• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 5.38 Perspektif hotel butik dan apartemen dar

FIRST IMPRESSION

Berdasarkan pengetahuan perancang tentang kondisi dan potensi yang mendasari perencanaan untuk penambahan fasilitas pada lokasi Istana Maimun. Selanjutnya, perancang melakukan survey lokasi ke Istana Maimun, kesan pertama ketika perancang sampai pada lokasi, perancang melihat kondisi lokasi Istana Maimun yang tidak begitu tertata dan terawat pada beberapa bagian. Ketika memasuki gerbang Istana tidak terdapat penjagaan khusus seperti pengecekan mobil ataupun tiket masuk kendaraan pengunjung pada pintu gerbang dan keluar masuk kendaraan pengunjung hanya dapat di akses satu gerbang sehingga ketika kendaraan keluar dan kendaraan masuk harus saling menunggu, sedangkan gerbang yang satunya lagi tidak difungsikan secara optimal karena memiliki fungsi yang berbeda.

Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber dari pihak Istana Maimun, diketahui bahwa pada bagian kanan dan kiri gerbang terdapat warung-warung yang menjual makanan hingga buah tangan dan terdapat penjual tanaman hias. Warung-warung yang berada pada lokasi Istana Maimun dikelola oleh keluarga sultan yang bertempat tinggal dibelakang istana (gambar 2.1), sedangkan pada bagian tempat tanaman hias dikelola oleh pihak luar (swasta) yang menyewa sebagian lokasi Istana untuk dijadikan tempat berjualan (gambar 2.2). Pihak Istana Maimun juga menyewakan sebagian tanah pada lokasi kepada salah satu travel di kota Medan untuk dijadikan tempat peristirahatan dan perbaikan bus pariwisata sehingga secara visual kondisi disekitar Istana kurang tertata dan terawat (gambar 2.3). Dapat dikategorikan dari segi kenyamanan dan keamanan

pengunjung pihak Istana Maimun tidak begitu memperhatikan karena sebagian lokasi disewakan untuk keperluan lain yang tidak berhubungan dengan Istana Maimun.

Tempat parkir kendaraan pengunjung yang kurang dikelola dengan baik sehingga kendaraan yang parkir tidak mengetahui garis parkir. Pada lokasi tapak tidak terlihat jalur pedestrian yang dibuat khusus agar pengunjung dapat mengakses dari parkiran kendaraan menuju ke Istana Maimun. Ketika pengunjung yang akan menuju Istana Maimun harus berhati-hati karena terdapat jalur kendaraan (menuju ke kediaman keluarga sultan pada bagian belakang Istana) yang harus dilalui. Jalur pedestrian menuju Istana Maimun terlihat setelah adanya suatu batasan yang dibuat khusus, dulunya jalur ini merupakan jalur kendaraan yang dapat diakses langsung ke Istana (Gambar 2.4).

Gambar 2.2 Kondisi tempat penjual tanaman hias Gambar 2.1 Warung-warung yang berada di lokasi

Pada bagian depan Istana Maimun terdapat lapangan hijau yang terawat dan air mancur yang telah dinonaktifkan serta gerbang yang sudah tidak digunakan lagi. Pada lapangan hijau pengunjung atau anak-anak sekitar sering menggunakan lokasi ini sebagai tempat bermain bola kaki dan pengunjung menggunakan tempat ini untuk beristirahat sambil berfoto-foto dengan background Istana Maimun (Gambar 2.5) serta terdapat pepohonan tertata dengan rapi dan terawat. Pada zaman dahulu, gerbang yang posisinya tegak lurus dengan Istana Maimun digunakan sebagai akses kereta kuda Istana dengan penataan pada bagian sisi kanan kiri yang dikelilingi oleh pohon-pohon sehingga menciptakan kesan megah dan kokoh (Gambar 2.6). Kondisi pada bagian depan Istana Maimun terdapat sedikit perubahan pada jalur seperti dulunya dari gerbang dapat langsung diakses menuju ke istana, sedangkan sekarang jalur tersebut lebih kecil dan tidak dapat diakses karena terkunci.

Gambar 2.3. Kondisi tapak pada bagian belakang Istana Maimun

Gambar 2.4 Jalan menuju Istana Maimun

Gambar 2.5. Kondisi terkini pada bagian depan Istana

Gambar 2.6 Kondisi lampau pada bagian depan Istana

Pada lokasi tidak terdapat parkir kendaraan bus pariwisata pengunjung yang datang ke Istana Maimun sehingga bus pariwisata memarkirkan bus pada lahan hijau pada bagian belakang warung-warung (gambar 2.7). Secara tidak langsung tanaman (rumput) pada lokasi tersebut rusak karena dilewati oleh bus dan pengunjung yang turun dari bus tersebut.

