• Tidak ada hasil yang ditemukan

Badan pedestrian -Bahan perkerasan terlihat

licin dan kurang

memudahkan pergerakan. -Lebar pedestrian yang

memadai.

-Bahan perkerasan yang tidak licin dan memudahkan pergerakan pengguna tapak. -Lebar ideal pedestrian ± 6

meter.

Tanaman Kurang kombinasi antar

jenis tanaman.

- Jenis tanaman yang ditanam hendaknya merupakan perpaduan antara pohon, perdu, semak, penutup tanah atau rumput.

-Jenis-jenis pohon pelindung harus ada pada tapak.

Papan reklame Kurang memperhatikan

struktur, dimensi dan penempatannya.

-Lebih memperhatikan jumlah dan peletakkannya, terutama pada pusat-pusat keramaian.

Fasilitas tempat duduk Kurang memperhatikan struktur, dimensi dan penempatannya.

-Lebih memperhatikan jumlah dan peletakkannya, terutama pada pusat-pusat keramaian.

Fasilitas telepon umum Fasilitas kotak pos

Fasilitas papan informasi

Fasilitas tempat sampah

Fasilitas street furniture

lainnya

Fasilitas penyandang

cacat

-Perlu disediakan.

-Perlu ditandai dengan bahan, warna dan disain perkerasan yang berbeda dengan jalur biasa.

- Perlu dibangun jalur pergerakan bagi penyandang cacat pada areal pedestrian. -Lebar jalur disesuaikan

dengan lebar pedestrian. -Jalur ini dapat ditandai

dengan bahan, warna atau disain perkerasan yang berbeda dengan jalur biasa. Jaringan utilitas lainnya Masih terdapat jaringan

utilitas yang mengganggu pergerakan.

- Kabel listrik, telepon, gas dan air hendaknya ditanam.

Kebersihan dan keamanan

Beberapa daerah masih belum terawat kondisi kebersihan dan keamanannya.

- Lebih ditingkatkan kembali, terutama pada pusat-pusat keramaian.

- Usaha-usaha peningkatan kebersihan dan keamanan, selain oleh pihak pemda, pemilik kavling, pengguna tapak dan masyarakat sekitar harus dilibatkan. KLIMATIK

Iklim mikro dan polusi/kualitas udara

-Suhu udara saat siang masih tidak nyaman.

-Antisipasi terhadap polusi.

-Memperbanyak efek teduh melalui naungan dan/atau bayangan, baik struktur dan tajuk tanaman.

-Pembatasan jumlah kendaraan yang melintas. -Penetapan batas ambang

emisi kendaraan. -Penanaman tanaman

penyerap polusi. VISUAL

Badan pedestrian -Pola perkerasan kaku.

-Warna perkerasan mencolok dan memantulkan sinar matahari.

-Pola perkerasan diusahakan membentuk pola organik yang tidak kaku. -Warna perkerasan lebih

sederhana dan tidak mencolok-memantulkan cahaya.

Tanaman -Perlu kombinasi dengan

tanaman berbunga. -Penataan tanaman kurang

baik.

-Jenis pohon yang dipilih adalah jenis pohon berbunga.

-Ditata dan dipelihara lebih baik dan intensif.

Pengganggu kualitas visual

Pengaturan dan penataan infrastruktur/street furniture kurang rapi dan

mengganggu pemandangan.

-Pengaturan dan penataan yang rapi, sehingga tidak menggangu pemandangan.

Kombinasi ketiga kenyamanan tersebut di atas, merupakan unit yang menyatu di dalam sebuah lanskap pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman, Jakarta. Ketiadaan salah satunya akan memberikan dampak yang tidak baik terhadap kualitas ruang pedestrian secara keseluruhan. Ketidak-nyamanan fisik/klimatik akan menyebabkan terganggunya aktivitas pengguna ruang untuk mengakses tujuan di sekitar lanskap ini. Begitu juga dengan kurangnya kenyamanan visual, hal ini akan menyebabkan interaksi pengguna ruang dengan pedestrian akan rendah yang pada akhirnya apresiasi pengguna ruang terhadap

Bangkok Bank

Lebar pedestrian yang sempit dan JPO yang mengganggu pergerakan.

