• Tidak ada hasil yang ditemukan

Data fisik yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi tutupan lahan, kemiringan lahan, ketinggian tempat, jarak dari jalan dan jarak dari kebun. Variabel kemiringan lahan diperoleh dengan melakukan analisis DEM dan pengecekan lapangan dengan menggunakan clinometer. Ketinggian tempat diperoleh dari analisis peta kontur dan hasil penandaan dengan GPS. Tipe tutupan lahan diidentifikasi berdasarkan analisis peta tutupan lahan dan pengecekan lapangan, sedangkan variabel jarak dari jalan dan jarak dari kebun diperoleh dengan melakukan identifikasi peta RBI dan pengeplotan koordinat GPS hasil pengecekan lapangan. Analisis dan identifikasi spasial dilakukan dengan bantuan software ArcView 3.3.

Metode Analisis Data

Distribusi Aktivitas

Distribusi aktivitas lutung jawa ditentukan dengan analisis statistik deskriptif kuantitatif dan uji chi square (χ2). Analisis deskriptif kuantitatif dilakukan untuk menggambarkan pengelompokan data beserta kecenderungan- kecenderungannya yang disajikan melalui gambar, grafik dan tabel. Analisis chi square dilakukan untuk menentukan bentuk pola sebaran aktivitas harian lutung jawa sehingga dapat diketahui distribusi aktivitas lutung jawa pada berbagai variabel lingkungan. Interpretasi hasil uji chi square (χ2) dilakukan dengan

membandingkan nilai χ2 hitung dan χ2

tabel (db; α). Jika nilai χ2 > χ2(db; α) maka dinyatakan terdapat perbedaan pola sebaran aktivitas pada variabel lingkungan

yang diuji, sedangkan jika χ2 < χ2

(db; α) maka dinyatakan tidak terdapat perbedaan pola sebaran aktivias pada variabel lingkungan yang diuji atau dapat dikatakan pola sebarannya relatif seragam.

Faktor Lingkungan yang Berpengaruh terhadap Aktivitas Harian

Analisis hubungan antara aktivitas harian dengan faktor lingkungan (biotik dan fisik) dilakukan dengan Canonical correspondence analysis (CCA) dengan cara memasukkan set data aktivitas harian yang akan dihubungkan dengan set data variabel lingkungan menggunakan software Canoco 4.5. Standarisasi dan transformasi data dilakukan dengan akar (x+0.5) mengingat banyak data yang

bernilai “0” pada sebaran data keseluruhan. Pengujian statistik hipotesis pengaruh faktor lingkungan terhadap aktivitas harian lutung jawa dihitung dengan Monte Carlo permutation test.

Hubungan Aktivitas Harian dengan Jenis Vegetasi

Analisis PCA digunakan untuk melihat jenis-jenis vegetasi yang berpengaruh terhadap distribusi aktivitas lutung jawa. Principal Component

Analysis (PCA) merupakan salah satu bentuk analisa multivariate yang berguna untuk mengelompokkan variable-variabel dan menentukan kontribusi dari masing-masing variabel tersebut terhadap suatu variabel bebas yang ingin diuji. Prosedur PCA pada dasarnya adalah bertujuan untuk menyederhanakan variabel yang diamati dengan cara menyusutkan (mereduksi) dimensinya. Hal ini dilakukan dengan cara menghilangkan korelasi diantara variabel bebas melalui transformasi variabel bebas asal ke variabel baru yang tidak berkorelasi sama sekali atau yang biasa disebut dengan principal component. Setelah beberapa komponen hasil PCA yang bebas multikolinearitas diperoleh, maka komponen- komponen tersebut menjadi variabel bebas baru yang akan diregresikan atau dianalisa pengaruhnya terhadap variabel tak bebas (Y) dengan menggunakan analisis regresi. Analisis PCA dilakukan dengan alat bantu software Paleontological Statistics (PAST) versi 2.13. Standarisasi dan transformasi data dilakukan dengan akar (x+0.5) mengingat banyak data yang bernilai “0” dalam sebaran data keseluruhan.

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Populasi Lutung Jawa

Hasil pengamatan populasi menunjukkan ada dua kelompok lutung jawa di TWA Gunung Pancar dengan perkiraan populasi 20 individu. Kelompok pertama terdiri dari 9 individu yang dijumpai pada lokasi lereng sebelah timur dengan kondisi habitat peralihan hutan-kebun. Kelompok kedua terdiri dari 11 individu dan dijumpai di lereng sebelah utara dengan kondisi habitat hutan terdegradasi yang berbatasan dengan kebun. Medway (1970), Kartikasari (1982) dan Cannon (2009) menyatakan lutung jawa hidup berkelompok dengan anggota 6-23 ekor dengan satu jantan pemimpin, beberapa betina dewasa, anak dan bayi. Struktur kelompok lutung jawa disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Struktur kelompok lutung jawa di Gunung Pancar (individu)

Kel Struktur Kelompok Habitat

Jantan dws Betina dws Remaja Anak Bayi

A 1 3 4 1 0 HA, Prlhn H-K, K

B 1 4 4 1 1 HA, Prlhn H-K, K

Keterangan : HA = Hutan Alam; Prlhn H-K = Peralihan Hutan-Kebun; K = Kebun

Penaksiran kepadatan populasi berdasarkan cakupan area pengamatan seluas kurang lebih 143 hektar menunjukkan nilai kepadatan yang rendah yaitu 0,14 individu/hektar. Teridentifikasi tiga tipe habitat yang digunakan lutung jawa yaitu

hutan alam terdegradasi, peralihan hutan-kebun dan kebun/lahan pertanian (Gambar 3). Komposisi jenis vegetasi dihabitat lutung jawa merupakan campuran antara vegetasi hutan dengan tanaman introduksi. Vegetasi dominan yang dijumpai antara lain pasang (Quercus argentea), pasang renjung (Lithocarpus elegans), kiara (Ficus spp), ki haji (Dysoxylum macrocarpum), ki cau (Pisonia umbelliflora) dan kemang (Mangifera caesia).