Menurut hasil wawancara dengan narasumber dari pihak Istana Maimun, pada bagian belakang Istana Maimun terdapat kediaman keluarga sultan yang turun temurun menempati tempat tersebut. Terdapat perbedaan antara kediaman keluarga sultan yang bertempat dibagian belakang Istana dengan kediaman keluarga yang tinggal di dalam bangunan Istana yaitu keluarga yang tinggal di dalam bangunan istana merupakan keturunan keluarga langsung dari sultan sehingga mendapatkan "keistimewaan" untuk tinggal didalam bangunan istana. Bangunan kediaman keluarga sultan pada bagian belakang Istana tidak memiliki gaya arsitektural yang senada dengan istana melainkan hanya bangunan biasa beratap seng. Kondisi jalan menuju kediaman keluarga sultan yang kurang tertata rapi sehingga terkesan seperti suatu gang (Gambar 2.8).

Gambar 2.7 Tempat parkir bus pariwisata

Akses dari Istana Maimun menuju sungai yang tidak disediakan, ketika menuju ke sungai harus melewati rerumputan tinggi. Kondisi Sungai Deli yang tidak begitu tertata dan diperhatikan oleh pihak pemerintah maupun pihak Istana Maimun yang menjadikan Sungai Deli sebagai tempat pembuangan limbah cair tanpa diolah terlebih dahulu, sehingga tidak terdapat keistimewaan atau potensi yang dapat dikembangkan dan diangkat oleh pihak Istana Maimun untuk menarik wisatawan untuk berkunjung (gambar 2.9). Hal yang lebih mengejutkan ketika berada di lokasi Istana Maimun, berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa, sebagian dari tanah lokasi Istana Maimun juga disewakan kepada RS. Martha Friska dalam kurun waktu 5 tahun. Tanah yang disewakan oleh pihak Rumah Sakit kini dijadikan sebagai tempat parkir kendaraan dan mesin generator (gambar 2.10). Hal ini sangat disayangkan, karena Istana Maimun merupakan kebanggaan kota Medan tetapi sebagian tanah dari Istana Maimun disewakan kepada pihak swasta demi kepentingan pihak lain.

Gambar 2.8. Kondisi kediaman dan akses menuju

Dari hasil pengamatan perancang dalam segi keamanan pada lokasi Istana Maimun tidak memiliki tingkat keamanan yang tinggi. Hal ini dikarenakan dari gerbang masuk menuju Istana Maimun tidak terdapat penjagaan khusus. Sebagian tanah lokasi yang disewakan kepada pihak luar istana menunjukkan bahwa lokasi ini memiliki tingkat privasi yang rendah dan apresiasi terhadap tanah Istana Maimun yang kurang.

Perbedaan sangat jauh terlihat jika dibandingkan dengan Istana Himeji yang berada di kota Himeji, Jepang. Istana Himeji (gambar 2.11) merupakan salah satu bangunan peninggalan arsitektur pada awal abad ke-17 yang berpengaruh pada kota Himeji. Bangunan ini didominasi dengan plesteran berwarna putih pada tembok-tembok istana. Istana Himeji memiliki nilai budaya yang sangat tinggi sehingga pada tahun 1993 UNESCO memasukkan Istana Himeji dalam daftar situs warisan dunia dalam kategori warisan budaya. Istana Himeji dibangun pada tahun 1346 pada zaman istana utara-istana selatan oleh putera shogun Akamatsu Norimura. Istana ini banyak dikunjungi oleh wisatawan untuk melihat bunga sakura pada musim semi. Istana Himeji dibuka bagi pengunjung dua kali dalam setahun yaitu pada tanggal 1 Januari dan 6 April.

Gambar 2.10 Lokasi yang disewakan oleh pihak Istana Maimun

Perbedaan antara Istana Maimun dan Istana Himeji adalah meskipun ke-2 istana dibangun pada tahun yang cukup lama. Istana Himeji tetap terawat dan tertata dengan rapi dengan landscape yang menarik sehingga pengunjung atau wisatawan yang datang dapat menikmati istana dan sekitarnya secara keseluruhan. Persamaan antara ke-2 istana adalah Istana yang dulunya dipakai untuk kepentingan pirbadi dan kemudian menjadi tujuan wisata kota yang menjadi kebanggaan.

