• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Fleksibilitas

Fleksibilitas dapat dipertimbangkan sebagai factor yang menentukan dari persaing dalam meningkatkan pesaing di pasar. Fleksibilitas sendiri berhubung dengan mesin , proses, aliran bahan baku, tipe, pekerja, dan semua digabung menjadi sebah system manufaktur dan system produksi.

Fleksibilitas disini akan dijelaskan tentang system fleksibilitas manufaktur dan fleksibilitas supply chain.

2.2.1 Sistem Fleksibilitas Manufaktur

Pengertian Fleksibilitas pada Fleksibilitas manufaktur disini adalah kemampuan untuk memproses bermacam-macam benda dengan bentuk yamg berbeda-beda dan pada Sistem kerja yang berbeda-beda pula, Fleksibilitas juga berarti kemampuan untuk mengubah bentuk benda produksi sesuai dengan permintaan yang datang ( Groover 2000 ), Sedangkan menurut Zhang ( 2003 ) Fleksibilitas didefinisikan sebagai kemampuan Organisasi untuk memenuhi setiap peningkatan Varietas dari ekspektasi yang dipunyai oleh konsumennya tanpa

menimbulkan pengurangan pada cost, waktu, dan perubahan pada organisasi,

organisasi untuk memanage sumberdaya produksi dan ketidak pastian yang ada untuk menemukan berbagai permintaan dari konsumennya, fleksibilitas

manufaktur sering kali diidentikkan dengan system fleksibel mesin (fleksible

machine system ).

Menurut Groover (2000) sebuah sistem manufaktur baru dapat dikatakan Fleksibel jika :

1. Mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasikan dan memisahkan proses

produksi yang mempunyai ciri yang berbeda ataupun benda yang berbeda berdasarkan sistem.

2. Mampu dengan cepat mengubah instruksi operasi.

3. Mampu dengan cepat mengubah dari physical set up.

Sebenarnya Fleksibilitas dapat diterapkan baik itu pada sistem manual maupun pada sistem otomatis. Pada sistem manual, karena sebagian besar operasi dikerjakan oleh tenaga kerja manusia maka pekerjaannya yang memungkinkan untuk difleksibilitaskan.

Agar bisa dikualifikasikan sebagai fleksibel, sebuah sistem manufaktur harus memenuhi beberapa kriteria. Berikut ini akan disebutkan beberapa tes yang dapat digunakan untuk menguji suatu Fleksibilitas dari sebuah sistem manufaktur otomat.

1. Menguji bervariasi produk

Pada tes ini akan dilakukan pengujian apakah sistem manufaktur dapat

memproses produk dengan jenis yang berbeda-beda yang tidak berada pada

Tipe fleksibilitas yang dihasilkan disini adalah : Machine Fleksibility, Production Fleksibility.

2. Menguji perubahan jadwal

Pada tes ini akan dilakukan pengujian apakah sistem manufaktur siap menerima perubahan pada jadwal produksi dan merubah kuantitas benda atau produksi.

Tipe Fleksibilitas yang dihasilkan disini adalah : Mix Fleksibilitas, Volume Fleksibilitas, Expansion.

3. Menguji perbaikan kerusakan

Pada test ini akan dilakukan pengujian apakah sistem manufaktur mampu merecover peralatan-peralatan yang tidak berfungsi dengan baik dan membreak down nya, sehingga produksi secara umum tidak terganggu.

Tipe fleksibilitas yang dihasilkan disini adalah : Routing Fleksibilitas

4. Menguji produk baru

Pada test ini akan dilakukan pengujian apakah sistem manufaktur dapat mengidentifikasikan produk yang mempunyai desain yang baru yang belum ada sebelumnya kedalam produk yang telah ada dilantai produksi dengan baik, tipe fleksibilitas yang telah ada di lantai dengan baik, tipe fleksibilitas yang dihasilkan disini adalah : Product Fleksibility.

Terhadap beberapa tipe fleksibilitas manufacturing, Suarez et al (1996) dan Beamon (1999) membagi menjadi A frame work yaitu : Mix Fleksibilitas, di bawah ini akan disebutkan beberapa tipe fleksibilitas, dan definisi dari faktor-faktor yang mempengaruhinya.

