DI PT. SMART ADVERTISING - SURABAYA
DISUSUN OLEH :
AYU MARETHA NOER SHERA
0732010088
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
i
Alhamdulillah segala puja dan puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat yang telah di berikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS FLEKSIBELITAS SUPPLY CHAIN DENGAN METODE SCOR (SUPLLY CHAIN OPERATION REFERENCE) DI PT. SMART ADVERTISING”. Tak ada kata yang pantas untuk diucapkan selain rasa syukur atas nikmat yang diberikan oleh-NYA.
Maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Teknik Industri pada Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Dalam kesempatan ini pula dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP. Selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Ir. Sutiyono, MT. Selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
ii dalam laporan ini.
5. Bapak Ir. Joumil Aidil SZS, MT dan Bapak Drs. Sartin, M.Pd selaku dosen penguji seminar 1.
6. Bapak Ir. Tri Susilo, MM dan Bapak Ir. Hari Purwoadi selaku dosen penguji seminar 2.
7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Teknologi Industri khususnya Jurusan Teknik Industri yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 8. Bapak Herry Cristiyanto dan Bapak Budi selaku pembimbing pabrik yang
telah membantu memberikan banyak informasi yang dibutuhkan oleh penulis. 9. Seluruh Pimpinan, Karyawan dan Staff di PT. Smart Advertising yang telah
membantu dalam penyelesaian skripsi penulis.
10.Daddy and Mommy, terima kasih atas Do’a, semangat, serta nasehat yang selalu menyertaiku dan untuk keluargaku yang telah memberi dukungan dalam penyelesaian skripsi ini dan adik2 qyuu makasih dah ngehibur kalo q ge stress ngerjain skripsii... Terima kasih banyak...Luv u All...
11.SomeOne special (Huunyy_q)... Thanks a lot for your prayer, advice, always give me a spirit, support and everything... Terima kasih atas semuanya yah...
iii (yaaaa....sadar diri q nyaiii!!)
14.Buat Nyaii Dhika, terima kasih atas semuanya... Atas Doa, bantuan, dukungan dan semangatnya yang kamu berikan...bahkan private sambil curhat looo okeeee!!!
15.Semua teman-teman angkatan 2004 khususnya mz Slamet Sutaji dan angkatan 2006 mz Anton makasih buat dukungannya dan udah minjemin buku_buku buat referensi. Terima kasih muaaaanyaa dehh atas dukungannya hingga selesai skripsi ini.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan atas kebaikan yang telah diberikan. Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan. Akhir kata, semoga hasil pemikiran yang tertuang dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi setiap pembaca pada umumnya dan PT. Smart Advertising pada khususnya. Wassalamualaikum WR. WB.
Surabaya, Februari 2011
iv Daftar Isi
Daftar Tabel Daftar Gambar
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..……… ... 1
1.2 Perumusan Masalah..……… ... 2
1.3 Batasan Masalah..………. ... .2
1.4 Tujuan Penelitian..……… ... 3
1.5 Asumsi...……… ...3
1.6 Manfaat Penelitian…...……….. ... 4
1.7 Sistematika Penulisan…..………. ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Supply Chain Manajement..……….………. ... 7
2.1.1 Konsep Supply Chain ... .8
2.2 Fleksibilitas………….……….………. ... 11
2.2.1 Sistem Fleksibilitas Manufaktur ... 11
2.3 Tipe Fleksibilitas Manufaktur………...…….... 14
2.4 Fleksibilitas Supply Chain...….…... 18
2.5 Tingkat Kebutuhan Fleksibilitas Berdasarkan Demand …………... ... 25
v
2.9 Uji Reliabilitas……….……….….……...30
2.10 Analitic Hierarchy Process………..……….…... 31
2.11 Supply Chain Operations Reference (SCOR) Model……….. ... 37
2.12 Program Exspert Choice... 42
2.13 Skala Serquel... 43
2.14 Dasar Penulisan Kuisioner... 43
2.14.1 Kuisioner ... 43
2.14.2 Langkah – Langkah Pembuatan Kuisioner ... ...44
2.14 Peneliti Terdahulu... 52
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian…...……….. ... 53
3.2 Identifikasi dan Definisi Operational Variabel…..……..……….. ... 53
3.2.1 Identifikasi Variabel………….………. ... 53
3.2.2 Definisi Operasional Variabel……….……….. ... 54
3.3 Langkah-langkah Pemecahan Masalah……….. ... 57
3.4 Metode Pengumpulan Data………....…… ... 66
3.4.1 Data Primer……….…... 66
vi
3.5.2 Pembobotan keempat Dimensi Parameter-parameter
Supply Chain... ...69 3.5.3 Perhitungan GAP ... ....70 3.5.4 Pemetaan (Mapping) Parameter-parameter Fleksibilitas.... .... 71 3.5.5 Metode Analisa Data... 71 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengumpulan Data... 72 4.1.1 Penetapan Parameter – perameter Fleksibilitas ... ... 73
Supply Chain
4.1.2. Definisi Tiap – Tiap Parameter Yang Terpilih... 78 4.1.3 Data Kuisioner Pembobotan Fleksibilitas... ... 84
Supply Chain
4.2 Pengolahan Data... ... 98 4.2.1 Uji Validitas dan Reliabilitas ... ... 98 4.2.2 Data Kuisioner Kebutuhan dan Kemampuan ... ... 101
Fleksibilitas Supply Chain
4.2.3 Analisa Bobot Parameter Fleksibilitas Supply Chain... ...103 4.2.4 Analisa Gap Kebutuhan dan Kemampuan Fleksibilitas .. ...106
Supply Chain
vii
Kemampuan Parameter Fleksibilitas Supply Chain
4.2.8 Pembuatan Peta (Mapping) Kuadran Fleksibilitas... 127 4.2.9 Analisa Nilai Tingkat Fleksibilitas Supply Chain... .133 4.2.10 Pembuatan Grafik Nilai Tingkat Fleksibilitas ... 136
Supply Chain
4.3 Pembahasan... 139 4.4 Usulan Perbaikan ... 143 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan... 145 5.2 Saran ... 145 DAFTAR PUSTAKA
xi
Gambar 2.1 3 level dari Fleksibilitas 16
Gambar 2.2 Kategori fleksibilitas sel dan sistem 16
Gambar 2.3 Rangkaian Supply Chain 18
Gambar 2.4 Tingkat fleksibilitas Supply Chain 24 Gambar 2.5 Kuadran fleksibilitas Supply Chain 27
Gambar 2.6 Supply ChainModel 39
Gambar 3.1 Langkah-langkah pemecahan masalah 57-58
Gambar 4.1 Gambar Bobot Dimensi 103
Gambar 4.2 Grafik Kebutuhan dan Kemampuan Dimensi Utama 109 Gambar 4.3 Grafik Kebutuhan dan Kemampuan Sub Dimensi 110
Supplier System
Gambar 4.4 Grafik Kebutuhan dan Kemampuan Sub Dimensi 110 Product Design
Gambar 4.5 Grafik Kebutuhan dan Kemampuan Sub Dimensi 111 Production System
Gambar 4.6 Grafik Kebutuhan dan Kemampuan Sub Dimensi 112 Delivery System
Gambar 4.7 Grafik Terbobot Kebutuhan dan Kemampuan Dimensi Utama 118 Gambar 4.8 Grafik Terbobot Kebutuhan dan Kemampuan Dimensi 120
xii
Gambar 4.10 Grafik Terbobot Kebutuhan dan Kemampuan Dimensi 123
Production System
Gambar 4.11 Grafik Terbobot Kebutuhan dan Kemampuan Dimensi 125 Delivery System
Gambar 4.12 Fleksibilitas Supply ChainDimensi Utama 128 Gambar 4.13 Fleksibilitas Supply ChainSub Dimensi 129
Supplier System
Gambar 4.14 Fleksibilitas Supply Chain Sub Dimensi Product Design 130 Gambar 4.15 Fleksibilitas Supply Chain SubDimensi Production System 131 Gambar 4.16 Fleksibilitas Supply Chain SubDimensi Delivery System 132 Gambar 4.17 Grafik Tingkat Fleksibilitas Supply Chain Dimensi Utama 136 Gambar 4.18 Grafik Tingkat Fleksibilitas Supply Chain Sub Dimensi 136