Gambar 2.11 Bangunan Istana Himeji (Sumber Aiko Yuki)

BAB I

INTRODUCING

Dalam kesempatan ini, perancang mendapatkan tugas dengan tema besar yaitu "Riverfront Architecture". Pengertian dari tema menurut perancang adalah Arsitektur Muka Sungai, memiliki tujuan bagaimana agar sungai dapat menjadi satu kesatuan dengan tapak dan bangunan yang akan direncanakan. Hal yang tidak boleh dilupakan dalam arsitektur muka sungai adalah meskipun sungai berada pada bagian belakang lokasi bangunan, tampak bangunan harus menarik sehingga tampak belakang bangunan juga merupakan tampak depan bangunan.

Tentunya dari tema yang diberikan, perancang memperkirakan tugas ini akan berlokasi disekitar pinggiran sungai yang ada di kota Medan. Sungai-sungai yang berpotensi untuk dijadikan tempat perencanaan yaitu Sungai Babura dan juga Sungai Deli. Sebab ke dua sungai ini melintasi disepanjang kota Medan, contohnya (dalam skala kecil) seperti Sungai Babura yang melintasi dari Jln. Karya Jasa (Kec. Medan Johor) hingga Jln. Zainul Arifin (Kec. Medan Polonia), sedangkan untuk Sungai Deli yang melintasi dari Jln. Brigjend Katamso (Kec. Medan Maimun) hingga Jln. Guru Patimpus (Kec.Medan Petisah). Ke dua sungai yang telah disebutkan, melintasi di tempat-tempat yang menurut perancang merupakan tempat komersil dan bangunan bersejarah seperti Cambridge, Istana Maimun, kantor Walikota Medan, Hotel Grand Aston, Podomoro City, dan lain- lain.

Bangunan -bangunan yang dialiri oleh sungai tentunya dapat dijadikan suatu potensi yang dapat dikembangkan baik dari pihak pemerintah kota maupun pihak swasta untuk

bersama-sama atau menjadi pelopor dalam mengubah paradigma (cara berfikir) masyarakat yang tinggal baik di daerah pinggiran sungai maupun tidak agar tidak membuang sampah ke sungai karena sungai dapat dijadikan potensi. Salah satu penyelesaian pada pinggiran sungai dapat dijadikan River Walk, atau amphiteater.

Contoh kasus nyata dimana sungai dijadikan sebagai potensi baik dalam bidang pariwisata maupun bidang bisnis adalah Singapore River di Clarke Quay (gambar 1.1). Sungai ini dikelilingi oleh restoran dan retail. Daerah ini ramai dikunjungi oleh wisatawan maupun masyarakat sekitar, karena memiliki tempat yang cukup luas sehingga remaja-remaja yang dapat berkumpul dan menikmati suasana malam di Sungai Singapura tersebut. Wisatawan juga dapat berjalan disepanjang pinggiran sungai dengan pemandangan menuju sungai dan terdapat fasilitas untuk berkeliling sungai dengan menggunakan gondola yang harus disewakan jika ingin berkeliling ke sungai singapura. Hal ini dapat direalisasikan karena pemerintah Singapura dan pihak swasta bersama-sama ingin meningkatkan nilai dari sungai singapura karena memiliki potensi dilihat dari berbagai bidang.

Berdasarkan tema "Riverfront Architecture" yang jarang ditemui di kota Medan, salah satu potensi untuk meningkatkan minat wisatawan dan masyarakat sekitar untuk berkunjung ke suatu lokasi untuk menikmati Riverfront dengan pemanfaatan "Urban Heritage Tourism" selain untuk meningkatkan pendapatan kota, untuk meningkatkan nilai pariwisata di kota Medan serta dapat memperkenalkan bangunan bersejarah kota Medan. Menurut perancang, Urban Heritage Tourism diartikan per-kata sebagai Urban memiliki arti kota, Heritage memiliki arti Sejarah (preservasi) dan Tourism memiliki arti pariwisata, pengertian secara keseluruhan adalah pariwisata ke tempat-tempat bersejarah di suatu kota. Tujuan Urban Heritage Tourism adalah untuk meningkatkan angka kunjungan pariwisata ke kota khususnya dalam bidang pariwisata sejarah. Jika di elaborasikan antara tema "Riverfront Architecture" dan "Urban Heritage Tourism" adalah bagaimana untuk meningkatkan nilai sungai sebagai potensi untuk menarikan wisawatan untuk kunjungan pariwisata sejarah, tentunya sebelum wisatawan sejarah datang ke suatu kota pasti akan mencari informasi terlebih dahulu tentang bangunan bersejarah yang akan didatangi, ketika terdapat suatu nilai lebih hal ini akan lebih menarik minat wisatawan untuk berkunjung.

