commit to user
PROFESIONALISME GURU IPS SMP KABUPATEN
KARANGANYAR
TESIS
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat
Magister Program Studi Pendidikan Ekonomi
Disusun Oleh :
EVI NURTIANA
S.991102011
PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
commit to user
PROFESIONALISME GURU IPS SMP KABUPATEN
KARANGANYAR
TESIS
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat
Magister Program Studi Pendidikan Ekonomi
TESIS
Disusun Oleh :
EVI NURTIANA
S.991102011
PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
commit to user
Evi Nurtiana. NIM: S.991102011. DAMPAK TUNJANGAN PROFESI TERHADAP PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU IPS SMP KABUPATEN KARANGANYAR. Pembimbing 1: Prof. Dr. Trisno Martono, MM, Pembimbing 2: Dr. Wiedy Murtini M.Pd. Program Studi Pendidikan Ekonomi. Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah dampak tunjangan profesi terhadap profesionalisme guru dilihat dari Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional dan Kompetensi Sosial guru IPS SMP Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah.
Metodologi penelitian menggunakan Ma xing Methode Design dengan metode gabungan berurutan yaitu melakukan riset kualitatif terlebih dahulu kemudian diikuti dengan dengan riset kuantitatif. Komponen kualitatif lebih diutamakan dan digunakan untuk menghasilkan teori atau konstuk teori spesifik sedangkan komponen kuantitatif digunakan sebagai sarana pembantu untuk menguji gagasan-gagasan yang dihasilkan dari komponen kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dokumentasi, angket sebagai pendukung. Pemilihan informan menggunakan teknik purposive sa mpling. Analisa data menggunakan Inter active Model Analysis dari Miles dan Huberman.
Hasil analisis data dengan pendekatan kualitatif menunjukkan bahwa 1.Masih terdapat guru yang belum bisa menjadi suri tauladan bagi peserta didik khususnya dalam hal kedisplinan dan sikap dalam diri guru. Tunjangan profesi berpengaruh terhadap gaya hidup seorang guru dan meningkatkan ketakwaan dengan kegiatan keagamaan. 2. Delapan keterampilan mengajar guru belum bisa dilaksanakan dengan baik. 3. Dalam hal metode pengajaran, masih terdapat guru yang hanya mengajar dengan menekankan pada ceramah, pemanfaatan sumber belajar yang belum optimal. Minimnya jumlah guru meningkatkan profesionalitasnya dengan kuliah di pasca sarjana. 4. Belum semua guru bertanggung jawab atas profesinya sebagai seseorang guru yang dipandang cerdas yang mampu memberikan sumbangan pemikiran bagi masyarakat sekitarnya. Simpulan dari keempat kompetensi tersebut terdapat dan terlihat adanya dampak tunjangan profesi terhadap profesionalisme guru, khususnya kompetensi kepribadian dan sosial, untuk kompetensi pedagogik dan professional meski terdapat dampak belum mencapai sasaran dan tujuan yang diharapkan dari program sertifikasi. Hasil kuantitatif yang mendukung adalah nilai koefisien regresi variable tunjangan profesi guru memiliki arah positif 0,00001957 dimana apabila tunjangan profesi guru meningkat maka akan meningkatkan profesionalisme guru. Hasil analisis regresi sederhana menunjukkan tunjangan profesi guru berpengaruh secara signifikan terhadap profesionalisme guru.
commit to user
Evi Nurtiana. NIM: S.991102011. IMPACT ON THE IMPROVEMENT ALLOWANCE PROFESSIONAL IPS JUNIOR HIGH SCHOOL TEACHER PROFESSIONALISM. Supervisor 1: Professor. Dr. Trisno Martono, MM, Supervisor 2: Dr. Wiedy Murtini M.Pd. Economics Education Studies Program. Universitas Sebelas Maret Surakarta.
This study aims to determine how the impact of teachers' professional allowance to professionalism views of Competence Personality, Competence Pedagogy, Professional Competence and Social Competence junior high school teacher in the district social Karanganyar Central Java Province.
The research methodology used Maxing Design Method with the sequential combination method of qualitative research first and then followed by the quantitative research. Qualitative components are preferred and used to generate a theory or theories konstuk specific whereas quantitative component is used as a means to test the auxiliary ideas generated from the qualitative component. Techniques of data collection using interviews, observation, documentation, questionnaires as a supporter. Selection of informants using purposive sampling technique. Analysis of the data using the Interactive Analysis Model of Miles and Huberman.
The results of the data analysis with a qualitative approach shows that there are teachers who have not 1.Masih can be role models for students especially in terms of self-discipline and attitude of teachers. Allowance affects the lifestyle of a teacher and increased devotion to religious activities. 2. Eight teachers' teaching skills can not be executed properly. 3. In terms of teaching methods, there are teachers who only teach with an emphasis on lectures, use of learning resources is not optimal. Inadequate number of teachers increased professionalism by studying at postgraduate level. 4. Not all teachers are responsible for a person's profession as a teacher who is considered capable of intelligent thought to contribute to the surrounding community. The conclusions of the four competencies are included and seen the impact of professional allowances in the professionalism of teachers, in particular personal and social competence, for pedagogical and professional despite the impact of not achieving the expected goals and objectives of the certification program. Quantitative results that support is variable regression coefficient value teachers 'professional allowance has 0.00001957 positive direction in which an increase teachers' professional allowance will increase the professionalism of teachers. Simple regression analysis showed teachers' professional allowance significantly influence the professionalism of teachers.
commit to user
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat dan KaruniaNya tesis yang berjudul: DAMPAK TUNJANGAN PROFESI TERHADAP PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU IPS SMP KABUPATEN KARANGANYAR , dapat penulis selesaikan.
Dengan selesainya tesis ini, penulis ingin menyampaikan banyak terimakasih kepada:
1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta atas segala kebijakan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi tepat pada waktunya.
2. Dekan dan Pembantu Dekan atas segala kebijakan selama kuliah di UNS. 3. Prof. Dr. Trisno Martono, MM, sebagai Ketua Program Studi Pendidikan
Ekonomi.
4. Prof.Dr. Trisno Martono, MM dan Dr. Wiedy Murtini M.Pd sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bantuan berupa bimbingan penulisan dan dorongan sehingga tesis ini dapat selesai.
5. Kepala Sekolah dan guru IPS SMP Negeri Di Kabupaten Karanganyar, atas bantuan dan partisipasinya dalam melakukan penelitian tesis ini.
6. Bapak Khabib Alia Akhmad, SE, MM atas dorongan, bimbingan, pengertian dan semua bantuan yang diberikan sehingga tesis ini dapat selesai.
7. Keluarga tercinta yang banyak memberikan dorongan dalam penyelesaian tesis ini.
8. Teman-teman mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta angkatan 4 atas semua masukan yang diberikan.
Penulis menyadari atas keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki sehingga tulisan ini belum sempurna, semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi yang memerlukan.
