• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fenomena yang Melatarbelakangi

Dalam dokumen EVI NURTIANA S.991102011 (Halaman 127-133)

B. Deskripsi Data

3. Fenomena yang Melatarbelakangi

peningkatan Profesionalisme Guru SMP IPS Karanganyar

Beberapa informan mengungkapkan berbagai fenomena yang terjadi diantara guru setelah mendapat tunjangan profesi seperti berikut:

commit to user

untuk umroh/haji.

Guru kadang melenceng dari tujuan semula untuk meningkatkan profesionalismenya karena ketika ada sertifikasi seakan-akan hanya untuk menambah sisi finansial saja.

Bahkan ketika harus memenuhi 24 jam tatap muka bagi guru sebagai prasyarat tersertifikasi dan mendapat tunjangan terjadi ketegangan dalam memenuhi jam tersebut, cenderung kemrungsung dan berebut jam, suasana jadi tidak kondusif.

Ada beberapa guru merasa kalau sudah mendapat tunjangan sudah selesai,tidak usah meningkatkan profesionalismenya.

Ketika sertifikasi lewat jalur portofolio banyak cara yang ditempuh agar

Dampak dari tunjangan profesi yang telah diterimakan oleh para guru ternyata mengakibatkan berbagai fakta yang menarik, diantaranya adalah adanya peningkatan jumlah peserta haji dan umroh. Akan tetapi terdapat dampak negative yang terjadi, yakni usaha guru untuk memperoleh tunjangan profesi dengan melakukan tindakan yang kadang tidak sportif semisal menuntut dipenuhinya jam mengajar sebagai syarat tersertifikasi dengan mengorbankan guru lain yang belum atau tidak tersertifikasi, pemanipulasian data-data sebagai prasyarat sertifikasian guru dan dampak yang paling nyata adalah tidak adanya peningkatan profesionalisme guru pasca tunjangan profesi turun, padahal ini bukan merupakan tujuan pemerintah melaksanakan kegiatan pensertifikasian guru tersebut.

Informan 2 menyatakan bahwa dampak tunjangan profesi :

jalur Portofolio akan berbeda dengan jalur PLPG dimana jalur portofolio biasanya guru-guru yang sudah sepuh banyak yang tidak mengikuti perkembangan jaman contoh pengunaan IT/Internet karena merasa tua ada yang tidak kerso/mau belajar untuk mengunakan fasilitas tersebut untuk menambah kemampuan dan pengetahuannya

commit to user

tetap berinovasi untuk lebih profesional.

Berbeda dengan PLPG karena mendapat berbagai materi menuju guru profesional, guru-guru merasa di refresh kembali mendapat ilmu yang banyak dan pengalaman sehingga yang belum paham menjadi paham setelah PLPG guru tersebut punya komitmen dan berusaha menerapkannya agar menjadi guru yang profesional

Terdapat dua jalur program sertifikasi terhadap guru yakni dari jalur Portofolio dan jalur PLPG, ternyata memberikan dampak yang berbeda diantara keduanya dimana kebanyakan guru dari jalur Portofolio tidak mau mengikuti perkembangan teknologi serta kemampuan dan pengetahuan mengajar, hal ini sangat berbeda dengan guru yang mengikuti jalur PLPG, di mana para guru ini mau menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama masa pelatihan di PLPG.

Sehingga hasil yang diperoleh pada guru yang tersertifikasi dari jalur portopolio dengan yang melaksanakan sertifikasi dari jalur PLPG sangat berbeda, hal ini disebabkan prasyarat yang berbeda diantara keduanya. Dari jalur portopolio masih terdapat banyak guru yang belum dapat menjadi guru yang professional, tidak ada peningkatan yang signifikan karena hanya mengumpulkan berkas-berkas persyaratan saja, hal ini berbeda dengan jalur PLPG, dimana berbagai ilmu dapat di refresh kembali kepada para guru.