Di kota Medan, jika dikaitkan dengan Urban Heritage Tourism, menurut data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Medan angka kunjungan pariwisata sejarah bertambah dari tahun ke tahun tertinggi tahun 2011 adalah Istana Maimun (Tabel 1.1). Dari pihak pemerintah kota Medan juga menjadikan Istana Maimun sebagai unggulan dalam bidang pariwisata. Istana Maimun sebagai bangunan yang memiliki nilai sejarah yang tinggi juga termasuk dalam konteks Riverfront Architecture, sebab pada bagian belakang Istana Maimun berbatasan langsung dengan Sungai Deli.

Tabel 1.1 Data Pengunjung ke Objek Wisata Kota Medan

N o.

Nama Objek Wisata Jenis Objek

Wisata

Jumlah Kunjungan

2008 2009 2010 2011

1 Istana Maimun Sejarah 97.144 100.156 100.965 107.800

2 Mesjid Raya Kota Medan Sejarah 5.340 4.800 5.000 3.740

3 Tjong A Fie Sejarah 9.155 9.544 9.506 9.350

Pada zaman dahulu, Sungai Deli dijadikan sebagai urat nadi atau akses perdagangan transportasi air yang dapat digunakan kapal berukuran sedang (gambar 1.2), tetapi kondisi sekarang tidak memungkinkan lagi. Bangunan Istana Maimun sejak tahun 1891 pada

masa Sultan Ma’mun Alrasyid Perkasa Alamsyah berdiri kokoh sampai sekarang dan

kepemilikan baik tanah maupun bangunan masih menjadi milik Kesultanan Deli. Salah satu yang menarik minat wisatawan untuk berkunjung adalah gaya arsitektur Istana Maimun menggunakan gaya Melayu, Eropa dan Mohgul. Pada bagian samping depan Istana Maimun terdapat Meriam Puntung yang menjadi salah satu daya tarik wisatawan untuk berkunjung dengan cerita legendanya yang berhubungan erat dengan Kesultanan Deli.

Gambar 1.2 Kondisi Sungai Deli Medan Labuhan tempo dulu Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Medan

Penambahan fasilitas dan sungai sebagai potensi yang direncanakan pada lokasi Istana Maimun tentunya diharapkan dapat lebih "merangkul" dalam segi jumlah pengunjung dan minat wisawatan lokal maupun mancanegara untuk berkunjung melihat bangunan bersejarah kota Medan karena penambahan fasilitas merupakan hal yang baru pada lokasi Istana Maimun. Fasilitas-fasilitas yang direncanakan oleh perancang yang sesuai dengan lokasi Istana Maimun adalah bangunan dengan fungsi hotel dan apartemen. Tujuan dari perencanaan penambahan fasilitas hotel dan apartemen, agar dapat lebih "merangkul" wisatawan yang datang untuk menginap dan lebih mengenal nilai-nilai sejarah yang terkandung baik berupa bangunan hingga Kesultanan Deli. Keluarga Kesultanan Deli yang bertempat tinggal di belakang bangunan Istana Maimun akan memiliki 1 unit apartemen untuk setiap kepala keluarga setelah proses pembangunan selesai.

Untuk perencanaan Sungai Deli sebagai potensi, perancang merencanakan akan ada ruang publik pada bagian belakang Istana Maimun. Wisatawan yang berkunjung ke Istana Maimun diharapkan dapat menikmati Sungai Deli secara keseluruhan dengan penataan landscape yang baik sesuai dengan tema atau konsep yang direncanakan oleh perancang, sehingga ketika wisatawan berjalan menuju sungai maka wisatawan dapat nyaman dan mudah mengakses dengan "skenario" atau jalur yang direncanakan oleh perancang.

Diharapkan dengan penambahan fasilitas berupa hotel, apartemen dan ruang publik dapat menarik dan "merangkul" minat wisatawan dari lokal maupun mancanegara sehingga akan meningkatkan angka kunjungan pariwisata di kota Medan. Karena penambahan fasilitas ini merupakan hal yang baru pada lokasi Istana Maimun semenjak didirikan dan juga pemanfaatan Sungai Deli yang berbatasan langsung dengan lokasi perencanaan menjadi salah satu daya tarik wisatawan dapat berhasil sesuai dengan perencanaan perancang.

