• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PELAYANAN PUBLIK DALAM BIDANG TATA PEMERINTAHAN DI KECAMATAN MEDAN HELVETIA SKRIPSI. Sarjana (S-1) Administrasi Publik.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IMPLEMENTASI PELAYANAN PUBLIK DALAM BIDANG TATA PEMERINTAHAN DI KECAMATAN MEDAN HELVETIA SKRIPSI. Sarjana (S-1) Administrasi Publik."

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PELAYANAN PUBLIK DALAM BIDANG TATA PEMERINTAHAN DI KECAMATAN MEDAN HELVETIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas & Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Administrasi Publik

Disusun Oleh :

Santi Fatimah Zahra 140903128

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)

ABSTRAK

Pelayanan publik yang menjadi fokus studi disiplin Ilmu Administrasi Publik di Indonesia, masih menjadi persoalan yang perlu memperoleh perhatian dan penyelesaian yang komprehensif. Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan pelayanan, bahkan secara ekstrim dapat dikatakan bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Kecamatan yang merupakan salah satu perpanjangan tangan dari pemerintah pusat dalam memberikan pelayanan publik. Bidang Tata Pemerintahan merupakan salah satu pelayanan publik yang paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat sejak ia lahir hingga ia meninggal. Maka dari itu Peneliti tertarik membahas Impelementasi Pelayanan Publik dalam Bidang Tata Pemerintahan di Kecamatan Medan Helvetia.

Pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti, peneliti menggunakan metode penelitian metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif untuk mengumpulkan data dan informasi. Peneliti akan mencoba menganalisis data yang diperoleh dari berbagai sumber untuk menjawab permasalahan dari Implementasi Pelayanan Publik Dalam Bidang Tata Pemerintahan di Kecamatan Medan Helvetia. Peneliti menggunakan empat teknik dalam menganalisis data yaitu, observasi, wawancara, dokumentasi dan setelah itu data dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi akan ditrianggulasi.

Berdasarkan pemaparan hasil wawancara yang telah di deskripsikan pada bab sebelumnya, dimana ada enam (6) hal yang dikelompokkan oleh peneliti untuk memudahkan dalam memahami hasil wawancara. Dan dari hasil wawancara tersebut ditrianggulasikan dengan hasil observasi dan dokumentasi yang ada, peneliti akan mencoba menganalisis bagaimana sesungguhnya Implementasi Pelayanan Publik Dalam Bidang Tata Pemerintahan di Kecamatan Medan Helvetia.

Kata Kunci : Implementasi, pelayanan publik, bidang tata pemerintahan

(3)

ABSTRACT

Public services that are the focus of the study of the discipline of Public Administration Sciences in Indonesia, are still issues that need to be given comprehensive attention and completion. Basically every human need service, even in the extreme can be said that service can not be separated with human life.

Kecamatan which is one of the extension of the central government in providing public services. Governance is one of the most public services the public has ever needed since he was born until he died. Therefore, the researcher is interested to discuss the Impelementasi Public Service in the Field of Governance in Medan Helvetia.

In research conducted by researchers, researchers used descriptive method research method with a qualitative approach to collect data and information. Researchers will try to analyze the data obtained from various sources to answer the problems of Public Service Implementation in the Field of Governance in Medan District Helvetia. Researchers use four techniques in analyzing the data that is, observation, interview, documentation and after that data from observation, interview and documentation will trianggulasi.

Based on the results of the interviews that have been described in the previous chapter, where there are six (6) things are grouped by researchers to facilitate in understanding the results of interviews. And from the results of the interview ditrianggulasikan with the results of observation and documentation that exist, the researchers will try to analyze how actually Implementation of Public Service in the Field of Governance in the District of Medan Helvetia.

Keywords: Implementation, public service, governance field

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala kasih dan karuniaNya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Pelayanan Publik Dalam Bidang Tata Pemerintahan Di Kecamatan Medan Helvetia”. Penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Sarjana (S1) di Program Studi Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih mempunyai banyak kekurangan, baik dari segi isi maupun segi bahasa dan penulisan yang digunakan karena masih terbatasnya kemampuan dan pengetahuan penulis. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Tunggul Sihombing, MA selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan sebagai dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam membantu mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Dra. Asima Yanti Siahaan, Ma, P.hD selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Kepada Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan pengetahuan dan petunjuk selama penulis mengikuti pendidikan sehingga memberikan wawasan yang luas dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Staf Tata Usaha Departemen Ilmu Administrasi Publik yang telah banyak membantu penulis selama mengikuti perkuliahan sampai akhir penulisan skripsi ini.

(5)

6. Seluruh Pimpinan dan Pegawai Kecamatan Medan Helvetia, terima kasih sudah memberikan izin penelitian dan telah meluangkan waktu untuk diwawancarai oleh penulis untuk memberikan informasi terkait dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis.

7. Seluruh informan penelitian yang telah meluangkan waktu untuk diwawancarai oleh penulis untuk memberikan informasi terkait dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis.

8. Kedua orang tua penulis yaitu, Bapak Ir. Sutiknar dan Mama Masriani Lubis, S.H. Terima kasih Bapak dan Mama telah senantiasa sabar, tulus, dan penuh kasih sayang membesarkan, mendidik, membimbing, dan mendukung secara moril dan materil penulis hingga saat ini. Tidak akan pernah mampu penulis untuk membalas kasih sayang tulus Bapak dan Mama. Semoga penulis dapat membahagiakan Bapak dan Mama.

9. Keluarga Besar Alm. Sukiram dan Keluarga Besar Alm. Maraudin Lubis.

Terima kasih sudah mendukung dan memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan studi.

10. Para teman-teman penulis dari semester satu hingga sekarang Dianinasita Windining Tyas dan Umi Kalsum. Terima kasih telah menjadi “Kakak”

yang senantiasa mendengarkan keluh kesah penulis dan menjadi teman suka duka selama menyelesaikan studi. Semoga keinginan kita semua dikabulkan oleh Allah SWT.

11. Para teman-teman penulis sejak SMA, Dini Marfi, Eka Berliani Lubis, Nur Elda Putri, Surya Devi Risandi, Nanda Dwi Esfika, Lisa Kartika dan Fahmi Herian. Terima kasih sudah mendengarkan keluh kesah dan menemani penulis selama ini. Semoga keinginan kita semua dikabulkan oleh Allah SWT.

12. Seluruh keluarga besar Program Studi Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara stambuk 2014 yang telah bersama-sama saling mendukung dan menyertai penulis menyelesaikan studi ini.

13. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(6)

Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenaan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat buat pengembangan keilmuan.