Supplier System
Gambar 4.19 Grafik Tingkat Fleksibilitas Supply Chain Sub Dimensi 137 Product Design
Gambar 4.20 Grafik Tingkat Fleksibilitas Supply Chain Sub Dimensi 138 Production System
viii
Tabel 2.1 Area Cakupan Supply Chain 10
Tabel 2.2 Tipe Fleksibilitas Supply Chain 14
Tabel 2.3 Parameter Fleksibilitas Supply Chain 23
Tabel 2.4 Skala Perbandingan Berskala 32
Tabel 2.5 Nilai Random Indeks 37
Tabel 2.6 Matrik Model SCOR 40
Tabel 3.1 Parameter-Parameter Fleksibilitas Supply Chain Pada PT. SMART ADVERTISING 55
Tabel 4.1 Parameter Fleksibilitas Supply Chain 73
Tabel 4.2 Parameter-Parameter Fleksibilitas Supply Chain 76
Di PT. Smart Advertising Tabel 4.3 Data Penilaian rata – rata Penilaian 84
Tingkat Fleksibilitas Dimensi Utama Tabel 4.4 Data Penilaian Rata – rata Penilaian 85
Tingkat Fleksibilitas Sub Dimensi Supplier System Tabel 4.5 Data Penilaian Rata – rata Penilaian 89
ix
Tabel 4.7 Data Penilaian Rata – rata Penilaian 93 Tingkat Fleksibilitas Sub Dimensi Delivery System
Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas 99
Tabel 4.9 Data Nilai Rata – rata Kebutuhan dan Kemampuan 101 Tabel 4.10 Bobot Dimensi Utama dan Sub Dimensi 104 Tabel 4.11 Nilai Gap Kebutuhan dan Kemampuan Fleksibilitas Supply Chain 107 Tabel 4.12 Nilai Gap Terbobot dan Prioritas Perbaikan 114 Tabel 4.13 Tabel analisa kebutuhan dan kemampuan terbobot Dimensi Utama 118 Tabel 4.14 Tabel analisa kebutuhan dan kemampuan terbobot sub dimensi 119
Supplier System
Tabel 4.15 Tabel analisa kemampuan dan kebutuhan terbobot sub dimensi 120 ProductDesign
Tabel 4.16 Tabel analisa Kebutuhan dan Kemampuan terbobot sub dimensi 122 Production System
Tabel 4.16 Tabel analisa Kebutuhan dan Kemampuan terbobot sub dimensi 124 Delivery System
Tabel 4.17 Hasil Analisa Total Nilai Gap Terbobot dan Tingkat Fleksibilitas 133 Supply Chain
xiii
LAMPIRAN A Gambaran Umum Perusahaan
LAMPIRAN B Kuisioner Kebutuhan Dan Kemampuan
LAMPIRAN C Data Kuisioner Kebutuhan Dan Kemampuan
LAMPIRAN D Output Validitas dan Realibilitas
LAMPIRAN E Kuisioner Pembobotan
LAMPIRAN F Data Kuisioner Pembobotan
LAMPIRAN G Perhitungan Manual AHP
LAMPIRAN H Output AHP
xiii
pakar-pakar manajerial perusahaan, hal ini dimulai dengan adanya suatu kesadaran bahwa Supply Chain (rantai pengadaan) merupakan suatu bagian yang sangat penting bagi perusahaan. Untuk dapat bersaing dengan para pesaing-pesaingnya, suatu perusahaan harus mempunyai profit dan selalu menjaga kepuasan konsumennya, Supply Chain itu sendiri didukung oleh faktor Internal dan faktor Eksternal. Faktor Internal yang mana didalamnya terdiri dari Supplier Sistem, Product Design, Production System, dan Delivery Sistem. Faktor Eksternal yang didalamnya termasuk supplier dan distributor atau retailer yang merupakan konsumen dari perusahaan juga harus diperhatikan oleh perusahaan untuk dapat mendukung tercapainya 2 hal tersebut diatas.
PT. Smart Advertising adalah perusahaan yang bergerak dalam bisnis percetakan, berbagai hasil cetak seperti sablon, umbul-umbul, billboard, dan baliho. Berawal dari sebuah Event Organizer, perusahaan melakukan metamorfosis menjadi sebuah Advertising Agency untuk meningkatkan kualitas kinerja perusahaan. Dengan ini, penilaian fleksibilitas supply chain perlu dilakukan agar perusahaan dapat mengetahui tingkat fleksibilitas supply chain. Karena pengukuran hanya diterapkan pada bagian produksi dengan indikator kinerja seperti efisiensi mesin dan efisiensi total, sedangkan untuk penilaian fleksibilitas di perusahaan yang mencakup empat dimensi yaitu supplier system, product design, production system, dan delivery system masih belum ada sehingga belum dapat menginformasikan fleksibilitas supply chain secara menyeluruh.
Dengan adanya masalah tersebut maka dilakukan penelitian tentang fleksibilitas supply chain, yaitukemampuan perusahaan dalam menghadapi fluktuasi-fluktuasi yang terjadi, dimana fleksibilitas sendiri berhubungan dengan mesin, proses, aliran bahan baku, tipe, pekerja, dan semua digabung menjadi sebuah sistem manufaktur dan sistem produksi. Fleksibelitas mencakup empat dimensi yaitu Supplier System, Product Design, Production System, dan Delivery System. Dengan harapan dapat diketahui fleksibilitas supply chain yang ada di PT. Smart Advertising dan parameter-parameter apa saja yang diprioritaskan untuk diperbaiki yang ada di PT. Smart Advertising.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di PT. Smart Advertising menunjukkan bahwa tingkat fleksibilitas supply chain yang ada di perusahaan secara keseluruhan flesksibel (baik) dimana seluruh dimensi utama mencapai prosentase di atas 85%, secara berurutan prosentase dari yang terkecil hingga yang terbesar yaitu Production System 93,2%, Supplier System 93,7%, Delivery System
94,1%, dan Product Design 95,5%.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Perkembangan teknologi dan perubahan kondisi pasar yang cepat dan persaingan dunia usaha yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk mampu beradaptasi dengan perubahan tersebut. Perusahaan kini semakin menyadari adanya keterbatasan sumber daya yang dimiliki dan perusahaan tidak akan bisa bertahan bila manajemen perusahaan masih terfokus pada integrasi proses internal. Untuk mencapai keunggulan kompetitif dalam rangka untuk memenangkan pasar, di awal tahun 1990, pandangan manajemen mulai bergeser ke manajemen Supply Chain. Beberapa keuntungan yang diperoleh dengan adanya penerapan manajemen Supply Chain antara lain yaitu dapat meningkatkan kepuasan pelanggan, mengurangi biaya dan meningkatkan cash utilization.
PT. Smart Advertising merupakan suatu perusahaan yang menghasilkan berbagai variant produk cetak seperti: ID card, kartu nama, brosur, spanduk, umbul – umbul, vertical benner, billboard, balilo, neon box, dll.
Adanya permintaan yang fluktuatif dari konsumen ditambah dengan banyaknya bahan baku yang diperlukan, dibutuhkannya fleksibilitas perusahaan yang tinggi. Selama ini perusahaan belum mempunyai sistem pengukuran fleksibilitas yang jelas, pengukuran fleksibilitas hanya diukur secara fungsional dan hanya dari dimensi output saja. Untuk mengatasi permasalahn tersebut, perlu adanya suatu penelitian untuk mengidentifikasikan masing-masing dimensi fleksibilitas dari PT. Smart Advertising dengan menggunakan sistem pengukuran Fleksibilitas Supply Chain.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan pendahuluan diatas masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
“Berapa tingkat fleksibilitas supply chain di PT. Smart Advertising dan
parameter-parameter apa saja yang perlu diprioritaskan untuk diperbaiki ?”
