• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVI NURTIANA S.991102011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EVI NURTIANA S.991102011"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PROFESIONALISME GURU IPS SMP KABUPATEN

KARANGANYAR

TESIS

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat

Magister Program Studi Pendidikan Ekonomi

Disusun Oleh :

EVI NURTIANA

S.991102011

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

commit to user

PROFESIONALISME GURU IPS SMP KABUPATEN

KARANGANYAR

TESIS

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat

Magister Program Studi Pendidikan Ekonomi

TESIS

Disusun Oleh :

EVI NURTIANA

S.991102011

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(3)
(4)
(5)
(6)

commit to user

Evi Nurtiana. NIM: S.991102011. DAMPAK TUNJANGAN PROFESI TERHADAP PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU IPS SMP KABUPATEN KARANGANYAR. Pembimbing 1: Prof. Dr. Trisno Martono, MM, Pembimbing 2: Dr. Wiedy Murtini M.Pd. Program Studi Pendidikan Ekonomi. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah dampak tunjangan profesi terhadap profesionalisme guru dilihat dari Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional dan Kompetensi Sosial guru IPS SMP Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah.

Metodologi penelitian menggunakan Ma xing Methode Design dengan metode gabungan berurutan yaitu melakukan riset kualitatif terlebih dahulu kemudian diikuti dengan dengan riset kuantitatif. Komponen kualitatif lebih diutamakan dan digunakan untuk menghasilkan teori atau konstuk teori spesifik sedangkan komponen kuantitatif digunakan sebagai sarana pembantu untuk menguji gagasan-gagasan yang dihasilkan dari komponen kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dokumentasi, angket sebagai pendukung. Pemilihan informan menggunakan teknik purposive sa mpling. Analisa data menggunakan Inter active Model Analysis dari Miles dan Huberman.

Hasil analisis data dengan pendekatan kualitatif menunjukkan bahwa 1.Masih terdapat guru yang belum bisa menjadi suri tauladan bagi peserta didik khususnya dalam hal kedisplinan dan sikap dalam diri guru. Tunjangan profesi berpengaruh terhadap gaya hidup seorang guru dan meningkatkan ketakwaan dengan kegiatan keagamaan. 2. Delapan keterampilan mengajar guru belum bisa dilaksanakan dengan baik. 3. Dalam hal metode pengajaran, masih terdapat guru yang hanya mengajar dengan menekankan pada ceramah, pemanfaatan sumber belajar yang belum optimal. Minimnya jumlah guru meningkatkan profesionalitasnya dengan kuliah di pasca sarjana. 4. Belum semua guru bertanggung jawab atas profesinya sebagai seseorang guru yang dipandang cerdas yang mampu memberikan sumbangan pemikiran bagi masyarakat sekitarnya. Simpulan dari keempat kompetensi tersebut terdapat dan terlihat adanya dampak tunjangan profesi terhadap profesionalisme guru, khususnya kompetensi kepribadian dan sosial, untuk kompetensi pedagogik dan professional meski terdapat dampak belum mencapai sasaran dan tujuan yang diharapkan dari program sertifikasi. Hasil kuantitatif yang mendukung adalah nilai koefisien regresi variable tunjangan profesi guru memiliki arah positif 0,00001957 dimana apabila tunjangan profesi guru meningkat maka akan meningkatkan profesionalisme guru. Hasil analisis regresi sederhana menunjukkan tunjangan profesi guru berpengaruh secara signifikan terhadap profesionalisme guru.

(7)

commit to user

Evi Nurtiana. NIM: S.991102011. IMPACT ON THE IMPROVEMENT ALLOWANCE PROFESSIONAL IPS JUNIOR HIGH SCHOOL TEACHER PROFESSIONALISM. Supervisor 1: Professor. Dr. Trisno Martono, MM, Supervisor 2: Dr. Wiedy Murtini M.Pd. Economics Education Studies Program. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

This study aims to determine how the impact of teachers' professional allowance to professionalism views of Competence Personality, Competence Pedagogy, Professional Competence and Social Competence junior high school teacher in the district social Karanganyar Central Java Province.

The research methodology used Maxing Design Method with the sequential combination method of qualitative research first and then followed by the quantitative research. Qualitative components are preferred and used to generate a theory or theories konstuk specific whereas quantitative component is used as a means to test the auxiliary ideas generated from the qualitative component. Techniques of data collection using interviews, observation, documentation, questionnaires as a supporter. Selection of informants using purposive sampling technique. Analysis of the data using the Interactive Analysis Model of Miles and Huberman.

The results of the data analysis with a qualitative approach shows that there are teachers who have not 1.Masih can be role models for students especially in terms of self-discipline and attitude of teachers. Allowance affects the lifestyle of a teacher and increased devotion to religious activities. 2. Eight teachers' teaching skills can not be executed properly. 3. In terms of teaching methods, there are teachers who only teach with an emphasis on lectures, use of learning resources is not optimal. Inadequate number of teachers increased professionalism by studying at postgraduate level. 4. Not all teachers are responsible for a person's profession as a teacher who is considered capable of intelligent thought to contribute to the surrounding community. The conclusions of the four competencies are included and seen the impact of professional allowances in the professionalism of teachers, in particular personal and social competence, for pedagogical and professional despite the impact of not achieving the expected goals and objectives of the certification program. Quantitative results that support is variable regression coefficient value teachers 'professional allowance has 0.00001957 positive direction in which an increase teachers' professional allowance will increase the professionalism of teachers. Simple regression analysis showed teachers' professional allowance significantly influence the professionalism of teachers.

(8)

commit to user

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat dan KaruniaNya tesis yang berjudul: DAMPAK TUNJANGAN PROFESI TERHADAP PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU IPS SMP KABUPATEN KARANGANYAR , dapat penulis selesaikan.

Dengan selesainya tesis ini, penulis ingin menyampaikan banyak terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta atas segala kebijakan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi tepat pada waktunya.

2. Dekan dan Pembantu Dekan atas segala kebijakan selama kuliah di UNS. 3. Prof. Dr. Trisno Martono, MM, sebagai Ketua Program Studi Pendidikan

Ekonomi.

4. Prof.Dr. Trisno Martono, MM dan Dr. Wiedy Murtini M.Pd sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bantuan berupa bimbingan penulisan dan dorongan sehingga tesis ini dapat selesai.

5. Kepala Sekolah dan guru IPS SMP Negeri Di Kabupaten Karanganyar, atas bantuan dan partisipasinya dalam melakukan penelitian tesis ini.

6. Bapak Khabib Alia Akhmad, SE, MM atas dorongan, bimbingan, pengertian dan semua bantuan yang diberikan sehingga tesis ini dapat selesai.

7. Keluarga tercinta yang banyak memberikan dorongan dalam penyelesaian tesis ini.

8. Teman-teman mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta angkatan 4 atas semua masukan yang diberikan.

Penulis menyadari atas keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki sehingga tulisan ini belum sempurna, semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi yang memerlukan.

Surakarta, 3 Januari 2013

(9)

commit to user

Ketika melalukan segala sesuatu berusaha dan selalu bersemangatlah,lakukan yang terbaik yang kita bisa lakukan dengan sepenuh hati, di hadapan ALLAH tidak ada yang tidak mungkin.