Surakarta, 3 Januari 2013
commit to user
Ketika melalukan segala sesuatu berusaha dan selalu bersemangatlah,lakukan yang terbaik yang kita bisa lakukan dengan sepenuh hati, di hadapan ALLAH tidak ada yang tidak mungkin.
commit to user
Seiring rasa syukur kehadirat Allah SWT saya persembahkan karya ini untuk :
1. Ibu dan Bapak terimakasih atas doanya
2. Suami tercinta atas kesabaran dan dukungannya 3. Anakku M.Alive Muflih dan Alifah Aisy Muflih 4. Kakakku beserta keluarga
commit to user
Halaman i ii iii iv v
vi vii
viii ix
xi xiv xv xvi BAB I : PENDAHULUAN
A. ... 1
B. ... 8
C. ... 8
D. Tujuan Penelitian ... 8
E. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. 10 1. Tinjauan tentang Sistem pendidikan Nasional... ... 10
a. Pengertian Sisdiknas ... .... 10
b. Tujuan Pendidikan Nasional ... 11
c. Komponen-komponen Sisdiknas... 11
2. Tinjauan tentang sertifikasi... 13
commit to user
3. Tinjauan tentang Profesionalisme Guru... .. 22
a. Pengertian Profesionalisme... .. 22
b. Standar yang Dipersyaratkan Menjadi Guru Profesional ... .... 26
4. Tinjauan Tentang Kompetensi Guru... 28
a. Pengertian Kompetensi Guru... .. 28
b. Macam Kompetensi Guru... ... 30
5. Tinjauan Tentang Tunjangan Profesi... 41
a. Pengertian Tunjangan Profesi ... 41
b. Besaran ... 43
c. Sifat Tunjangan Profesi ... 44
d. Sumber Dana ... 44
e. Kriteria Guru Penerima ... 44
f. Pembayaran ... 45
g. Penghentian dan Pembatalan ... 46
B. Penelitian yang Relevan ... 47
C. Kerangka Berfikir... 55
BAB III : METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 58
B. Bentuk Strategi Penelitian ... 59
C. Instrumen Penelitian... 60
D. Teknik Sampling ... 61
E. Teknik Pengumpulan Data ... 62
F. Validitas Data ... 67
G. Teknik Analisis Data ... 68
H. Prosedur Penelitian ... 70
BAB IV : HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian... 72
B. Deskripsi Data ... 74
1. Deskripsi Responden ... 74
2. Deskripsi jawaban Responden Variabel Profesionalisme Guru ... 76
3. Fenomena yang Melatarbelakangi ... 112
C. Hasil Uji Coba Instrumen... 118
1. Uji Validitas ... 118
2. Uji Reliabilitas ... 120
D. Uji Prasyarat Analisis ... 121
1. Uji Normalitas ... 121
2. Uji Linieritas ... 121
commit to user
BAB V : KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. ... ..133 B. Implikasi ... ..137 C. Saran ... ..138
commit to user
60 Tabel 2. Lokasi Penelitian Berdasar Kelompok Kerja Tahun 2011- 73
Tabel 3 75
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Variabel Profesionalisme Dilihat dari Kompetensi
. 81
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Variabel Profesionalisme Dilihat dari Kompetensi
. 98
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Variabel Profesionalisme Dilihat dari Kompetensi
Prof 107
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Variabel Profesionalisme Dilihat dari Kompetensi Sosial
Tabel 8. Uji Va .. 119
Tabel 9 .. 21
commit to user
7
Gambar 2. Kerangka Pikir Peneliti 57
70
Gambar 4 81
Gambar 5 98
Gambar 6. Profesionalisme Guru Ko
commit to user
Lampiran 1. Daftar Sampel Guru yang Menerima Tunjangan Profesi Berdasarkan
Kelompok Kerja Tahun 2011- 141
Lampiran 2. Angket Sertifikasi Guru 143
Lampiran 3. Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Lampiran 4. Standart Kompetensi Guru
Lampiran 5. Hasil data angket
Lampiran 6. Field Note Wawancara
Lampiran 7. Field Note Observasi
Lampiran 8. Prota,Promes,Silabus,RPP,Tugas Siswa
Lampiran 9. Foto Wawancara
Lampiran 10. Foto Lokasi Penyebaran Angket
Lampiran 11. Foto Pemanfaatan LCD ...272
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Kualitas manusia yang di butuhkan oleh bangsa Indonesia pada masa
depan adalah mampu menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan bangsa
lain di dunia. Pendidikan di Indonesia menjadi salah satu masalah yang sangat
subtansial. Di era globalisasi saat ini, Indonesia harus mampu meningkatkan
pendidikan, sehingga tidak kalah bersaing dengan negara lain. Negara kita harus
mencetak orang-orang yang berjiwa mandiri dan mampu berkompetisi di tingkat
dunia. Saat ini, Indonesia membutuhkan orang-orang yang dapat berfikir secara
efektif, efisien dan juga produktif. Hal tersebut dapat diwujudkan jika kita
mempunyai tenaga pendidik yang handal dan mampu mencetak generasi bangsa
yang pintar dan bermoral.
Sebagai pendidik dan pengajar, guru memegang peranan yang cukup
penting baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan kurikulum. Lebih lanjut
guru adalah perencana, pelaksana, dan pengembang kurikulum bagi peserta didik
di kelasnya. Karena guru juga merupakan barisan pengembang kurikulum yang
terdepan maka guru pulalah yang selalu melakukan evaluasi dan penyempurnaan
terhadap kurikulum. Menyadari hal tersebut betapa pentingnya untuk
meningkatkan aktivitas, kreatifitas, kualitas, dan profesionalisme guru. Hal
tersebut lebih nampak lagi dalam pendidikan yang dikembangkan secara
commit to user
dasar sesuai dengan kondisi serta kebutuhan daerah dan sekolah. Kunci penting
peran guru yang berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar peserta didik
yaitu jumlah waktu efektif digunakan guru untuk melakukan pembelajaran dikelas
dan kualitas kemampuan guru. Dalam hal ini guru hendaknya memiliki standar
kemampuan profesional untuk melakukan pembelajaran yang berkualitas.
Guru memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan, karena guru
memegang kunci dalam pendidikan dan pengajaran di sekolah. Guru adalah pihak
yang paling dekat berhubungan dengan siswa dalam pelaksanaan pendidikan
sehari-hari, dan guru merupakan pihak yang paling besar peranannya dalam
menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena
itu, pembinaan dan pengembangan terhadap guru merupakan hal mendasar dalam
proses pendidikan. Saat ini guru dianggap sebuah profesi yang sejajar dengan
profesi yang lain, sehingga seorang guru dituntut bersikap profesional dalam
melaksanakan tugasnya.
Pemerintah berupaya keras dalam peningkatan mutu pendidikan tersebut
dengan mengadakan pembaharuan dalam bidang pendidikan. Salah satu cara yang
ditempuh Depdiknas adalah melakukan serangkaian kegiatan untuk
menyempurnakan kurikulum 1994 dan melakukan rintisan secara terbatas untuk
validasi mendapatkan masukan empiris, kurikulum tersebut dikenal dengan
Kurikulum berbasis kompetensi, karena menggunakan pendekatan kompetensi.
Draft kurikulum tersebut perlu disesuaikan dan disempurnakan kembali dimana
commit to user
validasi empiris terhadap standar kompetensi dan kompetensi dasar. Kurikulum
hasil penyempurnaan tersebut dikenal sebagai KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan).
Beberapa penerapan pola peningkatan mutu di Indonesia telah banyak
dilakukan, namun masih belum dapat secara langsung memberikan efek perbaikan
mutu. Di antaranya adalah usaha peningkatan mutu dengan perubahan kurikulum
dan proyek peningkatan lain; Proyek Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis
Sekolah (MPMBS), Proyek Perpustakaan, Proyek Bantuan Meningkatkan
Manajemen Mutu (BOMM), Proyek Bantuan lmbal Swadaya (BIS), Proyek
Pengadaan Buku Paket, Proyek Peningkatan Mutu Guru, Dana Bantuan Langsung
(DBL), Bantuan Operasioanal Sekolah (BOS) dan Bantuan Khusus Murid
(BKM). Dengan memperhatikan sejumlah proyek itu, dapatlah kita simpulkan
bahwa pemerintah telah banyak menghabiskan anggaran dana untuk membiayai
proyek itu sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan.