Dari dua kelompok lutung jawa yang dijumpai, kelompok dua dipilih sebagai objek pengamatan aktivitas harian karena memiliki komposisi kelompok yang lebih lengkap. Pengamatan aktivitas harian selanjutnya dilakukan dengan menggunakan metode focal animal sampling (Lehner 1979).

Gambar 3 Tipe habitat lutung jawa di TWA Gunung Pancar. (a) Hutan terdegradasi; (b) Peralihan hutan kebun; (c) Kebun.

Distribusi Aktivitas Harian Lutung Jawa 1. Alokasi Waktu Aktivitas Harian

Data aktivitas harian yang dikumpulkan meliputi frekuensi perjumpaan dan lama waktu (durasi) aktivitas pada berbagai variabel lingkungan (biotik dan fisik). Durasi aktivitas total menunjukkan proporsi aktivitas lutung jawa berturut-turut adalah istirahat (33.65%), makan (30.68%), gerak (27.08%) dan sosial (8.60%) (Gambar 4).

a

Persentase aktivitas istirahat tercatat paling tinggi (33.65%), sedangkan aktivitas sosial merupakan yang terendah (8.60%). Pola yang berbeda dijumpai pada lutung jantan dan betina dewasa dimana jantan lebih banyak diam/istirahat (34.45%), sedangkan betina lebih banyak mengalokasikan waktunya untuk makan (Gambar 5).

Sepanjang rentang waktu aktivitas hariannya tercatat lutung jawa lebih dominan beraktivitas pada pagi hari, terutama aktivitas makan (54.73%) dan sosial (52.56%) (Gambar 6).

Gambar 4 Durasi aktivitas harian lutung jawa

Gambar 5 Durasi aktivitas lutung jantan dan betina

Gambar 6 Durasi aktivitas total pada berbagai kategori selang waktu

30.68% 27.08% 8.60% 33.65% 0% 10% 20% 30% 40%

makan gerak sosial istirahat

Dura si Aktivitas 34.82% 24.47% 7.80% 32.91% 26.22% 29.88% 9.45% 34.45% 0% 10% 20% 30% 40%

makan gerak sosial istirahat

Dura si Aktivitas Betina Jantan 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%

Makan Gerak Sosial Istirahat

Dura

si

Aktivitas

Aktivitas bergerak relatif merata sepanjang hari dengan durasi tertinggi tercatat pada siang hari (36.23%). Aktivitas istirahat mempunyai tren meningkat dari pagi (25.44%) menuju sore hari (38.43%). Kecenderungan penurunan durasi dijumpai pada aktivitas sosial dan makan (Gambar 5).

Durasi aktivitas lutung jantan dan betina dewasa memiliki pola yang relatif sama dimana aktivitas makan dan sosial cenderung tinggi pada pagi hari, sedangkan aktivitas bergerak lebih dominan pada siang hari (Tabel 3).

Tabel 3 Durasi aktivitas lutung janta dan betina pada berbagai kategori selang waktu

Waktu Betina (%) Jantan (%)

Makan Gerak Sosial Istirahat Makan Gerak Sosial Istirahat

06.00-09.59 56.21 35.07 54.55 25.43 52.62 34.95 50.81 25.44

10.00-13.59 25.87 36.23 26.36 35.56 28.49 36.22 29.84 36.73

14.00-18.00 17.92 28.70 19.09 39.01 18.90 28.83 19.35 37.83

Berbeda dengan pola durasi aktivitas, frekuensi aktivitas terlihat menurun mulai dari pagi menuju sore hari. Perbedaan yang cukup menonjol terlihat dari tingginya frekuensi istirahat pada pagi hari (37.97%) (Gambar 7) dibandingkan dengan durasinya yang rendah (25.44%) (Gambar 6).

Gambar 7 Frekuensi aktivitas total pada berbagai kategori selang waktu Pola yang sama dijumpai pada lutung jatan dan betina terkait penurunan frekuensi aktivitas makan, gerak dan istirahat pada pagi sampai sore hari. Aktivitas istirahat relatif rendah pada siang hari dibandingkan dengan pagi dan sore hari (Tabel 4).

Tabel 4 Frekuensi aktivitas lutung jantan dan betina pada berbagai kategori selang waktu

Waktu Betina (%) Jantan (%)

Makan Gerak Sosial Istirahat Makan Gerak Sosial Istirahat

06.00-09.59 41.33 37.18 50.00 37.97 41.33 37.18 50.00 37.97 10.00-13.59 32.00 33.33 29.63 30.38 32.00 33.33 29.63 30.38 14.00-18.00 26.67 29.49 20.37 31.65 26.67 29.49 20.37 31.65 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%

makan gerak sosial istirahat

F re k uens i Aktivitas 06.00-09.59 10.00-13.59 14.00-18.00

Dokumen terkait