(10)

commit to user

Seiring rasa syukur kehadirat Allah SWT saya persembahkan karya ini untuk :

1. Ibu dan Bapak terimakasih atas doanya

2. Suami tercinta atas kesabaran dan dukungannya 3. Anakku M.Alive Muflih dan Alifah Aisy Muflih 4. Kakakku beserta keluarga

(11)

commit to user

Halaman i ii iii iv v

vi vii

viii ix

xi xiv xv xvi BAB I : PENDAHULUAN

A. ... 1

B. ... 8

C. ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. 10 1. Tinjauan tentang Sistem pendidikan Nasional... ... 10

a. Pengertian Sisdiknas ... .... 10

b. Tujuan Pendidikan Nasional ... 11

c. Komponen-komponen Sisdiknas... 11

2. Tinjauan tentang sertifikasi... 13

(12)

commit to user

3. Tinjauan tentang Profesionalisme Guru... .. 22

a. Pengertian Profesionalisme... .. 22

b. Standar yang Dipersyaratkan Menjadi Guru Profesional ... .... 26

4. Tinjauan Tentang Kompetensi Guru... 28

a. Pengertian Kompetensi Guru... .. 28

b. Macam Kompetensi Guru... ... 30

5. Tinjauan Tentang Tunjangan Profesi... 41

a. Pengertian Tunjangan Profesi ... 41

b. Besaran ... 43

c. Sifat Tunjangan Profesi ... 44

d. Sumber Dana ... 44

e. Kriteria Guru Penerima ... 44

f. Pembayaran ... 45

g. Penghentian dan Pembatalan ... 46

B. Penelitian yang Relevan ... 47

C. Kerangka Berfikir... 55

BAB III : METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 58

B. Bentuk Strategi Penelitian ... 59

C. Instrumen Penelitian... 60

D. Teknik Sampling ... 61

E. Teknik Pengumpulan Data ... 62

F. Validitas Data ... 67

G. Teknik Analisis Data ... 68

H. Prosedur Penelitian ... 70

BAB IV : HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian... 72

B. Deskripsi Data ... 74

1. Deskripsi Responden ... 74

2. Deskripsi jawaban Responden Variabel Profesionalisme Guru ... 76

3. Fenomena yang Melatarbelakangi ... 112

C. Hasil Uji Coba Instrumen... 118

1. Uji Validitas ... 118

2. Uji Reliabilitas ... 120

D. Uji Prasyarat Analisis ... 121

1. Uji Normalitas ... 121

2. Uji Linieritas ... 121

(13)

commit to user

BAB V : KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. ... ..133 B. Implikasi ... ..137 C. Saran ... ..138

(14)

commit to user

60 Tabel 2. Lokasi Penelitian Berdasar Kelompok Kerja Tahun 2011- 73

Tabel 3 75

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Variabel Profesionalisme Dilihat dari Kompetensi

. 81

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Variabel Profesionalisme Dilihat dari Kompetensi

. 98

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Variabel Profesionalisme Dilihat dari Kompetensi

Prof 107

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Variabel Profesionalisme Dilihat dari Kompetensi Sosial

Tabel 8. Uji Va .. 119

Tabel 9 .. 21

(15)

commit to user

7

Gambar 2. Kerangka Pikir Peneliti 57

70

Gambar 4 81

Gambar 5 98

Gambar 6. Profesionalisme Guru Ko

(16)

commit to user

Lampiran 1. Daftar Sampel Guru yang Menerima Tunjangan Profesi Berdasarkan

Kelompok Kerja Tahun 2011- 141

Lampiran 2. Angket Sertifikasi Guru 143

Lampiran 3. Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Lampiran 4. Standart Kompetensi Guru

Lampiran 5. Hasil data angket

Lampiran 6. Field Note Wawancara

Lampiran 7. Field Note Observasi

Lampiran 8. Prota,Promes,Silabus,RPP,Tugas Siswa

Lampiran 9. Foto Wawancara

Lampiran 10. Foto Lokasi Penyebaran Angket

Lampiran 11. Foto Pemanfaatan LCD ...272

(17)

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Kualitas manusia yang di butuhkan oleh bangsa Indonesia pada masa

depan adalah mampu menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan bangsa

lain di dunia. Pendidikan di Indonesia menjadi salah satu masalah yang sangat

subtansial. Di era globalisasi saat ini, Indonesia harus mampu meningkatkan

pendidikan, sehingga tidak kalah bersaing dengan negara lain. Negara kita harus

mencetak orang-orang yang berjiwa mandiri dan mampu berkompetisi di tingkat

dunia. Saat ini, Indonesia membutuhkan orang-orang yang dapat berfikir secara

efektif, efisien dan juga produktif. Hal tersebut dapat diwujudkan jika kita

mempunyai tenaga pendidik yang handal dan mampu mencetak generasi bangsa

yang pintar dan bermoral.

Sebagai pendidik dan pengajar, guru memegang peranan yang cukup

penting baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan kurikulum. Lebih lanjut

guru adalah perencana, pelaksana, dan pengembang kurikulum bagi peserta didik

di kelasnya. Karena guru juga merupakan barisan pengembang kurikulum yang

terdepan maka guru pulalah yang selalu melakukan evaluasi dan penyempurnaan

terhadap kurikulum. Menyadari hal tersebut betapa pentingnya untuk

meningkatkan aktivitas, kreatifitas, kualitas, dan profesionalisme guru. Hal

tersebut lebih nampak lagi dalam pendidikan yang dikembangkan secara

(18)

commit to user

dasar sesuai dengan kondisi serta kebutuhan daerah dan sekolah. Kunci penting

peran guru yang berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar peserta didik

yaitu jumlah waktu efektif digunakan guru untuk melakukan pembelajaran dikelas

dan kualitas kemampuan guru. Dalam hal ini guru hendaknya memiliki standar

kemampuan profesional untuk melakukan pembelajaran yang berkualitas.

Guru memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan, karena guru

memegang kunci dalam pendidikan dan pengajaran di sekolah. Guru adalah pihak

yang paling dekat berhubungan dengan siswa dalam pelaksanaan pendidikan

sehari-hari, dan guru merupakan pihak yang paling besar peranannya dalam

menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena

itu, pembinaan dan pengembangan terhadap guru merupakan hal mendasar dalam

proses pendidikan. Saat ini guru dianggap sebuah profesi yang sejajar dengan

profesi yang lain, sehingga seorang guru dituntut bersikap profesional dalam

melaksanakan tugasnya.

Pemerintah berupaya keras dalam peningkatan mutu pendidikan tersebut

dengan mengadakan pembaharuan dalam bidang pendidikan. Salah satu cara yang

ditempuh Depdiknas adalah melakukan serangkaian kegiatan untuk

menyempurnakan kurikulum 1994 dan melakukan rintisan secara terbatas untuk

validasi mendapatkan masukan empiris, kurikulum tersebut dikenal dengan

Kurikulum berbasis kompetensi, karena menggunakan pendekatan kompetensi.

Draft kurikulum tersebut perlu disesuaikan dan disempurnakan kembali dimana

(19)

commit to user

validasi empiris terhadap standar kompetensi dan kompetensi dasar. Kurikulum

hasil penyempurnaan tersebut dikenal sebagai KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan).

Beberapa penerapan pola peningkatan mutu di Indonesia telah banyak

dilakukan, namun masih belum dapat secara langsung memberikan efek perbaikan

mutu. Di antaranya adalah usaha peningkatan mutu dengan perubahan kurikulum

dan proyek peningkatan lain; Proyek Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis

Sekolah (MPMBS), Proyek Perpustakaan, Proyek Bantuan Meningkatkan

Manajemen Mutu (BOMM), Proyek Bantuan lmbal Swadaya (BIS), Proyek

Pengadaan Buku Paket, Proyek Peningkatan Mutu Guru, Dana Bantuan Langsung

(DBL), Bantuan Operasioanal Sekolah (BOS) dan Bantuan Khusus Murid

(BKM). Dengan memperhatikan sejumlah proyek itu, dapatlah kita simpulkan

bahwa pemerintah telah banyak menghabiskan anggaran dana untuk membiayai

proyek itu sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan.