Medan, September 2018

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

LAMPIRAN... x

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Kebijakan Publik ... 10

2.2 Implementasi Kebijakan ... 11

2.2.1 Model Implementasi Kebijakan ... 12

2.3 Pelayanan Publik ... 15

2.3.1.1 Pengertian Pelayanan... 15

2.3.1.2 Pengertian Publik ... 16

2.3.1.3 Pengertian Pelayanan Publik ... 16

2.4 Jenis-Jenis Pelayanan Publik ... 17

2.5 Asas Pelayanan Publik ... 18

2.6 Hipotesis Kerja ... 19

BAB III : METODE PENELITIAN ... 20

3.1 Bentuk Penelitian ... 20

(8)

3.2 Lokasi Penelitian ... 21

3.3 Informan Penelitian ... 22

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 24

3.5 Teknik Analisis Data ... 27

3.6 Validitas Data ... 28

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 30

4.1 Gambaran Umum Kecamatan Medan Helvetia ... 30

4.2 Hasil Penelitian ... 32

4.3Pelaksanaan Wawancara ... 32

4.4.Implementasi Pelayanan Publik Dalam Bidang Tata Pemerintahan di Kecamatan Medan Helvetia... 36

4.4.1 Standar dan Sasaran Kebijakan ... 38

4.4.1.1 Standar ... 39

4.4.1.2 Sasaran ... 51

4.4.2 Sumberdaya ... 56

4.4.2.1 Sumber Daya Manusia ... 58

4.4.2.2 Sumber Daya Pendukung (Fasilitas) ... 63

4.4.3 Hubungan Antar Organisasi ... 70

4.4.4 Karakteristik Agen Pelaksana ... 77

4.4.5 Kondisi Sosial,Ekonomi dan Politik... 84

4.4.6 Disposisi Implementor ... 90

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 97

5.1 Kesimpulan ... 97

5.2 Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 105

(9)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 3.3.1 Informan Penelitian ... 22 Tabel 4.3.1: Informan Penelitian ... 34 Tabel 4.3.2: Identitas informan berdasarkan jenis kelamin ... 35

(10)

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 4.4.1.1 : Masyarakat sedang bertanya ke Bagian informasi ... 44 Gambar 4.4.1.2 : Masyarakat sedang mengantri di depan ruang Tata

Pemerintahan ...

45

Gambar 4.4.1.3 : Masyarakat sedang diambil fotonya untuk pembuatan e-KTP ...

46

Gambar 4.4.1.4 : Masyarakat sedang mengantri untuk dipanggil ke loket 47 Gambar 4.4.1.2.1 : Pemberitahuan Pengurusan Kartu Tanda Penduduk (KTP)

dan Surat Keterangan Pengganti KTP ...

54

Gambar 4.4.2.1.1 : Pegawai bidang Tata Pemerintahan sedang memberikan pelayanan publik kepada masyarakat di bagian loket ...

62

Gambar 4.4.2.2.2 : Pegawai bidang Tata Pemerintahan Di Kecamatan Medan Helvetia sedang melaksanakan pelayanan publik berupa pengambilan foto

untuk pengurusan e-KTP ... 67 Gambar 4.4.2.2.3 : Masyarakat sedang mengantri di depan ruangan Tata Pemerintahan untuk mengurus pelayanan publik yang dibutuhkan...

67 Gambar 4.4.2.2.4 : Masyarakat sedang menunggu antrian di dalam ruang

tunggu loket untuk dipanggil ke loket ...

68

Gambar 4.4.3.1 : Kegiatan Apel Pagi setiap hari senin yang dilaksanakan di Kecamatan Medan Helvetia ...

71

Gambar 4.4.4.1 : Masyarakat sedang bertanya mengenai informasi pelayanan publik yang ia butuhkan dengan pegawai Tata Pemerintahan yang bertugas di

bagian loket ... 82 Gambar 4.4.5.1 : Suasana yang ada di Kecamatan Medan Helvetia ... 88 Gambar 4.4.6.2.1: Pelaksana pelayanan publik sedang memberikan pelayanan

publik ke masyarakat ...

95

(11)

LAMPIRAN Lampiran 1 : Pedoman Wawancara

Lampiran 2 : Transkrip Wawancara Lampiran 3 : Pedoman Observasi Lampiran 4 : Transkrip Observasi Lampiran 5 : Pedoman Dokumentasi Lampiran 6: Transkrip Dokumentasi

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan publik yang menjadi fokus studi disiplin Ilmu Administrasi Publik di Indonesia, masih menjadi persoalan yang perlu memperoleh perhatian dan penyelesaian yang komprehensif. Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan pelayanan, bahkan secara ekstrim dapat dikatakan bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Harus diakui bahwa pelayanan yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat terus mengalami pembaruan, baik dari sisi paradigma maupun format pelayanan seiring dengan meningkatnya tuntutan masyarakat dan perubahan di dalam pemerintah itu sendiri. Meskipun demikian pembaruan dilihat dari kedua sisi tersebut belumlah memuaskan, bahkan masyarakat masih diposisikan sebagai pihak yang tidak berdaya dalam kerangka pelayanan.

Masyarakat setiap waktu selalu menuntut pelayanan publik yang berkualitas dari birokrat, meskipun tuntutan tersebut sering tidak sesuai dengan harapan karena secara empiris pelayanan publik yang terjadi selama ini masih bercirikan: berbelit-belit, lambat, mahal dan melelahkan. Kecenderungan seperti itu terjadi karena masyarakat masih diposisikan sebagai pihak yang “melayani”

bukan yang dilayani. Oleh karena itu, pada dasarnya dibutuhkan reformasi pelayanan publik dengan mengembalikan dan mendudukkan “pelayan” dan yang

“dilayani” ke pengertian sesungguhnya. Pelayanan yang seharusnya ditujukan pada masyarakat umum terkadang dibalik menjadi pelayanan masyarakat terhadap

(13)

negara, meskipun negara berdiri sesungguhnya adalah untuk kepentingan masyarakat yang mendirikannya.Artinya,birokrat sesungguhnya haruslah memberikan pelayanan terbaiknya ke masyarakat.

Pelayanan yang baik hanya akan dapat diwujudkan apabila di dalam organisasi pelayanan terdapat sistem pelayanan yang mengutamakan kepentingan warga negara khususnya pengguna jasa pelayanan dan sumber daya manusia yang berorientasi pada kepentingan warga negara. Fokus pada kepentingan warga negara merupakan hal yang mutlak dilakukan oleh tiap-tiap unit pelayanan, dikarenakan keberadaaan unit pelayanan publik bergantung pada ada tidaknya warga negara yang membutuhkan jasa pelayanan publik. Oleh karena itu, penyelenggaraan pelayanan publik yang berkualitas sudah menjadi tuntutan bagi pemerintah. Kualitas pelayanan ini merupakan suatu hal yang sangat penting bagi organisasi penyedia pelayanan.

Kepemerintahan yang baik (good governance) merupakan issue yang mengemukakan dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Tuntutan dan kebutuhan untuk melaksanakan penyelenggaraan pemerintah yang baik adalah sejalan dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat di samping adanya pengaruh globalisasi. Pola lama penyelenggaraan pemerintahan tidak sesuai lagi.

Oleh karena itu perlu melakukan perubahan yang terarah. Keberhasilan atau kegagalan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang efektif dan efisien ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain oleh kondisi aparatur negara baik di pusat maupun di daerah.

(14)

Tujuan pendayagunaan aparatur negara (dalam lima tahun ke depan) diprioritaskan untuk mendukung pemulihan kepercayaan masyarakat terhadap citra dan peranan aparatur negara dalam melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan. Meningkatkan kinterja aparatur negara yang optimal dalam penyelengaraan negara, mengurangi seminimal mungkin praktek korupsi, kolusi dan nepotisme di lingkungan aparatur negara, meningkatkan kualitas pelayanan umum kepada masyarakat serta mewujudkan pegawai negeri yang dapat mengutamakan kepentingan bangsa dan negara dan bukan kepentingan pribadi dan golongan ataupun partai politik. Dalam melaksanakan pelayanan publik, pemerintah membentuk Organisasi Penyelenggara. Penyelenggara adalah setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik. Penyelenggara dan seluruh bagian organisasi penyelenggara bertanggung jawab atas ketidakmampuan, pelanggaran, dan kegagalan penyelenggaraan pelayanan.