Informan 2 menyatakan : Sedang fenomena yang lain Guru menjadi sorotan di masyarakat, karena jumlah tunjangan profesi yang begitu besar sehingga masyarakat yang mungkin juga orang tua murid peserta didik bertanya kepada anaknya atau murid-murid bagaimana guru dalam mengajar apakah setelah tersertifikasi dan mendapat tunjangan mengajarnya lebih baik. Menjadikan anak/peserta didik lebih kritis lagi

commit to user

diharapkan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam proses belajar mengajar memberikan ilmu kepada peserta didiknya, karena jika sudah mendapatkan pendapatan yang tinggi harus sebanding dengan kualitasnya sebagai guru yang telah tersertifikasi, dibandingkan dengan guru yang belum tersertifikasi.

Informan 3 menyatakan bahwa dampak tunjangan profesi :

mempengaruhi faktor eksternal dimana leadership atau pimpinan sangat berpengaruh karena pimpinan menjadi figur bagi bawahannya, jika pimpinannya tidak baik, guru yang baik dimungkinan menjadi tidak baik, guru yang profesional dimungkinkan menjadi guru yang tidak profesional. Faktor internal juga tidak kalah penting, bertanya dengan hati nurani sendiri (bagaimana loyalitas terhadap pekerjaan, kedisiplinan dan tanggung jawabnya) harus tumbuh dari hati tiap individu masing-masing. Pengaruh internal dan eksternal dari guru mempengaruhi kemampuan peningkatan profesional para guru yang telah tersertifikasi, hal ini karena faktor-faktor tersebut memicu para guru untuk lebih meningkatkan kemampuannya atau bahkan malah membuat guru menjadi lebih atau sama dengan kemampuanya sebelum guru tersebut tersertifikasi.

Seperti Ada tidaknya kepala sekolah atau pimpinan tidak berpengaruh terhadap profesionalisme guru, tetapi masih ada saja guru walau sudah tersertisifikasi rajin dan tertib ketika ada pimpinannya saja, tetapi di sisi lain juga ada yang mengerjakan tugas secara bertanggung jawab dilandasi dengan ibadah. Seharusnya seorang pimpinan setelah pembinaan secara terprogram juga harus mengadakan fungsi controling secara berkelanjutan. Pada dasarnya segala sesuatu bergantung pada niat individu guru sendiri dan bila segala sesuatu didasari ibadah dan ada pertanggung jawaban pada yang pencipta, pasti dalam bekerja akan tetap bertanggung jawab dengan arah menjadi guru

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Informan 4:

Jika ada guru yang sudah dapat tunjangan kok...leda-lede tidak berubah untuk profesional, menurut saya intinya ada pada leadership. Saya kira

commit to user

bawahan khususnya guru pasti akan tetap berubah menjadi lebih baik, mula mula memang tertib, rajin karena perkewuh tapi lama-lama pasti akan sadar dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing, dengan tujuan mengarah ke guru profesional.

Liedership harusnya mampu memberi tiga hal ( ing ngarso sung tulodo,ing madyo magun karso, tutwuri handayani ) memberikan tuntunan. Menjadi inspirator dan memberi dorongan.Seperti itu saya kira sekarang mengalami pergeseran dipengaruhi juga oleh orientasi pimpinan dan tipe kepemimpinan.

Saya lihat dampak tunjangan memang terasa sekali,jika berkaitan dengan 4 kompetensi saya kira sudah mengalami perubahan lebih baik . Toh walau ada guru yang tidak profesional tapi banyak juga yang punya dedikasi dan semangat ke

Informan 5 menyatakan bahwa dampak tunjangan profesi :

secara signifikan, seorang figur pemimpin menjadi inspirator dan nahkoda bagi bawahannya, sehingga jika pimpinan secara tegas memberi contoh baik ucapan tindakan dan perbuatan secara konsekuen saya kira bawahan akan berusaha berjalan sesuai koridor. Dan pada akirnya tercapailan tujuan mulia adanya sertifikasi dan diberikannya tunjangan profesi.Saya yakin pendidikan Indonesia akan lebih maju dan baik mencetak generasi penerus

