• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.5 Rasio Keuangan

2.5.2 Jenis Rasio keuangan .1 Likuiditas

2.5.2.4 Financial Leverage Rasio

Kita akan membicarakan bagaimana perusahaan mendapatkan modal untuk membiayai kegiatan operasionalnya, masalah yang penting dalam penggunaan hutang dan ekuitas, manakah yang lebih banyak dalam hal membiayai aktivanya, oleh hutang atau ekuitas pemegang saham, dalam menjawab pertanyaan ini kita akan menggunakan dua rasio, dan sebenarnya masih banyak rasio yang bisa digunakan, yang pertama adalah berapa persen asset perusahaan akan dibiayai oleh hutang, termasuk hutag jangka pendek dan hutang jangka panjang, dan sisanya akan dibiayai oleh ekuitas, oleh karena itu kita kan menggunakan rasio-rasio sebagai berikut :

1. Rasio hutang = Aktiva Total g hu Total tan

Yang perlu kita pahami adalah perusahaan pada umumnya mendanai sekitas 40 % aktiva mereka dengan hutang dan 60 % dari ekuitas pemegang saham, perusahaan dengan aktiva nyata atau tetap seperti bangunan dan tanah bisa mendanai lebih banyak asset mereka dengan hutang, perusahaan berteknologi tinggi adalah dimana asetnya adalah software seperti riset dan pengembangan adalah lebih sedikit membutuhkan pembiayaan hutang.

Jadi penggunaan jumlah hutang perusahaan tergantug pada keberhasilan pendapatan dan ketersediaan aktiva yang bisa digunakan sebagai jaminan hutang dan seberapa besar resiko yang diasumsikan oleh pihak manajemen.

Perspektif kedua kita adalah mengenai keputusan pendanaan perusahaan yang datang melalui pengamatan terhadap laporan laba-rugi, ketika perusahaan meminjam uang ada persyaratan minimum dimana perusahaan harus membayar bunga atas dana yang dipinjam atau hutang, dengan demikian merupakan hal yang sangat penting untuk membandingkan jumlah pendapatan usaha yang tersedia, terhadap jumlah bunga yang harus dibayar, bila dinyatakan dalam rasio kita menghitung berapa kali besarnya

pendapatan usaha bila dibandingkan dengan bunga yang harus di bayar, jadi rasio laba terhadap beban bunga yang dihasilkan adalah rasio yang biasa digunakan untuk menguji posisi hutang perusahaan dan dihitung sebagai berikut :

2. Rasio laba terhadap beban bunga =

Bunga Operasi Laba

Sesungguhnya pendapatan usaha perusahaan bisa jatuh pada tingkat seperlima puluh koma dua ( 1/50,2 ) dan masih mempunyai laba untuk membayar bunga yang disyaratkan, harus tetap diingat bahwa bunga tidak dibayar dengan laba, tetapi dengan kas dan bahwa perusahaan mungkin di haruskan membayar kembali sebagian pokok dari hutangnya bersamaan dengan bunga, jadi rasio laba terhadap beban bunga hanya merupakan ukuran secara kasar mengenai kapasitas perusahaan dalam memenuhi kewajiban, meskipun demikian ini member petunjuk umum kepada kita tentang kapasitas hutang perusahaan.

Di samping itu bagaimana dengan perusahaan mengamati tingkat pengembalian akuntansi pada investasi pemegang saham, saham biasa atau kita kenal dengan rasio tingkat pengembalian ekuitas saham biasa dimana rasio ini menunjukkan rata-rata penghitungan pengembalian atas investasi pemegang saham yang diukur dengan membandingkan pendapatan bersih terhadap ekuitas saham biasa, maka penghitunganya adalah sebagai berikut : 3. Pengembalian ekuitas saham biasa =

biasa saham pemegang ekuitas bersih Laba Untuk membantu kita memahami kesimpulan tentang penggunaan hutang dan pengaruhnya pada pengembalian pemegang saham, maka perhatikan contoh di bawah ini.