Upaya lain yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka peningkatan
kualitas guru dengan melakukan kebijakan sertifikasi guru. Kebijakan sertifikasi
yang berlaku bagi guru dan dosen memang suatu langkah strategis untuk dapat
meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Sertifikasi dapat diartikan sebagai
proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen atau bukti formal
sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga
profesional. Undang-Undang Republik Indonesia No.14 tahun 2005, pasal 8
commit to user
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Kualifikasi akademik yang dimaksud sebagaimana pasal 9 adalah melalui
program Sarjana atau program Diploma Empat. Hal ini diperkuat oleh Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan yang menyatakan bahwa kualifikasi akademik adalah tingkat
pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan
dengan ijasah dan atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai kebutuhan
perundang-undangan yang berlaku. Standar pendidik pada pendidikan MI/SD,
SMP/MTS, SMA/MA haruslah memiliki kualifikasi akademik minimum Diploma
Empat (D-4) atau Sarjana (S-1). Sedangkan untuk standar pendidik pada
pendidikan tinggi minimum lulusan Diploma Empat (D-4) atau Sarjana (S-1)
untuk program Diploma, lulusan program Magister (S-2) untuk program Sarjana
(S-1) dan lulusan program Doktor (S-3) untuk program Sarjana (S-1) dan lulusan
program Doktor (S-3) untuk program Magister dan program Dokter.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kompetensi Guru Republik Indonesia
tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru dijelaskan bahwa
standar kompetensi guru dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama,
yaitu : (1) kompetensi kepribadian, (2) pedagogik, (3) profesional, dan (4) sosial.
Keempat kompetensi tersebut terintregasi dalam kinerja guru.
Guru yang telah lulus sertifikasi diharapkan telah menguasai dan mampu
commit to user
harus mampu memahami karakteristik siswa dilihat dari berbagai aspek seperti
moral, emosional, dan intelektual. Hal tersebut berimplikasi bahwa seorang guru
harus mampu menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip belajar, karena siswa
memiliki karakter, sifat, dan ketertarikan yang berbeda-beda. Selanjutnya
dipandang dari kompetensi profesional, guru mampu membuat perencanaan dan
pelaksanaan proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk mengarahkan
kegiatan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, untuk itu guru dituntut
mampu menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu belajar dan peka
terhadap perubahan jaman serta menguasai materi pelajaran yang disajikan.
Dipandang dari kompetensi sosial, guru harus mampu menunjukkan rasa
sosial terhadap teman sejawat, menarik masyarakat untuk berperan serta dalam
pendidikan putra-putrinya, nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku, masyarakat
yang memiliki pengaruh besar terhadap pembentukan watak dan kepribadian
peserta didik, sadar akan perannya sebagai makhluk sosial yang mempunyai peran
untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga pendidik, watak peserta didik serta masyarakat sekitar.
Sedangkan dipandang dari kompetensi kepribadian, guru yang telah disertifikasi
memiliki komitmen dan kemauan yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya
sebagai guru profesional, berakhlak mulia, bertanggung jawab, kasih sayang
kepada peserta didik tanpa membedakan suku, ras, golongan, dan melaksanakan
commit to user
mendapatkan tunjangan satu kali gaji pokok, hal ini sesuai dengan pengertian
profesionalisme itu sendiri yang memiliki dua kriteria pokok, yaitu keahlian dan
pendapatan atau bayaran J.S.Badudu (2003). Sehingga konsekuensi logis itu di
antaranya adalah: pertama, kinerja guru harus lebih meningkat. Kedua,
meningkatnya kompetensi guru baik, kepribadian, pedagogik profesional, dan
sosial secara holistik yang direfleksikan dalam pembelajaran yang inovatif dan
senantiasa mengkritisi segala bentuk fenomena aktual dalam bidang pendidikan.
Ketiga, memiliki karakteristik sebagai guru profesional, yakni menguasai
kurikulum dan perangkatnya, menguasai materi setiap materi pelajaran,
menguasai metode dan teknik evaluasi, memiliki komitmen yang tinggi terhadap
tugasnya, dan memiliki disiplin dalam arti luas. Keempat, lebih arif dan bersahaja
dalam pikiran, ucapan, dan tindakan serta dapat menjadi teladan bagi guru biasa
yang belum tersentuh sertifikasi, dan kelima mampu melaksanakan self eva lua tion
dalam melaksanakan tugas pokok guru.
Fenomena yang ada di lapangan menunjukkan bahwa tidak semua guru
yang telah lulus sertifikasi menunjukkan perubahan dan peningkatan dalam
profesionalismenya yang memuat empat kompetensi seperti yang dikemukakan di
atas. Bahkan dari pengamatan yang dilakukan oleh peneliti di lapangan, beberapa
guru yang telah lulus sertifikasi justru menunjukkan perubahaan yang sangat luar
biasa bukan dalam hal kinerja bagaimana meningkatkan mutu diri sebagai
pendidik, mengajar secara bersungguh-sungguh dan berusaha memenuhi empat
commit to user
sebagai guru misal untuk menuntut ilmu kejenjang yang lebih tinggi, belajar
inovasi atau membeli alat media pembelajaran yang dapat meningkatkan
profesionalismenya. Tapi kenyataan dilapangan banyak yang mengunakan untuk
hal-hal yang bersifat konsumtif saja seperti membeli mobil, sepeda motor,
memperbaiki rumah, merubah penampilan atau performa dan lain sebagainya. Hal
ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mulyono (2008) yang
menyampaikan bahwa dampak sertifikasi terhadap kinerja guru belum mengalami
perubahan-perubahan yang berarti.
Namun dilain sisi ada pula guru yang telah mendapatkan sertifikasi
menggunakan tunjangan tersebut secara bertanggung jawab dengan meningkatkan
kinerjanya dengan menjadi guru yang profesional dan melaksanakan standar
kompetensi yang telah ditentukan berdasarkan peraturan serta pengembangannya
dengan lebih baik.
Hal-hal tersebut merupakan gambaran awal dari penelitian tentang dampak
sertifikasi guru SMP Kabupaten Karanganyar. Penelitian ini diharapkan dapat
mendapatkan gambaran dampak tunjangan profesi guru terhadap peningkatan
Profesionalisme guru SMP di Kabupaten Karanganyar. Berdasarkan latar
belakang di atas maka penulis memilih judul :
commit to user
Berdasarkan latar belakang di atas, maka fokus penelitian ini meneliti
tentang : Dampak Tunjangan Profesi Terhadap Peningkatan Profesionalisme Guru
IPS SMP Negeri Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah tahun 2012
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan Fokus penelitian di atas, maka permasalahan dalam penelitian
Dampak Tunjangan Profesi
Terhadap Peningkatan Profesionalisme Guru IPS SMP di Kabupaten Karanganyar
4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui bagaimanakah Dampak tunjangan profesi terhadap
profesionalisme guru IPS SMP di Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah.
5. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang
bermanfaat untuk menambah dan mengembangkan wawasan ilmu
pengetahuan di bidang pendidikan.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memperkaya kajian
commit to user
penelitian lanjutan serta dapat digunakan bahan perbandingan dalam
penelitian sejenis.
3. Manfaat Praktis
A. Bagi sekolah, dapat memberikan gambaran dan masukan dalam rangka
mengoptimalkan profesionalisme guru yang telah tersertifikasi untuk
meningkatkan kualitas hasil pembelajaran di SMP Kabupaten Karanganyar
Provinsi Jawa Tengah.
B. Bagi guru, sebagai acuan dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru
profesional dan agar dapat selalu meningkatkan kinerjanya dalam mendidik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Kajian Teori
1. Tinjauan tentang Sistem Pendidikan Nasional
a) Pengertian Sistem Pendidikan Nasional
Suatu negara mampu berkembang menjadi lebih baik, banyak ditentukan oleh
kualitas sumberdaya manusia yang dimiliki oleh negara tersebut. Oleh karena itu
sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan
pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan
untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal,
nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara
terencana, terarah, dan berkesinambungan.
