• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fidei Commis dan Legitieme Portie

HUKUM WARIS

E. Fidei Commis dan Legitieme Portie

Perkataan fidei commis berasal dari fides yang berarti kepercayaan. Warisan itu seolah-olah dipercayakan pada waris yang pertama ditunjuk. Pada umumnya suatu fidei commis

dilarang oleh undang-undang, karena ada benda-benda yang tak bergerak, yang waktu lama dan tidak tertentu akan tersingkir.

Ada 2 (dua) macam fidei commis yang diperbolehkan undang-undang, yaitu:

1. untuk memenuhi keinginan seseorang yang hendak mencegah kekayaannya dihabiskan oleh anak-anaknya. Orang diperbolehkan membuat penetapan agar anaknya tidak boleh menjual benda-benda warisan dan supaya benda-benda itu kemudian diwariskan lagi kepada anak-anak si waris sendiri. 2. yang lazim dinamakan fideicommis de residuo, di mana hanya ditetapkan, bahwa seorang waris harus mewariskan lagi di kemudian hari apa yang masih ketinggalan dari warisan yang diperolehnya itu. Jadi hanya sisanya saja kepada seorang lain sudah ditetapkan.

Fidei commis adalah suatu ketetapan wasiat, di mana orang yang diangkat sebagai ahli waris atau yang menerima hibah wasiat diwajibkan untuk menyimpan barang-barang warisan atau hibahnya, untuk kemudian menyerahkannya baik

seluruh maupun sebagian kepada orang lain (berkewajiban untuk menyimpan yang mereka terima, dan sesudah suatu jangka waktu tertentu atau pada waktu matinya si penerima, menyampaikannya/menyerahkannya kepada orang ketiga.

Ada 3 (tiga) pihak di dalam fidei commis, yaitu:

1. Pewaris /insteller

2. Orang yang pertama-tama ditunjuk sebagai ahli waris/legetaris, sengan tugas/kewajiban menyimpan

barang tersebut dan

menyampaikannya kepada pihak ketiga (bezwaarde/pemikul beban) 3. Orang yang akan menerima harta

dari pewaris melalui bezwaarde

disebut verwachter (penunggu) Pelarangan fedei commis di dalam membuat suatu ketetapan yang mempunyai akibat hukum beruntun, seri atas satu/beberapa barang yang sama terhadap beberapa orang secara urutan dengan akibat bahwa barang tersebut untuk suatu jangka waktu lama tidak dapat dipindahtangankan. Akibatnya menjadi batal demi hukum. Tujuan larangan tersebut adalah untuk menyelundupi ketentuan yang terdapat dalam Hukum Romawi dimana orang-orang tertentu adalah bukan ahli waris dan karenanya tidak mewaris dari orang-orang tertentu atau ia adalah ahli waris.

Fidei commis oleh undang-undang diperbolehkan asal, yaitu: 1. Yang menjadi bezwaarde adalah

seorang anak atau lebih

2. Verwachter adalah sekalian anak/keturunan

3. Yang diberikan adalah bagian bebas daripada warisan.

Legietimate Portie

Legitiematie portie adalah suatu bagian mutlak tertentu dari harta warisan terutama bagi anak sah maupun anak luar kawin yang disahkan, yang dijamin hukum tidak dapat dihapuskan oleh siapapun termasuk pewaris dengan surat wasiat. Hak legitieme portie baru timbul jika ada ahli waris ab intestato tampil me-nuntut pembatalan suatu surat wasiat dan/atau menuntut supaya diadakan pengurangan terhadap pembagian warisan jika ia merasa dirugikan karena dikurangi legitieme portie.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar seseorang tersebut memperoleh kedudukan sebagai legitimaris, adalah:

1. Orang tersebut adalah keluarga sedarah dalam garis lurus.

2. Orang tersebut adalah merupakan ahli waris menurut ketentuan undang-undang pda saat si peninggal warisan meninggal dunia.

Contoh kasus:

P meninggal dunia dengan meninggalkan 2 orang anak, yaitu C dan D. Legitimaris adalah C dan D, sebab adalah keluarga sedarah P dalam garis lurus C dan D tersebut adalah ahli waris ab-intestato.

P meninggal dunia dengan meninggalkan A (kakek), B dan C

(saudara). A bukan legitimaris, karena pada waktu meninggalnya P, A bukan ahli waris. Dan C dan B juga bukan karena tidak merupakan sedarah dalam garis lurus.