2.3 Tipe Fleksibilitas Manufakturing

Tabel 2.2 Tipe Fleksibilitas Manufakturing

Tipe Fleksibilitas Definisi Faktor-faktor yang mempengaruhi Fleksibilitas Mesin

Kemampuan untuk menyesuaikan dengan mesin (Stasiun kerja)pada system dengan operasi produksi,dalam jumlah besar,semakin besar range operasi dan bentuk benda, maka semakin besar fleksibilitas mesin.

Waktu Set up atau waktu untuk change over

kemampuan dalam banyak bidang yang dimiliki oleh para pekerja.

Fleksibilitas

Produksi

Range / keseluruhan dari bentuk part yang bisa diproduksi pada system

Fleksibilitas mesin dari individual sistem kerja

range dari fleksibilitas

mesin keseluruhan sistem kerja yang ada pada sistem.

Fleksibilitas

Campuran

Kemampuan untuk mengubah campuran produk dimana pada saat yang sama sehingga menangani kualitas produk secara keseluruhan, sehingga produk part yang sama hanya berbeda pada proporsinya saja.

Kesamaan pada pencampuran Relative Work

yg didalamnya mengandung waktu yg digunakan untuk memproduksi.

Tipe Fleksibilitas Definisi Faktor-faktor yang mempengaruhi Fleksibilitas Volume

Kemampuan untuk mengakomodasikan produksi part yang tinggi dan merendahkan kuantitas total pada produksi, memberikan invers tatap pada system.

Peralatan yang umum, tingkat performasi produksi dari manual tenaga kerja, sejumlah investasi pada peralatan produksi.

Fleksibilitas

Biaya

Kemampuan dari system yang bisa ekspansikan untuk menambah kuantitas total produksi.

Biaya penambahan Stasiun kerja Kemampuan dimana lay out bisa diperluas, tipe dari system perpindahan tambahan yang digunakan,

kemampuan untuk melakukan tambahan pada

tenaga kerja yang dilatih. Sumber : “ A Conceptual Framework For Assesing Supply Chain Fleksibility", Pujawan,I

Nyoman (2002), Proceeding 7th Asia Pacific Decissions Sciences Conference, Bangkok

Volume

1 2 or 3 4 or more number of

Gambar 2.1 3 level dari Fleksibilitas

(Groover, P. Mikell (2001), Automation, Production Systems, and Computer Integrated

Manufacturing, Prentice Hall International, Inc.)

Gambar 2.2 Kategori fleksibilitas sel dan sistem

Zhang, Q., Vonderembse, M. A., Lim, J. (2003). Manufacturing flexibility ; defining and analyzing

relationships among competence, capability, and customer satisfaction, Journal of Operations

Management, 173-191

Gambar tersebut menggambarkan hubungan antara fleksibilitas manufaktur dangan customer satisfaction.

Single Machine Cell Fleksibilitas Manufacturing Cell Fleksibilitas Manufacturing system Fleksibilitas Manufakturing Competence Machine Fleksibility Labor Fleksibility Material Handling Fleksibility Fleksibilitas Manufakturing Capability Volume Fleksibility Costumer satisfaction H1a H1 b H2a H2 b Volume Fleksibility

Keterangan :

H1a : Hipotesis 1a , Fleksibilitas manufacturing Competence mempunyai dampak positif secara signifikan terhadap volume fleksibility.

H1b : Hipotesis 1b fleksibilitas manufacturing Competence mempunyai dampak positif secara signifikan terhadap mix fleksibility.

H2a : Hipotesis 2a, Volume fleksibility mempunyai dampak positif terhadap

costumer satisfaction.

H2b : Hipotesis 2b, mix fleksibility mempunyai dampak positif tehadap costumer satisfaction.

Keuntungan dari fleksibilitas mesin :

a. Menambah Utilisasi mesin

b. Berkurangnya mesin yang membutuhkan perbaikan.

c. Mengurangi kebutuhan Factory floor space.

d. Lebih mudah untuk melakukan perubahan,

e. Mengurangi kebutuhan inventory

f. Mengurangi lead time manufacturing.

g. Mengurangi kebutuhan tenaga kerja langsung dan meningkatkan

produktivitas tenaga kerja.