Rekomendasi:

Perlu pertimbangan untuk menambah lebar pedestrian dan merelokasi fasilitas umum dan sosial di sekitarnya.

Etty Tow er

Iklim mikro yang tidak nyaman dan pemandangan sekitar yang terkesan tidak terpelihara.

Rekomendasi:

- Perlu adanya modifikasi iklim mikro melalui naungan, baik buatan atau tajuk tanaman.

- Perlu keragaman pemandangan dengan mengintroduksi tanaman, untuk memperlembut pemandangan sekitarnya. Jem batan Dukuh Atas

Iklim mikro yang tidak nyaman.

Rekomendasi:

Perlu adanya modifikasi iklim mikro melalui naungan, baik buatan atau tajuk tanaman.

Fly-over Sem anggi

Iklim mikro yang tidak nyaman; pemandangan sekitar yang terkesan tidak terpelihara; dan pedestrian yang kurang memadai.

Rekomendasi:

- Perlu adanya modifikasi iklim mikro melalui naungan. - Perlu keragaman pemandangan dengan mengintroduksi tanaman.

- Perlu penataan kembali pedestrian di sekitarnya. Tanah kosong di dekat BEJ

Pemandangan yang tidak nyaman dan terkesan tidak teraw at.

Rekomendasi:

Perlu penataan dan peraw atan yang lebih baik terhadap tanaman yang ada dan/atau introduksi tanaman yang lebih baik.

pedestrian ini menjadi tidak optimal (menjadi tidak peduli). Beberapa titik atau daerah yang perlu segera mendapat perhatian dalam rangka perbaikan fungsi pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman dapat dilihat pada Gambar 20 di bawah ini.

Gambar 20 Beberapa titik yang perlu segera mendapat perhatian dalam perbaikan fungsi pedestrian.

Penanaman tanaman, serta kombinasi konfigurasi antar jenis akan memberikan keragaman pemandangan, diantara dominasi pemandangan struktur serta bangunan lainnya di sepanjang Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman, Jakarta. Perpaduan antar jenis tanaman memberikan kesan alami di tengah-tengah bangunan-bangunan yang artifisial. Meskipun demikian, sebagai sebuah lanskap perkotaan dengan didominasi lanskap binaan maka seharusnya penempatan antar elemen harus disusun dengan rapi dan teratur sehingga memudahkan dalam pemeliharaan dan pengelolaannya. Oleh karena itu, kenyamanan fisik/klimatik dan visual pada lanskap pedestrian Jalan M. H. Thamrin-Jend. Sudirman, Jakarta harus dapat direncanakan dengan sebaik-baiknya sehingga mampu menciptakan kenyamanan ruang yang baik.

5.1. Simpulan

Secara umum, kondisi ruang pedestrian yang terbangun tersebut belum sepenuhnya mendukung kenyamanan klimatik, hal ini terlihat terutama pada kondisi puncak panas harian (antara pukul 11.00-14.00 WIB), nilai THI lebih dari 26. Kondisi klimatik tersebut menyebabkan pengguna ruang merasa tidak nyaman dalam beraktivitas di sepanjang jalur pedestrian ini, lebih baik berkendara daripada berjalan kaki.

Berdasarkan persepsi responden, kategori uji jenis pekerjaan sangat mempengaruhi latar belakang responden dalam mengapresiasikan persepsinya terhadap kondisi ruang pedestrian (41,18%). Hal ini sangat lazim apabila melihat pentingnya pedestrian sebagai tempat mobilisasi pengguna tapak dalam rangka mencapai titik-titik atau ruang-ruang di dalamnya. Sedangkan preferensi responden menunjukkan bahwa kategori uji tingkat pendidikan (40%), jenis pekerjaan (36,67%) dan umur (33,33%) mempengaruhi apresiasi keinginannya terhadap kondisi pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman.