Ada banyak variabel yang memengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan baik yang bersifat individual maupun kelompok atau institusi.

Implementasi dari suatu program melibatkan upaya-upaya policy makers untuk memengaruhi perilaku birokrat pelaksana agar bersedia memberikan pelayanan dan mengatur perilaku kelompok sasaran. Implementasi melibatkan usaha dari policy makers untuk memengaruhi apa yang oleh Lipsky (AG.Subarsono, 2005:88) disebut “street level bureaucrats” untuk memberikan pelayanan atau mengatur perilaku kelompok sasaran (target group). Untuk kebijakan yang sederhana, implementasi hanya melibatkan satu badan yang berfungsi sebagai

(15)

implementor, misalnya, kebijakan komiter sekolah untuk mengubah metode pengajaran guru di kelas. Sebaliknya untuk kebijakan makro, misalnya, kebijakan pengurangan kemiskinan di pedesaan, maka usaha-usaha implementasi akan melibatkan berbagai institusi, seperti birokrasi kabupaten, kecamatan, pemerintah desa.

Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia. Wilayah Kota Medan dibagi menjadi 21 Kecamatan dan 151 Kelurahan. Kecamatan yang ada di kota Medan adalah Medan Tuntungan, Medan Johor, Medan Amplas, Medan Denai, Medan Area, Medan Kota, Medan Maimun, Medan Polonia, Medan Baru, Medan Selayang, Medan Sunggal, Medan Helvetia, Medan Petisah, Medan Barat, Medan Timur, Medan Perjuangan, Medan Tembung, Medan Deli, Medan Labuhan, Medan Marelan, Medan Belawan.

Pada berita online ditemukan bahwa pada saat upacara Hari Jadi ke 427 Kota Medan, Wali Kota Medan Dzulmi Eldin membacakan pemenang Kecamatan dan Kelurahan terbaik. Kecamatan terbaik, yaitu (1) Kecamatan Medan Selayang, (2) Kecamatan Medan Denai (3) Kecamatan Medan Area, (4) Kecamatan Medan Labuhan (5) Kecamatan Medan Barat dan (6) Kecamatan Medan Baru. Sedangkan Kelurahan terbaik, yaitu (1) Kelurahan Lauchi, (2) Kelurahan Suka Damai, (3) Kelurahan Pulo Brayan, (4) Kelurahan Beringin, (5) Kelurahan Sei Putih dan (6) Kelurahan Pandau Hulu II. (Medan.tribunnews.com/2017/07/03 diakses pada tanggal 10 Februari 2018 pukul 10.30 WIB). Dari berita online ini dapat diberitahukan bahwa pemenang dari Kecamatan dan Kelurahan terbaik di Kota Medan diharapkan dapat menjadi contoh untuk Kecamatan dan Kelurahan lainnya

(16)

dalam memberikan pelayanan publik yang maksimal pada masyarakat di Kota Medan.

Pada penelitian ini, penulis akan meneliti dan membahas mengenai salah satu Kecamatan yang ada di Kota Medan yang belum mendapatkan penghargaan sebagai salah satu Kecamatan terbaik di Kota Medan. Kecamatan yang akan diteliti dan dibahas oleh penulis adalah Kecamatan Medan Helvetia. Alasan dari peneliti ingin melakukan penelitian di Kecamatan Medan Helvetia ini, berdasarkan berita online yang telah dipaparkan di atas, Kecamatan Medan Helvetia belum termasuk dari salah satu Kecamatan yang menjadi Kecamatan terbaik di Kota Medan. Kecamatan terbaik diberikan kepada Kecamatan yang dinilai sudah mampu memberikan pelayanan publik yang maksimal kepada masyarakat daripada Kecamatan yang belum mendapatkan penghargaan tersebut.

Oleh sebab itu, peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang pelayanan publik yang ada di Kecamatan Medan Helvetia karena Kecamatan Medan Helvetia belum mendapatkan penghargaan sebagai Kecamatan terbaik di Kota Medan dan peneliti ingin melakukan penelitian apakah Kecamatan Medan Helvetia sudah dapat memberikan pelayanan publik yang maksimal apa belum kepada masyarakat.

Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan diharapkan mampu memberikan pelayanan publik yang terbaik bagi masyarakatnya. Sebagai perangkat daerah Kota Medan, Kecamatan Medan Helvetia merupakan unsur lini kewilayahan yang kegiatannya bersifat operasional, memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat. Informasi yang ada di situs online dari Pemko Medan dijelaskan bahwa Kecamatan Medan Helvetia dengan luas wilayahnya 11,55 KM² dengan

(17)

jumlah penduduknya berjumlah 144.257 Jiwa (2011) (Pemkomedan.go.id diakses pada tanggal 10 Februari 2018 pukul 10.35 WIB). Kecamatan Medan Helvetia terdiri atas 7 Kelurahan, yaitu Kelurahan Dwi Kora, Kelurahan Sei Sikambing C II, Kelurahan Helvetia, Kelurahan Helvetia Tengah, Kelurahan Helvetia Timur, Kelurahan Tanjung Gusta dan Kelurahan Cinta Damai.

Dalam memberikan pelayanan publik di Kecamatan Medan Helvetia, terdapat tiga seksi yang bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan publik di Kecamatan Medan Helvetia. Tiga seksi tersebut adalah Seksi Tata Pemerintahan, Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Seksi Kesejahteraan Sosial.

Dalam menjalankan tugasnya, ketiga seksi tersebut diberikan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan bidangnya masing-masing. Tugas dan tanggung jawab dari ketiga seksi tersebut adalah Seksi Tata Pemerintahan mempunyai tugas dan tanggung jawab, yaitu: pengurusan Elektronik-Kartu Tanda Penduduk (e-KTP), pengurusan Kartu Keluarga (KK), pengurusan Surat Pindah Datang, pengurusan Surat Pindah Keluar Antar Kecamatan,pengurusan Surat Pindah Keluar Kota, pengurusan Surat Keterangan Kematian,pengurusan Surat Keterangan Domisili Partai dan pengurusan Surat Keterangan Tanah. Seksi Pemberdayaan Masyarakat mempunyai tugas dan tanggung jawab,yaitu pengurusan Surat Undangan Musrenbang. Dan Seksi Kesejahteraan Sosial mempunyai tugas dan tanggung jawab, yaitu: pengurusan Surat Dispensasi Nikah (untuk TNI/Polri), Surat Keterangan Kurang Mampu (STKM) dan Surat Keterangan Ahli Waris.

Kecamatan Medan Helvetia merupakan salah satu dari Kecamatan yang ada di Kota Medan yang belum mendapat penghargaan sebagai Kecamatan terbaik di Kota Medan. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti

(18)

sebelumnya, peneliti ingin meneliti dan membahas implementasi pelayanan publik dalam bidang tata pemerintahan yang ada di Kecamatan Medan Helvetia.

Pada bidang tata pemerintahan ini melaksanakan pelayanan publik yang paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Istilahnya tata pemerintahan yang ada di Kecamatan Medan Helvetia ini memberikan pelayanan publik yang dibutuhkan oleh masyarakat sejak ia lahir hingga ia meninggal dunia.

Peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian pada pelayanan publik dalam bidang tata pemerintahan di Kecamatan Medan Helvetia ini, karena peneliti merasa masih ada berbagai permasalahan yang terjadi dalam mendukung upaya memberikan pelayanan publik yang terbaik ke masyarakat. Peneliti menilai bahwa bidang tata pemerintahan ini merupakan bidang yang mengurusi pelayanan publik yang dimana pelayanan publiknya ini saling berkaitan satu sama lain dan sangat diperlukan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Pelayanan publik yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya ini adalah misalnya dalam pengurusan e- KTP yang memerlukam Kartu Keluarga (KK). Seperti yang diketahui pengurusan Elektronik-Kartu Tanda Penduduk (e-KTP), pengurusan Kartu Keluarga (KK) dilakukan di Tata Pemerintahan. Dalam memberikan pelayanan publik,pasti akan ada terdapat permasalahan yang terjadi dalam memberikan pelayanan publik.

Apalagi pelayanan publik yang ada dalam bidang tata pemerintahan ini adalah bidang yang paling banyak mengurusi pelayanan publik. Oleh sebab itu, peneliti merasa tertarik untuk meneliti bagaimana pelayanan publik dalam bidang tata pemerintahan di Kecamatan Medan Helvetia.

Berdasarkan permasalahan yang telah disampaikan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti dan membahas mengenai pelayanan publik dalam bidang

(19)

tata pemerintahan di Kecamatan. Sehingga penulis menetapkan judul penulisan

“Implementasi Pelayanan Publik Dalam Bidang Tata Pemerintahan Di Kecamatan Medan Helvetia”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut yaitu, “Bagaimana Implementasi Pelayanan Publik Dalam Bidang Tata Pemerintahan Di Kecamatan Medan Helvetia?”

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan Standar dan Sasaran dari Implementasi Pelayanan Publik dalam Bidang Tata Pemerintahan di Kecamatan Medan Helvetia.

2. Untuk mendeskripsikan Sumberdaya dalam mendukung Implementasi Pelayanan Publik dalam Bidang Tata Pemerintahan di Kecamatan Medan Helvetia.

3. Untuk mendeskripsikan Hubungan Antar Organisasi dalam Implementasi Pelayanan Publik dalam Bidang Tata Pemerintahan di Kecamatan Medan Helvetia.

4. Untuk mendeskripsikan Karakteristik Agen Pelaksana dalam Implementasi Pelayanan Publik dalam Bidang Tata Pemerintahan di Kecamatan Medan Helvetia.

5. Untuk mendeskripsikan Kondisi Sosial,Politik dan Ekonomi dalam mempengaruhi Implementasi Pelayanan Publik dalam Bidang Tata Pemerintahan di Kecamatan Medan Helvetia.

(20)

6. Untuk mendeskripsikan Disposisi Implementor dalam Implementasi Pelayanan Publik dalam Bidang Tata Pemerintahan di Kecamatan Medan Helvetia.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Secara subjektif, sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah, sistematis, dan kemampuan untuk menuliskannya dalam bentuk karya ilmiah berdasarkan kajian-kajian teori dan aplikasi yang diperoleh dari Program Studi Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara khususnya mengenai Implementasi Pelayanan Publik Dalam Bidang Tata Pemerintahan Di Kecamatan Medan Helvetia.

2. Secara Praktis, penelitian ini menjadi sumbangan pemikiran bagi instansi terkait mengenai Implementasi Pelayanan Publik Dalam Bidang Tata Pemerintahan Di Kecamatan Medan Helvetia. Penelitian ini juga diharapakan dapat dijadikan referensi untuk mengambil kebijakan yang mengarahkan kepada kemajuan institusi.

3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan memperkaya ragam penelitian yang telah dibuat oleh para mahasiswa bagi Program Studi Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara serta dapat menjadi bahan referensi bagi terciptanya suatu karya ilmiah.

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebijakan Publik

Kebijakan publik merupakan salah satu dimensi pokok dalam ilmu dan praktik Administrasi Publik. Sebagai salah satu unsur penting dalam Administrasi Publik, kebijakan publik dianalogikan fungsinya sama dengan fungsi otak pada tubuh manusia, karena melalui instrumen ini, segala aktivitas kehidupan bernegara dan bermasyarakat mulai dilakukan oleh birokrasi, plus pihak swasta dan masyarakat. Dalam konteks organisasi, baik yang berukuran kecil maupun yang berukuran besar, seperti suatu bangsa, kebijakan publik merupakan instrumen nyata yang mengambarkan hubungan yang rill antara pemerintah dan masyarakat. Hal ini karena melalui kebijakan publik inilah segala proses penyelenggaraa Negara, pembangunan dan pelayanan publik akan mulai berjalan.

Kebijakan publik sebagai titik awal (starting point) pengoperasian program- program atau kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah,masyarakat dan swasta.

Chandler dan Plano (1988) (Tangkilisan 2003:1) berpendapat bahwa kebijakan publik adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumber daya-sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah.

Dalam kenyataannya, kebijakan tersebut telah banyak membantu para pelaksana pada tingkat birokrasi pemerintah maupun para politisi untuk memecahkan masalah-masalah publik. Selanjutnya dikatakan bahwa kebijakan publik merupakan suatu bentuk intervensi yang dilakukan secara terus menerus oleh pemerintah demi kepentingan kelompok yang kurang beruntung dalam masyarakat agar mereka dapat hidup, dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan secara luas.

Easton (1969) (Tangkilisan 2003:2) memberikan pengertian kebijakan publik sebagai pengalokasian nilai-nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang keberadaannya mengikat. Sehingga cukup pemerintah yang dapat melakukan

(22)

sesuatu tindakan kepada masyarakat dan tindakan tersebut merupakan bentuk dari pengalokasian nilai-nilai kepada masyarakat.

Dari beberapa pengertian kebijakan publik (public policy) di atas yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli, maka bisa ditarik beberapa perbandingan.

Jika ditarik secara terminology, maka kebijakan publik berangkat dari dua suku kata yaitu kebijakan (policy) dan publik (public). Kebijakan dapat dinyatakan sebagai suatu usaha yang dilakukan oleh orang secara personal maupun kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang. Dari kegiatan ini harapannya adalah mengupayakan agar semuanya menjadi lebih baik. Sedangkan kata publik (public), merujuk pada pengertian umum, khalayak, banyak dan masyarakat.

Berarti usaha tadi yang dilakukan oleh individu atau kelompok dalam hal ini adalah pemerintah semuanya ditujukan untuk kepentingan orang banyak, umum atau masyarakat. Atau dalam pengertian lain, semua yang dilakukan oleh pemerintah pada hakekatnya adalah atas dasar kemauan, keinginan, kepentingan dan kehendak masyarakat. Yang tidak lain adalah kehendak masyarakat unuk sejahtera, aman, damai, sentosa, selaras, serasi dan sebagainya.

2.2 Implementasi Kebijakan

Sebuah kebijakan publik mempunyai tujuan untuk mengatur,mengelola dan memecahkan suatu masalah publik tertentu untuk kepentingan bersama. Suatu kebijakan publik bukan hanya proses formulasi dan meletigimasi kebijakan saja, tetapi terkait dengan implementasi dan evaluasinya. Sebaik apapun suatu substansi kebijakan publik yang dibuat atau diformulasikan, tidak akan berguna jika tidak terimplementasikan dengan baik dan sukses.

Pengertian implementasi menurut Grindle (1980:7) (Mulyadi 2016:47) menyatakan implementasi merupakan proses umum tindakan administratif yang

(23)

dapat diteliti pada tingkat program tertentu. Sedangkan Van Meter dan Van Horn (Mulyadi 2016:47) menyatakan bahwa implementasi kebijakan merupakan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dan swasta baik secara individu maupun secara kelompok yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan. Grindle (1980:7) (Mulyadi 2016:47) menambahkan bahwa proses implementasi baru akan dimulai apabila tujuan dan sasaran telah ditetapkan, program kegiatan telah tersusun dan dana telah siap dan telah disalurkan untuk mencapai sasaran.