2.4 Fleksibilitas Supply Chain.

Supply Manufacturing Distribution Customer

Gambar 2.3 rangkaian Supply Chain

(Sumber : beamon, B. M. (1999) Measuring Supply Chain Performance, International Journal Of

Operation and Production Management).

Keterangan :  Suppliers

Jaringan bermula dari sini, yang merupakan sumber yang menyediakan bahan pertama, di mana mata rantai penyaluran barang akan mulai. Bahan pertama ini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan

dagangan, dan sebagainya. Sumber pertama ini dinamakan suppliers. Jumlah

suppliers bisa banyak atau sedikit, tetapi suppliers’suppliers biasanya berjumlah banyak sekali. Inilah mata rantai pertama.

Manufacturer

Rantai pertama dihubungkan dengan ranatai kedua, yaitu manufacture.

melakukan penghematan. Misalnya, inventories bahan baku, bahan setengah jadi, dan bahan jadi yang berada di pihak suppliers, manufavturer,dan tempat transit merupakan target untuk penghematan ini.

Distribution

Barang sudah jadi yang dihasilkan oleh manufacturer sudah mulai harus disalurkan kepada pelanggan. Walaupun tersedia banyak cara untuk menyalurkan barang ke pelanggan, yang umum adalah melalui distributor dan ini biasanya

ditempuh oleh sebagaian besar supply chain. Barang dari pabrik melalui

gudangnya disalurkan ke gudang distributor atau wholesaler atau pedagang besar dalam jumlah besar, dan pada waktunya nanti pedagang besar menyalurkan dalam jumlah yang lebih kecil kepad retailers atau pengecer.

Customer

Dari rak-raknya, para pengecer atau retailers ini menawarkan barangnya langsung kepada para pelanggan atau pembeli atau pengguna barang tersebut. Yang termasuk outlets adalah toko, warung, toko serba ada, pasar swalayan, toko

koperasi, mal, club stores, dan sebagainya, pokoknya dimana pembeli akhir

melakukan pembelian. Walaupun secara fisik dapat dikatakan bahwa ini merupakan mata rantai yang terakhir, sebetulnya masih ada satu mata rantai lagi, yaitu dari pembeli (yang mendatangi retail outlet tadi) ke real customers atau real

user, karena pembeli belum tentu pengguna sesungguhnya. Mata rantai supply

baru betul-betul berhanti setelah barang yang bersangkutan tiba di pemakai langsung (pemakai yang sebenarnya) barang atau jasa yang dimaksud.

Pengukuran fleksibiltas Supply Chain ini sangat diperlukan untuk mengetahui seberapa fleksibel suatu Supply Chain terhadap perubahan-perubahan dan fluktuasi-fluktuasi yang mungkin akan dihadapi.

Menurut Beamon (1999) Supply Chain adalah sebuah proses yang

terintegrasi dimana didalamnya bahan baku dikenai proses manufaktur untuk dijadikan produk akhir, kemudian dikirimkan kepada konsumen (baik itu melalui distribusi, retail, ataupun keduanya).

Fleksibilitas Supply Chain sangat memegang peranan penting dalam

keberhasilan Supply Chain itu sendiri, terlebih lagi pada perusahaan yang

mempunyai kondisi ketidak pastian yang sangat tinggi.

Menurut Garavelli (2003) fleksibilitas dalam suatu Supply Chain sangat kompleks dan terdiri dari multi dimensi konsep dan sangat sulit untuk diringkas.

Namun satu hal yang perlu ditekankan pada fleksibilitas dalam suatu Supply

Chain haruslah mempunyai kemampuan untuk merespon perubahan yang terjadi baik itu perubahan yang datang dari dalam perusahaan sebaik dengan perubahan yang datang dari luar perusahaan.

Menurut Duklos et al (2001) enam komponen fleksibilitas Supply Chain

telah diidentifikasikan berdasarkan fleksibilitas manufacturing yang telah dibahas sebelumnya, yaitu :

1. Production System Fleksibility

Yaitu : kemampuan untuk menyusun modal dan operasi-operasi untuk melakukan respon dari kecenderungan yang dimiliki oleh konsumen (perubahan produk, volume) pada setiap titik dalam Supply Chain.