1.3 Batasan Masalah
Agar permasalahan yang hendak dibahas dalam penelitian ini tidak terlalu luas dan menyimpang, maka ditentukan batasan bahwa :
1. Penelitian dilakukan di PT. Smart Advertising Surabaya.
2. Penelitian dilakukan pada aspek-aspek fleksibilitas supply chain, yang diwakili oleh empat dimensi yaitu supplier system, production system, product design, dan delivery system.
4. Dalam penelitian tidak membahas masalah biaya. 5. Data yang didapat dari data hasil kuisioner.
6. Penelitian dilakukan pada bulan November 2010 sampai data-data terpenuhi
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tugas akhir ini adalah
1. Mengukur tingkat fleksibilitas Supply Chain secara keseluruhan pada masing-masing dimensi sesuai dengan kondisi di PT. Smart Advertising.
2. Memilih Parameter yang perlu diprioritaskan untuk diperbaiki bila ada fleksibilitas Supply Chain sub dimensi kurang dari 85%.
1.5 Asumsi
Ada beberapa asumsi yang dipergunakan dalam penyusunan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan yang diteliti dianggap berjalan dalam keadaan normal/baik. 2. Visi, misi dan strategi serta kebijakan perusahaan tidak berubah.
3. Responden dan pihak yang terlibat mengetahui benar parameter fleksibilitas di PT. Smart Advertising.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat dari dilakukannya penelitian Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi perusahaan.
- Sebagai bahan acuan terhadap fleksibilitas supply chain yang dimilikinya, sejauh mana mampu mengakomodasi fluktuatif yang terjadi.
- Dapat mengarahkan usaha-usaha perbaikan yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk meningkatkan fleksibilitas supply chain perusahaan. 2. Bagi penulis.
- Memenuhi persyaratan untuk menempuh gelar sarjana Teknik Industri. - Memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang pengukuran dan analisis
fleksibilitas supply chain pada perusahaan dengan metode SCOR. 3. Bagi universitas
Menambah literatur atau referensi dan bermanfaat bagi mahasiswa yang mengadakan penelitian dengan permasalahan yang serupa.
1.7 Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pemahaman atas materi – materi yang dibahas dalam tugas akhir ini, maka berikut ini akan penulis uraikan secara garis besar isi dari masing-masing bab sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
bagi penulis, batasan masalah dan sistematika penulisan tugas akhir.
BAB II : Tinjauan Pustaka
Bab ini menguraikan tentang fleksibilitas supply chain yang merupakan integrasi dari keempat dimensi dalam menganalisis dan menyelesaikan masalah. Pembobotan masing-masing parameter menggunakan metode AHP.
BAB III : Metode Penelitian
Bab ini memberikan gambaran metodologi penelitian atau langkah-langkah yang digunakan untuk mengidentifikasi, menganalisis serta menyelesaikan masalah.
BAB IV : Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Bab ini berisikan data mengenai perusahaan dan data-data yang dibutuhkan dalam menganalisis dan menyelesaikan masalah, pengolahan data, melakukan analisis serta evaluasi terhadap hasil pengolahan data lalu diolah untuk menyelesaikan masalah sesuai dengan metodologi dan landasan teori yang dipakai.
BAB V : Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil pengolahan dan analisis data serta saran-saran yang diberikan untuk penyelesaiannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini dibahas mengenai metode yang digunakan dalam penelitian
Tugas Akhir dan juga teori lain yang dapat menunjang pelaksanaan penelitian.
2.1Supply Chain Management
Perkembangan teknologi dan perubahan kondisi pasar yang cepat dan
persaingan dunia usaha yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk mampu
beradaptasi dengan perubahan tersebut. Perusahaan kini semakin menyadari
adanya keterbatasan sumber daya yang dimiliki dan perusahaan tidak akan bisa
bertahan bila manajemen perusahaan masih terfokus pada integrasi proses
internal. Untuk mencapai keunggulan kompetitif dalam rangka untuk
memenangkan pasar, di awal tahun 1990, pandangan manajemen mulai bergeser
ke manajemen Supply Chain. Beberapa keuntungan yang diperoleh dengan
adanya penerapan manajemen Supply Chain antara lain yaitu dapat meningkatkan
kepuasan pelanggan, mengurangi biaya dan meningkatkan cash utilization.
2.1.1 Konsep Supply Chain
Supply chain (rantai pengadaan) adalah suatu sistem tempat organisasi
menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini
juga merupakan jaringan atau jejaring dari berbagai organisasi yang saling
berhubungan yang mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin
menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang tersebut.
Oleh karena itu, Supply Chain Management dapat didefinisikan sebsgai
berikuta: Supply Chain Manajement adalah sebuah rangkaian dari pendekatan
untuk mengefesiensi intregrasi supplier, manufaktur, gudang, dan pasar. Jadi
semua produksi dan didistribusikan pada jumlah dan waktu yang sangat tepat agar
meminimalkan biaya dan kebutuhan kepuasan pelayanan (David Sinchi Levi,
2000).
Dalam penelitian terdahulu (Zabidi, Yasrin, 2001)juga disebutkan
bahwa Supply Chain merupakan rangkaian pihak – pihak yang menangani aliran
produk yaitu mulai supplier hingga retailer. Selain iu untuk menentukan tingkat
kebutuhan dan kemampuan perusahaan, diperlukan suatu metode yang memuat
kinerja perusahaan dalam menetapkan Supply Chain itu sendiri yaitu
menggunakan kuisioner.
Melihat dari definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa Supply Chain
adalah Logistics Network. Dalam hubungan ini, ada beberapa pemain utama yang
merupakan perusahaan-perusahaan yang mempunyai kepentingan yang sama,
1. Suppliers;
2. Manufacturer;
3. Ditribution;
4. Retail Outlets;
5. Customers.
Adapun definisi dari supply chain itu sendiri menurut para ahli, antara
lain sebagai berikut :
1. Schroeder
“Supply chain adalah sebuah proses bisnis dan informasi yang berulang yang
menyediakan produk atau layanan dari pemasok melalui proses pembuatan
dan pendistribusian kepada konsumen.”
2. Beamon
“Supply chain adalah proses manufaktur yang terintegrasi mulai dari bahan
baku yang diproses menjadi produk jadi kemudian didistribusikan ke
konsumen.”
3. Indrajit dan Djokopranoto
“Supply chain adalah suatu tempat sistem organisasi menyalurkan barang
produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini juga merupakan
jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan dan mempunyai
tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan atau
penyalur barang tersebut.’
4. Dewan Supply Chain Management Professionals
"Supply Chain Management meliputi perencanaan dan pengelolaan semua
aktivitas yang terlibat dalam sumber dan pengadaan, konversi, dan semua
kegiatan pengelolaan logistik.”
5. Schroeder
“Supply Chain Management (SCM) adalah perancangan, desain, dan kontrol
arus material dan informasi sepanjang rantai pasokan dengan tujuan kepuasan
konsumen sekarang dan di masa depan.”
6. Simchi-Levi et al
“SCM adalah suatu pendekatan dalam mengintegrasikan berbagai organisasi
yang menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang, yaitu supplier,
manufacturer, warehouse dan stores sehingga barang-barang tersebut dapat
diproduksi dan didistribusikan dalam jumlah yang tepat, lokasi yang tepat,
waktu yang tepat dan biaya yang seminimal mungkin.”