Menurut persepsi dan preferensi responden tersebut, kondisi fisik ruang pedestrian merupakan faktor yang lebih dominan sebagai penunjang kenyamanan beraktivitas pada ruang pedestrian. Sedangkan kenyamanan visual bukan merupakan faktor dominan sebagai penunjang kenyamanan. Meskipun demikian, untuk membentuk sebuah fasilitas publik yang baik maka hendaknya selain kenyamanan fisik fasilitas itu sendiri, kenyamanan visual harus juga diperhatikan.

Kenyamanan visual pada tapak dapat dibentuk melalui kualitas visual yang tinggi. Kualitas visual tinggi, yang diinginkan oleh pengguna tapak adalah pemandangan yang memiliki karakteristik tatanan yang rapi dari pohon serta konfigurasi tanaman pada ruang pedestrian dan di sekelilingnya, badan pedestrian yang cukup lebar sehingga memberikan kesan luas terhadap ruang tersebut. Selain itu, kesan nyaman dan teduh yang ditimbulkan bayangan gedung-gedung memberikan stimulus kepada pengguna ruang untuk bergerak leluasa dan pandangan yang luas serta menyeluruh.

Kombinasi kenyamanan fisik/fungsi, klimatik dan visual tersebut merupakan unit yang menyatu di dalam sebuah lanskap pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman, Jakarta. Untuk ke depannya, kebijakan perencanaan mengenai penataan pedestrian Jalan M. H. Thamrin-Jend. Sudirman seharusnya mampu mengakomodasikan faktor-faktor kenyamanan tersebut. Melalui perenca- naan yang lebih baik, hendaknya lanskap yang terbangun tidak hanya memiliki keberpihakan pada pemilik bangunan tetapi juga terhadap pengguna ruang pedestrian.

5.2. Saran

Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta dalam hal ini Dinas Pertamanan dan dinas-dinas terkait lainnya, harus lebih memperhatikan keinginan-keinginan pengguna tapak pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman, Jakarta Pusat terutama sebagai bahan masukan dan pertimbangan didalam pengelolaan ruang pedestrian tersebut. Hal ini dimaksudkan agar ruang publik pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman dapat optimal sesuai dengan fungsinya sebagai tempat berjalan kaki, nyaman bagi penggunanya dan memiliki nilai estetika yang tinggi.

Peningkatan kenyamanan lebih diarahkan pada kenyamanan fisik/klimatik pedestrian, hubungannya dengan kemudahan pergerakan pengguna. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi iklim mikro (suhu, kelembaban, angin dan sinar matahari), peningkatan kualitas fisik pedestrian, dari bahan dan material serta disain serta penempatan dan kesesuaian kelengkapan dan perlengkapan jalan

(street furniture). Sedangkan kenyamanan visual, sebagai faktor pendukung

kenyamanan dapat dicapai melalui penataan yang rapi antara elemen-elemen lunak (softscape) seperti tanaman dan elemen keras (hardscape) yaitu kelengkapan dan perlengkapan jalan.

Allport FH. 1962. Theories of Perceptions and The Concept of Structures. John Willey and Sons. New York. 65p.

Arnold HF. 1980. Trees in Urban Design. Van Nostrand Reinhold Co. New York. 168p.

Boedojo P, Kumoro BJ, Supranoto T, Sasmita A, Prianto D, Sielie JT, Kusnadi TH. 1986. Arsitektur, Manusia dan Pengamatannya. Djambatan. Jakarta. 120hal.

Brockman CF, Merriem LC. 1973. Recreational Use of Wild Land. Mc. Graw- Hill Book Inc. Co. New York. 346p.

Brooks RG. 1988. Site Planning Environment, Process and Development. Prentice Hall Career and Technology. New Jersey. 322p.

Carmona M, Heath T, Oc T, Tiesdell S. 2006. Public Places-Urban Spaces: The Dimensions of Urban Design. Architectural Press. An imprint of Elsevier. Oxford. 312p.

Carpenter PL, Walker TD, Lanphear FO. 1975. Plants in The Landscape. W H Freeman and Co. San Fransisco. 481p.

Daniel TC, Booster RS. 1976. Measuring Landscape Aesthetic: The Scenic Beauty Estimation Method. USDA Forest Service Research Paper RM.- 167. 66p.