2. Market Fleksibility

Yaitu : kemampuan untuk dapat melakukan produksi sesuai pesanan dan mampu membangun hubungan dekat dengan konsumen dan melibatkan mereka ( konsumen) dalam design dan melakukan modifikasi produksi baru maupun produksi yang telah ada.

3. Logistik Fleksibility

Yaitu : kemampuan melakukan perubahan dalam penerimaan dan delivery

produksi baik dari pihak supplier maupun konsumen dengan pengeluaran

biaya yang seefektif mungkin ( perubahan lokasi konsumen, globalisasi dan penundaan).

4. Supply Fleksibility

Yaitu : kemampuan untuk mengatasi perubahan permintaan supply, seiring

dengan permintaan dari konsumen. 5. Organizazional fleksibility

Yaitu : kemampuan untuk menggalang tenaga kerja ahli untuk kebutuhan Supply Chain dalam menentukan permintaan dari konsumen.

6. Information Fleksibility.

Yaitu : kemampuan untuk menyusun struktur system informasi sesuai dengan dinamika perubahan informasi yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam rangka untuk memenuhi permintaan dari konsumen.

Penggambaran Fleksibilitas suatu Supply Chain pada dasarnya haruslah

meliputi secara keseluruhan dari pada sistem yang ada dalam Supply Chain itu

fleksibilitas yang ada dalam suatu Supply Chain haruslah mampu mencerminkan seluruh elemen tersebut.

Kemudian model dan karakteristik tersebut dikembangkan oleh Swafort yang menyatakan bahwa dimensi-dimensi fleksibilitas yang lebih umum namun

mencakup keseluruhan elemen dalam Supply Chain, dimensi-dimensi itu adalah:

Sourcing, produck, development, production, delivery.

Sourcing adalah penilaian yang diberikan pada kemampuan yang di

miliki dalam hal pengadaan bahan baku dan berkaitan dengan supplier system.

Product development merupakan penilaian yang diberikan atas kemampuan yang dimiliki untuk membuat variasi produk dan melakukan perencanaan terhadap adanya produk baru yang disebut juga sebagai product design. Production adalah penilaian yang diberikan atas kemampuan dari dalam perusahaan, yang pada bagian terdahulu lebih dikenal sebagai Fleksibilitas Manufakturing lebih tepatnya dikenal dengan production system. Delivery merupakan penilaian yang diberikan atas kemampuan untuk hal yang berhubungan langsung dengan konsumen untuk delivery system.

Penjelasan yang lebih lanjut dan untuk memudahkan melakukan

penilaian (assessment) terhadap fleksibilitas yang telah disebutkan diatas

diuraikan menjadi parameter-parameter yang lebih spesifik, seperti dapat dilihat pada tabel 2.2.yang secara umum dapat dipakai untuk melakukan penilaian terhadap target Fleksibilitas Supply Chain.

Tabel 2.3 Parameter Fleksibilitas Supply Chain SUPPLIER SYSTEM

Backup supplyer

(Berkaitan dengan banyaknya jumlah supplier yang dimiliki oleh perusahaan selsin supplier utama)

Delivery various lost

(berkaitan dengan jumlah barang yang dapat dikirim oleh pihak supplier dalam rangka memenuhi permintaan dari perusahaan)

Delivery urgen request

(kemampuan yang dimiliki supplier untuk memenuhi permintaan dari pihak perusahaan diluar permintaan reguler/permintaan yang mendesak)

Use multy modal transportation system

(berkaitan dengan alat transportasi yang digunakan oleh pihak supplier untuk melakukan pengiriman pesanan yang dating dari perusahaan, dilihat dari jenis dan juga dari segi system yakni system pengolahan yang digunakan)

Easy to run supplier scheduling system

(berkaitan dengan kemudahan menjalankan system penjadwalan)

Supplier lead time

(berkaitan dengan jangka waktu yang dijanjikan oleh pihak supplier antara permintaan yang diberikan sampai dengan barang yang diterima oleh pihak perusahaan)

PRODUCT DESIGN Product various different design

(kemampuan yang dipunyai untuk memproduksi jenis produk dalam dalam jumlah banyak dan cepat dalam sekali proyek perancangan produk)

Test materials quicky

(berhubungan dengan kemampuan yang dipunyai yang dapat mendukung perancangan design produk baru dengan beragam rancangan, terutama dalam hal material )