Legitieme portie ini harus dihitung, apabila salah satu atau beberapa ahli waris menuntut haknya, atau salah satu/beberapa orang ahli waris/legitimaris masih ada di bawah umur (minderjarig). Legitieme portie

masing-masing legitimaris:

1. Legitieme portie untuk anak keturunan yang sah adalah sebagai berikut:

a. 1 (satu) orang anak legitieme portie nya adalah 1/2 dari bagian menurut undang-undang.

b. 2 (dua) orang anak legitieme portie adalah 2/3 dari bagian menurut undang-undang. c. 3 (tiga) orang anak legitieme

portie adalah 3/4 dari bagian menurut undang-undang. 2. Legitieme portie untuk keluarga

sedarah dalam garis lurus keatas adalah 1/2 dari bagian menurut undang-undang.

3. Legitieme portie untuk anak luar kawin adalah 1/2 dari bagian menurut undang-undang.

Jadi dengan adanya ketentuan tentang bagian mutlak atau legietieme portie ini dapat disimpulkan bahwa, seseorang boleh saja mewariskan atau menghibahkan hartanya kepada orang lain namun tidak boleh mengurangi bagian mutlak dari ahli waris, jika terjadi pelanggaran terhadap hal ini maka dilakukan pemotongan atau sering disebut dengan istilah

“incorting” dengan urutan-urutan sebagai berikut:

1. Yang harus dikurangi terlebih dahulu adalah wasiat.

2. Jika wasiat belum mencukupi maka diambilkan dari hibah.

3. Pengurangan terhadap beberapa wasiat harus dilakukan dengan perbandingan.

Cara menghitung legitieme portie, yaitu:

1. Harta peninggalan sewaktu peninggal warisan meninggal dunia, dihitung dan diinventarisir untuk mengetahui berapa nilai harganya.

2. Nilai harga dari barang-barang yang mungkin ketika si peninggal warisan masih hidup diberikan ditambahkan dengan yang di atas. 3. Jumlah di atas dikurangi dengan

utang-utang yang pernah dibuat oleh si peninggal warisan.

4. Sisa dari pengurangan tersebut menjadi dasar perhitungan legitieme portie.

Legitieme portie dan penggantian tempat dapat digantikan oleh ahli warisnya/keturunannya. Hal ini adalah sesuai dengan Pasal 914 KUH Perdata bahwa, jika ada anak yang telah meninggal terlebih dahulu, kedudukan anak yang telah meninggal lebih dahulu dapat digantikan oleh keturunannya.

Contoh kasus:

A meninggal dunia dengan meninggalkan 2 orang anak B dan C, serta Ca dan Cb anak sah dari C.

Legitieme portie untuk B dan C adalah dari bagian menurut UU.

Legitieme portie B = 2/3 x 1/2 = 1/3 dan Legitieme portie C = 2/3 x 1/2 = 1/3. Jika C telah meninggal dulu dan digantikan Ca dan Ca, maka legitieme portie Ca = AL Cb = 1/2 x 1/3 =1/6.

Dalam hal legitimaris menolak atau tidak patut menerima, besarnya

legitieme portie adalah dikaitkan dengan besarnya warisan menurut undang-undang, sedangkan adanya penolakan harta warisan sangat mempengaruhi besarnya harta warisan, demikian juga adanya seseorang yang dianggap tidak patut menerima juga mempengaruhi besarnya harta warisan. Adanya penolakan atau ketidak patuhan ahli waris untuk menerima tidak mempengaruhi besar kecilnya

legitieme portie. Jika terjadi pelanggaran terhadap legitieme portie

sehingga hak mutlak tidak dapat dicapai besarnya, maka diadakan pemotongan atau incorting terhadap wasiat dan jila masih belum mencukupi maka diambilkan dari hibah.

Dalam keadaan biasa B dan C masing-masing menerima 1/3 dari

legitieme portie masing-masing adalah 3/4 x 1/3 =1/4.

Contoh kasus:

A meninggal dunia dengan meninggalkan dua orang anak, yaitu B dan C, di samping itu meninggalkan wasiat yang isinya menerangkan X sebagai ahli waris dengan bagian 3/4 dari seluruh harta warisan. Jumlah harta warisan A senilai Rp. 120 juta.

Para legitimaris menurut legitieme portie. Bagaimana penyelesaiannya? Harta peninggalan A senilai Rp. 120 juta.

Pelaksanaan wasiat kepada X = 3/4 x Rp. 120 juta = Rp. 90 juta.

Sisa = Rp 120 juta- Rp. 90 juta = Rp. 30 juta

Pembagian menurut undang-undang:

B = C, masing-masing = 1/2 x Rp. 30 juta = Rp. 15 juta, Bagaimana penghitungan legitieme portie?

Legitieme portie B = legitieme portie C masing-masing = 2/3 x 1/2 x Rp. 120 juta = RP 40 juta. Jadi B dan C tidak boleh menerima kurang dari Rp. 40 juta, karena itu merupakan hak mutlakya, padahal mereka masing-masing baru menerima Rp. 15 juta, jadi masing-masing kurang = Rp. 40 juta – Rp 15 juta, atau total (B+C) kurang = Rp. 50 juta.