Upaya lain yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka peningkatan

kualitas guru dengan melakukan kebijakan sertifikasi guru. Kebijakan sertifikasi

yang berlaku bagi guru dan dosen memang suatu langkah strategis untuk dapat

meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Sertifikasi dapat diartikan sebagai

proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen atau bukti formal

sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga

profesional. Undang-Undang Republik Indonesia No.14 tahun 2005, pasal 8

(20)

commit to user

mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Kualifikasi akademik yang dimaksud sebagaimana pasal 9 adalah melalui

program Sarjana atau program Diploma Empat. Hal ini diperkuat oleh Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan yang menyatakan bahwa kualifikasi akademik adalah tingkat

pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan

dengan ijasah dan atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai kebutuhan

perundang-undangan yang berlaku. Standar pendidik pada pendidikan MI/SD,

SMP/MTS, SMA/MA haruslah memiliki kualifikasi akademik minimum Diploma

Empat (D-4) atau Sarjana (S-1). Sedangkan untuk standar pendidik pada

pendidikan tinggi minimum lulusan Diploma Empat (D-4) atau Sarjana (S-1)

untuk program Diploma, lulusan program Magister (S-2) untuk program Sarjana

(S-1) dan lulusan program Doktor (S-3) untuk program Sarjana (S-1) dan lulusan

program Doktor (S-3) untuk program Magister dan program Dokter.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kompetensi Guru Republik Indonesia

tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru dijelaskan bahwa

standar kompetensi guru dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama,

yaitu : (1) kompetensi kepribadian, (2) pedagogik, (3) profesional, dan (4) sosial.

Keempat kompetensi tersebut terintregasi dalam kinerja guru.

Guru yang telah lulus sertifikasi diharapkan telah menguasai dan mampu

(21)

commit to user

harus mampu memahami karakteristik siswa dilihat dari berbagai aspek seperti

moral, emosional, dan intelektual. Hal tersebut berimplikasi bahwa seorang guru

harus mampu menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip belajar, karena siswa

memiliki karakter, sifat, dan ketertarikan yang berbeda-beda. Selanjutnya

dipandang dari kompetensi profesional, guru mampu membuat perencanaan dan

pelaksanaan proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk mengarahkan

kegiatan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, untuk itu guru dituntut

mampu menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu belajar dan peka

terhadap perubahan jaman serta menguasai materi pelajaran yang disajikan.

Dipandang dari kompetensi sosial, guru harus mampu menunjukkan rasa

sosial terhadap teman sejawat, menarik masyarakat untuk berperan serta dalam

pendidikan putra-putrinya, nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku, masyarakat

yang memiliki pengaruh besar terhadap pembentukan watak dan kepribadian

peserta didik, sadar akan perannya sebagai makhluk sosial yang mempunyai peran

untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama

pendidik, tenaga pendidik, watak peserta didik serta masyarakat sekitar.

Sedangkan dipandang dari kompetensi kepribadian, guru yang telah disertifikasi

memiliki komitmen dan kemauan yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya

sebagai guru profesional, berakhlak mulia, bertanggung jawab, kasih sayang

kepada peserta didik tanpa membedakan suku, ras, golongan, dan melaksanakan

(22)

commit to user

mendapatkan tunjangan satu kali gaji pokok, hal ini sesuai dengan pengertian

profesionalisme itu sendiri yang memiliki dua kriteria pokok, yaitu keahlian dan

pendapatan atau bayaran J.S.Badudu (2003). Sehingga konsekuensi logis itu di

antaranya adalah: pertama, kinerja guru harus lebih meningkat. Kedua,

meningkatnya kompetensi guru baik, kepribadian, pedagogik profesional, dan

sosial secara holistik yang direfleksikan dalam pembelajaran yang inovatif dan

senantiasa mengkritisi segala bentuk fenomena aktual dalam bidang pendidikan.

Ketiga, memiliki karakteristik sebagai guru profesional, yakni menguasai

kurikulum dan perangkatnya, menguasai materi setiap materi pelajaran,

menguasai metode dan teknik evaluasi, memiliki komitmen yang tinggi terhadap

tugasnya, dan memiliki disiplin dalam arti luas. Keempat, lebih arif dan bersahaja

dalam pikiran, ucapan, dan tindakan serta dapat menjadi teladan bagi guru biasa

yang belum tersentuh sertifikasi, dan kelima mampu melaksanakan self eva lua tion

dalam melaksanakan tugas pokok guru.

Fenomena yang ada di lapangan menunjukkan bahwa tidak semua guru

yang telah lulus sertifikasi menunjukkan perubahan dan peningkatan dalam

profesionalismenya yang memuat empat kompetensi seperti yang dikemukakan di

atas. Bahkan dari pengamatan yang dilakukan oleh peneliti di lapangan, beberapa

guru yang telah lulus sertifikasi justru menunjukkan perubahaan yang sangat luar

biasa bukan dalam hal kinerja bagaimana meningkatkan mutu diri sebagai

pendidik, mengajar secara bersungguh-sungguh dan berusaha memenuhi empat

(23)

commit to user

sebagai guru misal untuk menuntut ilmu kejenjang yang lebih tinggi, belajar

inovasi atau membeli alat media pembelajaran yang dapat meningkatkan

profesionalismenya. Tapi kenyataan dilapangan banyak yang mengunakan untuk

hal-hal yang bersifat konsumtif saja seperti membeli mobil, sepeda motor,

memperbaiki rumah, merubah penampilan atau performa dan lain sebagainya. Hal

ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mulyono (2008) yang

menyampaikan bahwa dampak sertifikasi terhadap kinerja guru belum mengalami

perubahan-perubahan yang berarti.

Namun dilain sisi ada pula guru yang telah mendapatkan sertifikasi

menggunakan tunjangan tersebut secara bertanggung jawab dengan meningkatkan

kinerjanya dengan menjadi guru yang profesional dan melaksanakan standar

kompetensi yang telah ditentukan berdasarkan peraturan serta pengembangannya

dengan lebih baik.

Hal-hal tersebut merupakan gambaran awal dari penelitian tentang dampak

sertifikasi guru SMP Kabupaten Karanganyar. Penelitian ini diharapkan dapat

mendapatkan gambaran dampak tunjangan profesi guru terhadap peningkatan

Profesionalisme guru SMP di Kabupaten Karanganyar. Berdasarkan latar

belakang di atas maka penulis memilih judul :

(24)

commit to user

Berdasarkan latar belakang di atas, maka fokus penelitian ini meneliti

tentang : Dampak Tunjangan Profesi Terhadap Peningkatan Profesionalisme Guru

IPS SMP Negeri Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah tahun 2012

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan Fokus penelitian di atas, maka permasalahan dalam penelitian

Dampak Tunjangan Profesi

Terhadap Peningkatan Profesionalisme Guru IPS SMP di Kabupaten Karanganyar

4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui bagaimanakah Dampak tunjangan profesi terhadap

profesionalisme guru IPS SMP di Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah.

5. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang

bermanfaat untuk menambah dan mengembangkan wawasan ilmu

pengetahuan di bidang pendidikan.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memperkaya kajian

(25)

commit to user

penelitian lanjutan serta dapat digunakan bahan perbandingan dalam

penelitian sejenis.

3. Manfaat Praktis

A. Bagi sekolah, dapat memberikan gambaran dan masukan dalam rangka

mengoptimalkan profesionalisme guru yang telah tersertifikasi untuk

meningkatkan kualitas hasil pembelajaran di SMP Kabupaten Karanganyar

Provinsi Jawa Tengah.

B. Bagi guru, sebagai acuan dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru

profesional dan agar dapat selalu meningkatkan kinerjanya dalam mendidik

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Kajian Teori

1. Tinjauan tentang Sistem Pendidikan Nasional

a) Pengertian Sistem Pendidikan Nasional

Suatu negara mampu berkembang menjadi lebih baik, banyak ditentukan oleh

kualitas sumberdaya manusia yang dimiliki oleh negara tersebut. Oleh karena itu

sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan

pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan

untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal,

nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara

terencana, terarah, dan berkesinambungan.

Pendidikan nasional dan sistem pendidikan nasional dapat dijumpai dalam UU

No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bab I pasal 1 didefinisikan

Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasar Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama,

kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.