Confirm ability of supplier to supply materials needed to support new product

(kemampuan yang berkaitan dengan pengadaan material yang dibutuhkan untuk desain produk baru yang dilakukan, apabila produk yang yang dibuat memerlukan material yang lain dibandingkan dengan yang selama ini digunakan, maka akan diperlukan adanya pengadaan material, baik itu melalui supplier yang sudah ada maupun melelui cara pencarian supplier baru)

Autonomy in deciding the design to choose

(berkaitan dengan prosedur yang harus dilakukan untuk memutuskan design produk baru yang akan dikeluarkan)

PRODUCTION SYSTEM Produce various different product

(berhubungan dengan kemampuan untuk memproduksi dalam banyak jenis)

Produce various differenct routing

(berkaitan dengan kemampuan memproduksi dengan urutan proses yang berbeda)

Produce flexible quqntity

(berkaitan dengan jumlah minimum dan maksimum produk yang dapat diproduksi tanpa menambah biaya mesin produk yang ada)

Produce or revise production plans/schedule quickly

(berhubungan dengan perencanaan dan penjadwalan mengenai informasi permintaan produksi cepat)

Fix broken mechine quikly

(berhubungan dengan kemampuan yang dipunyai untuk memperbaiki kerusakan mesin yang terjadi dengan cepat)

Capacity utilization

(berkaitan dengan kapasitas produksi yang ada pada perusahaan untuk melakukan produksi saat ini)

Component user

(berkaitan dengan kemampuan penggunaan komponen yang sama dalam jenis produk yang dihasilkan)

DELIVERY SYSTEM Delivery flexible quantity

(kemampuan pengiriman jumlah produk sesuai dengan permintaan )

Satisfy urgent delivery system

(kemampuan dalam memenuhi permintaan dari konsumen yang mendesak/dalam hal waktu)

Use multy modal delivery request

(berhubungan dengan alat transportasi yang digunakan oleh perusahaan untuk melakukan pengiriman permintaan)

Transmit delivery request/information easily and quickly

(berkenaan dengan system yang ada di perusahaan dalam hal yang penerimaan dan pengolahan informasi mengenai permintaan dengan mudah)

Satisfy one request more than one warehouse/ distributor

(berhubungan dengan pemenuhan permintaan yang berasal lebih dari satu distributor)

Produce or revise delivery plans/schedule quickly

(berhubungan dengan perencanaan dan penjadwalan mengenai semua informasi permintaan pengirimandari konsumen)

Variety product in one delivery

(berhubungan dengan pengkombinasian produk berbeda dalam satu macam alat angkut)

Sumber : “ A Conceptual Framework and Case Study For Assesing Supply Chain Fleksibility", Pujawan,I Nyoman (2002), Proceeding 7th Asia Pacific Decissions Sciences Conference, Bangkok

Tingkat fleksibilitas untuk tiap Supply Chain belum tentu sama hal ini

disebabkan pengaruh oleh tingkat ketidak pastian demand yang dialami tiap

supply chain, semakin tinggi tingkat ketidakpastian, maka Supply Chain harus semakin Fleksibel, seperti ditunjukkan oleh gambar 2.3 berikut :

Low demand Somewhat Somewhat high demand

Uncertainty demand demand uncertainty

certainty uncertainty

1 2 3 4

Semakin Fleksibel Gambar 2.4 Tingkat fleksibilitas Supply Chain.

(Pujawan, I Nyoman (2002), “ A Conceptual Framework For Assesing Supply Chain Fleksibility” Proceeding 7th Asia Pacific Decissions Sciences Conference, Bangkok.

Keterangan :

1. Low demand uncertainty

Level dimana suatu Supply Chain perusahaan mengalami permintaan yang

rendah dengan tingkat ketidakpastian yang tinggi. 2. Somewhat demand certainty

Level dimana suatu Supply Chain perusahaan mengalami permintaan yang

sedang dengan tingkat kepastian tinggi. 3. Somewhat demand certainty

Level dimana suatu Supply Chain perusahaan mengalami permintaan yang

sedang dengan tingkat ketidak pastian tinggi. 4. High demand uncertainty

Level dimana suatu Supply Chain perusahaan mengalami permintaan yang

tinggi dengan tingkat ketidak pastian yang tinggi pula.

Dokumen terkait