Jadi implementasi merupakan suatu proses yang dinamis yang melibatkan secara terus menerus usaha-usaha untuk mencari apa yang yang akan dan dapat dilakukan. Dengan demikian implementasi mengatur kegiatan-kegiatan yang mengarah pada penempatan suatu program ke dalam tujuan kebijakan yang diinginkan. Implementasi kebijakan merupakan rangkaian kegiatan setelah suatu kebijakan dirumuskan. Tanpa suatu implementasi maka suatu kebijakan yang telah dirumuskan akan sia-sia belaka. Oleh karena itulah implementasi kebijakan mempunyai kedudukan yang penting di dalam kebijakan publik.

2.2.1 Model Implementasi Kebijakan

Keberhasilan implementasi kebijakan (Subarsono 2005 : 89) akan ditentukan oleh banyak variabel atau faktor dan masing-masing variabel tersebut saling berhubungan satu sama lain. Beberapa teori implementasi kebijakan menurut para ahli adalah :

1. Teori George C. Edwards III (1980)

Dalam pandangan Edwards III (Subarsono 2005:89), implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel, yakni:

(1) Komunikasi

Keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target group) sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. Apabila tujuan dan sasaran suatu kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama

(24)

sekali oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok sasaran.

(2) Sumberdaya

Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumberdaya untuk melaksanakan, implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumberdaya tersebut dapat berwujud sumberdaya manusia, yakni kompetansi implementor dan sumberdaya financial. Sumberdaya adalah faktor penting untuk implementasi kebijakan agar efektif. Tanpa sumberdaya,kebijakan hanya tinggal di kertas menjadi dokumen saja.

(3) Disposisi

Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti komitmen, kejujuran, sifat demokratis. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementor memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif.

(4) Struktur Birokrasi

Stuktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan.

Salah satu dari aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi yang standar (standard operating procedures atau SOP). SOP menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak.

Struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks. Ini pada gilirannya menyebabkan aktivitas organisasi tidak fleksibel.

2. Teori G. Shabbir Chemma dan Dennis A. Rondinelli (1983)

Menurut teori dari G. Shabbir Chemma dan Dennis A. Rondinelli (Subarsono 2005:101) Ada empat kelompok variabel yang dapat memengaruhi kinerja dan dampak suatu program,yakni:

(1) Kondisi lingkungan.

(2) Hubungan antar organisasi.

(3) Sumberdaya organisasi untuk implementasi program.

(4) Karakteristik dan kemampuan agen pelaksana.

3. Teori Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn (1975)

(25)

Van Meter dan Van Horn (Subarsono 2005:99) menjelaskan bahwa ada 6 variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi,yaitu:

(1) Standar dan Sasaran Kebijakan

Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur, sehingga dapat direalisir. Apabila standar dan sasaran kebijakan kabur,maka akan terjadi multiinterprestasi dan mudah menimbulkan konflik di antara para agen implementasi.

(2) Sumberdaya

Implementasi kebijakan perlu dukungan sumberdaya, baik sumber daya manusia (human resources) maupun sumber daya non-manusia (non- human resources).

(3) Hubungan Antar Organisasi

Dalam banyak program, implementasi sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu, diperlukan koordinasi dan kerjasama antar instansi bagi keberhasilan suatu program.

(4) Karakteristik Agen Pelaksana

Yang dimaksud karakteristik agen pelaksana adalah mencakup struktur birokrasi, norma-norma dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya itu akan mempengaruhi implementasi suatu program.

(5) Kondisi Sosial, Politik dan Ekonomi

Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan; sejauhmana kelompok- kelompok kepentingan memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan; karakteristik para partisipan, yakni mendukung atau menolak;

bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan; dan apakah elite politik mendukung implementasi kebijakan.

(6) Disposisi Implementor

Disposisi implementor mencakup tiga hal penting,yaitu:

a. Respons implementor terhadap kebijakan, yang akan mempengaruhi kemauannya untuk melaksanakan kebijakan.

b. Kognisi, yakni pemahamannya terhadap kebijakan.

c. Intensitas disposisi implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh implementor.

Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan teori Implementasi Kebijakan menurut model implementasi kebijakan dari Van Meter dan Van Horn dalam meneliti dan membahas mengenai Implementasi Pelayanan Publik Dalam Bidang Tata Pemerintahan di Kecamatan Medan Helvetia. Dengan menggunakan variabel yang terdapat pada model Meter dan Horn yaitu, Standar dan Sasaran

(26)

Kebijakan, Sumberdaya, Hubungan Antar Organisasi, Karakteristik Agen Pelaksana, Kondisi Sosial, Politik dan Ekonomi dan Disposisi Implementor

2.3 Pelayanan Publik

Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan pelayanan,bahkan secara ekstrim dapat dikatakan bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Berikut akan dijabarkan mengenai pengertian dari pelayanan publik.

2.3.1.1 Pengertian Pelayanan

Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan pelayanan,bahkan secara ekstrim dapat dikatakan bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Pelayanan merupakan salah satu faktor paling penting dalam upaya pemuasan pelanggan dan sudah merupakan keharusan yang wajib dioptimalkan baik oleh individu maupun organisasi, karena dari bentuk pelayanan yang diberikan tercermin kualitas individu atau organisasi yang memberikan pelayanan.

Menurut Kotler (Sinambela 2008:4) pelayanan adalah setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik. Selanjutnya Sampara berpendapat,pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatana yang terjadi dalam interaksi langsung antarseseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik dan menyediakan kepuasan pelanggan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Sinambela 2008:5) dinyatakan bahwa pelayanan adalah suatu usaha untuk membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan orang lain.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat dikemukakan bahwa pada dasarnya pelayanan adalah sesuatu yang tidak berwujud tetapi dapat memenuhi kebutuhan pelanggan atau masyarakat. Pelayanan tidak dapat mengakibatkan

(27)

peralihan hak atau kepemilikan dan terdapat interaksi antara penyedia jasa dengan pengguna jasa.

2.3.1.2 Pengertian Publik

Menurut Sinambela (2008:5) istilah publik berasal dari Bahasa Inggris yaitu public yang berarti umum, masyarakat, negara. Istilah publik menurut Inu Kencana dalam Sinambela, mendefinisikan publik adalah sejumlah manusia yang memiliki kebersamaan berpikir, perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai-nilai norma yang merasa memiliki (Inu dalam Sinambela,2006:5). Publik adalah manusia atau masyarakat yang memiliki kebersamaan dalam pemikiran berdasarkan peraturan-peraturan.

Publik dapat diartikan sebagai sekelompok kecil atau sekelompok besar yang terdiri dari orang-orang banyak maupun sedikit yang memiliki tingkat perhatian yang cukup tinggi terhadap suatu hal yang sama.

2.3.1.3 Pengertian Pelayanan Publik

Disadari atau tidak, setiap warga selalu berhubungan dengan aktivitas birokrasi pemerintah, sehingga keberadaaanya menjadi suatu yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Pelayanan birokrasi akan menyentuh ke berbagai segi kehidupan masyarakat, demikian luasnya cakupan pelayanan masyarakat yang harus dilaksanakan oleh pemerintah maka mau tidak mau pemerintah harus berupaya semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan layanan publik.