Pendidikan nasional dan sistem pendidikan nasional dapat dijumpai dalam UU
No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bab I pasal 1 didefinisikan
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasar Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama,
kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
Menurut Zainal (2008) didalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 ini
memberikan dasar hukum untuk membangun pendidikan nasional dengan
menerapkan prinsip demokrasi, desentralisasi, otonomi, keadilan dan menjunjung
tinggi hak asasi manusia. Penerapan semua ketentuan dalam undang-undang ini
yang pada gilirannya akan memberikan sumbangan signifikan terhadap
masalah-masalah makro yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Sistem Pendidikan Nasional
adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional.Sistem pendidikan nasional dalam uraiannya
terdiri dari 22 bab dan 77 pasal.
b) Tujuan Pendidikan Nasional
Dalam UU No. 20 tahun 2003 Bab II pasal 3 yang menegaskan bahwa :
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.
c) Komponen-Komponen Sistem Pendidikan Nasional
Komponen-komponen sistem pendidikan nasional tersebut dapat dibagi dalam
dua golongan besar yaitu: (1) Satuan Pendidikan Sekolah dan (2) Satuan Pendidikan
Luar Sekolah. Satuan Pendidikan Sekolah merupakan bagian dari sistem pendidikan
yang bersifat formal, berjenjang dan berkesinambungan. Dilihat dari jenjangnya,
pendidikan sekolah dapat dibagi menjadi Pendidikan Prasekolah, Pendidikan Dasar,
Pendidikan Menengah dan Pendidikan Tinggi. Dilihat dari sifatnya, pendidikan
sekolah dapat diklasifikasikan lagi menjadi pendidikan umum, pendidikan kejuruan,
pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan
Satuan pendidikan luar sekolah meliputi: pendidikan dalam keluarga, pendidikan
melalui kelompok-kelompok belajar, kursus-kursus, dan satuan-satuan pendidikan
lain yang sejenis. Pendidikan pada satuan pendidikan ini bisa bersifat informal,
maupun formal.
Keberhasilan komponen-komponen sistem pendidikan dalam menunaikan
fungsinya juga tergantung pada adanya beberapa sarana penunjang yang ikut
membantu berfungsinya komponen-kornponen atau satuan-satuan pendidikan
tersebut. Beberapa di antara sarana penunjang dalam sistem pendidikan kita adalah:
kurikulum, tenaga kependidikan, sumberdaya pendidikan dan pengelolaan .
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu ( UU No. 20 tahun
2003 pasal 1 ayat 19 ). Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan : peningkatan
iman dan taqwa, peningkatan akhlak mulia, peningkatan potensi, kecerdasan, dan
minat peserta didik, keragaman potensi daerah dan lingkungan, tuntutan
pembangunan daerah dan nasional, tuntutan dunia kerja, perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni, agama, dinamika perkembangan global, persatuan
nasional dan nilai-nilai kebangsaan. (UU No. 20 th 2003 pasal 36).
Tenaga kependidikan merupakan ujung tombak usaha perwujudan tujuan
pendidikan. Tugas pokok mereka adalah menyelenggarakan kegiatan mengajar,
teknis dalam bidang pendidikan. Mereka terdiri dari tenaga-tenaga pendidik,
pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas, peneliti dan pengembang dalam
bidang pendidikan, pustakawan, laboran, dan teknisi sumber belajar. Mereka
seharusnya merupakan orang-orang yang profesional yang menguasai tugasnya dan
memiliki dedikasi dalam melaksanakan tugasnya.
Berhasilnya suatu satuan pendidikan dalam menunaikan fungsinya perlu
ditunjang dengan penyediaan sumberdaya pendidikan yang meliputi: gedung dan
perlengkapannya, sumber belajar seperti buku-buku dan alat-alat bantu mengajar dan
dana yang memadai.
Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses
dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu upaya perbaikan apapun yang
dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan
sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang profesional dan
berkualitas. Dengan kata lain, perbaikan kualitas pendidikan harus berpangkal dari
guru dan berujung pada guru pula.
2. Tinjauan tentang Sertifikasi
1) Pengertian Sertifikasi
Salah satu faktor mendasar yang menentukan ketercapaian tujuan pendidikan
adalah guru. Peran guru amat signifikan bagi setiap keberhasilan proses pembelajaran
Jones, Jenkin & Lord (2006). Sebagai agen pembelajaran,guru berperan sebagai
,Rohmanto (2008). Dari begitu banyak variabel yang menentukan pendidikan,
muncul bukti-bukti bahwa kemampuan guru merupakan variabel terpenting atas
kualitas hasil pembelajaran Pendidik (guru) adalah tenaga profesional sebagaimana
diamanatkan dalam Pasal 39 ayat 2, UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Pasal 2 ayat 1,UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, dan Pasal 28 ayat (1) PP RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Mengacu pada landasan yuridis dan kebijakan tersebut, secara tegas
menunjukkan adanya keseriusan dan komitmen yang tinggi pihak Pemerintah dalam
upaya meningkatkan profesionalisme dan penghargaan kepada guru yang muara
akhirnya pada peningkatan kualitas pendidikan nasional.
Sedangkan dalam UU RI No.14 Tahun 2005 Bab I pasal 1 ayat 11 dan 12
Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikasi pendidik untuk guru dan dosen,
Sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada
guru dan dosen sebagai tenaga professional. Menurut Muslich (2007) Sertifikasi
adalah proses pemberian sertifikasi pendidikan kepada guru yang telah memenuhi
persyaratan tertentu, yaitu memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sehat jasmani
dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujutkan tujuan pendidikan nasional
yang dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan yang layak.
Sertifikasi guru dapat diartikan pula sebagai suatu proses pemberian
pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan
pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi
sertifikasi guru adalah proses uji kompetensi yang dirancang untuk mengungkapkan
penguasaan kompetensi seseorang sebagai landasan pemberian sertifikat pendidik.
Kualifikasi akademik minimum diperoleh melalui pendidikan tinggi, dan
sertifikat kompetensi pendidik diperoleh setelah lulus ujian sertifikasi. Pengertian
sertifikasi secara umum mengacu pada Na tiona l Commision on Educatinal Services
(NCES) Certifica tion is a procedure whereby the state eva luates and
Dalam hal ini sertifikasi merupakan prosedur untuk menentukan apakah
seorang calon guru layak diberi izin dan kewenangan untuk mengajar. Dalam kaitan
ini, di tingkat negara bagian (Amerika Serikat) terdapat badan independen yang
disebut The America n Association of Colleges for Tea cher Educa tion (AACTE).
Badan independen ini yang berwenang menilai dan menentukan apakah ijazah yang
dimiliki oleh calon pendidik layak atau tidak layak untuk diberikan lisensi pendidik.
Oleh karena itu peningkatan mutu guru dilakukan melalui program sertifikasi
sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan dan profesionalisme guru. Rasionalnya
adalah apabila kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi
profesional dan kompetensi sosial telah sesuai dengan standar yang telah ditentukan,
diikuti dengan penghasilan yang meningkat diharapkan profesionalisme guru juga
meningkat dan membuahkan pendidikan yang bermutu.
a. Prosedur dan Persyaratan Sertifikasi Guru dalam Jabatan
Muslich (2007) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)
Sertifikasi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik. Uji kompetensi tersebut dilakukan dalam bentuk penilaian portofolio, yang merupakan pengakuan atas pengalaman profesional guru dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang mencerminkan kompetensi guru. Komponen penilaian portofolio mencakup :
a. kualifikasi akademik b. pendidikan dan latihan c. pengalaman mengajar
d. perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran e. penilaian dari atasan dan pengawas
f. prestasi akademik
g. karya pengembangan profesi h. keikutsertaan dalam forum ilmiah
i. pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial j. penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.