Menurut Zainal (2008) didalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 ini

memberikan dasar hukum untuk membangun pendidikan nasional dengan

menerapkan prinsip demokrasi, desentralisasi, otonomi, keadilan dan menjunjung

tinggi hak asasi manusia. Penerapan semua ketentuan dalam undang-undang ini

(27)

yang pada gilirannya akan memberikan sumbangan signifikan terhadap

masalah-masalah makro yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Sistem Pendidikan Nasional

adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk

mencapai tujuan pendidikan nasional.Sistem pendidikan nasional dalam uraiannya

terdiri dari 22 bab dan 77 pasal.

b) Tujuan Pendidikan Nasional

Dalam UU No. 20 tahun 2003 Bab II pasal 3 yang menegaskan bahwa :

menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara

yang demokratis serta bertanggung jawab.

c) Komponen-Komponen Sistem Pendidikan Nasional

Komponen-komponen sistem pendidikan nasional tersebut dapat dibagi dalam

dua golongan besar yaitu: (1) Satuan Pendidikan Sekolah dan (2) Satuan Pendidikan

Luar Sekolah. Satuan Pendidikan Sekolah merupakan bagian dari sistem pendidikan

yang bersifat formal, berjenjang dan berkesinambungan. Dilihat dari jenjangnya,

pendidikan sekolah dapat dibagi menjadi Pendidikan Prasekolah, Pendidikan Dasar,

Pendidikan Menengah dan Pendidikan Tinggi. Dilihat dari sifatnya, pendidikan

sekolah dapat diklasifikasikan lagi menjadi pendidikan umum, pendidikan kejuruan,

pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan

(28)

Satuan pendidikan luar sekolah meliputi: pendidikan dalam keluarga, pendidikan

melalui kelompok-kelompok belajar, kursus-kursus, dan satuan-satuan pendidikan

lain yang sejenis. Pendidikan pada satuan pendidikan ini bisa bersifat informal,

maupun formal.

Keberhasilan komponen-komponen sistem pendidikan dalam menunaikan

fungsinya juga tergantung pada adanya beberapa sarana penunjang yang ikut

membantu berfungsinya komponen-kornponen atau satuan-satuan pendidikan

tersebut. Beberapa di antara sarana penunjang dalam sistem pendidikan kita adalah:

kurikulum, tenaga kependidikan, sumberdaya pendidikan dan pengelolaan .

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan

bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu ( UU No. 20 tahun

2003 pasal 1 ayat 19 ). Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam

kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan : peningkatan

iman dan taqwa, peningkatan akhlak mulia, peningkatan potensi, kecerdasan, dan

minat peserta didik, keragaman potensi daerah dan lingkungan, tuntutan

pembangunan daerah dan nasional, tuntutan dunia kerja, perkembangan ilmu

pengetahuan, teknologi, dan seni, agama, dinamika perkembangan global, persatuan

nasional dan nilai-nilai kebangsaan. (UU No. 20 th 2003 pasal 36).

Tenaga kependidikan merupakan ujung tombak usaha perwujudan tujuan

pendidikan. Tugas pokok mereka adalah menyelenggarakan kegiatan mengajar,

(29)

teknis dalam bidang pendidikan. Mereka terdiri dari tenaga-tenaga pendidik,

pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas, peneliti dan pengembang dalam

bidang pendidikan, pustakawan, laboran, dan teknisi sumber belajar. Mereka

seharusnya merupakan orang-orang yang profesional yang menguasai tugasnya dan

memiliki dedikasi dalam melaksanakan tugasnya.

Berhasilnya suatu satuan pendidikan dalam menunaikan fungsinya perlu

ditunjang dengan penyediaan sumberdaya pendidikan yang meliputi: gedung dan

perlengkapannya, sumber belajar seperti buku-buku dan alat-alat bantu mengajar dan

dana yang memadai.

Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses

dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu upaya perbaikan apapun yang

dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan

sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang profesional dan

berkualitas. Dengan kata lain, perbaikan kualitas pendidikan harus berpangkal dari

guru dan berujung pada guru pula.

2. Tinjauan tentang Sertifikasi

1) Pengertian Sertifikasi

Salah satu faktor mendasar yang menentukan ketercapaian tujuan pendidikan

adalah guru. Peran guru amat signifikan bagi setiap keberhasilan proses pembelajaran

Jones, Jenkin & Lord (2006). Sebagai agen pembelajaran,guru berperan sebagai

(30)

,Rohmanto (2008). Dari begitu banyak variabel yang menentukan pendidikan,

muncul bukti-bukti bahwa kemampuan guru merupakan variabel terpenting atas

kualitas hasil pembelajaran Pendidik (guru) adalah tenaga profesional sebagaimana

diamanatkan dalam Pasal 39 ayat 2, UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, Pasal 2 ayat 1,UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen, dan Pasal 28 ayat (1) PP RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan. Mengacu pada landasan yuridis dan kebijakan tersebut, secara tegas

menunjukkan adanya keseriusan dan komitmen yang tinggi pihak Pemerintah dalam

upaya meningkatkan profesionalisme dan penghargaan kepada guru yang muara

akhirnya pada peningkatan kualitas pendidikan nasional.

Sedangkan dalam UU RI No.14 Tahun 2005 Bab I pasal 1 ayat 11 dan 12

Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikasi pendidik untuk guru dan dosen,

Sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada

guru dan dosen sebagai tenaga professional. Menurut Muslich (2007) Sertifikasi

adalah proses pemberian sertifikasi pendidikan kepada guru yang telah memenuhi

persyaratan tertentu, yaitu memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sehat jasmani

dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujutkan tujuan pendidikan nasional

yang dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan yang layak.

Sertifikasi guru dapat diartikan pula sebagai suatu proses pemberian

pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan

pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi

(31)

sertifikasi guru adalah proses uji kompetensi yang dirancang untuk mengungkapkan

penguasaan kompetensi seseorang sebagai landasan pemberian sertifikat pendidik.

Kualifikasi akademik minimum diperoleh melalui pendidikan tinggi, dan

sertifikat kompetensi pendidik diperoleh setelah lulus ujian sertifikasi. Pengertian

sertifikasi secara umum mengacu pada Na tiona l Commision on Educatinal Services

(NCES) Certifica tion is a procedure whereby the state eva luates and

Dalam hal ini sertifikasi merupakan prosedur untuk menentukan apakah

seorang calon guru layak diberi izin dan kewenangan untuk mengajar. Dalam kaitan

ini, di tingkat negara bagian (Amerika Serikat) terdapat badan independen yang

disebut The America n Association of Colleges for Tea cher Educa tion (AACTE).

Badan independen ini yang berwenang menilai dan menentukan apakah ijazah yang

dimiliki oleh calon pendidik layak atau tidak layak untuk diberikan lisensi pendidik.

Oleh karena itu peningkatan mutu guru dilakukan melalui program sertifikasi

sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan dan profesionalisme guru. Rasionalnya

adalah apabila kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi

profesional dan kompetensi sosial telah sesuai dengan standar yang telah ditentukan,

diikuti dengan penghasilan yang meningkat diharapkan profesionalisme guru juga

meningkat dan membuahkan pendidikan yang bermutu.

a. Prosedur dan Persyaratan Sertifikasi Guru dalam Jabatan

Muslich (2007) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)

(32)

Sertifikasi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik. Uji kompetensi tersebut dilakukan dalam bentuk penilaian portofolio, yang merupakan pengakuan atas pengalaman profesional guru dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang mencerminkan kompetensi guru. Komponen penilaian portofolio mencakup :

a. kualifikasi akademik b. pendidikan dan latihan c. pengalaman mengajar

d. perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran e. penilaian dari atasan dan pengawas

f. prestasi akademik

g. karya pengembangan profesi h. keikutsertaan dalam forum ilmiah

i. pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial j. penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.

Selanjutnya Muslich (2007) menjelaskan bahwa penilaian portofolio peserta

sertifikasi guru dilakukan oleh LPTK penyelenggara sertifikasi guru dalam bentuk

Rayon yang terdiri atas LPTK Induk dan LPTK Mitra dikoordinasikan oleh

Konsorsium Sertifikasi Guru (KSG). Unsur Konsorsium Sertifikasi Guru terdiri atas

LPTK, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen DIKTI), dan Direktorat Jendral

Pendidikan Tinggi Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Ditjen

PMPTK). Secara umum prosedur pelaksanaan sertifikasi guru dalam jabatan

(33)
[image:33.595.100.496.206.484.2]

Gambar 1.

Prosedur Sertifikasi Bagi Guru dalam Jabatan

Berdasarkan gambar di atas, prosedur Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan

dapat dijelaskan sebagai berikut.