Menurut Lonsdale (1994) (Mulyadi 2016:189) pengertian dari pelayanan publik ialah segala sesuatu yang disediakan oleh pemerintah atau swasta karena umumnya masyarakat tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, kecuali secara kolektif dalam rangka memenuhi kesejahteraan sosial seluruh masyarakat.

Pelayanan publik menurut Lijan Sinambela (Sinambela 2008:5) diartikan pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan.

(28)

Dengan demikian, pelayanan publik adalah pemenuhan keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara negara. Negara didirikan oleh publik (masyarakat) tentu saja dengan tujuan agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada hakikatnya negara dalam hal ini pemerintah (birokrat) haruslah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Kebutuhan dalam hal ini bukanlah kebutuhan secara individual akan tetapi berbagai kebutuhan yang sesungguhnya diharapkan oleh masyarakat, misalnya kebutuhan akan kesehatan, pendidikan dan lain-lain.

2.4 Jenis-Jenis Pelayanan Publik

Jenis-jenis pelayanan publik menurut Lembaga Administrasi Negara yang dimuat dalam SANKRI buku III (2004:185) adalah:

 Pelayanan pemerintahan adalah jenis pelayanan masyarakat yang terkait dengan tugas-tugas umum pemerintahan, seperti pelayanan KTP, SIM, pajak, perijinan dan keimigrasian.

 Pelayanan pembangunan adalah suatu jenis pelayanan masyarakat yang terkait dengan penyediaan sarana dan prasarana untuk memberikan fasilitasi kepada masyarakat dalam melakukan aktivitasnya sebagai warga negara. Pelayanan ini meliputi penyediaan jalan-jalan, jembatan-jembatan, pelabuhan-pelabuhan dan lainnya.

 Pelayanan utilitas adalah jenis pelayanan yang terkait dengan utilitas bagi masyarakat seperti penyediaan listrik, air,telepon dan transportasi lokal.

 Pelayanan sandang, pangan dan papan adalah jenis pelayanan yang menyediakan bahan kebutuhan pokok masyarakat dan kebutuhan perumahan, seperti penyediaan beras, gula, minyak, gas, tekstil dan perumahan murah.

 Pelayanan kemasyarakatan adalah jenis pelayanan yang dilihat dari sifat dan kepentingannya lebih ditekankan pada kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan , seperti pelayanan kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, penjara, rumah yatim piatu dan lainnya.

Pelayanan publik menjadi suatu tolak ukur kinerja pemerinta yang paling kasat mata. Masyarakat dapat langsung menilai kinerja pemerintah berdasarkan

(29)

kualitas layanan publik yang diterima, karena kualitas layanan publik menjadi kepentingan banyak orang dan dampaknya langsung dirasakan masyarakat dari semua kalangan, dimana keberhasilan dalam membangun kinerja pelayanan publik secara profesional, efektif, efisien dan akuntabel akan mengangkat citra positif pemerintah dimata warga masyarakatnya.

2.5 Asas Pelayanan Publik

Bahwa pelayanan publik dilakukan tiada lain untuk memberikan kepuasan bagi pengguna jasa, karena itu penyelenggarannya niscaya membutuhkan asas- asas pelayanan. Dengan kata lain, dalam memberikan pelayanan publik, instansi penyedia pelayanan publik harus memperhatikan asas pelayanan publik.

Asas-asas pelayanan publik menurut Keputusan Menpan 63/2003 sebagai berikut:

1. Transparansi

Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak, disediakan secara memadai dan mudah dimengerti.

2. Akuntabilitas

Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Kondisional

Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip-prinsip efisiensi dan efektivitas.

4. Partisipasi

Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.

5. Kesamaan hak

Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, gender dan status ekonomi.

6. Keseimbangan hak dan kewajiban

Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak.

Pelayanan publik dilakukan untuk memberikan kepuasan bagi pengguna jasa, karena itu penyelenggaraannya secara niscaya membutuhkan asas-asas

(30)

pelayanan. Dengan kata lain, dalam memberikan pelayanan publik, instansi penyedia pelayanan publik harus memperhatikan asas pelayanan publik.

2.6 Hipotesis Kerja

Hipotesis merupakan jawaban sementara peneliti terhadap penelitian yang di lakukan. Dalam penelitian kualitatif, hipotesis tidak diuji, tetapi diusulkan (suggested, recommend) sebagai salah satu panduan dalam proses analisis data.

Hipotesis kerja adalah hipotesa yang sebenarnya, yang asli, yang bersumber dari kesimpulan teoritik. Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan di atas, penulis merumuskan hipotesis kerja Implementasi Pelayanan Publik Dalam Bidang Tata Pemerintahan di Kecamatan Medan Helvetia meliputi Standar dan Sasaran Kebijakan, Sumberdaya, Hubungan Antar Organisasi, Karakteristik Agen Pelaksana, Kondisi Sosial, Politik dan Ekonomi dan Disposisi Implementor.

(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian

Peneliti akan meneliti dan membahas mengenai “Implementasi Pelayanan Publik Dalam Bidang Tata Pemerintahan di Kecamatan Medan Helvetia”. Pada bidang tata pemerintahan ini melaksanakan pelayanan publik yang paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Istilahnya tata pemerintahan yang ada di Kecamatan Medan Helvetia ini memberikan pelayanan publik yang dibutuhkan oleh masyarakat sejak ia lahir hingga ia meninggal dunia. Peneliti akan melihat bagaimana penerapan pelaksanaan pelayanan publik yang diberikan oleh pelaksana pelayanan publik kepada masyarakat yang membutuhkan pelayanan publik dalam bidang Tata Pemerintahan di Kecamatan Medan Helvetia. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti akan menggunakan metode penelitian metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Creswell (2012) (Sugiyono 2016:347) menyatakan bahwa “Penelitian kualitatif berarti proses eksplorasi dan memahami makna perilaku individu dan kelompok, menggambarkan masalah sosial atau masalah kemanusiaan. Proses penelitian mencakup membuat pertanyaan penelitian dan prosedur yang masih bersifat sementara, mengumpulkan data pada seting partisipan, analisis data secara induktif, membangun data yang pasial ke dalam tema dan selanjutnya memberikan interprestasi terhadap makna suatu data. Kegiatan akhir adalah membuat laporan ke dalam struktur yang fleksibel.

Penelitian kualitatif adalah salah satu metode penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang kenyataan melalui proses berpikir induktif. Melalui penelitian kualitatif peneliti dapat mengenali subyek, merasakan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian ini, peneliti terlibat dalam situasi dan setting fenomena yang diteliti.

(32)

Menurut Zuriah (2006:47) penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat/ mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan dan menguji hipotesis.

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan sedara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.

Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti mengumapulkan informasi dan data sesuai dengan teori yang digunakan,yaitu Standar dan Sasaran Kebijakan, Sumberdaya, Hubungan Antar Organisasi, Karakteristik Agen Pelaksana, Kondisi Sosial, Politik dan Ekonomi dan Disposisi Implementor. Lalu peneliti akan mendeskripsikan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian untuk mencoba menganalisis kebernarannya berdasarkan data yang diperoleh di lapangan.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Kantor Kecamatan Medan Helvetia yang beralamat di Jl. Beringin X No. 2 Medan. Untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini, yakni bagaimana Implementasi Pelayanan Publik Dalam Bidang Tata Pemerintahan di Kecamatan Medan Helvetia. Bidang Tata Pemerintahan merupakan bidang yang paling banyak mengurus pelaksanaan pelayanan publik yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dimana pelayanan publik yang dibutuhkan oleh masyarakat sejak ia lahir hingga ia meninggal dunia.