Selanjutnya Muslich (2007) menjelaskan bahwa penilaian portofolio peserta
sertifikasi guru dilakukan oleh LPTK penyelenggara sertifikasi guru dalam bentuk
Rayon yang terdiri atas LPTK Induk dan LPTK Mitra dikoordinasikan oleh
Konsorsium Sertifikasi Guru (KSG). Unsur Konsorsium Sertifikasi Guru terdiri atas
LPTK, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen DIKTI), dan Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Ditjen
PMPTK). Secara umum prosedur pelaksanaan sertifikasi guru dalam jabatan
Gambar 1.
Prosedur Sertifikasi Bagi Guru dalam Jabatan
Berdasarkan gambar di atas, prosedur Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan
dapat dijelaskan sebagai berikut.
(1) Guru peserta sertifikasi menyusun dokumen portofolio dengan mengacu pada
panduan penyusunan perangkat sertifikasi bagi guru dalam jabatan.
(2) Dokumen portofolio yang telah disusun, diserahkan kepada dinas pendidikan
kabupaten / kota untuk diteruskan kepada LPTK induk untuk dinilai oleh asesor
di rayon tersebut.
(3) Hasil penilaian portofolio peserta sertifikasi, bila mencapai skor minimal
kelulusan dan dinyatakan lulus akan memperoleh sertifikat pendidik. Guru Da la m
Jabantan S-1/D-4
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
DIKLAT PROFESI GURU
Sertifikat Pendidik
Ke giata n me lengkapi portofolio Penilaian
Portofoli Lulus
Tidak Lulus
Luluas
Lulus Tidak Lulus
Tidak Lulus Pelaksanaan
Diklat
Ujian Ulang 2x
(4) Hasil penilaian portofolio peserta sertifikasi yang belum mencapai skor minimal
kelulusan, rayon LPTK akan merekomendasikan kepada peserta dengan alternatif
sebagai berikut :
1) Melakukan kegiatan untuk melengkapi kekurangan dokumen
portofolio.
2) Mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (Diklat Profesi Guru
/DPG) yang diakhiri dengan ujian.
3) Materi DPG mencakup empat kompetensi, yakni kepribadian,
pedagogik, profesional, dan sosial.
(5) Pelaksanaan DPG diatur oleh LPTK penyelenggara dengan memerhatikan skor
hasil penilaian portofolio dan rambu-rambu yang ditetapkan oleh Konsorarium
Sertifikasi Guru.
1) Peserta DPG yang lulus ujian, akan memperoleh sertifikat pendidik.
2) Peserta yang tidak lulus diberi kesempatan mengikuti ujian ulang sebanyak
dua kali dengan tenggang waktu sekurang-kurangnya dua minggu. Apabila
tidak lulus peserta diserahkan kembali ke dinas pendidikan kabupaten/kota.
(6) Untuk menjamin standarisasi prosedur dan mutu lulusan maka rambu-rambu
mekanisme, materi, dan sistem ujian DPG dikembangkan oleh Konsorarium
Sertifikasi Guru.
Mengacu pada Permendiknas Nomor 18 tahun 2007, persyaratan utama
peserta sertifikasi bagi guru dalam jabatan adalah guru yang telah memiliki
kualifikasi akademik sarjana (S-1) atau Diploma Empat (D-4). Selain itu, peserta
sertifikasi tiap tahun dibatasi kuota dan jumlah guru yang memenuhi persyaratan
kualifikasi akademik lebih besar daripada kuota, maka Dinas Pendidikan Provinsi
atau Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dalam menetapkan peserta sertifikasi juga
mempertimbangkan kriteria:
(1) Masa kerja/pengalaman mengajar,
(2) Usia,
(3) Pangkat/golongan (bagi PNS)
(4) Beban mengajar,
(5) Jabatan/tugas tambahan, dan
(6) Prestasi kerja
Penetapan (calon) peserta sertifikasi guru dalam jabatan ini dilakukan secara
transparan, yang dibuktikan dengan pengumuman secara terbuka oleh Dinas
Pendidikan Provinsi atau Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Dengan cara
demikian, publik akan mengetahui siapa-siapa yang berkesempatan mengikuti
sertifikasi pada tahun tertentu, dan siapa-siapa yang berkesempatan mengikuti
sertifikasi pada tahun berikutnya.
b. Tujuan dan Manfaat Sertifikasi
Samani (2010) Sertifikasi guru bertujuan untuk menentukan tingkat kelayakan
dan sekaligus memberikan sertifikat pendidik bagi guru yang telah memenuhi
persyaratan dan lulus sertifikasi. Adapun manfaat uji sertifikasi guru dalam
kerangka makro upaya peningkatan kualitas layanan dan hasil pendidikan
pertama, melindungi profesi guru dari praktik-praktik layanan pendidikan yang
tidak kompeten sehingga dapat merusak citra profesi guru. Kedua, melindungi
masyarakat dari tindakan tidak professional dan berkualitas yang bisa
menghambat kualitas pendidikan dan penyiapan SDM. Ketiga, menjadi wahana
penjamin mutu dan mempersiapkan calon guru dan juga kontrol mutu bagi
pengguna layanan pendidikan. Keempat, menjaga lembaga penyelenggara
pendidikan dari keinginan internal dan tekanan ekternal yang berpotensi
menyimpang dari ketentuan yang berlaku.
Muslich (2007) Undang-Undang Guru dan Dosen menyatakan bahwa
sertifikasi sebagai bagian dari peningkatan mutu guru dan peningkatan
kesejahteraannya. Oleh karena itu, lewat sertifikasi ini diharapkan guru menjadi
pendidik yang professional yaitu berpendidikan minimal S-1/D-4 dan
berkompetensi sebagai agen pembelajaran yang dibuktikan dengan pemilikan
sertifikasi pendidik setelah dinyatakan lulus uji kompetensi. Atas profesinya itu,
ia berhak mendapatkan imbalan (rewa rd) berupa tunjangan profesi dari
pemerintah sebesar satu kali gaji pokok.
Wibowo (2004) mengungkapkan bahwa sertifikasi bertujuan untuk hal-hal
1) Melindungi profesi pendidik dan tenaga kependidikan, (2) melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak kompeten, sehingga merusak citra pendidik dan tenaga kependidikan, (3) membantu melindungi lembaga penyelenggara pendidikan, dengan menyediakan rambu-rambu dan instrumen untuk melakukan seleksi terhadap pelamar yang kompeten, (4) membangun citra masyarakat terhadap profesi pendidik dan tenaga kependidikan, (5) memberikan solusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidik dan tenaga kependidikan.
Selain pendapat di atas, Suyatno (2008) menyatakan bahwa tujuan utama
sertifikasi guru adalah :
a) Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
b) Meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan. c) Meningkatkan martabat guru.
d) Meningkatkan profesionalitas guru.
Lebih lanjut Wibowo (2004) dikemukakan bahwa sertifikasi pendidik dan
tenaga kependidikan mempunyai manfaat sebagai pengawasan mutu dan penjaminan
mutu. Sebagai pengawasan mutu, manfaat sertifikasi adalah sebagai berikut:
a) Lembaga sertifikasi yang telah mengidentifikasi dan menentukan seperangkat kompetensi yang bersifat unik, (2) untuk setiap jenis profesi dapat mengarahkan para praktisi untuk mengembangkan tingkat kompetensinya secara berkelanjutan, (3) peningkatan profesionalisme melalui mekanisme seleksi, baik pada waktu awal masuk organisasi profesi maupun pengembangan karier selanjutnya, (4) proses seleksi yang lebih baik, program pelatihan yang lebih bermutu maupun usaha belajar secara mandiri untuk mencapai tingkatan profesionalisme.