Perusahaan A dan B mempunyai ukuran yang sama, kedua-duannya mempunyai total aktiva sebesar Rp 1.000 dan keduanya mempunyai tingkat pengembalian laba usaha atas investasi sebesar 14 % tetapi berbeda dalam satu hal , yaitu perusahaan A tidak menggunakan hutang, tetapi perusahaan B

mendanai 60 % atas investasi-investasinya dengan hutang yang biaya bunganya sebesar 10 %. S i n g k a t

singkatnya, kita akan menganggap bahwa tidak ada pajak pendapatan, laporan keuangan untuk kedua perusahaan, penghitungan tingkat pengembalian atas ekuitas saham biasa untuk perusahaan diatas memperlihatkan bahwa perusahaan B mempunyai pengembalian yang lebih baik bagi pemiliknya, yaitu 20 % disbanding perusahaan A yang hanya sebesar 14 %.

Pengembalian ekuitas = biasa saham pemegang ekuitas bersih Laba Perusahaan A = 000 . 1 140 Rp Rp = 0,14 atau 14 % Perusahaan B = 400 80 Rp Rp = 0,20 atau 20 %

Mengapa berbeda ?, perusahaan B menghasilkan 14 % tingkat pengembalian atas investasinya, tetapi hanya perlu membayar 10 % atas uang yang di pinjam, perbedaan antara tingkat pengembalian atas investasi dan tingkat suku bunga, 14 % dikurangi 10 %, sehingga mendorong tingkat pengembalian atas ekuitas perusahaa B berada di atas perusahaan A, sekarang kita melihat hasil yang baik dari hutang usaha, dimana kita meminjam 10 % dan kita menginvestasikan sebesar 14 %, hasilnya adalah peningkatan pada pengembalian atas ekuitas.

KETERANGAN PERUSAHAAN A PERUSAHAAN B

Total aktiva Rp 1.000 Rp 1.000

Hutang ( 10% tigkat bunga ) Rp 0 Rp 600

Ekuitas Rp 1.000 Rp 400

Total Rp 1.000 Rp 1.000

Laba operasi ( 14 % ) Rp 140 Rp 140 Beban bunga ( 10 % ) Rp 0 Rp 60

Analisis rasio keuangan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan menjadi topik menarik setelah seorang ahli matematika Altman menemukan suatu formula untuk mendeteksi kebangkrutan suatu perusahaan dengan istilah yang sangat terkenal yaitu formula Z-Score dimana Z-Score sendiri adalah skor yang dihitung atau di tentukan dari hitungan standart dikalikan rasio-rasio keuangan yang akan menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan, formula Z-Score sendiri dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut :

Z-score = 1,2 WC/TA + 1,4 RE/TA + 3,3 EBIT/TA + 0,6 MVE/BVD + 0,1 S/TA Di mana :

WC/TA : Working Capital/ Total Asset RE/TA : Retained Earning/ Toatal Asset

EBIT/TA : Earning Before Income Tax/ Total Asset MVE/BVD : Marker Value Of Equity/ Book Value Of Debt S/TA : Sales/ Total Asset

Kemudian di kembangkan kembali karena berbagai kasus yang berbeda-beda antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain maka Altman mengembangkan dua formula baru yang dituliskan sebagai berikut :

Z’ = 0,71 WC/TA + 0,847 RE/TA + 3,117 EBIT/TA + 0,420 MVE/BVD + 0,998 S/TA

Z” = 6,56 WC/TA + 3,26 RE/TA + 6,72 EBIT/TA + 1,05 MVE/BVD

Klasifikasi Z Z’ Z” Bangkrut Ragu-ragu Non-bangkrut < 1,81 1,81 – 2,99 > 2,99 < 1,23 1,23 – 2,90 >2,90 <1,1 1,1 – 2,6 >2,60

Dari ketiga formula dia atas, formula Z-Score yang sering dipakai adalah furmula ketiga yaitu :

Z” = 6,56 WC/TA + 3,26 RE/TA + 6,72 EBIT/TA + 1,05 MVE/BVD atau Z” = 6,56 X1 + 3,26 X2 + 6,72 X3 + 1,05 X4

Dimana :

X1 : Aktiva Lancar – Hutang Lancar : Total Aktiva X2 : Laba di Tahan : Total Aktiva

X3 : Laba Sebelum Bunga dan Pajak : Total Aktiva X4 : Modal Sendiri : Total Hutang

BAB III

Dokumen terkait