(33)

Penelitian ini berdasarkan hipotesis kerja yang telah ditentukan oleh peneliti sebelumnya, yaitu dengan menggunakan teori Van Meter dan Van Horn.

Berdasarkan teori Implementasi Kebijakan Publik menurut Van Meter dan Van Horn yang meliputi 6 variabel, yaitu Standar dan Sasaran Kebijakan, Sumberdaya, Hubungan Antar Organisasi, Karakteristik Agen Pelaksana, Kondisi Sosial, Politik dan Ekonomi dan Disposisi Implementor.

3.3 Informan Penelitian

Menurut Sugiyono (2016:364) dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari. Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai narasumber, atau partisipan, informan, teman dan guru dalam penelitian. Dalam penelitian ini,peneliti menentukan informan dengan menggunakan teknik purposive sampling dan snowball sampling.

Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data yang didasarkan dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini,misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang akan diteliti. Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada awalnya adalah sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit itu belum mampu memberikan data yang memuaskan, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data. Dengan demikian jumlah sampel sumber data akan semakin besar, seperti bola salju yang menggelinding, lama- lama menjadi besar. (Sugiyono 2016:368).

Berdasarkan penjelasan mengenai teknik pengambilan sampel diatas, maka yang akan menjadi informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3.1 Informan Penelitian

No. Status Informan Informasi Yang Dibutuhkan Jumlah 1. Camat Medan

Helvetia

Informasi terkait Standar dan Sasaran Kebijakan, Sumberdaya, Hubungan Antar Organisasi, Karakteristik Agen Pelaksana,

1 orang

(34)

Kondisi Sosial, Politik dan Ekonomi dan Disposisi Implementor yang mendukung pada pelayanan publik dalam Bidang Tata Pemerintahan di Kecamatan Medan Helvetia.

2. Sekretaris Camat Medan Helvetia

Informasi terkait Standar dan Sasaran Kebijakan, Sumberdaya, Hubungan Antar Organisasi, Karakteristik Agen Pelaksana, Kondisi Sosial, Politik dan Ekonomi dan Disposisi Implementor yang mendukung pada pelayanan publik dalam Bidang Tata Pemerintahan di Kecamatan Medan Helvetia.

1 orang

3. Kepala Sub Bagian Umum

Informasi terkait Standar dan Sasaran Kebijakan, Sumberdaya, Hubungan Antar Organisasi, Karakteristik Agen Pelaksana, Kondisi Sosial, Politik dan Ekonomi dan Disposisi Implementor yang mendukung pada pelayanan publik dalam Bidang Tata Pemerintahan di Kecamatan Medan Helvetia.

1 orang

4. Kepala Sub Bagian Program dan Keuangan

Informasi terkait Standar dan Sasaran Kebijakan, Sumberdaya, Hubungan Antar Organisasi, Karakteristik Agen Pelaksana, Kondisi Sosial, Politik dan Ekonomi dan Disposisi Implementor yang mendukung pada pelayanan publik dalam Bidang Tata Pemerintahan di Kecamatan Medan Helvetia.

1 orang

5. Kepala Seksi Tata Pemerintahan

Informasi terkait Standar dan Sasaran Kebijakan, Sumberdaya, Hubungan Antar Organisasi, Karakteristik Agen Pelaksana, Kondisi Sosial, Politik dan Ekonomi dan Disposisi Implementor yang mendukung pada pelayanan publik dalam Bidang Tata Pemerintahan di Kecamatan Medan Helvetia.

1 orang

(35)

6 Pegawai Tata Pemerintahan di Kecamatan Medan Helvetia

Informasi terkait Standar dan Sasaran Kebijakan, Sumberdaya, Hubungan Antar Organisasi, Karakteristik Agen Pelaksana, Kondisi Sosial, Politik dan Ekonomi dan Disposisi Implementor yang mendukung pada pelayanan publik dalam Bidang Tata Pemerintahan di Kecamatan Medan Helvetia.

5 orang

7. Staf Administrasi Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Medan yang ditempatkan di Kantor Kecamatan Medan Helvetia

Informasi terkait Standar dan Sasaran Kebijakan, Sumberdaya, Hubungan Antar Organisasi, Karakteristik Agen Pelaksana, Kondisi Sosial, Politik dan Ekonomi dan Disposisi Implementor yang mendukung pada pelayanan publik dalam Bidang Tata Pemerintahan di Kecamatan Medan Helvetia.

2 orang

8. Masyarakat Informasi terkait Standar dan Sasaran Kebijakan, Sumberdaya, Hubungan Antar Organisasi, Karakteristik Agen Pelaksana, Kondisi Sosial, Politik dan Ekonomi dan Disposisi Implementor yang mendukung pada pelayanan publik dalam Bidang Tata Pemerintahan di Kecamatan Medan Helvetia.

10 orang

Total 22 orang

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer dan teknik pengumpulan data

(36)

lebih banyak pada observasi berperan serta (participant observation), wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi.

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan empat macam teknik pengumpulan data, yaitu:

1. Teknik pengumpulan data dengan observasi

Nasution (1988) (Sugiyono 2016:377) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehinga benda-benda yang sangat kecil (proton dan electron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi partisipatif.

Dalam observasi partisipatif, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data dan ikut merasakan suka dukanya.

Dengan observasi partisipatif ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak. Sebelum melakukan observasi ke lapangan, terlebih dahulu peneliti akan menyusun pedoman observasi. Hal tersebut dapat mempermudah peneliti dalam melakukan observasi ke lapangan.

2. Teknik pengumpulan data dengan wawancara

Esterberg (2002) (Sugiyono 2016:384) mendefinisikan interview sebagai berikut: “Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonsentrasikan makna dalam suatu topik tertentu”.

(37)

Dalam penelitian kualtiatif sering menggabungkan teknik observasi partisipatif dengan wawancara mendalam. Dalam penyusunan pertanyaan wawancara, peneliti menggunakan tipe wawancara berstruktur, dimana sebelum memulai wawancara terlebih dahulu peneliti menyusun daftar pertanyaan yang diajukan. Namun di dalam prosesnya sendiri, peneliti tidak menutup kemungkinan munculnya pertanyaan-pertanyaan baru yang dapat menggali informasi lebih dalam dari para informan. Selama melakukan observasi, peneliti juga melakukan interview kepada orang- orang yang ada di dalamnya. Sebelum ke lapangan, terlebih dahulu peneliti akan menyusun pedoman wawancara. Hal tersebut dapat mempermudah peneliti dalam melakukan wawancara dengan informan penelitian.

3. Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumentasi yang berbentuk tulisan, misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumentasi yang berbentuk gambar, misalnya foto,gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumentasi yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Sebelum ke lapangan, terlebih dahulu peneliti akan menyusun pedoman dokumentasi.

4. Trianggulasi

(38)

Dalam teknik pengumpulan data, trianggulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan trianggulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. Trianggulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Trianggulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.

3.5 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (trianggulasi) dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Dengan pengamatan yang teus menerus tersebut mengakibatkan variasi data tinggi sekali. Data yang diperoleh pada umumnya adalah data kualitatif (walaupun tidak menolak data kuantitatif), sehingga teknik analisis data yang digunakan belum ada polanya dengan jelas. Oleh karena itu sering mengalami kesulitan dalam melakukan analisis.