Selain sebagai pengawasan mutu, manfaat sertifikasi adalah sebagai
penjaminan mutu diantaranya menurut Wibowo (2004):
pelanggan/pengguna yang ingin memperkerjakan orang dalam bidang keahlian dan keterampilan tertentu.
Suyatno (2008) menyatakan bahwa manfaat sertifikasi guru yang utama
adalah sebagai berikut:
a. Melindungi profesi guru dari parktik-praktik yang tidak kompeten, yang dapat merusak citra profesi guru.
b. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan tidak profesional.
c. Meningkatkan kesejahteraan guru.
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
sertifikasi guru bertujuan dan bermanfaat untuk pertama, sebagai landasan yuridis
bagi guru dari perbuatan semena-mena dari siswa, orang tua, dan masyarakat. Kedua,
meningkatkan kesejahteraan guru dan ketiga meningkatkan profesionalisme guru dan
kinerja guru dimana peningkatan kinerja guru serta profesionalisme guru diukur dari
empat kompetensi yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi
profesional dan kompetensi sosial.
3. Tinjauan Tentang Profesionalisme Guru
a) Pengertian Profesionalisme
Dalam Kamus Kata-Kata Serapan Asing Dalam Bahasa Indonesia, karangan
J.S. Badudu (2003), definisi profesionalisme adalah mutu, kualitas, dan tindak tanduk
yang merupakan ciri suatu profesi atau ciri orang yang profesional. Sementara kata
profesional sendiri berarti (1) bersifat profesi (2) memiliki keahlian dan keterampilan
definisi di atas dapat disimpulkan bahwa profesionalisme memiliki dua kriteria
pokok, yaitu keahlian dan pendapatan (bayaran). Kedua hal itu merupakan satu
kesatuan yang saling berhubungan. Artinya seseorang dapat dikatakan memiliki
profesionalisme manakala memiliki dua hal pokok tersebut, yaitu keahlian
(kompetensi) yang layak sesuai bidang tugasnya dan pendapatan yang layak sesuai
kebutuhan hidupnya. Hal itu berlaku pula untuk profesionalisme guru.
Profesional bisa diartikan ahli, atau orang yang bekerja sesuai bidang
keahliannya dan kemudian dia mendapatkan penghargaan ( dalam hal bayaran atau
imbalan uang) karena pekerjaannya itu. Guru professional berarti guru yang bekerja
(sebenarnya berkarya) menurut dan sesuai dengan keahliaanya. Secara sederhana,
guru professional adalah dia yang mampu mengendalikan fungsi otak dan hatinya
untuk sesuatu yang bermanfaat dan bertanggung jawab, Aziz (2012).
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan
menjadi sumber penghasilan kehidupan memerlukan keahlian, kemahiran, atau
kecakapan yang memenuhi standar mutu atau moral tertentu, serta memerlukan
profesi, Muslich (2007). Profesionalisme berasal dan kata profesional yang
mempunyai makna yaitu berhubungan dengan profesi dan memerlukan kepandaian
khusus untuk menjalankannya, KBBI (2009). Sedangkan profesionalisme adalah
tingkah laku, keahlian atau kualitas dan seseorang yang professional, Longman (
1987).
Dalam UURI No.14 th 2005 Bab I Pasal 1 ayat 4 Profesional adalah
kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan memenuhi standar
mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Dengan adanya
persyaratan profesionalisme guru ini, perlu adanya paradigma baru untuk melahirkan
profil guru Indonesia yang profesional di abad 21 yaitu; (1) memiliki kepribadian
yang matang dan berkembang; (2) penguasaan ilmu yang kuat; (3) keterampilan
untuk membangkitkan peserta didik kepada sains dan teknologi; dan (4)
pengembangan profesi secara berkesinambungan. Keempat aspek tersebut merupakan
satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan dan ditambah dengan usaha lain yang
ikut mempengaruhi perkembangan profesi guru yang profesional.
Bila ditinjau secara lebih dalam, terdapat beberapa karakteristik
profesionalisme guru. Rebore (1991) mengemukakan enam karakteristik
profesionalisme guru, yaitu: (1) pemahaman dan penerimaan dalam melaksanakan
tugas, (2) kemauan melakukan kerja sama secara efektif dengan siswa, guru, orang
tua siswa, dan masyarakat, (3) kemampuan mengembangkan visi dan pertumbuhan
jabatan secara terus menerus, (4) mengutamakan pelayanan dalam tugas, (5)
mengarahkan, menekan dan menumbuhkan pola perilaku siswa, serta (6)
melaksanakan kode etik jabatan.
Sementara itu, Glickman (1981) memberikan ciri profesionalisme guru dari
dua sisi, yaitu kemampuan berpikir abstrak (abstraction) dan komitmen
yaitu mampu merumuskan konsep, menangkap, mengidentifikasi, dan memecahkan
berbagai macam persoalan yang dihadapi dalam tugas, dan juga memiliki komitmen
yang tinggi dalam melaksanakan tugas. Komitmen adalah kemauan kuat untuk
melaksanakan tugas yang didasari dengan rasa penuh tanggung jawab.
Lebih lanjut, Welker (1992) mengemukakan bahwa profesionalisme guru
dapat dicapai bila guru ahli (expert) dalam melakasnakan tugas, dan selalu
mengembangkan diri (growth). Glatthorm (1990) mengemukakan bahwa dalam
melihat profesionalisme guru, disamping kemampuan dalam melaksanakan tugas,
juga perlu mempertimbangkan aspek komitmen dan tanggung jawab (responsibility),
serta kemandirian (autonomy).
Profesionalisme guru adalah kemampuan guru untuk melakukan tugas
pokoknya sebagai pendidik dan pengajar meliputi kemampuan merencanakan,
melakukan, dan melaksanakan evaluasi pembelajaran. Pada prinsipnya setiap guru
harus disupervisi secara periodik dalam melaksanakan tugasnya. Jika jumlah guru
cukup banyak, maka kepala sekolah dapat meminta bantuan wakilnya atau guru
senior untuk melakukan supervisi. Keberhasilan kepala sekolah sebagai supervisor
antara lain dapat ditunjukkan oleh meningkatnya kinerja guru yang ditandai dengan
kesadaran dan keterampilan melaksanakan tugas secara bertanggung jawab.
Dengan demikian Profesionalisme adalah kemampuan seorang guru sebagai
lingkungannya, selain itu juga sebagai pengajar membantu peserta didik mempelajari
sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi, dan memahami materi
standar yang dipelajari.
b) Standar yang Dipersyaratkan Menjadi Guru Profesional
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Sagala (2009) standar berarti
antara lain sesuatu yang dipakai sebagai contoh atau dasar yang sah bagi ukuran,
takaran, dan timbangan. Standar dapat juga dipahami sebagai kriteria minimal yang
harus dipenuhi. Jadi standar profesional guru mempunyai kriteria minimal
berpendidikan sarjana atau diploma empat serta dilengkapi dengan sertifikasi profesi.
Guru Profesional adalah guru yang mengerahkan semua kemampuan
terbaiknya serta seluruh potensi kecerdasanya untuk mendidik murid-muridnya
menjadi manusia yang mengenal dirinya dan mengetahui segenap potensi dalam
dirinya, serta menggunakan potensi baik itu untuk kemaslahatan dirinya, orang lain
dan lingkungan sosialnya, Aziz (2012).