(1) Guru peserta sertifikasi menyusun dokumen portofolio dengan mengacu pada

panduan penyusunan perangkat sertifikasi bagi guru dalam jabatan.

(2) Dokumen portofolio yang telah disusun, diserahkan kepada dinas pendidikan

kabupaten / kota untuk diteruskan kepada LPTK induk untuk dinilai oleh asesor

di rayon tersebut.

(3) Hasil penilaian portofolio peserta sertifikasi, bila mencapai skor minimal

kelulusan dan dinyatakan lulus akan memperoleh sertifikat pendidik. Guru Da la m

Jabantan S-1/D-4

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN

KEBUDAYAAN

DIKLAT PROFESI GURU

Sertifikat Pendidik

Ke giata n me lengkapi portofolio Penilaian

Portofoli Lulus

Tidak Lulus

Luluas

Lulus Tidak Lulus

Tidak Lulus Pelaksanaan

Diklat

Ujian Ulang 2x

(34)

(4) Hasil penilaian portofolio peserta sertifikasi yang belum mencapai skor minimal

kelulusan, rayon LPTK akan merekomendasikan kepada peserta dengan alternatif

sebagai berikut :

1) Melakukan kegiatan untuk melengkapi kekurangan dokumen

portofolio.

2) Mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (Diklat Profesi Guru

/DPG) yang diakhiri dengan ujian.

3) Materi DPG mencakup empat kompetensi, yakni kepribadian,

pedagogik, profesional, dan sosial.

(5) Pelaksanaan DPG diatur oleh LPTK penyelenggara dengan memerhatikan skor

hasil penilaian portofolio dan rambu-rambu yang ditetapkan oleh Konsorarium

Sertifikasi Guru.

1) Peserta DPG yang lulus ujian, akan memperoleh sertifikat pendidik.

2) Peserta yang tidak lulus diberi kesempatan mengikuti ujian ulang sebanyak

dua kali dengan tenggang waktu sekurang-kurangnya dua minggu. Apabila

tidak lulus peserta diserahkan kembali ke dinas pendidikan kabupaten/kota.

(6) Untuk menjamin standarisasi prosedur dan mutu lulusan maka rambu-rambu

mekanisme, materi, dan sistem ujian DPG dikembangkan oleh Konsorarium

Sertifikasi Guru.

(35)

Mengacu pada Permendiknas Nomor 18 tahun 2007, persyaratan utama

peserta sertifikasi bagi guru dalam jabatan adalah guru yang telah memiliki

kualifikasi akademik sarjana (S-1) atau Diploma Empat (D-4). Selain itu, peserta

sertifikasi tiap tahun dibatasi kuota dan jumlah guru yang memenuhi persyaratan

kualifikasi akademik lebih besar daripada kuota, maka Dinas Pendidikan Provinsi

atau Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dalam menetapkan peserta sertifikasi juga

mempertimbangkan kriteria:

(1) Masa kerja/pengalaman mengajar,

(2) Usia,

(3) Pangkat/golongan (bagi PNS)

(4) Beban mengajar,

(5) Jabatan/tugas tambahan, dan

(6) Prestasi kerja

Penetapan (calon) peserta sertifikasi guru dalam jabatan ini dilakukan secara

transparan, yang dibuktikan dengan pengumuman secara terbuka oleh Dinas

Pendidikan Provinsi atau Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Dengan cara

demikian, publik akan mengetahui siapa-siapa yang berkesempatan mengikuti

sertifikasi pada tahun tertentu, dan siapa-siapa yang berkesempatan mengikuti

sertifikasi pada tahun berikutnya.

b. Tujuan dan Manfaat Sertifikasi

Samani (2010) Sertifikasi guru bertujuan untuk menentukan tingkat kelayakan

(36)

dan sekaligus memberikan sertifikat pendidik bagi guru yang telah memenuhi

persyaratan dan lulus sertifikasi. Adapun manfaat uji sertifikasi guru dalam

kerangka makro upaya peningkatan kualitas layanan dan hasil pendidikan

pertama, melindungi profesi guru dari praktik-praktik layanan pendidikan yang

tidak kompeten sehingga dapat merusak citra profesi guru. Kedua, melindungi

masyarakat dari tindakan tidak professional dan berkualitas yang bisa

menghambat kualitas pendidikan dan penyiapan SDM. Ketiga, menjadi wahana

penjamin mutu dan mempersiapkan calon guru dan juga kontrol mutu bagi

pengguna layanan pendidikan. Keempat, menjaga lembaga penyelenggara

pendidikan dari keinginan internal dan tekanan ekternal yang berpotensi

menyimpang dari ketentuan yang berlaku.

Muslich (2007) Undang-Undang Guru dan Dosen menyatakan bahwa

sertifikasi sebagai bagian dari peningkatan mutu guru dan peningkatan

kesejahteraannya. Oleh karena itu, lewat sertifikasi ini diharapkan guru menjadi

pendidik yang professional yaitu berpendidikan minimal S-1/D-4 dan

berkompetensi sebagai agen pembelajaran yang dibuktikan dengan pemilikan

sertifikasi pendidik setelah dinyatakan lulus uji kompetensi. Atas profesinya itu,

ia berhak mendapatkan imbalan (rewa rd) berupa tunjangan profesi dari

pemerintah sebesar satu kali gaji pokok.

Wibowo (2004) mengungkapkan bahwa sertifikasi bertujuan untuk hal-hal

(37)

1) Melindungi profesi pendidik dan tenaga kependidikan, (2) melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak kompeten, sehingga merusak citra pendidik dan tenaga kependidikan, (3) membantu melindungi lembaga penyelenggara pendidikan, dengan menyediakan rambu-rambu dan instrumen untuk melakukan seleksi terhadap pelamar yang kompeten, (4) membangun citra masyarakat terhadap profesi pendidik dan tenaga kependidikan, (5) memberikan solusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidik dan tenaga kependidikan.

Selain pendapat di atas, Suyatno (2008) menyatakan bahwa tujuan utama

sertifikasi guru adalah :

a) Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

b) Meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan. c) Meningkatkan martabat guru.

d) Meningkatkan profesionalitas guru.

Lebih lanjut Wibowo (2004) dikemukakan bahwa sertifikasi pendidik dan

tenaga kependidikan mempunyai manfaat sebagai pengawasan mutu dan penjaminan

mutu. Sebagai pengawasan mutu, manfaat sertifikasi adalah sebagai berikut:

a) Lembaga sertifikasi yang telah mengidentifikasi dan menentukan seperangkat kompetensi yang bersifat unik, (2) untuk setiap jenis profesi dapat mengarahkan para praktisi untuk mengembangkan tingkat kompetensinya secara berkelanjutan, (3) peningkatan profesionalisme melalui mekanisme seleksi, baik pada waktu awal masuk organisasi profesi maupun pengembangan karier selanjutnya, (4) proses seleksi yang lebih baik, program pelatihan yang lebih bermutu maupun usaha belajar secara mandiri untuk mencapai tingkatan profesionalisme.

Selain sebagai pengawasan mutu, manfaat sertifikasi adalah sebagai

penjaminan mutu diantaranya menurut Wibowo (2004):

(38)

pelanggan/pengguna yang ingin memperkerjakan orang dalam bidang keahlian dan keterampilan tertentu.

Suyatno (2008) menyatakan bahwa manfaat sertifikasi guru yang utama

adalah sebagai berikut:

a. Melindungi profesi guru dari parktik-praktik yang tidak kompeten, yang dapat merusak citra profesi guru.

b. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan tidak profesional.

c. Meningkatkan kesejahteraan guru.

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa

sertifikasi guru bertujuan dan bermanfaat untuk pertama, sebagai landasan yuridis

bagi guru dari perbuatan semena-mena dari siswa, orang tua, dan masyarakat. Kedua,

meningkatkan kesejahteraan guru dan ketiga meningkatkan profesionalisme guru dan

kinerja guru dimana peningkatan kinerja guru serta profesionalisme guru diukur dari

empat kompetensi yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi

profesional dan kompetensi sosial.