(39)

Pada metode analisis data, peneliti menguji kemampuan bernalar dalam menggabungkan data dan informasi yang diperoleh dari hal-hal yang terjadi pada pelayanan publik di Kecamatan Medan Helvetia. Kemudian peneliti menganalisisnya sehingga dapat menghasilkan informasi dan kebenaran dari permasalahan yang ada pada penelitian ini. Pada teknik analisis data, penulis menggunakan model analisis data menurut Miles dan Huberman (Sugiyono 2016:

246) yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang secara bersamaan, yaitu:

1. Reduksi data

Reduksi data dilakukan dengan merangkum, memilih hal-hal pokok dan memfokuskan hal-hal yang penting tentang penelitian dengan mencari tema. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, serta mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya jika diperlukan.

2. Penyajian data

Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah menyajikan data.

Melalui penyajian data tesebut maka data akan terorganisasikan dan tersusun dalam pola hubungan sehingga akan mudah dipahami dan memungkinkan penarikan kesimpulan serta menentukan tindakan selanjutnya.

3. Penarikan kesimpulan

Kesimpulan dalam data kualitatif merupakan temuan baru. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara atau bersifat hipotesis dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat pad tahap pengumpulan data berikutnya.

3.6 Validitas Data

Pada pengertian yang lebih luas validitas merujuk pada masalah kualitas data dan ketepatan metode yang digunakan untuk melaksanakan proyek penelitian. Kualitas data dan ketepatan metode yang digunakan untuk melaksanakan penelitian sangat penting khususnya dalam penelitian ilmu-ilmu sosial karena pendekatan filosofis dan metodologis yang berbeda Seperti yang telah di kemukakan oleh Sugiyono (2016: 433) dalam pengujian keabsahan data, metode penelitian kualitatif meliputi uji credibility, uji transferability, uji dependability dan uji confirmability. Pada pengujian keabsahan data, penulis menggunakan uji credibility yang dilakukan dengan trianggulasi.

Uji kredibilitas atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan,

(40)

trianggulasi, diskusi dengan teman, analisis kasus negatif dan member check.

Trianggulaai dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Trianggulasi terdiri dari:

a. Trianggulasi sumber

Trianggulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

b. Trianggulasi teknik

Trianggulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

c. Trianggulasi waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel.

(41)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kecamatan Medan Helvetia

Kecamatan Medan Helvetia adalah salah satu dari 21 kecamatan yang berada di Wilayah Kota Medan memiliki luas ± 1.156.147 Ha dan merupakan pecahan dari Kecamatan Medan Sunggal. Sebelum menjadi kecamatan defenitif terlebih dahulu melalui proses Kecamatan Perwakilan. Sesuai dengan Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor : 138/402/K/1991 tanggal 05 Pebruari 1991 dan Keputusan Walikota Medan Nomor : 138/595/SK/1991 tanggal 20 Meret 1991 dirubah namanya menjadi Perwakilan Kecamatan Medan Helvetia dan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor : 50 Tahun 1991 didevinitifkan menjadi kecamatan Medan Helvetia yang diresmikan pada tanggal 31 Oktober 1991 yang terdiri atas 7 (tujuh) Kelurahan yaitu : Kelurahan Helvetia, Helvetia Tengah, Helvetia Timur, Dwi Kora, Cinta Damai, Tanjung Gusta dan Sei Sikambing C-II.

Adapun kantornya telah menempati bangunan permanen yang terletak di Jalan Beringin X No 2 Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia dengan luas tanah ± 1.800 m2 dan luas bangunan 375 m2 dan dibangun atas bantuan partisipasi pihak ketiga/masyarakat yang diresmikan pemakaiannya pada tanggal 04 Juni 1992.

Kecamatan Medan Helvetia memiliki visi, yaitu “Dengan mengacu kepada visi Kota Medan, kita ciptakan Kecamatan Medan Helvetia sebagai miniatur Kota Medan.” Sedangkan misi Kecamatan Medan Helvetia adalah “Meningkatkan peran aktif Birokrasi Kecamatan Medan Helvetia yang efisien dan berfungsi

(42)

sebagai pelayan masyarakat, mendorong terciptanya rasa aman dalam dinamika kehidupan masyarakat serta terciptanya kerukunan hidup antar umat beragama.”

Adapun misi yang akan diwujudkan yaitu :

1) Memberdayakan kelurahan dengan memberdayakan masyarakat 2) Meningkatkan Sumber Daya Manusia

3) Meningkatkan pelayanan prima kepada masyarakat 4) Meningkatkan kebersihan

5) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat 6) Meningkatkan Kamtibmas yang kondusif 7) Meningkatkan penghijauan

8) Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah

Dengan terwujudnya misi Kecamatan Medan Helvetia maka telah mendukung kemajuan dan kemakmuran Medan Kota Metropolitan, dengan Motto Kota Medan melalui bekerja sama dan sama-sama bekerja untuk kemajuan dan kemakmuran Medan Kota Metropolitan yang modern, madani, dan religius.

Dalam memberikan pelayanan publik di Kecamatan Medan Helvetia, terdapat tiga seksi yang bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan publik di Kecamatan Medan Helvetia. Tiga seksi tersebut adalah Seksi Tata Pemerintahan, Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Seksi Kesejahteraan Sosial.

Dalam menjalankan tugasnya, ketiga seksi tersebut diberikan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan bidangnya masing-masing. Tugas dan tanggung jawab dari ketiga seksi tersebut adalah Seksi Tata Pemerintahan mempunyai tugas dan tanggung jawab, yaitu: pengurusan Elektronik-Kartu Tanda Penduduk (e-KTP), pengurusan Kartu Keluarga (KK), pengurusan Surat Pindah Datang, pengurusan

Gambar

Tabel 3.3.1 Informan Penelitian
Tabel 4.3.1: Informan Penelitian
Tabel 4.3.2: Identitas informan berdasarkan jenis kelamin
Gambar 4.4.1.1 : Masyarakat sedang bertanya ke Bagian informasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk memperoleh data yang diperlukan, sesuai dengan teknik pengumpulan data yang telah ditetapkan sebelumnya, maka peneliti melakukan wawancara dengan beberapa informan

Artinya, bahwa dalam penelitian ini informan dalam memberikan nilai prinsip good governance dari aspek responsiveness dalam pelayanan E-KTP di Kecamatan Sukolilo Surabaya

Dapat di deskripsikan oleh peneliti dengan berdasarkan hasil wawancara dengan bebarapa informan yang di anggap mampu memberikan informasi tentang akuntabilitas

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi dan memberikan manfaat sebagai masukan bagi Pemerintah Kota Medan mengenai indeks kepuasan masyarakat terhadap

Menurut pendapat Anda apakah Anda percaya dan yakin terhadap kemampuan petugas pada saat memberikan informasi kepada masyarakat yang melakukan pengurusan izin. Bagaimana

Pada penelitian ini penulis mengambil 50 responden yang digunakan sebagai sampel untuk menganalisis kepuasan masyarakat terhadap pelayanan pengurusan e-ktp di

Agar masyarakat dapat memperoleh informasi yang lengkap, setiap perizinan dilengkapi dengan brosur/ leaflet mengenai informasi dasar hukum, persyaratan yang diperlukan, besarnya

Dalam hal ini peneliti telah melakukan observasi dan wawancara di mana seorang informan dari BPMP2T I1 yakni pertanyaan mengenai Business Process Reenginering BPR T1 dengan isi