Ukuran kesuksesan kerja profesional bagi seorang guru dapat dilihat dari
target yang ingin dicapai dalam pembelajaran, serta kemampuan mengoptimalkan
fasilitas belajar dan kondisi setempat.
http://kafeilmu.com/2010/09/cara-bagaimana-meningkatkan-mutu-pendidikan.html#ixzz1pzdpdbUD oleh Rublik Opini pada 4
Januari 2012 pukul 9:20 Persiapan pembelajaran menjadi sesuatu yang wajib
dikerjakan, dan pelaksanaan aplikasi dalam kelas berpijak kepada persiapan yang
berbeda. Kepedulian untuk mengembangkan kemampuan afektif, emosional, sosial
dan spiritual siswa, sesuatu yang vital untuk bisa melihat kelebihan atau keunggulan
yang terdapat dalam diri anak. Peserta didik diberi kesempatan untuk
mengembangkan diri dan menemukan aktualisasi sehingga tumbuh rasa percaya diri.
Secara implikatif sikap profesionalisme, guru dibutuhkan dalam upaya
strategis untuk terlaksana dan tercapainya tujuan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan. Untuk memandirikan dan membedayakan satuan pendidikan melalui
pemberian kewenangan kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk
melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan
kurikulum, Mulyasa (2010). Lebih jauh lagi akan berpengaruh terhadap sistem
pendidikan yang berlangsung dalam sekolah. Suatu sistem yang mencerminkan
amanat Undang- Undang untuk memanusiakan manusia, terciptanya pendidikan yang
demokratis dan berwawasan kebangsaan. Berkembangnya potensi manusia Indoensia
yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, tanpa lupa mengembangkan
kecerdasan kognitif, afektif dan psikomotoriknya.
Guru yang memenuhi standar adalah guru yang memenuhi kualifikasi yang
dipersyaratkan dan memahami benar apa yang harus dilakukan, baik di dalam kelas
maupun di luar kelas. Disamping tugas mengajar sebagai tugas pokok seorang guru,
ada juga beberapa persoalan atau tugas prinsip yang semua guru harus mengetahui
dan menguasainya sebagai bagian dari tugas seorang guru yang profesional yakni:
tugas administrasi kurikulum, dan pengembangannya, khusus, dan hubungan
Guru profesional bukanlah hanya untuk satu kompetensi saja, yaitu
kompetensi profesional tetapi harus menguasai empat kompetensi yaitu pedagogik,
profesional, kepribadian, dan sosial. Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang
No.14 Tahun 2005 dan PP No.19 Tahun 2005 agar guru dan dosen memahami,
menguasai, dan terampil menggunakan sumber-sumber belajar baru dan menguasai
empat kompetensi, maka guru harus mengikuti program sertifikasi.
4. Tinjauan tentang Kompetensi Guru
(1) Pengertian Kompetensi Guru
Berdasarkan peraturan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
gkat
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai
McAhsan (1981), sebagaimana dikutip oleh Mulyasa (2003) mengemukakan
bahwa kompetensi: , skills, a nd abilities or capa bilities tha t a
person a chieves, which become part of his or her being to the extent he or she can
.
Dalam hal ini, kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya,
sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik
Finch & Crunkilton (1979), sebagaimana dikutip oleh Mulyasa (2003)
mengartikan kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan,
sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Sofo (1999)
mengemukakan e, but in
pa rticula r the consistent applica tions of those skill, knowledge, a nd attitude to the
Dadi, Permadi & Arifin (2010), Kompetensi adalah kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman peserta didik,
perencanaan dan hasil pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan
mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimiliki. Hoyyima,Khoiri (2010) mendifinisikan kompetensi adalah suatu gambaran
yang utuh tentang potensi, pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang terkait dengan
profesi tertentu berkenaan dengan bagian-bagian yang dapat diaktualisasikan dan
diwujudkan melalui tindakan atau kinerja untuk menjalankan profesi.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru
dijelaskan bahwa Standar Kompetensi Guru Republik Indonesia Nomor 16 tahun
2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru dijelaskan bahwa
standar kompetensi guru dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama,
keempat kompetensi tersebut terintregasi dalam kinerja guru untuk meningkatkat
profesionalisme sebagai guru.
Dengan kata lain kompetensi tidak hanya mengandung pengetahuan,
keterampilan dan sikap, namun yang penting adalah penerapan dari pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang diperlukan tersebut dalam pekerjaan dimana guru
memiliki tugas mengajar, melatih peserta didik sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
(2) Macam Kompetensi guru
1. Kompetensi Kepribadian
Kepribadian ialah kumpulan sifat-sifat yang aqliah, jismiah, khalqiyah dan
iradiah yang biasa membedakan seseorang dengan orang lain, Slamet Yusuf (1983).
Sehingga kompetensi kepribadian guru adalah kemampuan kepribadian yang mantap,
stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak
mulia. Sub kompetensi mantap dan stabil memiliki indikator esensial yakni bertindak
sesuai dengan hukum, bertindak sesuai dengan norma sosial, bangga menjadi guru
dan memiliki konsistensi dalam bertindak dan bertutur.
Permendiknas No.14 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru ditegaskan bahwa setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi
Kompetensi kepribadian pertama yaitu bertindak sesuai norma, agama, hukum, sosial
dan budaya Indonesia, kedua mampu menampilkan pribadi yang jujur, beraklak
mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat, ketiga menampilkan diri
sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa. Keempat menunjukkan
etos kerja yang bertanggung jawab dan kelima menjunjung tinggi kode etik profesi
guru.
Surya (2003) menyebut kompetensi kepribadian ini sebagai kompetensi
personal, yaitu kemampuan pribadi seorang guru yang diperlukan agar dapat menjadi
guru yang baik. Kompetensi personal ini mencakup kemampuan pribadi yang
berkenaan dengan pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri, dan perwujudan
diri.
Pelaksanaan tugas sebagai guru harus didukung oleh suatu perasaan bangga
akan tugas yang dipercayakan kepadanya untuk mempersiapkan generasi kualitas
masa depan bangsa. Walaupun berat tantangan dan rintangan yang dihadapi dalam
pelaksanaan tugasnya harus tetap tegar dalam melaksakan tugas sebagai seorang
guru.
Pendidikan adalah proses yang direncanakan agar semua berkembang melalui
proses pembelajaran. Guru sebagai pendidik harus dapat mempengaruhi ke arah
proses itu sesuai dengan tata nilai yang dianggap baik dan berlaku dalam masyarakat.
Tata nilai termasuk norma, moral, estetika, dan ilmu pengetahuan, mempengaruhi
perilaku etik siswa sebagai pribadi dan sebagai anggota masyarakat. Penerapan
dan kepribadian siswa yang kuat. Guru dituntut harus mampu membelajarkan
siswanya tentang disiplin diri, belajar membaca, mencintai buku, menghargai waktu,
belajar bagaimana cara belajar, mematuhi aturan/tata tertib, dan belajar bagaimana
harus berbuat. Semuanya itu akan berhasil apabila guru juga disiplin dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya.
Mulyasa (2008) menjelaskan bahwa guru harus mempunyai kemampuan yang
berkaitan dengan kemantapan dan integritas kepribadian seorang guru diantaranya
adalah:
a) Kepribadian yang mantap, stabil, dan dewasa b) Disiplin, arif dan berwibawa
c) Menjadi teladan bagi peserta didik. d) Berakhlak mulia
Kompetensi kepribadian di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Kepribadian yang mantap, stabil, dan dewasa
Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, profesional, dan dapat
dipertanggungjawabkan, guru harus memiliki kepribadian yang mantap, stabil
dan dewasa. Hal ini penting, karena banyak masalah pendidikan yang disebabkan
oleh faktor kepribadian guru yang kurang manfaat, kurang stabil dan kurang
dewasa.
