• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kewenangan Berbuat

PERIHAL MENGENAI ORANG DALAM HUKUM PERDATA

C. Kewenangan Berbuat

Pada dasarnya, setiap manusia memiliki kewenangan berhak, yakni kewenangan berhak untuk dilakukan atau melakukan apa saja sesuai dengan ketentuan aturan. Hanya saja tidak semua manusia mempunyai kewenangan berbuat atau kewenangan bertindak. Kewenangan berbuat adalah kewenangan seseorang untuk berbuat hukum pada umumnya. Berbuat hukum adalah melakukan perbuatan-perbuatan yang diatur oleh hukum (menimbulkan akibat hukum) dan kalau dilanggar akan ada sanksinya. Kewenangan berbuat ada ketika seseorang sudah dewasa (Pasal 330 KUH Perdata) atau sudah kawin.

Oleh karena itu, setiap manusia yang mempunyai kewenangan berhak belum tentu mempunyai kewenangan berbuat atau bertindak. Contoh, seseorang yang sudah mandiri dikatakan cakap untuk melakukan perbuatan hukum. Sebaiknya dikatakan belum dewasa apabila orang tersebut belum mandiri dan belum berkeluarga.

Undang-Undang Dasar 1945 melalui Pasal 2 Aturan Peralihan menyatakan bahwa, ketentuan produk kolonial masih dapat diberlakukan sebelum dibentuk undang-undang yang baru. Sampai sekarang belum ada undang-undang baru yang meneruskan pengertian dewasa dan belum dewasa. Oleh karena itu, ketentuan dewasa dan belum dewasa produk kolonial masih berlaku. Misalnya, Pasal 330 KUH Perdata, untuk golongan Eropa, Stbl. 1924 No. 556, untuk golongan Orang Timur Asing. Contoh lainnya, adalah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, maka konsep dewasa dan tidak dewasa menjadi berubah. Di dalam UUP tersebut bahwa izin orang tua bagi orang yang akan melangsungkan perkawinan jika belum mencapai umur 20 tahun bagi wanita yang akan melangsungkan perkawinan. Anak yang belum berusia 18 tahun, belum pernah kawin dan berada di bawah kekuasaan orang tua. Anak yang belum mencapai usia 18 tahun, belum pernah kawin dan tidak berada di bawah kekuasaan orang tua, tetapi berada di bawah kekuasaan wali.

Menurut hukum, setiap orang tiada terkecuali dapat memiliki hak-hak, akan tetapi di dalam hukum tidaklah semua orang diperbolehkan bertindak sendiri di dalam melaksanakan hak-haknya itu. Ada beberapa golongan orang yang oleh hukum telah dinyatakan “tidak cakap” atau “kurang cakap” untuk bertindak sendiri dalam melakukan perbuatan-perbuatan hukum, tetapi mereka itu harus diwakili atau dibantu oleh orang lain. Mereka yang oleh hukum telah dinyatakan tidak cakap untuk melakukan sendiri perbuatan hukum adalah:

1. Orang yang masih di bawah umur (belum mencapai umur 21 tahun atau belum dewasa);

2. Orang yang tidak sehat pikirannya (gila), pemabuk dan pemboros, yakni mereka yang ditaruh di bawah curatele (pengampuan).

Apabila perbuatan hukum dilakukan oleh orang yang tidak wenang berbuat atau tidak cakap, maka perbuatan hukumnya dapat dimintakan pembatalannya (vermetigbaarheid). Tetapi perbuatan hukum tersebut, sejak saat dibuat sampai dinyatakan batal, tetap sah. Apabila sudah dibatalkan maka kembali seperti semula, dianggap perjanjian tidak pernah ada.