Area cakupan Supply Chain apabila mengacu pada sebuah perusahaan
manufaktur, kegiatan-kegiatan utama yang masuk dalam klasifikasi Supply Chain
adalah :
1. Kegiatan merancang produk baru (product development)
2. Kegiatan mendapatkan bahan baku (procurement)
3. Kegiatan merencanakan produksi dan persediaan (planning and control)
4. Kegiatan melakukan produksi (production)
Kelima klasifikasi tersebut biasanya tercemin dalam bentuk pembagian
departemen atau divisi pada perusahaan manufaktur. Pembagian tersebut sering
dinamakan functional division karena mereka dikelompokkan sesuai dengan
fungsinya. Umunya sebuah perusahaan manufaktur akan memiliki bagian
pengembangan produk, bagian pembelian atau bagian pengadaan (dalam bahasa
Inggrisnya bisa disebut purchasing, procurement, atau supply function), bagian
produksi, bagian perencanaan produksi (sering dinamakan bagian production
planning and inventory control, PPIC), dan bagian-bagian pengiriman atau
distribusi barang jadi. Tabel 2.1 menguraikan lebih lanjut beberapa contoh
kegiatan yang biasanya dilakukan oleh masing-masing bagian.
Tabel 2.1 Area Cakupan Supply Chain
Bagian Cakupan Kegiatan
Pengembangan
Produk
Melakukan riset pasar, merancang produk baru,
melibatkan supplier, dalam perancangan produk baru
Pengadaan Memilih supplier, mengevaluasi kinerja supplier,
melakukan pembelian bahan baku dan komponen,
memonitor supply risk, membina dan memelihara
hubungan dengan supplier.
Perencanaan dan
Pengendalian
Demand planning, peramalan permintaan, perencanaan
kapasitas, perencanaan produksi dan persediaan
Pengiriman atau
Distribusi
Perencanaan jaringan distribusi, penjadwalan
pengiriman, mencari dan memelihara hubungan
dengan perusahaan jasa pengiriman, memonitor
service level di tiap pusat distribusi
Sumber : “ Supply Chain Management", Pujawan,I Nyoman (2005), Penerbit Guna Widya, Jakarta
2.2 Fleksibilitas
Fleksibilitas dapat dipertimbangkan sebagai factor yang menentukan dari
persaing dalam meningkatkan pesaing di pasar. Fleksibilitas sendiri berhubung
dengan mesin , proses, aliran bahan baku, tipe, pekerja, dan semua digabung
menjadi sebah system manufaktur dan system produksi.
Fleksibilitas disini akan dijelaskan tentang system fleksibilitas manufaktur
dan fleksibilitas supply chain.
2.2.1 Sistem Fleksibilitas Manufaktur
Pengertian Fleksibilitas pada Fleksibilitas manufaktur disini adalah
kemampuan untuk memproses bermacam-macam benda dengan bentuk yamg
berbeda-beda dan pada Sistem kerja yang berbeda-beda pula, Fleksibilitas juga
berarti kemampuan untuk mengubah bentuk benda produksi sesuai dengan
permintaan yang datang ( Groover 2000 ), Sedangkan menurut Zhang ( 2003 )
Fleksibilitas didefinisikan sebagai kemampuan Organisasi untuk memenuhi setiap
peningkatan Varietas dari ekspektasi yang dipunyai oleh konsumennya tanpa
menimbulkan pengurangan pada cost, waktu, dan perubahan pada organisasi,
organisasi untuk memanage sumberdaya produksi dan ketidak pastian yang ada
untuk menemukan berbagai permintaan dari konsumennya, fleksibilitas
manufaktur sering kali diidentikkan dengan system fleksibel mesin (fleksible
machine system ).
Menurut Groover (2000) sebuah sistem manufaktur baru dapat dikatakan
Fleksibel jika :
1. Mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasikan dan memisahkan proses
produksi yang mempunyai ciri yang berbeda ataupun benda yang berbeda
berdasarkan sistem.
2. Mampu dengan cepat mengubah instruksi operasi.
3. Mampu dengan cepat mengubah dari physical set up.
Sebenarnya Fleksibilitas dapat diterapkan baik itu pada sistem manual
maupun pada sistem otomatis. Pada sistem manual, karena sebagian besar operasi
dikerjakan oleh tenaga kerja manusia maka pekerjaannya yang memungkinkan
untuk difleksibilitaskan.
Agar bisa dikualifikasikan sebagai fleksibel, sebuah sistem manufaktur
harus memenuhi beberapa kriteria. Berikut ini akan disebutkan beberapa tes yang
dapat digunakan untuk menguji suatu Fleksibilitas dari sebuah sistem manufaktur
otomat.
1. Menguji bervariasi produk
Pada tes ini akan dilakukan pengujian apakah sistem manufaktur dapat
memproses produk dengan jenis yang berbeda-beda yang tidak berada pada
Tipe fleksibilitas yang dihasilkan disini adalah : Machine Fleksibility,
Production Fleksibility.
2. Menguji perubahan jadwal
Pada tes ini akan dilakukan pengujian apakah sistem manufaktur siap
menerima perubahan pada jadwal produksi dan merubah kuantitas benda atau
produksi.
Tipe Fleksibilitas yang dihasilkan disini adalah : Mix Fleksibilitas, Volume
Fleksibilitas, Expansion.
3. Menguji perbaikan kerusakan
Pada test ini akan dilakukan pengujian apakah sistem manufaktur mampu
merecover peralatan-peralatan yang tidak berfungsi dengan baik dan
membreak down nya, sehingga produksi secara umum tidak terganggu.
Tipe fleksibilitas yang dihasilkan disini adalah : Routing Fleksibilitas
4. Menguji produk baru
Pada test ini akan dilakukan pengujian apakah sistem manufaktur dapat
mengidentifikasikan produk yang mempunyai desain yang baru yang belum
ada sebelumnya kedalam produk yang telah ada dilantai produksi dengan
baik, tipe fleksibilitas yang telah ada di lantai dengan baik, tipe fleksibilitas
yang dihasilkan disini adalah : Product Fleksibility.
Terhadap beberapa tipe fleksibilitas manufacturing, Suarez et al (1996)
dan Beamon (1999) membagi menjadi A frame work yaitu : Mix Fleksibilitas, di
bawah ini akan disebutkan beberapa tipe fleksibilitas, dan definisi dari
2.3 Tipe Fleksibilitas Manufakturing
Tabel 2.2 Tipe Fleksibilitas Manufakturing
Tipe
Kemampuan untuk menyesuaikan dengan mesin (Stasiun kerja)pada system dengan operasi produksi,dalam jumlah besar,semakin besar range operasi dan bentuk benda, maka semakin besar fleksibilitas mesin.
Waktu Set up atau waktu untuk change over
kemampuan dalam banyak bidang yang dimiliki oleh para pekerja.
Fleksibilitas
Produksi
Range / keseluruhan dari bentuk part yang bisa diproduksi pada system
Fleksibilitas mesin dari individual sistem kerja
range dari fleksibilitas
mesin keseluruhan sistem kerja yang ada pada sistem.
Fleksibilitas
Campuran
Kemampuan untuk mengubah campuran produk dimana pada saat yang sama sehingga menangani kualitas produk secara keseluruhan, sehingga produk part yang sama hanya berbeda pada proporsinya saja.
Kesamaan pada pencampuran Relative Work
Tipe
Kemampuan untuk mengakomodasikan produksi part yang tinggi dan merendahkan kuantitas total pada produksi, memberikan invers tatap pada system.
Peralatan yang umum, tingkat performasi produksi dari manual tenaga kerja, sejumlah investasi pada peralatan produksi.
Fleksibilitas
Biaya
Kemampuan dari system yang bisa ekspansikan untuk menambah kuantitas total produksi.
Biaya penambahan Stasiun kerja Kemampuan dimana lay out bisa diperluas, tipe dari system perpindahan tambahan yang digunakan,
kemampuan untuk melakukan tambahan pada
tenaga kerja yang dilatih. Sumber : “ A Conceptual Framework For Assesing Supply Chain Fleksibility", Pujawan,I
Volume
1 2 or 3 4 or more number of
Gambar 2.1 3 level dari Fleksibilitas
(Groover, P. Mikell (2001), Automation, Production Systems, and Computer Integrated
Manufacturing, Prentice Hall International, Inc.)