ABSTRAK

Penerapan Riverfront Architecture yang tidak boleh dilupakan meskipun dalam lokasi perancangan posisi sungai berada pada bagian belakang bangunan, tampak belakang bangunan maupun landscape yang menghadap ke sungai harus saling mendukung. Riverfront Architecture akan diterapkan pada lokasi Istana Maimun sebagai bangunan preservasi kota Medan sebagai tujuan wisata dengan penambahan fasilitas bangunan hotel butik dan apartemen. Penyelesaian dalam perancangan bangunan menggunakan aristektur metafora dengan analogi "merangkul", perancang menganalogikan hotel dan apartemen sebagai "tangan" yang melindungi Istana Maimun. Karena tujuan utama dari pembangunan menurut perancang adalah untuk meningkatkan jumlah kunjungan turis agar Istana Maimun lebih dikenal lagi.

Kondisi dan pengelolaan disekitar lokasi Istana Maimun yang kurang diperhatikan sehingga secara visual pengujung merasa kurang nyaman. Pada bagian belakang Istana Maimun terdapat kediaman keluarga Kesultanan Deli yang turun-temurun menempati lokasi tersebut. Kondisi terkini Sungai Deli yang kurang diperhatikan oleh pihak Istana Maimun dan pemerintah kota Medan, menjadikan Sungai Deli menjadi kotor dan kumuh. Pasar yang diperuntukkan untuk bangunan hotel dan apartemen adalah masyarakat menengah. Hal ini dikarenakan, turis yang datang ke Istana Maimun berasal dari semua kalangan. Bangunan hotel butik (bintang 4) memiliki 100 kamar dengan 4 tipe kamar hotel dan bangunan apartemen memiliki 259 unit dengan 3 tipe kamar, untuk ketinggian bangunan hotel butik dan apartemen yang akan dirancang memiliki ketinggian maksimum 45 meter berdasarkan KKOP Polonia. Sistem struktur yang digunakan untuk penyelesaian perancang bangunan hotel butik dan apartemen adalah sistem struktur baja dan pada bagian kantilever bangunan menggunakan truss sebagai pengaku yang akan ditopang oleh kolom utama.

Istana Maimun sebagai bangunan preservasi yang direncanakan akan menambah fasilitas hotel butik dan apartemen untuk lebih menarik minat pengunjung serta meningkatkan angka kunjungan per tahun. Penyelesaian arsitektur yang digunakan adalah arsitektur metafora, dengan analogi "Embrace (merangkul)". Diharapkan dengan penyelesaian arsitektur yang digunakan oleh perancang, dapat membangkitkan minat turis-turis untuk kembali mengunjungi bangunan Istana Maimun. Karena terdapat sesuatu yang baru yang belum pernah ada sebelumnya.

Kata kunci: Riverfront Architecture, Istana Maimun, Merangkul, Hotel Butik dan Apartemen.

ABSTRACT

The implementation of Riverfront Architecture should not be forgotten although in this project the river position is at the back of the building, the back view of the building or landscape oriented design to the river should be mutually supportive. Riverfront Architecture will be applied to the location of the Maimoon Palace as a preservated building in Medan city as a tourist destination with the addition of a boutique hotel and apartments. The completion of this building design uses metaphor architecture by the analogy "embracing", designer analogizes the hotels and apartments as "hands" that protects the Maimoon Palace. Since the designer primary purpose of the development is to increase the number of tourists and a better known Maimoon Palace.

The existing condition and management around Maimoon Palace location is less being concerned by management so that it is visually uncomfortable for the visitors. At the back of the Maimoon Palace, there is a Deli Sultanate family residence which has occupied the site hereditary. The current conditions of the Deli River which is less preserved by the Maimoon Palace and the government, results in the dirty and sloppy Deli River.

These hotels and apartments are designated for the middle-economy society. This is because the tourists who come to Maimoon Palace is from a variety of society. The boutique hotel (4star) has 100 rooms with 4 types of hotel rooms and the apartment building has 259 units with 3 types of rooms, the height of boutique hotels and apartment will be designed to occupy a maximum height of 45 meters based on KKOP Polonia. The structural systems used for the boutique hotels and apartment are steel structural system while the cantilever section uses the truss as a stiffener that will be supported by the main column.

The Maimoon Palace as a planned preservated building will add more facilities like a boutique hotel and an apartment to attract more visitors and increase the number of visit annually. The architectural approach is the metaphor architecture, with the "Embrace” analogy. It is expected that with this completion of the architecture used by the designer, can generate the interest for tourists to visit the Maimoon Palace. Because there is something new that has never existed before.

Keywords: Riverfront Architecture, Maimoon Palace, Embracing, Boutique Hotels and Apartments

Dokumen terkait