3. Tinjauan Tentang Profesionalisme Guru

a) Pengertian Profesionalisme

Dalam Kamus Kata-Kata Serapan Asing Dalam Bahasa Indonesia, karangan

J.S. Badudu (2003), definisi profesionalisme adalah mutu, kualitas, dan tindak tanduk

yang merupakan ciri suatu profesi atau ciri orang yang profesional. Sementara kata

profesional sendiri berarti (1) bersifat profesi (2) memiliki keahlian dan keterampilan

(39)

definisi di atas dapat disimpulkan bahwa profesionalisme memiliki dua kriteria

pokok, yaitu keahlian dan pendapatan (bayaran). Kedua hal itu merupakan satu

kesatuan yang saling berhubungan. Artinya seseorang dapat dikatakan memiliki

profesionalisme manakala memiliki dua hal pokok tersebut, yaitu keahlian

(kompetensi) yang layak sesuai bidang tugasnya dan pendapatan yang layak sesuai

kebutuhan hidupnya. Hal itu berlaku pula untuk profesionalisme guru.

Profesional bisa diartikan ahli, atau orang yang bekerja sesuai bidang

keahliannya dan kemudian dia mendapatkan penghargaan ( dalam hal bayaran atau

imbalan uang) karena pekerjaannya itu. Guru professional berarti guru yang bekerja

(sebenarnya berkarya) menurut dan sesuai dengan keahliaanya. Secara sederhana,

guru professional adalah dia yang mampu mengendalikan fungsi otak dan hatinya

untuk sesuatu yang bermanfaat dan bertanggung jawab, Aziz (2012).

Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan

menjadi sumber penghasilan kehidupan memerlukan keahlian, kemahiran, atau

kecakapan yang memenuhi standar mutu atau moral tertentu, serta memerlukan

profesi, Muslich (2007). Profesionalisme berasal dan kata profesional yang

mempunyai makna yaitu berhubungan dengan profesi dan memerlukan kepandaian

khusus untuk menjalankannya, KBBI (2009). Sedangkan profesionalisme adalah

tingkah laku, keahlian atau kualitas dan seseorang yang professional, Longman (

1987).

Dalam UURI No.14 th 2005 Bab I Pasal 1 ayat 4 Profesional adalah

(40)

kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan memenuhi standar

mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Dengan adanya

persyaratan profesionalisme guru ini, perlu adanya paradigma baru untuk melahirkan

profil guru Indonesia yang profesional di abad 21 yaitu; (1) memiliki kepribadian

yang matang dan berkembang; (2) penguasaan ilmu yang kuat; (3) keterampilan

untuk membangkitkan peserta didik kepada sains dan teknologi; dan (4)

pengembangan profesi secara berkesinambungan. Keempat aspek tersebut merupakan

satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan dan ditambah dengan usaha lain yang

ikut mempengaruhi perkembangan profesi guru yang profesional.

Bila ditinjau secara lebih dalam, terdapat beberapa karakteristik

profesionalisme guru. Rebore (1991) mengemukakan enam karakteristik

profesionalisme guru, yaitu: (1) pemahaman dan penerimaan dalam melaksanakan

tugas, (2) kemauan melakukan kerja sama secara efektif dengan siswa, guru, orang

tua siswa, dan masyarakat, (3) kemampuan mengembangkan visi dan pertumbuhan

jabatan secara terus menerus, (4) mengutamakan pelayanan dalam tugas, (5)

mengarahkan, menekan dan menumbuhkan pola perilaku siswa, serta (6)

melaksanakan kode etik jabatan.

Sementara itu, Glickman (1981) memberikan ciri profesionalisme guru dari

dua sisi, yaitu kemampuan berpikir abstrak (abstraction) dan komitmen

(41)

yaitu mampu merumuskan konsep, menangkap, mengidentifikasi, dan memecahkan

berbagai macam persoalan yang dihadapi dalam tugas, dan juga memiliki komitmen

yang tinggi dalam melaksanakan tugas. Komitmen adalah kemauan kuat untuk

melaksanakan tugas yang didasari dengan rasa penuh tanggung jawab.

Lebih lanjut, Welker (1992) mengemukakan bahwa profesionalisme guru

dapat dicapai bila guru ahli (expert) dalam melakasnakan tugas, dan selalu

mengembangkan diri (growth). Glatthorm (1990) mengemukakan bahwa dalam

melihat profesionalisme guru, disamping kemampuan dalam melaksanakan tugas,

juga perlu mempertimbangkan aspek komitmen dan tanggung jawab (responsibility),

serta kemandirian (autonomy).

Profesionalisme guru adalah kemampuan guru untuk melakukan tugas

pokoknya sebagai pendidik dan pengajar meliputi kemampuan merencanakan,

melakukan, dan melaksanakan evaluasi pembelajaran. Pada prinsipnya setiap guru

harus disupervisi secara periodik dalam melaksanakan tugasnya. Jika jumlah guru

cukup banyak, maka kepala sekolah dapat meminta bantuan wakilnya atau guru

senior untuk melakukan supervisi. Keberhasilan kepala sekolah sebagai supervisor

antara lain dapat ditunjukkan oleh meningkatnya kinerja guru yang ditandai dengan

kesadaran dan keterampilan melaksanakan tugas secara bertanggung jawab.

Dengan demikian Profesionalisme adalah kemampuan seorang guru sebagai

(42)

lingkungannya, selain itu juga sebagai pengajar membantu peserta didik mempelajari

sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi, dan memahami materi

standar yang dipelajari.

b) Standar yang Dipersyaratkan Menjadi Guru Profesional

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Sagala (2009) standar berarti

antara lain sesuatu yang dipakai sebagai contoh atau dasar yang sah bagi ukuran,

takaran, dan timbangan. Standar dapat juga dipahami sebagai kriteria minimal yang

harus dipenuhi. Jadi standar profesional guru mempunyai kriteria minimal

berpendidikan sarjana atau diploma empat serta dilengkapi dengan sertifikasi profesi.

Guru Profesional adalah guru yang mengerahkan semua kemampuan

terbaiknya serta seluruh potensi kecerdasanya untuk mendidik murid-muridnya

menjadi manusia yang mengenal dirinya dan mengetahui segenap potensi dalam

dirinya, serta menggunakan potensi baik itu untuk kemaslahatan dirinya, orang lain

dan lingkungan sosialnya, Aziz (2012).

Ukuran kesuksesan kerja profesional bagi seorang guru dapat dilihat dari

target yang ingin dicapai dalam pembelajaran, serta kemampuan mengoptimalkan

fasilitas belajar dan kondisi setempat.

http://kafeilmu.com/2010/09/cara-bagaimana-meningkatkan-mutu-pendidikan.html#ixzz1pzdpdbUD oleh Rublik Opini pada 4

Januari 2012 pukul 9:20 Persiapan pembelajaran menjadi sesuatu yang wajib

dikerjakan, dan pelaksanaan aplikasi dalam kelas berpijak kepada persiapan yang

(43)

berbeda. Kepedulian untuk mengembangkan kemampuan afektif, emosional, sosial

dan spiritual siswa, sesuatu yang vital untuk bisa melihat kelebihan atau keunggulan

yang terdapat dalam diri anak. Peserta didik diberi kesempatan untuk

mengembangkan diri dan menemukan aktualisasi sehingga tumbuh rasa percaya diri.

Secara implikatif sikap profesionalisme, guru dibutuhkan dalam upaya

strategis untuk terlaksana dan tercapainya tujuan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan. Untuk memandirikan dan membedayakan satuan pendidikan melalui

pemberian kewenangan kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk

melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan

kurikulum, Mulyasa (2010). Lebih jauh lagi akan berpengaruh terhadap sistem

pendidikan yang berlangsung dalam sekolah. Suatu sistem yang mencerminkan

amanat Undang- Undang untuk memanusiakan manusia, terciptanya pendidikan yang

demokratis dan berwawasan kebangsaan. Berkembangnya potensi manusia Indoensia

yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, tanpa lupa mengembangkan

kecerdasan kognitif, afektif dan psikomotoriknya.

