yang telah meninggal. Selain itu tabur Bunga juga diqiyaskan dari tindakan Rasulullah Saw yang pernah menancapkan pelepah kurma yang beraroma khas pada salah satu makam.

Dalam tradisi nyekar tentunya juga identik dengan tabur bunga yang dilakukan oleh peziarah untuk mengucap rasa syukur kepada orang yang telah meninggal tersebut atau bisa dikatakan hal tersebut merupakan sebuah wujud penghormatan dan cara indah kita untuk mengingat kehidupan orang yang telah meninggal ini. Selain itu tabur Bunga juga diqiyaskan dari tindakan Rasulullah Saw yang pernah menancapkan pelepah kurma yang beraroma khas pada salah satu makam.

Dalam tradisi nyekar atau ziarah ke makam bunga yang dibawa oleh peziarah bisa disebut dengan bunga setaman atau kembang setaman,. Kembang setaman ini terdiri dari bermacam-macam bunga dan tiap-tiap bunga ini memiliki makna sendiri seperti bunga melati melambangkan ketulusan, bunga kantil melambangkan kesuksesan lahir batin yang akan di dapatkan oleh peziarah yang memanjatkan doa dan menghayati nilai-nilai luhur para leluhur yang telah meninggal dunia. Bunga mawar memberikan makna bahwa tidak boleh merasa memiliki segalanya di dunia ini dan yang dalam hal ini orang yang ditinggalkan

oleh orang yang dicintainya untuk selama lamanya harus ikhlas dengan kepergiannya, bunga kenanga memiliki makna bahwa kita harus senantiasa mencontoh dan meniru setiap tingkah laku baik leluhur atau orang yang diziarahi ini.59

Tradisi ziarah kubur syech Quro di karawang merupakan fenomena yang terjadi di masyarakat desa Pulokalapa yang merupakan tradisi yang sudah lama dilakukan dari tahun 1970-2013 Masehi. Peziarah menyakini jika ingin terkabul hajatnya maka ziarah kuburnya 41 malam sabtu secara berturut-turut. Adapun pelaksanaan ziarah ini didampingi oleh juru kunci, lalu mengucapkan salam, kirim surat al-Fatihah kepada shohibul makam, lalu peziarah berdoa dan menyampaikan keinginannya setelah itu, peziarah memberikan amplop kepada juru kunci, serta melemparkan uang koin di depan makam sebagai sedekah atau tanda ngembang.60

Tradisi ziarah kubur muallim K.H Syafi’i Hadzami di kampung Dukuh Jakarta Selatan, menpunyai banyak makna, masyarakat betawi adalah masyarakat yang cenderung senang berizarah kubur, mereka mengunjungi makam-makam para alim ulama, para wali, para habaib, yang dianggapnya mempunyai karamah;

mereka berziarah kubur pada bulan-bulan tertentu seperti bulan Muharam, Rajab, Sya’ban dan Syawal, hari-hari tertentu seperti Jumat, individu atau jamaah, adapun yang dibaca surah Yasin, Tahlil, Ratib dan Doa.61

59Https://Www.Kompasiana.Com/Anifatulazizah0358/6183e3d4706282298d2cea42/Tra disi-Nyekar-Masyarakat-Jawa?Page=2&Page_Images=1, Diakses Pada Tanggal 31 Mei 2022, Pukul 01:30 Wib.

60 Hana Nurrahmah, Tradisi Ziarah Kubur Studi Kasus Perilaku Masyarakat Muslim Karawang Yang Memprtahankan Tradisi Ziarah Makam Pada Malam Syeh Quro Di Kampung Pulobatakarawang Tahun1970-2013, Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah, Skripsi(tidak diterbitkan), Jakarta, 2014.

61 Chaerul Anwar, Tradisi Ziarah Kubur Masyarakat Betawi Pada Makam Muallim K.H M Syafi’i Hadzami Kampung Dukuh, Jakarta Selatan, 2007, hlm, 63

35

Dokumen terkait