Gambar 2.2 Kategori fleksibilitas sel dan sistem
Zhang, Q., Vonderembse, M. A., Lim, J. (2003). Manufacturing flexibility ; defining and analyzing
relationships among competence, capability, and customer satisfaction, Journal of Operations
Management, 173-191
Gambar tersebut menggambarkan hubungan antara fleksibilitas
Keterangan :
H1a : Hipotesis 1a , Fleksibilitas manufacturing Competence mempunyai dampak
positif secara signifikan terhadap volume fleksibility.
H1b : Hipotesis 1b fleksibilitas manufacturing Competence mempunyai dampak
positif secara signifikan terhadap mix fleksibility.
H2a : Hipotesis 2a, Volume fleksibility mempunyai dampak positif terhadap
costumer satisfaction.
H2b : Hipotesis 2b, mix fleksibility mempunyai dampak positif tehadap costumer
satisfaction.
Keuntungan dari fleksibilitas mesin :
a. Menambah Utilisasi mesin
b. Berkurangnya mesin yang membutuhkan perbaikan.
c. Mengurangi kebutuhan Factory floor space.
d. Lebih mudah untuk melakukan perubahan,
e. Mengurangi kebutuhan inventory
f. Mengurangi lead time manufacturing.
g. Mengurangi kebutuhan tenaga kerja langsung dan meningkatkan
produktivitas tenaga kerja.
2.4 Fleksibilitas Supply Chain.
Supply Manufacturing Distribution Customer
Gambar 2.3 rangkaian Supply Chain
(Sumber : beamon, B. M. (1999) Measuring Supply Chain Performance, International Journal Of
Operation and Production Management).
Keterangan :
Suppliers
Jaringan bermula dari sini, yang merupakan sumber yang menyediakan
bahan pertama, di mana mata rantai penyaluran barang akan mulai. Bahan
pertama ini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan
dagangan, dan sebagainya. Sumber pertama ini dinamakan suppliers. Jumlah
suppliers bisa banyak atau sedikit, tetapi suppliers’suppliers biasanya berjumlah
banyak sekali. Inilah mata rantai pertama.
Manufacturer
Rantai pertama dihubungkan dengan ranatai kedua, yaitu manufacture.
melakukan penghematan. Misalnya, inventories bahan baku, bahan setengah jadi,
dan bahan jadi yang berada di pihak suppliers, manufavturer,dan tempat transit
merupakan target untuk penghematan ini.
Distribution
Barang sudah jadi yang dihasilkan oleh manufacturer sudah mulai harus
disalurkan kepada pelanggan. Walaupun tersedia banyak cara untuk menyalurkan
barang ke pelanggan, yang umum adalah melalui distributor dan ini biasanya
ditempuh oleh sebagaian besar supply chain. Barang dari pabrik melalui
gudangnya disalurkan ke gudang distributor atau wholesaler atau pedagang besar
dalam jumlah besar, dan pada waktunya nanti pedagang besar menyalurkan dalam
jumlah yang lebih kecil kepad retailers atau pengecer.
Customer
Dari rak-raknya, para pengecer atau retailers ini menawarkan barangnya
langsung kepada para pelanggan atau pembeli atau pengguna barang tersebut.
Yang termasuk outlets adalah toko, warung, toko serba ada, pasar swalayan, toko
koperasi, mal, club stores, dan sebagainya, pokoknya dimana pembeli akhir
melakukan pembelian. Walaupun secara fisik dapat dikatakan bahwa ini
merupakan mata rantai yang terakhir, sebetulnya masih ada satu mata rantai lagi,
yaitu dari pembeli (yang mendatangi retail outlet tadi) ke real customers atau real
user, karena pembeli belum tentu pengguna sesungguhnya. Mata rantai supply
baru betul-betul berhanti setelah barang yang bersangkutan tiba di pemakai
Pengukuran fleksibiltas Supply Chain ini sangat diperlukan untuk
mengetahui seberapa fleksibel suatu Supply Chain terhadap perubahan-perubahan
dan fluktuasi-fluktuasi yang mungkin akan dihadapi.
Menurut Beamon (1999) Supply Chain adalah sebuah proses yang
terintegrasi dimana didalamnya bahan baku dikenai proses manufaktur untuk
dijadikan produk akhir, kemudian dikirimkan kepada konsumen (baik itu melalui
distribusi, retail, ataupun keduanya).
Fleksibilitas Supply Chain sangat memegang peranan penting dalam
keberhasilan Supply Chain itu sendiri, terlebih lagi pada perusahaan yang
mempunyai kondisi ketidak pastian yang sangat tinggi.
Menurut Garavelli (2003) fleksibilitas dalam suatu Supply Chain sangat
kompleks dan terdiri dari multi dimensi konsep dan sangat sulit untuk diringkas.
Namun satu hal yang perlu ditekankan pada fleksibilitas dalam suatu Supply
Chain haruslah mempunyai kemampuan untuk merespon perubahan yang terjadi
baik itu perubahan yang datang dari dalam perusahaan sebaik dengan perubahan
yang datang dari luar perusahaan.
Menurut Duklos et al (2001) enam komponen fleksibilitas Supply Chain
telah diidentifikasikan berdasarkan fleksibilitas manufacturing yang telah dibahas
sebelumnya, yaitu :
1. Production System Fleksibility
Yaitu : kemampuan untuk menyusun modal dan operasi-operasi untuk
melakukan respon dari kecenderungan yang dimiliki oleh konsumen
2. Market Fleksibility
Yaitu : kemampuan untuk dapat melakukan produksi sesuai pesanan dan
mampu membangun hubungan dekat dengan konsumen dan melibatkan
mereka ( konsumen) dalam design dan melakukan modifikasi produksi baru
maupun produksi yang telah ada.
3. Logistik Fleksibility
Yaitu : kemampuan melakukan perubahan dalam penerimaan dan delivery
produksi baik dari pihak supplier maupun konsumen dengan pengeluaran
biaya yang seefektif mungkin ( perubahan lokasi konsumen, globalisasi dan
penundaan).
4. Supply Fleksibility
Yaitu : kemampuan untuk mengatasi perubahan permintaan supply, seiring
dengan permintaan dari konsumen.
5. Organizazional fleksibility
Yaitu : kemampuan untuk menggalang tenaga kerja ahli untuk kebutuhan
Supply Chain dalam menentukan permintaan dari konsumen.
6. Information Fleksibility.
Yaitu : kemampuan untuk menyusun struktur system informasi sesuai dengan
dinamika perubahan informasi yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam rangka
untuk memenuhi permintaan dari konsumen.
Penggambaran Fleksibilitas suatu Supply Chain pada dasarnya haruslah
meliputi secara keseluruhan dari pada sistem yang ada dalam Supply Chain itu
fleksibilitas yang ada dalam suatu Supply Chain haruslah mampu mencerminkan
seluruh elemen tersebut.
Kemudian model dan karakteristik tersebut dikembangkan oleh Swafort
yang menyatakan bahwa dimensi-dimensi fleksibilitas yang lebih umum namun
mencakup keseluruhan elemen dalam Supply Chain, dimensi-dimensi itu adalah:
Sourcing, produck, development, production, delivery.
Sourcing adalah penilaian yang diberikan pada kemampuan yang di
miliki dalam hal pengadaan bahan baku dan berkaitan dengan supplier system.
Product development merupakan penilaian yang diberikan atas kemampuan yang
dimiliki untuk membuat variasi produk dan melakukan perencanaan terhadap
adanya produk baru yang disebut juga sebagai product design. Production adalah
penilaian yang diberikan atas kemampuan dari dalam perusahaan, yang pada
bagian terdahulu lebih dikenal sebagai Fleksibilitas Manufakturing lebih tepatnya
dikenal dengan production system. Delivery merupakan penilaian yang diberikan
atas kemampuan untuk hal yang berhubungan langsung dengan konsumen untuk
delivery system.