Guru yang memenuhi standar adalah guru yang memenuhi kualifikasi yang

dipersyaratkan dan memahami benar apa yang harus dilakukan, baik di dalam kelas

maupun di luar kelas. Disamping tugas mengajar sebagai tugas pokok seorang guru,

ada juga beberapa persoalan atau tugas prinsip yang semua guru harus mengetahui

dan menguasainya sebagai bagian dari tugas seorang guru yang profesional yakni:

tugas administrasi kurikulum, dan pengembangannya, khusus, dan hubungan

(44)

Guru profesional bukanlah hanya untuk satu kompetensi saja, yaitu

kompetensi profesional tetapi harus menguasai empat kompetensi yaitu pedagogik,

profesional, kepribadian, dan sosial. Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang

No.14 Tahun 2005 dan PP No.19 Tahun 2005 agar guru dan dosen memahami,

menguasai, dan terampil menggunakan sumber-sumber belajar baru dan menguasai

empat kompetensi, maka guru harus mengikuti program sertifikasi.

4. Tinjauan tentang Kompetensi Guru

(1) Pengertian Kompetensi Guru

Berdasarkan peraturan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun

gkat

pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai

McAhsan (1981), sebagaimana dikutip oleh Mulyasa (2003) mengemukakan

bahwa kompetensi: , skills, a nd abilities or capa bilities tha t a

person a chieves, which become part of his or her being to the extent he or she can

.

Dalam hal ini, kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan

kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya,

sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik

(45)

Finch & Crunkilton (1979), sebagaimana dikutip oleh Mulyasa (2003)

mengartikan kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan,

sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Sofo (1999)

mengemukakan e, but in

pa rticula r the consistent applica tions of those skill, knowledge, a nd attitude to the

Dadi, Permadi & Arifin (2010), Kompetensi adalah kemampuan guru dalam

mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman peserta didik,

perencanaan dan hasil pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan

mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

dimiliki. Hoyyima,Khoiri (2010) mendifinisikan kompetensi adalah suatu gambaran

yang utuh tentang potensi, pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang terkait dengan

profesi tertentu berkenaan dengan bagian-bagian yang dapat diaktualisasikan dan

diwujudkan melalui tindakan atau kinerja untuk menjalankan profesi.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru

dijelaskan bahwa Standar Kompetensi Guru Republik Indonesia Nomor 16 tahun

2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru dijelaskan bahwa

standar kompetensi guru dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama,

(46)

keempat kompetensi tersebut terintregasi dalam kinerja guru untuk meningkatkat

profesionalisme sebagai guru.

Dengan kata lain kompetensi tidak hanya mengandung pengetahuan,

keterampilan dan sikap, namun yang penting adalah penerapan dari pengetahuan,

keterampilan, dan sikap yang diperlukan tersebut dalam pekerjaan dimana guru

memiliki tugas mengajar, melatih peserta didik sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

(2) Macam Kompetensi guru

1. Kompetensi Kepribadian

Kepribadian ialah kumpulan sifat-sifat yang aqliah, jismiah, khalqiyah dan

iradiah yang biasa membedakan seseorang dengan orang lain, Slamet Yusuf (1983).

Sehingga kompetensi kepribadian guru adalah kemampuan kepribadian yang mantap,

stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak

mulia. Sub kompetensi mantap dan stabil memiliki indikator esensial yakni bertindak

sesuai dengan hukum, bertindak sesuai dengan norma sosial, bangga menjadi guru

dan memiliki konsistensi dalam bertindak dan bertutur.

Permendiknas No.14 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan

Kompetensi Guru ditegaskan bahwa setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi

(47)

Kompetensi kepribadian pertama yaitu bertindak sesuai norma, agama, hukum, sosial

dan budaya Indonesia, kedua mampu menampilkan pribadi yang jujur, beraklak

mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat, ketiga menampilkan diri

sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa. Keempat menunjukkan

etos kerja yang bertanggung jawab dan kelima menjunjung tinggi kode etik profesi

guru.

Surya (2003) menyebut kompetensi kepribadian ini sebagai kompetensi

personal, yaitu kemampuan pribadi seorang guru yang diperlukan agar dapat menjadi

guru yang baik. Kompetensi personal ini mencakup kemampuan pribadi yang

berkenaan dengan pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri, dan perwujudan

diri.

Pelaksanaan tugas sebagai guru harus didukung oleh suatu perasaan bangga

akan tugas yang dipercayakan kepadanya untuk mempersiapkan generasi kualitas

masa depan bangsa. Walaupun berat tantangan dan rintangan yang dihadapi dalam

pelaksanaan tugasnya harus tetap tegar dalam melaksakan tugas sebagai seorang

guru.

Pendidikan adalah proses yang direncanakan agar semua berkembang melalui

proses pembelajaran. Guru sebagai pendidik harus dapat mempengaruhi ke arah

proses itu sesuai dengan tata nilai yang dianggap baik dan berlaku dalam masyarakat.

Tata nilai termasuk norma, moral, estetika, dan ilmu pengetahuan, mempengaruhi

perilaku etik siswa sebagai pribadi dan sebagai anggota masyarakat. Penerapan

(48)

dan kepribadian siswa yang kuat. Guru dituntut harus mampu membelajarkan

siswanya tentang disiplin diri, belajar membaca, mencintai buku, menghargai waktu,

belajar bagaimana cara belajar, mematuhi aturan/tata tertib, dan belajar bagaimana

harus berbuat. Semuanya itu akan berhasil apabila guru juga disiplin dalam

melaksanakan tugas dan kewajibannya.

Mulyasa (2008) menjelaskan bahwa guru harus mempunyai kemampuan yang

berkaitan dengan kemantapan dan integritas kepribadian seorang guru diantaranya

adalah:

a) Kepribadian yang mantap, stabil, dan dewasa b) Disiplin, arif dan berwibawa

c) Menjadi teladan bagi peserta didik. d) Berakhlak mulia

Kompetensi kepribadian di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Kepribadian yang mantap, stabil, dan dewasa

Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, profesional, dan dapat

dipertanggungjawabkan, guru harus memiliki kepribadian yang mantap, stabil

dan dewasa. Hal ini penting, karena banyak masalah pendidikan yang disebabkan

oleh faktor kepribadian guru yang kurang manfaat, kurang stabil dan kurang

dewasa.

2) Disiplin, arif dan berwibawa

Dalam pendidikan, mendisiplinkan peserta didik harus dimulai dengan pribadi

guru yang disiplin, arif, berwibawa. Dalam hal ini disiplin harus ditujukan untuk

(49)

masalah disiplin, dan berusaha menciptakan situasi yang menyenangkan bagi

kegiatan pembelajaran, sehingga mereka mentaati segala peraturan yang telah

ditetapkan.

3) Menjadi teladan bagi peserta didik.

Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat

sorotan peserta didik serta orang disekitar lingkungannya yang menganggap atau

mengakuinya sebagai guru. Sehubungan dengan itu, maka guru harus mampu

memberi teladan yang baik dalam segala aspek kehidupannya.

4) Berakhlak mulia

Guru harus berakhlak mulia, karena ia adalah seorang penasehat bagi peserta

didik, bahkan bagi orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus

sebagai penasehat.

2. Kompetensi Pedagogik

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a

dalam Mulyasa (2008) dijelaskan bahwa:

Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemaham terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Hal tersebut berimplikasi bahwa seorang guru harus mampu menguasai teori

belajar dan prinsip-prinsip belajar, karena siswa memiliki karakter, sifat, dan interest

yang berbeda. Berkenaan dengan pelaksanaan kurikulum, seorang guru harus mampu

(50)

disesuaikan dengan kebutuhan lokal. Guru harus mampu mengoptimalkan potensi

peserta didik untuk mengaktualisasikan kemampuannya di kelas, dan harus mampu

melakukan kegiatan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

Permendiknas No.14 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan

Kompetensi Guru ditegaskan bahwa setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi

akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara Nasional. Kompetensi pedagogik

yaitu menguasai karakteristik peserta didik, menguasai teori belajar dan

prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, mengembangkan kurikulum, menyelenggarakan

pembelajaran yang mendidik, manfaatkan IT, memfasilitasi pengembangan potensi

peserta didik, berkomunikasi efektif empatik santun dengan peserta didik,

selenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar serta memanfaatkannya

untuk kepentingan pembelajaran, melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan

kualitas pembelajaran.