Dari uraian di atas ternyata kehadiran pemimpin yang mampu memberikan contoh yang baik merupakan faktor penting bagi terciptanya kedisiplinan guru dan suasana kerja yang akan menjadi tertib dan nyaman. Walaupun pada dasarnya semua itu sebenarnya bisa tumbuh dengan sendirinya dari hati nurani seorang guru, jika memiliki keyakinan di dalam dirinya bahwa bekerja merupakan ladang ibadah guna mendapatkan rejeki yang halal. Sehingga pada akhirnya ada atau tidaknya pimpinan para guru akan bekerja secara maksimal.

Ditemukan kenapa ada guru yang telah tersertifikasi tidak bekerja secara profesional karena merasa tidak ada sangsi hukum atau administrasi sehingga kadang merasa telah tersertifikasi dan memenuhi 24 jam, tunjangan profesi akan tetap diterima. .

commit to user

telah tersertifikasi dan mendapatkan tunjangan profesi merasa aman jika sudah memenuhi 24 jam mengajar sebagai persyaratan tunjangan profesi. Dalam artian ada beberapa guru yang masih belum mau melakukan perubahan yang signifikan untuk meningkatkan profesionalismenya, padahal di sisi lain ada guru yang tidak mendapatkan jam mengajar sebanyak 24 jam serta belum mendapatkan tunjangan profesi memiliki kinerja yang lebih baik dan lebih profesional bila dibandingkan dengan guru yang telah tersertifikasi.

Pada awal diterimanya tunjangan profesi akan membuat guru menjadi terpana dengan besaran yang akan diterimanya bila dibandingkan dengan gaji guru sebelum tersertifikasi dan mereka belum mulai meningkatkan keprofesionalannya sebagai tujuan diadakannya program sertifikasi guru, akan tetapi hal ini akan berubah lambat laun dengan berjalannya program sertifikasi tersebut karena akan memicu dalam diri para guru untuk kembali menata diri guna membentuk dirinya menjadi guru yang profesional.

Informan 4 menyatakan bahwa dampak tunjangan profesi :

tunjangan profesi semakin lama tetap mempunyai beban dihati kalau tidak memanfaatkan tunjangan profesi tersebut dengan baik. Betapapun tidak karena uang yang nominalnya begitu besar tetap harus ada pertanggung jawaban dalam mengunakannya.Ya memang pengunaan tunjangan lebih ke pemenuhan kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraan karena juga banyak guru yang sebelum ini tidak mimpi akan bisa membeli sesuatu yang hanya dalam angan saja ,ketika mendapat uang tunjangan profesi mereka begitu senang menggunakannya untuk memenuhi keinginan yang terpendam, seperti (beli rumah/bangun rumah, sepeda montor, bayar spp anak) Tapi mbak... di sisi lain setelah berjalannya waktu mereka tetap akan berusaha mengunakan sebagian tunjangan untuk meningkatkan

commit to user

Dari fenomena yang dikemukakan oleh beberapa informan terlihat bahwa memang awalnya tunjangan profesi digunakan lebih untuk hal-hal yang konsumtif guna memenuhi kebutuhan hidup, hal ini disebabkan sebelum adanya tunjangan profesi masih banyak guru yang kehidupan ekonomi cenderung jauh dari cukup, sehingga ketika mendapat tunjangan ada keinginan untuk memenuhi apa yang dulu mungkin hanya ada dalam angan dan mimpi. Tetapi seiring waktu ada perubahan kearah yang lebih baik karena beberapa guru memanfaatkan tunjangan profesi untuk peningkatan profesionalisme, kalaupun ada beberapa yang tidak berubah itu berasal dari diri dan komitmen pribadi guru. Dan memang dibutuhkan sosok pemimpin yang mampu memberi tuntunan dan panutan, agar ada perubahan kearah yang lebih baik yaitu guru yang Profesional.

Dalam dokumen EVI NURTIANA S.991102011 (Halaman 127-133)

Dokumen terkait