Penjelasan yang lebih lanjut dan untuk memudahkan melakukan
penilaian (assessment) terhadap fleksibilitas yang telah disebutkan diatas
diuraikan menjadi parameter-parameter yang lebih spesifik, seperti dapat dilihat
pada tabel 2.2.yang secara umum dapat dipakai untuk melakukan penilaian
Tabel 2.3 Parameter Fleksibilitas Supply Chain SUPPLIER SYSTEM
Backup supplyer
(Berkaitan dengan banyaknya jumlah supplier yang dimiliki oleh perusahaan selsin supplier utama)
Delivery various lost
(berkaitan dengan jumlah barang yang dapat dikirim oleh pihak supplier dalam rangka memenuhi permintaan dari perusahaan)
Delivery urgen request
(kemampuan yang dimiliki supplier untuk memenuhi permintaan dari pihak perusahaan diluar permintaan reguler/permintaan yang mendesak)
Use multy modal transportation system
(berkaitan dengan alat transportasi yang digunakan oleh pihak supplier untuk melakukan pengiriman pesanan yang dating dari perusahaan, dilihat dari jenis dan juga dari segi system yakni system pengolahan yang digunakan)
Easy to run supplier scheduling system
(berkaitan dengan kemudahan menjalankan system penjadwalan)
Supplier lead time
(berkaitan dengan jangka waktu yang dijanjikan oleh pihak supplier antara permintaan yang diberikan sampai dengan barang yang diterima oleh pihak perusahaan)
PRODUCT DESIGN Product various different design
(kemampuan yang dipunyai untuk memproduksi jenis produk dalam dalam jumlah banyak dan cepat dalam sekali proyek perancangan produk)
Test materials quicky
(berhubungan dengan kemampuan yang dipunyai yang dapat mendukung perancangan design produk baru dengan beragam rancangan, terutama dalam hal material )
Confirm ability of supplier to supply materials needed to support new product
(kemampuan yang berkaitan dengan pengadaan material yang dibutuhkan untuk desain produk baru yang dilakukan, apabila produk yang yang dibuat memerlukan material yang lain dibandingkan dengan yang selama ini digunakan, maka akan diperlukan adanya pengadaan material, baik itu melalui supplier yang sudah ada maupun melelui cara pencarian supplier baru)
Autonomy in deciding the design to choose
(berkaitan dengan prosedur yang harus dilakukan untuk memutuskan design produk baru yang akan dikeluarkan)
PRODUCTION SYSTEM Produce various different product
(berhubungan dengan kemampuan untuk memproduksi dalam banyak jenis)
Produce various differenct routing
(berkaitan dengan kemampuan memproduksi dengan urutan proses yang berbeda)
Produce flexible quqntity
(berkaitan dengan jumlah minimum dan maksimum produk yang dapat diproduksi tanpa menambah biaya mesin produk yang ada)
Produce or revise production plans/schedule quickly
(berhubungan dengan perencanaan dan penjadwalan mengenai informasi permintaan produksi cepat)
Fix broken mechine quikly
Capacity utilization
(berkaitan dengan kapasitas produksi yang ada pada perusahaan untuk melakukan produksi saat ini)
Component user
(berkaitan dengan kemampuan penggunaan komponen yang sama dalam jenis produk yang dihasilkan)
DELIVERY SYSTEM Delivery flexible quantity
(kemampuan pengiriman jumlah produk sesuai dengan permintaan )
Satisfy urgent delivery system
(kemampuan dalam memenuhi permintaan dari konsumen yang mendesak/dalam hal waktu)
Use multy modal delivery request
(berhubungan dengan alat transportasi yang digunakan oleh perusahaan untuk melakukan pengiriman permintaan)
Transmit delivery request/information easily and quickly
(berkenaan dengan system yang ada di perusahaan dalam hal yang penerimaan dan pengolahan informasi mengenai permintaan dengan mudah)
Satisfy one request more than one warehouse/ distributor
(berhubungan dengan pemenuhan permintaan yang berasal lebih dari satu distributor)
Produce or revise delivery plans/schedule quickly
(berhubungan dengan perencanaan dan penjadwalan mengenai semua informasi permintaan pengirimandari konsumen)
Variety product in one delivery
(berhubungan dengan pengkombinasian produk berbeda dalam satu macam alat angkut)
Sumber : “ A Conceptual Framework and Case Study For Assesing Supply Chain Fleksibility", Pujawan,I Nyoman (2002), Proceeding 7th Asia Pacific Decissions Sciences Conference, Bangkok
Tingkat fleksibilitas untuk tiap Supply Chain belum tentu sama hal ini
disebabkan pengaruh oleh tingkat ketidak pastian demand yang dialami tiap
supply chain, semakin tinggi tingkat ketidakpastian, maka Supply Chain harus
semakin Fleksibel, seperti ditunjukkan oleh gambar 2.3 berikut :
Low demand Somewhat Somewhat high demand
Uncertainty demand demand uncertainty
certainty uncertainty
1 2 3 4
Semakin Fleksibel
Gambar 2.4 Tingkat fleksibilitas Supply Chain.
Keterangan :
1. Low demand uncertainty
Level dimana suatu Supply Chain perusahaan mengalami permintaan yang
rendah dengan tingkat ketidakpastian yang tinggi.
2. Somewhat demand certainty
Level dimana suatu Supply Chain perusahaan mengalami permintaan yang
sedang dengan tingkat kepastian tinggi.
3. Somewhat demand certainty
Level dimana suatu Supply Chain perusahaan mengalami permintaan yang
sedang dengan tingkat ketidak pastian tinggi.
4. High demand uncertainty
Level dimana suatu Supply Chain perusahaan mengalami permintaan yang
tinggi dengan tingkat ketidak pastian yang tinggi pula.
2.5 Tingkat kebutuhan Fleksibilitas berdasarkan Demand
Perbedaan tingkat fleksibilitas pada Supply Chain berarti terjadi
perbedaan pada parameter-parameter fleksibilitas yang dijadikan acuan, tidak
semua parameter fleksibilitas yang disebutkan atas cocok untuk semua supply
chain itu sendiri, pada suatu supply chain suatu parameter bisa jadi merupakan
suatu faktor yang penting, namun pada model supply chain yang lain faktor
tersebut, dianggap tidak terlalu penting.
Menurut Beamon, B. M (1999) keuntungan dari fleksibilitas Supply
- Mereduksi jumlah backorder yang ada.
- Mereduksi jumlah lost sales.
- Mereduksi jumlah order yang terlambat.
- Menambah kepuasan konsumen.
- Memudahkan untuk merespon dan mengakomodasi variasi demand, misalkan
faktor musiman.
- Memudahkan untuk merespon dan mengakomodasi berkurangnya performasi
mesin (machine breakdown).
- Memudahkan untuk merespon dan mengakomodasi berkurangnya performansi
dari supplier.
- Memudahkan untuk merespon dan mengakomodasi berkurangnya performasi
pengiriman.
- Memudahkan untuk merespondan mengakomodasi produk baru, pasar baru
dan pesaing baru.
2.6 Kuadran Pengukuran Fleksibilitas Supply Chain
Hal yang perlu diperhatikan saat melakukan analisa terhadap fleksibilitas
suatu supply chain adalah melakukan penilaian atau assessment mengenai
seberapa fleksibel suatu supply chain untuk memenuhi kebutuhan pasar
mengingat kebutuhan pasar yang sangat bersifat fluktuatif. Parameter-parameter
fleksibilitas supply chainlah yang digunakan ketika melakukan penilaian ini
dengan sebelumnya menyesuaikan parameter-parameter mana sesuai dengan
menurut Pujawan (2002) yang dikutip oleh Eunike (2002), identifikasi kondisi
fleksibilitas supply chain dapat digambarkan dalam kuadaran fleksibilitas sebagai
berikut :
Gambar 2.5 Kuadran fleksibilitas supply chain.