Samani (2010) kompetensi pedagogik mengacu beberapa dimensi yaitu

pemahaman wawasan dan landasan kependidikan, pemahaman terhadap peserta

didik, pengembangan kurikulum/silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan

pembelajaran yang mendidik, evaluasi hasil, pengembangan peserta didik untuk

mengaktualisasikan potensi dirinya.

Mulyasa (2008) menyatakan bahwa kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi hal sebagai berikut:

1. Kemampuan mengelola pembelajaran. 2. Pemahaman terhadap peserta didik. 3. Perancangan pembelajaran.

(51)

5. Pemanfaatan teknologi pembelajaran. 6. Evaluasi hasil belajar.

7. Pengembangan peserta didik.

Berbagai kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran dapat dijelaskan

sebagai berikut:

a. Kemampuan mengelola pembelajaran

Secara pedagogis, kompetensi guru-guru dalam mengelola pembelajaran perlu

mendapat perhatian yang serius. Hal ini penting karena pendidikan di Indonesia

dinyatakan kering dari aspek pedagogis, dan sekolah nampak lebih mekanis

sehingga peserta didik cenderung kerdil tidak mempunyai dunianya sendiri.

Secara operasional, kemampuan mengelola pembelajaran menyangkut tiga fungsi

manajerial yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian.

a) Perencanaan menyangkut penetapan tujuan, dan kompetensi serta

memperkirakan cara mencapainya.

b) Pelaksanaan atau sering juga disebut implementasi adalah proses yang

memberikan kepastian bahwa proses belajar mengajar telah memiliki sumber

daya manusia dan sarana prasarana yang diperlukan, sehingga dapat

membentuk kompetensi dan mencapai tujuan yang diinginkan.

b. Pemahaman terhadap peserta didik

Pemahaman terhadap peserta didik merupakan salah satu kompetensi pedagogik

yang harus dimiliki guru. Sedikitnya terdapat empat hal yang harus dipahami

guru dari peserta didiknya, yaitu tingkat kecerdasan, kreativitas, cacat fisik, dan

(52)

c. Perancangan pembelajaran.

Perancangan pembelajaran mencakup tiga kegiatan yaitu identifikasi kebutuhan,

kompetensi dasar, dan penyusunan program pembelajaran.

d. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis.

Pembelajaran yang mendidik dan dialogis merupakan respon terhadap praktek

pendidikan anti realitas, yang menurut Fraire (2008) harus diarahkan pada proses

menghadapi masalah. Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah

mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku dan

pembentukan kompetensi peserta didik. Umumnya pelaksanaan pembelajaran

mencakup tiga hal yaitu pre tes, proses, dan post tes.

e. Pemanfaatan teknologi pembelajaran.

Penggunaan teknologi dalam pendidikan dan pembelajaran dimaksudkan untuk

memudahkan atau mengefektifkan kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini, guru

dituntut untuk memiliki kemampuan menggunakan dan mempersiapkan materi

pembelajaran dalam satu sistem jaringan komputer yang dapat diakses oleh

peserta didik.

f. Evaluasi hasil belajar.

Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui perubahan perilaku dan

pembentukan kompetensi peserta didik, yang dapat dilakukan dengan penilaian

kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi,

bencma rking, serta penilaian program.

(53)

Pengembangan peserta didik dimaksudkan untuk mengaktualisasikan berbagai

kompetensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Pengembangan peserta didik

dapat dilakukan oleh guru melalui beberapa cara antara lain melalui kegiatan

ekstra kurikuler, pengayaan dan remidial, serta bimbingan dan konseling.

3. Kompetensi Profesional

Menurut Suyatno (2008) kompetensi profesional adalah:

Penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup (1) penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materialnya, serta (2) penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya.

1. Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi, memiliki indikator esesnsial: (a) memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; (b) memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar; (c) memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan (d) menerapkan konsep-konsep keilmuan ke dalam kehidupan sehari-hari.

2. Menguasai struktur dan metode keilmuan, memiliki indikator esensial: (a) menguasai langkah-langkah penelitian, dan (b) menguasai kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan / materi bidang studi.

Guru mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk

mencapai tujuan pembelajaran, untuk itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan

pelajaran. Guru harus selalu belajar, peka terhadap perubahan jaman, dan menguasai

materi pelajaran yang disajikan. Persiapan diri tentang materi diusahakan dengan

jalan mencari informasi melalui berbagai sumber seperti membaca buku-buku

terbaru, mengakses dari internet, selalu mengikuti perkembangan dan kemajuan

terakhir tentang materi yang disajikan.

Menurut Mulyasa (2008) kompetensi atau kemampuan profesional yaitu

(54)

a. Dalam menyampaikan pembelajaran, guru mempunyai peranan dan tugas sebagai

sumber materi yang tidak pernah kering dalam mengelola proses pembelajaran.

Kegiatan mengajarnya harus disambut oleh siswa sebagai suatu seni pengelolaan

proses pembelajaran yang diperoleh melalui latihan, pengalaman, dan kemauan

belajar yang tidak pernah putus.

b. Dalam melaksakan proses pembelajaran, keaktifan siswa harus selalu diciptakan

dan berjalan terus dengan menggunakan metode dan strategi mengajar yang

tepat. Guru menciptakan suasana yang dapat mendorong siswa untuk bertanya,

mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep yang

benar. Karena itu guru harus melakukan kegiatan pembelajaran menggunakan

multimedia, sehingga terjadi suasana belajar sambil bekerja, belajar sambil

mendengar, dan belajar sambil bermain, sesuai kontek materinya.

c. Di dalam pelaksanaan proses pembelajaran, guru harus memperhatikan

prinsip-prinsip didaktik metodik sebagai ilmu keguruan. Misalnya bagaimana

menerapkan prinsip apersepsi, perhatian, kerja kelompok, korelasi dan

prinsip-prinsip lainnya.

d. Dalam hal evaluasi, secara teori dan praktik, guru harus dapat melaksanakan

sesuai dengan tujuan yang ingin diukurnya. Jenis tes yang digunakan untuk

mengukur hasil belajar harus ben

Gambar

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Variabel Profesionalisme Dilihat dari Kompetensi
Gambar 2. Kerangka Pikir Peneliti
Gambar 1. Prosedur Sertifikasi Bagi Guru dalam Jabatan
Gambar 2. Kerangka Pikir Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti juga melakukan wawancara dengan informan penelitian masyarakat yang sedang melakukan pengurusan e-KTP mengenai para pegawai dapat memberikan semua informasi

Dampak pemberian tunjangan profesi terhadap kinerja mengajar guru belum mengalami perubahan yang signifikan, diantaranya adalah masalah ketepatan waktu dalam masuk

Masalah perdagangan, peredaran dan penyalahgunaan narkoba sebagai salah satu bentuk kejahatan transnasional yang sedang dapat sorotan baik dari masyarakat internasional

Agama Islam adalah suatu agama yang banyak dianut oleh sebagian besar masyarakat indonesi, sehingga prilaku masyarakat muslim selalu menjadi sorotan, apalagi yang

Adapun fenomena kualitas audit, yaitu kualitas audit yang dihasilkan Inspektorat Kabupaten Aceh Tenggara juga tengah mendapat sorotan dari masyarakat banyak yakni seperti

dengan ini menyatakan bahwa bukti fisik didalam berkas/dokumen yang saya lampirkan untuk keperluan pencairan Tunjangan Profesi Pendidik (TPP) ini benar adanya, jika

Setelah dilakukan pengkajian mendalam melalui proses analisis di atas, maka diyakini bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan tunjangan profesi dan motivasi

Pada saat ini profesi akuntan menjadi sorotan tajam bagi para pelaku bisnis dan masyarakat karena dianggap sebagai salah satu pihak yang mampu memberikan