Dharmawandhani D. 1997. Pendugaan Keindahan Pemandangan (Scenic Beauty

Estimation) Lansekap Kebun Raya Bogor. Skripsi. Jurusan Budidaya

Pertanian. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. (Tidak Dipublikasikan). 74hal. Departemen of Transport of British. 1986. Roads and Traffic in Urban Areas.

British. 418p.

Departemen Perhubungan. 1993. Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 65. Tentang Fasilitas Kegiatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Departemen Perhubungan. Direktorat Jenderal Bina Marga. Jakarta. 9hal.

Eckbo G. 1964. Urban Landscape Design. Mc.Graw-Hill Book Inc.Co. New York. 248p.

Effendi. 1979. Dasar-Dasar Klimatologi. Menara. Jakarta. 150 hal.

Hakim R. 1991. Unsur Perancangan Dalam Arsitektur Lansekap. Bumi Aksara. Jakarta. 176hal.

Hakim R, Utomo. 2003. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap. Prinsip, Unsur dan Aplikasi Desain. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta. 242hal.

Harris CW, Dines NT. 1988. Time Saver Standards for Landscape Architecture: Design and Construction Data. Mc. Graw-Hill Book Inc. Co. New York. 800p.

Hilgard ER. 1978. The Goals of Perception. In. Stephen Kaplan and Rachel Kaplan. 1978. Humanscape. Duxburry Press North Scituate. Massachussets. p: 36-41.

Johnson R, Wichern DW. 1998. Aplied Multivariate Statistical Analysis. Prentice-Hall International, Inc. 816p.

Kodariyah R. 2004. Jalur Pejalan Kaki di Kawasan Perdagangan di Kota Bogor. Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak Dipublikasikan). 34hal.

Laurie M. 1986. Pengantar Kepada Arsitektur Pertamanan (Terjemahan). Intermatra. Bandung. 133hal.

Lime DW, Stanley GH. 1971. Carrying Capasity: Maintaning Outdoor Recreation Quality. In. Carlton S. Van Doren, George B. Priddle, John E Lewis. 1979. Land and Leasure: Consepts and Methods in Outdoor Recreation. Maarufa Press Inc. Chicago. p:105-118.

Lynch K. 1981. The Image of The City. Cambridge Mass. M.I.T.press. 226p. Nieuwolt S. 1977.Tropical Climatology: An Introduction to The Climates of Low

Latitudes.John Willey and Sons. London. 207p.

Nurisjah S, Qodarian P. 1995. Penuntun Praktikum Perencanaan Lansekap. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. (Tidak Dipublikasikan). 59hal.

Pemerintah Republik Indonesia. 1999. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara Ambien Nasional. Jakarta. 17hal.

Porteous JD. 1977. Environment and Behavior: Planning and Everyday Urban Life. Addison-Wesley Publishing Inc.Co. Massachussets. 446p.

Santoso S. 2002. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Elex Media Komputindo. Jakarta. 390hal.

Simonds JO. 1983. Landscape Architecture. McGraw-Hill, Inc. New York. 331p. Suharjo B, Siswadi. 1999. Analisis Eksplorasi Data Peubah Ganda dan SPSS 7,5.

Jurusan Matematika, FMIPA. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 87hal. Tood KW. 1987. Tapak, Ruang dan Struktur (Terjemahan). Intermatra. Bandung.

Tursilowati L. 2007. Use of Remote Sensing And GIS To Compute Temperature Humidity Index As Human Comfort Indicator Relative With Land Use- Land Cover Change (LULC) In Surabaya. Proceeding of The 73th International Symposium On Sustainable Humanosphere. LAPAN. Bandung. p: 160-66.

Walpole RE, 1988. Penga ntar Statistika. Edisi Ke-3 (Terjemahan). PT. Gramedia. Jakarta.511 Hal.

Widjayanti. 1993. Perencanaan Lansekap Jalan Tol Arteri Semarang. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak Dipublikasikan). 97hal.

Lampiran 1

Format Kuesioner Studi Persepsi dan Preferensi

KUESIONER

STUDI PERSEPSI DAN PREFERENSI TERHADAP KENYAMANAN

Dokumen terkait