(Sumber : Pujawan (2002)) A Coceptual Frame work for Assessing supply chain. Flexibility, ' Proceeding 7)
Kondisi I dan III adalah keadaan yang menjukkan keadaan seimbang,
yakni antara kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki dan fleksibilitas sebanding,
kebutuhan yang tinggi akan mampu memenuhi (I) dan walaupun fleksibilitasnya
rendah, hal ini tidak menjadi masalah karena kebutuhan akan fleksibilitasnya juga
rendah.
Kondisi II dan IV menggambarkan keadaan yang bermasalah dan
memerlukan penanganan. Kondisi II dapat terjadi pada saat kebutuhan akan
fleksibilitas rendah namun kemampuan akan fleksibilitasnya tinggi, hal inilah
yang dinamakan Overdesign. Overdesign dapat mengakibatkan terjadinya ketidak
efisien dalam perusahaan dan akan memyebabkan pula banyaknya cost yang akan
Kondisi IV merupakan kebalikan daripada kondisi II, pada kondisi IV ini
yang terjadi ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi tuntutan akan tingkat
fleksibilitas yang tinggi. Ketidakmampuan ini akan mengakibatkan terjadinya
Nervousness. Nervousness ini akan menyebabkan terjadinya Lost Oppurtunity yaitu kondisi dimana terjadi ketidakmampuan memenuhi permintaan yang ada,
dan lama kelamaan kondisi ini dapat mengakibatkan perusahaan tidak akan dapat
bersaing dipasar.
2.7 Perhitungan Scor Gap
Penilaian Fleksibilitas suatu Supply Chain berdasarkan perhitungan yang
merupakan perbedaan antara penilaian terhadap pasangan pernyataan untuk
requirement (kebutuhan) dan kapasitas untuk tiap parameter Fleksibilitas untuk
perhitungan ini perlu adanya suatu skala yang digunakan untuk menunjukkan
kedua kondisi tersebut, skala yang digunakan untuk menunjukkan kedua kondisi
tersebut skala yang digunakan untuk menunjukkan kedua kondisi tersebut yang
digunakan disini adalah skala Likert yaitu skala 1 s.d 5.
Definisi dari setiap skala untuk kebutuhan adalah:
1. Elemen dan fleksibilitas tidak relevan untuk supply chain tersebut dan tidak
perlu dipertimbangkan.
2. Elemen dan fleksibilitas memiliki tergantung kepentingan yang rendah.
3. Elemen dan fleksibilitas memiliki tingkat kepentingan yang sedang.
4. Elemen dan fleksibilitas memiliki tingkat kepentingan yang tinggi.
Definisi dari setiap skala untuk Kemampuan adalah :
1. Supply Chain tidak fleksibel untuk elemen fleksibilitas yang bersangkutan.
2. Supply Chain sangat memiliki fleksibel yang rendah untuk elemen fleksibilitas
yang bersangkutan.
3. Supply Chain memiliki fleksibilitas yang sedang untuk elemen fleksibilitas
yang bersangkutan.
4. Supply Chain memiliki Fleksibilitas yang tinggi untuk elemen fleksibilitas
yang bersangkutan.
5. Supply Chain memiliki Fleksibilitas yang sangat tinggi untuk elemen
fleksibilitas yang bersangkutan.
Perhitungan Gap atau skor fleksibilitas untuk setiap pasangan
pertanyaan dihitung sebagai berikut :
Fleksibilitas = Nilai Kebutuhan – Nilai Kemampuan
Jika hasil pengurangan positif, maka menunjukkan bahwa perlu untuk
dilakukan perbaikan terhadap elemen fleksibilitas yang bersangkutan, sedangkan
bila hasil pengurangannya negatif menunjukkan sebaliknya.
2.8 Uji Validitas
Untuk mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan kuesioner
yang disebar, maka dilakukan uji validitas. Apabila data Valid, dilanjutkan dengan
pengujian reliabilitas. Apabila data tidak valid maka perlu ditinjau ulang pada
penyusunan kuesionernya.
r =
Data bisa dikatakan valid apabila r hitung lebih besar dibandingkan dengan r
tabel.
2.9 Uji Reliabilitas
Untuk menguji ketepatan hasil pengukuran kuesioner dilakukan uji
reliabilitas. Suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan jika tes tersebut
memberikan hasil yang tepat. Cara untuk menghitung reliabilitas adalah dengan
Besarnya reliabilitas yang paling baik adalah 1 dan yang paling jelek
adalah 0. Semakin besar nilai yang diperoleh, maka semakin besar reliable atribut
tersebut, apabila perhitungan tidak relible, maka perlu ditinjau pada penyusunan
kuesionernya.
2.10 Analitic Hierarchy Process (AHP)
Pengertian AHP adalah merupakan model pengambilan keputusan yang
dikembangkan oleh Thomas L Saaty yang merupakan suatu model yang
komperhensif dan memeperhitungkan hal-hal yang bersifat kuantitatif dan
kualitatif sekaligus.
Model AHP menggunakan persepsi manusia yang dianggap sebagai input
utamanya. AHP menggunakan model hierarkis yang terdiri dari satu tujuan (goal),
kriteria (atau beberapa sub criteria) dan alternatif untuk setiap masalah keputusan
dalam menentukan penelitian diantara alternatif digunakan skala tertentu agar
dapat dihasilkan bobot dari masing-masing alternatif keputusan, skala yang
Tabel 2.4 Skala Perbandingan Berkala
Intensitas kepentingan Keterangan Penjelasan
1. Kedua elemen sama
pentingnya
Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan.
3.
Elemen yang satu sedikit lebih penting dari elemen
yang lain
Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong suatu elemen dibandingkan elemen yang lain.
5.
Elemen yang satu lebih penting dari elemen yang
lain
Pengalaman dan penilaian sangat mendukung satu elemen dibandingkan dengan elemen yang lain.
7.
Satu elemen jelas lebih mutlak penting dari elemen
yang lain.
Satu elemen yang kuat didukung dan dominan terlihat dalam praktek.
9.
Satu elemen mutlak lebih penting dari pada elemen
yang lain.
Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain dan memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan.
2,4,6,8
Nilai-nilai antara 2 nilai pertimbangan yang
berdekatan.
Nilai diberikan bila ada 2 kompromi diantara 2 pilihan. Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibandingkan
dengan aktivitas j, mka j mempunyai nilai kebalikannya dibandingkan dengan i.
Kelebihan AHP
AHP mempunyai banyak keunggulan jika dibandingkan dengan proses
pengambilan keputusan yang lainnya antara lain adalah sebagai-berikut :
a. Konsistensi
AHP mempunyai kemampuan untuk melacak konsistensi langsung dari
pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas.
b. Sintesis
AHP mampu menuntun kepada suatu taksiran yang bersifat menyeluruh
tentang kebaikan setiap alternatif.
c. Pengukuran
AHP mempunyai kemampuan untuk memberikan suatu skala yang digunakan
untuk mengukur hal yang tidak berwujud dan suatu metode untuk menetapkan
prioritas.
d. Kompleksitas
AHP mempunyai kemampuan untuk memadukan rancangan deduktif dan
rancangan berdasarkan system untuk memecahkan suatu permasalahan yang
kompleks.
e. Kesatuan
AHP mampu memberikan suatu model tunggal yang mudah untuk dimengerti,
luwes untuk digunakan pada aneka ragam persoalan yang tidak terstruktur.
f. Saling ketergantungan
AHP mampu menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam suatu
Salah satu keistimewaan dan keuntungan utama dari AHP yang berbeda
dengan model pengambilan keputusan yang lainnya adalah tidak adanya syarat
konsistensi mutlak, hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa keputusan yang
dibuat oleh manusia sebagian didasari atas logika dan sebagian yang didasari atas
unsur bukan logika seperti perasaan, pengalaman dan intuisi.