Kewenangan dan kecakapan, keduanya merupakan hal yang serupa. Kewenangan dan kecakapan menjadi penting ketika dihadapkan pada sahnya subyek hukum dalam melakukan perbuatan hukum tertentu. Orang yang cakap (wenang melakukan perbuatan hukum) menurut UU adalah:

1. Orang yang dewasa (di atas 18 tahun) atau pernah melangsungkan perkawinan

2. Tidak dibawah pengampuan, yaitu orang dewasa tapi dalam keadaan dungu, gila, pemboros, dll.

3. Tidak dilarang oleh UU, misal orang yang dinyatakan pailit oleh UU dilarang untuk melakukan perbuatan hukum.

Menurut hukum manusia pribadi (natuurlijk person) mempunyai hak dan kewajiban, akan tetapi tidak selalu cakap hukum (rechts bekwaam) untuk melakukan perbuatan hukum. orang-orang yang menurut undang-undang tidak cakap untuk melakukan perbuatan hukum adalah:

1. Orang yang belum dewasa, yaitu anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan (Pasal 1330 KUH Perdata jo. Pasal 47 UU Nomor 1 Tahun 1974)

2. Orang-orang yang ditaruh di bawah pengampuan, yaitu orang-orang dewasa tapi dalam keadaan dungu, gila, mata gelap, dan pemboros (Pasal 1330 KUH Perdata jo. Pasal 433 KUH Perdata);

3. Orang-orang yang dilarang undang-undang untuk melakukan perbuatan-perbuatan hukum tertentu, misalnya orang dinyatakan pailit (Pasal 1330 KUH Perdata jo. Undang-undang Kepailitan).

Jadi orang yang mempunyai kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum (recht bekwamheid) adalah orang yang dewasa dan sehat akal pikirannya serta tidak dilarang oleh suatu undang-undang untuk melakukan perbuatan hukum tertentu. Orang-orang yang belum dewasa dan orang-orang yang ditaruh di bawah pengampuan (curatele) dalam melakukan perbuatan hukum diwakili oleh orang tuanya, walinya atau pengampunya (curator), sedangkan penyelesaian utang piutang orang-orang yang dinyatakan pailit dilaksanakan oleh Balai Harta Peninggalan (weeskamer).

Selanjutnya apabila dihubungkan dengan kecakapan hukum (rechts bekwaamheid) dan kewenangan hukum (rechts bevoegdheid), maka uraian di atas menunjukkan bahwa setiap orang adalah subyek hukum, yakni pendukung hak dan kewajiban, namun tidak setiap orang cakap untuk untuk

melakukan perbuatan hukum. Dan orang yang cakap untuk melakukan perbuatan hukum (rechts bekwaam) tidak selalu berwenang untuk melakukan perbuatan hukum (rechts bevoegd).

Dengan demikian kecakapan hukum (rechts bekwaamheid) adalah syarat umum, sedangkan kewenangan hukum (rechts bevoegdheid) adalah syarat untuk melakukan perbuatan hukum.

Literatur :

Kansil, SH., 1989, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.

Riduan Syahrani, 2004, Seluk Beluk dan Azas-azas Hukum Perdata, Alumni, Bandung.

Salim HS, 2004, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), Cetakan Ke-4, Yogyakarta. Soeroso. R, 2007, Perbandingan

Hukum Perdata, Sinar Grafika, Jakarta.

Subekti dan R. Tjitrosudibio, 2001,

Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Pradnya Paramita, Jakarta.

Subekti, 2003, Pokok-pokok Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta. Titik Triwulan Tutik, 2008, Hukum

Perdata dalam Sistem Hukum Nasional, Intermasa, Jakarta. Catatan:

Setelah selesai Pokok Bahasan ini akan dilaksanakan Quis.

Soal Latihan:

1. Jelaskan tentang subjek hukum dan siapa saja sebagai subjek hukum? 2. Jelaskan tentang kewenangan

berhak dan siapa saja yang mempunyai wenang berhak?

3. Jelaskan tentang kewenangan berbuat dan siapa saja yang mempunyai wenang berbuat? 4. Sebutkan dan jelaskan siapa saja

yang tidak wenang berbuat?

5. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kewenangan berhak seseorang?

BAB IV