• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Implementasi Kebijakan

Sebuah kebijakan publik mempunyai tujuan untuk mengatur,mengelola dan memecahkan suatu masalah publik tertentu untuk kepentingan bersama. Suatu kebijakan publik bukan hanya proses formulasi dan meletigimasi kebijakan saja, tetapi terkait dengan implementasi dan evaluasinya. Sebaik apapun suatu substansi kebijakan publik yang dibuat atau diformulasikan, tidak akan berguna jika tidak terimplementasikan dengan baik dan sukses.

Pengertian implementasi menurut Grindle (1980:7) (Mulyadi 2016:47) menyatakan implementasi merupakan proses umum tindakan administratif yang

dapat diteliti pada tingkat program tertentu. Sedangkan Van Meter dan Van Horn (Mulyadi 2016:47) menyatakan bahwa implementasi kebijakan merupakan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dan swasta baik secara individu maupun secara kelompok yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan. Grindle (1980:7) (Mulyadi 2016:47) menambahkan bahwa proses implementasi baru akan dimulai apabila tujuan dan sasaran telah ditetapkan, program kegiatan telah tersusun dan dana telah siap dan telah disalurkan untuk mencapai sasaran.

Jadi implementasi merupakan suatu proses yang dinamis yang melibatkan secara terus menerus usaha-usaha untuk mencari apa yang yang akan dan dapat dilakukan. Dengan demikian implementasi mengatur kegiatan-kegiatan yang mengarah pada penempatan suatu program ke dalam tujuan kebijakan yang diinginkan. Implementasi kebijakan merupakan rangkaian kegiatan setelah suatu kebijakan dirumuskan. Tanpa suatu implementasi maka suatu kebijakan yang telah dirumuskan akan sia-sia belaka. Oleh karena itulah implementasi kebijakan mempunyai kedudukan yang penting di dalam kebijakan publik.

2.2.1 Model Implementasi Kebijakan

Keberhasilan implementasi kebijakan (Subarsono 2005 : 89) akan ditentukan oleh banyak variabel atau faktor dan masing-masing variabel tersebut saling berhubungan satu sama lain. Beberapa teori implementasi kebijakan menurut para ahli adalah :

1. Teori George C. Edwards III (1980)

Dalam pandangan Edwards III (Subarsono 2005:89), implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel, yakni:

(1) Komunikasi

Keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target group) sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. Apabila tujuan dan sasaran suatu kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama

sekali oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok sasaran.

(2) Sumberdaya

Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumberdaya untuk melaksanakan, implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumberdaya tersebut dapat berwujud sumberdaya manusia, yakni kompetansi implementor dan sumberdaya financial. Sumberdaya adalah faktor penting untuk implementasi kebijakan agar efektif. Tanpa sumberdaya,kebijakan hanya tinggal di kertas menjadi dokumen saja.

(3) Disposisi

Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti komitmen, kejujuran, sifat demokratis. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementor memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif.

(4) Struktur Birokrasi

Stuktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan.

Salah satu dari aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi yang standar (standard operating procedures atau SOP). SOP menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak.

Struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks. Ini pada gilirannya menyebabkan aktivitas organisasi tidak fleksibel.

2. Teori G. Shabbir Chemma dan Dennis A. Rondinelli (1983)

Menurut teori dari G. Shabbir Chemma dan Dennis A. Rondinelli (Subarsono 2005:101) Ada empat kelompok variabel yang dapat memengaruhi kinerja dan dampak suatu program,yakni:

(1) Kondisi lingkungan.

(2) Hubungan antar organisasi.

(3) Sumberdaya organisasi untuk implementasi program.

(4) Karakteristik dan kemampuan agen pelaksana.

3. Teori Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn (1975)

Van Meter dan Van Horn (Subarsono 2005:99) menjelaskan bahwa ada 6 variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi,yaitu:

(1) Standar dan Sasaran Kebijakan

Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur, sehingga dapat direalisir. Apabila standar dan sasaran kebijakan kabur,maka akan terjadi multiinterprestasi dan mudah menimbulkan konflik di antara para agen implementasi.

(2) Sumberdaya

Implementasi kebijakan perlu dukungan sumberdaya, baik sumber daya manusia (human resources) maupun sumber daya non-manusia (non-human resources).

(3) Hubungan Antar Organisasi

Dalam banyak program, implementasi sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu, diperlukan koordinasi dan kerjasama antar instansi bagi keberhasilan suatu program.

(4) Karakteristik Agen Pelaksana

Yang dimaksud karakteristik agen pelaksana adalah mencakup struktur birokrasi, norma-norma dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya itu akan mempengaruhi implementasi suatu program.

(5) Kondisi Sosial, Politik dan Ekonomi

Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan; sejauhmana kelompok-kelompok kepentingan memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan; karakteristik para partisipan, yakni mendukung atau menolak;

bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan; dan apakah elite politik mendukung implementasi kebijakan.

(6) Disposisi Implementor

Disposisi implementor mencakup tiga hal penting,yaitu:

a. Respons implementor terhadap kebijakan, yang akan mempengaruhi kemauannya untuk melaksanakan kebijakan.

b. Kognisi, yakni pemahamannya terhadap kebijakan.

c. Intensitas disposisi implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh implementor.

Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan teori Implementasi Kebijakan menurut model implementasi kebijakan dari Van Meter dan Van Horn dalam meneliti dan membahas mengenai Implementasi Pelayanan Publik Dalam Bidang Tata Pemerintahan di Kecamatan Medan Helvetia. Dengan menggunakan variabel yang terdapat pada model Meter dan Horn yaitu, Standar dan Sasaran

Kebijakan, Sumberdaya, Hubungan Antar Organisasi, Karakteristik Agen Pelaksana, Kondisi Sosial, Politik dan Ekonomi dan Disposisi Implementor