2) Disiplin, arif dan berwibawa
Dalam pendidikan, mendisiplinkan peserta didik harus dimulai dengan pribadi
guru yang disiplin, arif, berwibawa. Dalam hal ini disiplin harus ditujukan untuk
masalah disiplin, dan berusaha menciptakan situasi yang menyenangkan bagi
kegiatan pembelajaran, sehingga mereka mentaati segala peraturan yang telah
ditetapkan.
3) Menjadi teladan bagi peserta didik.
Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat
sorotan peserta didik serta orang disekitar lingkungannya yang menganggap atau
mengakuinya sebagai guru. Sehubungan dengan itu, maka guru harus mampu
memberi teladan yang baik dalam segala aspek kehidupannya.
4) Berakhlak mulia
Guru harus berakhlak mulia, karena ia adalah seorang penasehat bagi peserta
didik, bahkan bagi orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus
sebagai penasehat.
2. Kompetensi Pedagogik
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a
dalam Mulyasa (2008) dijelaskan bahwa:
Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemaham terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Hal tersebut berimplikasi bahwa seorang guru harus mampu menguasai teori
belajar dan prinsip-prinsip belajar, karena siswa memiliki karakter, sifat, dan interest
yang berbeda. Berkenaan dengan pelaksanaan kurikulum, seorang guru harus mampu
disesuaikan dengan kebutuhan lokal. Guru harus mampu mengoptimalkan potensi
peserta didik untuk mengaktualisasikan kemampuannya di kelas, dan harus mampu
melakukan kegiatan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
Permendiknas No.14 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru ditegaskan bahwa setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi
akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara Nasional. Kompetensi pedagogik
yaitu menguasai karakteristik peserta didik, menguasai teori belajar dan
prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, mengembangkan kurikulum, menyelenggarakan
pembelajaran yang mendidik, manfaatkan IT, memfasilitasi pengembangan potensi
peserta didik, berkomunikasi efektif empatik santun dengan peserta didik,
selenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar serta memanfaatkannya
untuk kepentingan pembelajaran, melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan
kualitas pembelajaran.
Samani (2010) kompetensi pedagogik mengacu beberapa dimensi yaitu
pemahaman wawasan dan landasan kependidikan, pemahaman terhadap peserta
didik, pengembangan kurikulum/silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran yang mendidik, evaluasi hasil, pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan potensi dirinya.
Mulyasa (2008) menyatakan bahwa kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi hal sebagai berikut:
1. Kemampuan mengelola pembelajaran. 2. Pemahaman terhadap peserta didik. 3. Perancangan pembelajaran.
5. Pemanfaatan teknologi pembelajaran. 6. Evaluasi hasil belajar.
7. Pengembangan peserta didik.
Berbagai kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Kemampuan mengelola pembelajaran
Secara pedagogis, kompetensi guru-guru dalam mengelola pembelajaran perlu
mendapat perhatian yang serius. Hal ini penting karena pendidikan di Indonesia
dinyatakan kering dari aspek pedagogis, dan sekolah nampak lebih mekanis
sehingga peserta didik cenderung kerdil tidak mempunyai dunianya sendiri.
Secara operasional, kemampuan mengelola pembelajaran menyangkut tiga fungsi
manajerial yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian.
a) Perencanaan menyangkut penetapan tujuan, dan kompetensi serta
memperkirakan cara mencapainya.
b) Pelaksanaan atau sering juga disebut implementasi adalah proses yang
memberikan kepastian bahwa proses belajar mengajar telah memiliki sumber
daya manusia dan sarana prasarana yang diperlukan, sehingga dapat
membentuk kompetensi dan mencapai tujuan yang diinginkan.
b. Pemahaman terhadap peserta didik
Pemahaman terhadap peserta didik merupakan salah satu kompetensi pedagogik
yang harus dimiliki guru. Sedikitnya terdapat empat hal yang harus dipahami
guru dari peserta didiknya, yaitu tingkat kecerdasan, kreativitas, cacat fisik, dan
c. Perancangan pembelajaran.
Perancangan pembelajaran mencakup tiga kegiatan yaitu identifikasi kebutuhan,
kompetensi dasar, dan penyusunan program pembelajaran.
d. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis.
Pembelajaran yang mendidik dan dialogis merupakan respon terhadap praktek
pendidikan anti realitas, yang menurut Fraire (2008) harus diarahkan pada proses
menghadapi masalah. Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah
mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku dan
pembentukan kompetensi peserta didik. Umumnya pelaksanaan pembelajaran
mencakup tiga hal yaitu pre tes, proses, dan post tes.
e. Pemanfaatan teknologi pembelajaran.
Penggunaan teknologi dalam pendidikan dan pembelajaran dimaksudkan untuk
memudahkan atau mengefektifkan kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini, guru
dituntut untuk memiliki kemampuan menggunakan dan mempersiapkan materi
pembelajaran dalam satu sistem jaringan komputer yang dapat diakses oleh
peserta didik.
f. Evaluasi hasil belajar.
Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui perubahan perilaku dan
pembentukan kompetensi peserta didik, yang dapat dilakukan dengan penilaian
kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi,
bencma rking, serta penilaian program.
Pengembangan peserta didik dimaksudkan untuk mengaktualisasikan berbagai
kompetensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Pengembangan peserta didik
dapat dilakukan oleh guru melalui beberapa cara antara lain melalui kegiatan
ekstra kurikuler, pengayaan dan remidial, serta bimbingan dan konseling.
3. Kompetensi Profesional
Menurut Suyatno (2008) kompetensi profesional adalah:
Penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup (1) penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materialnya, serta (2) penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya.
1. Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi, memiliki indikator esesnsial: (a) memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; (b) memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar; (c) memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan (d) menerapkan konsep-konsep keilmuan ke dalam kehidupan sehari-hari.
2. Menguasai struktur dan metode keilmuan, memiliki indikator esensial: (a) menguasai langkah-langkah penelitian, dan (b) menguasai kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan / materi bidang studi.
Guru mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran, untuk itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan
pelajaran. Guru harus selalu belajar, peka terhadap perubahan jaman, dan menguasai
materi pelajaran yang disajikan. Persiapan diri tentang materi diusahakan dengan
jalan mencari informasi melalui berbagai sumber seperti membaca buku-buku
terbaru, mengakses dari internet, selalu mengikuti perkembangan dan kemajuan
terakhir tentang materi yang disajikan.
Menurut Mulyasa (2008) kompetensi atau kemampuan profesional yaitu
a. Dalam menyampaikan pembelajaran, guru mempunyai peranan dan tugas sebagai
sumber materi yang tidak pernah kering dalam mengelola proses pembelajaran.
Kegiatan mengajarnya harus disambut oleh siswa sebagai suatu seni pengelolaan
proses pembelajaran yang diperoleh melalui latihan, pengalaman, dan kemauan
belajar yang tidak pernah putus.
b. Dalam melaksakan proses pembelajaran, keaktifan siswa harus selalu diciptakan
dan berjalan terus dengan menggunakan metode dan strategi mengajar yang
tepat. Guru menciptakan suasana yang dapat mendorong siswa untuk bertanya,
mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep yang
benar. Karena itu guru harus melakukan kegiatan pembelajaran menggunakan
multimedia, sehingga terjadi suasana belajar sambil bekerja, belajar sambil
mendengar, dan belajar sambil bermain, sesuai kontek materinya.
c. Di dalam pelaksanaan proses pembelajaran, guru harus memperhatikan
prinsip-prinsip didaktik metodik sebagai ilmu keguruan. Misalnya bagaimana
menerapkan prinsip apersepsi, perhatian, kerja kelompok, korelasi dan
prinsip-prinsip lainnya.
d. Dalam hal evaluasi, secara teori dan praktik, guru harus dapat melaksanakan
sesuai dengan tujuan yang ingin diukurnya. Jenis tes yang digunakan untuk
mengukur hasil belajar harus ben