Langkah-langkah AHP :
Model AHP memiliki pendekatan yang hampir identik dengan model
perilaku politis yaitu merupakan model keputusan (individual) dengan
menggunakan pendekatan kolektif dari proses pengambilan keputusan, pada
dasarnya langkah-langkah dalam melakukan metode AHP adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
2. Membuat struktur hierarchy yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan
dengan subtujuan-subtujuan, criteria, dan kemungkinan alternatif-alternatif
pada tingkatan criteria yang paling bawah.
3. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi
relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau
criteria yang setingkat diatasnya, perbandingan dilakukan berdasarkan
“judgement” dari pengambil keputusan dengan menilai target kepentingan
suatu elemen dibandingkan dengan elemen yang lainnya.
4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh judgement
seluruhnya sebanyak n x [ ( n-1 ) / 2 ] buah , dengan n adalah banyaknya
5. Menghitung nilai Eigen (Eigen Value) dan menguji konsistensinya,jika tidak
konsisten maka pengambilan data diulangi.
6. Mengulang langkah 3,4,5 untuk seluruh tingkat hierarki .
7. Menghitung Vektor Eigen dari setiap matrik perbandingan berpasangan, riil
vector eigen merupakan bobot setiap elemen, langkah ini dilakukan untuk
mensintesis judgement dalam penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat
hierarki terendah seperti pencapaian tujuan.
8. Memeriksakan konsistensi hierarki jika nilainya lebih besar dari 10% maka
penilaian data Judgement harus diperbaiki.
Untuk mengukur bobot prioritas setiap element dalam matrik
perbandingan maka digunakan operasi matematis berdasarkan operasi matrik dan
vector yang disebut eigenvektor. Eigenvektor adalah sebuah vector yang apabila
dikalikan dengan sebuah bilangan scalar / parameter yang tidak lain adalah eigen
value, persamaannya adalah sebagai berikut :
A ww
Dimana : w = Eigenvektor
= Eigenvalue
A = Matrik bujur sangkar
Pengukuran konsistensi dalam model AHP dilakukan dalam 2 tahap,
yaitu mengukur konsistensi setiap matriks perbandingan dan mengukur
konsistensi keseluruhan hierarki suatu matrik, misalnya dengan 3 unsur ( i, j, k )
dan setiap perbandingannya dinyatakan dengan a, akan konsistensi 100% jika
Pengukuran konsistensi dari suatu matrik itu sendiri didasarkan atas suatu
eigen value maksimum dengan eigen value maksimum, inkonsistensi yang biasa
dihasilkan matriks perbandingan dapat diminimumkan. Rumus dari hierarki
konsistensi :
CI = ( maks – n ) / ( n – 1)
Dimana : = Eigen Value
n = ukuran matrik
CI = Indek konsistensi
Indek konsistensi tersebut dapat diubah kedalam bentuk rasio konsistensi
dengan membaginya dengan suatu Indeks random, indeks random menyatakan
rata-rata konsistensi dari matriks perbandingan berukuran 1-10. yang
menunjukkan bahwa semakin besar ukuran matriksnya, makin tinggi tingkat
konsistensi yang dihasilkan.
Berdasarkan perhitungan saaty dengan menggunakan 500 sampel, jika
judgement numeric diambil secara acak diri skala 1/9, 1/8, …,1, 2,…,9 akan
diperoleh rata-rata konsistensi untuk matriks dengan ukuran yang berbeda, adapun
Tabel 2.5 Nilai Random Indeks
Sumber : Pengambilan Keputusan (bagi para pemimpin), Saaty, Thomas L, 1993. PT Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta
Perbandingan indeks konsistensi dibandingkan dengan indeks random
dapat dituliskan sebagai berikut :
CR = CI / IR
Dimana : CR = rasio konsistensi
CI = indeks konsistensi
IR = indeks random
Untuk model Analitycal Hierarchy Process, matrik dapat diterima jika
rasio konsistensi ( consistency ratio ) ≤ 0,1.
2.11 Supply Chain Operations Reference (SCOR) Model
Ada metode pengukuran performansi Supply Chain yang lain, yaitu salah
satunya adalah model Supply Chain Operations Reference (SCOR) dikembangkan
Chain Council (SCC) diorganisasikan tahun 1996 oleh Pittiglio Rabin Todd &
McGrath (PRTM) dan AMR Research. Process Reference Model merupakan
konsep untuk mendapatkan suatu kerangka (framework) pengukuran yang
terintegrasi dan untuk mendeskripsikan aktivitas bisnis yang diasosiasikan dengan
fase yang terlibat untuk memenuhi permintaan customer. (Supply Chain Council,
2004)
Kelebihan daripada Supply Chain Operations Reference (SCOR) model
dibandingkan dengan pendekatan akan Supply Chain adalah :
1. Balanced Scorecard dipusatkan dengan pengukuran level atas eksekutif,
sedangkan SCOR Model secara langsung menunjuk pada pengukuran
seimbang Supply chain Management .
2. The Logistic Scoreboard ini hanya terbatas atau difokuskan pada aktivitas
pengadaan dan produksi dalam Supply Chain.
3. Activity Based Costing, lebih mendekatkan pada tenaga kerja, material, dan
pemakaian peralatan.
4. Economic Value-Added, pengukurannya berdasarkan atas pengoperasian laba
dari modal usaha sampai dengan modal dari penjualan saham dan hutang.
Adapun bentuk dari Supply Chain yang digambarkan oleh SCOR model
Gambar 2.6 Supply Chain Model
Sumber : Supply Chain Council, Supply Chain Reference Model, Overview Version 6.1, [ http://www.supply-chain, org ], 2004)
Ada 5 ruang lingkup dari proses SCOR, yaitu :
1. PLAN, yaitu proses-proses yang berkaitan dengan keseimbangan antara
permintaan aktual dengan apa yang telah direncanakan atau proses
perencanaan untuk menyeimbangkan permintaan dan persediaan untuk
mengembangkan tindakan yang memenuhi penggunaan source, produksi dan
pengiriman terbaik.
2. SOURCE, yaitu proses-proses yang berkaitan dengan pembelian material /
bahan baku untuk memenuhi permintaan yang ada dan hubungan perusahaan
dengan supplier.
3. MAKE, yaitu proses-proses yang berkaitan dengan proses transformasi bahan
baku menjadi produk setengah jadi maupun produk jadi untuk memenuhi
permintaan yang ada.
4. DELIVER, yaitu proses-proses yang berkaitan dengan persediaan barang jadi,
termasuk di dalamnya mengenai manajemen transportasi, warehouse, yang
5. RETURN, yaitu proses-proses yang berkaitan dengan proses pengembalian
produk karena alasan tertentu, misalnya karena produk tidak sesuai dengan
permintaan konsumen dan lain sebagainya.
Tabel 2.6 Metrik Model SCOR
Performance Attribute Reliability Responsiveness Flexibility Cost Assets
Delivery performance
Fill rate
Perfect order fulfillment
Order fulfillment leadtime
Supply-chain response time
Production flexibility
Supply-chain management cost
Cost of goods sold
Value-added productivity
Warranty cost or returns processing cost
Cash-to-cash cycle time
Inventory days of supply
Assets turns
Sumber : Supply Chain Council, Perancangan Sistem Matrik Pengukuran Performansi Rantai pasokan di bidang Ritel, http, www.docstol.com
Model SCOR (Supply Chain Operations Reference) diorganisasikan
dalam 5 (lima) proses Supply Chain utama yaitu : Plan, Source, Make, Deliver,
dan Return dimana ini pada level pertama. Kemudian SCOR dibagi lagi menjadi
level-level untuk pengukuran performansinya. Didalam level 2 SCOR,
dimunculkan setiap aspek yang akan diukur. Misalnya saja mengenai reliability,
responsiveness, flexibility, costs, dan assets. Dari masing-masing aspek itu, di
dalamnya terdapat metriks-metriks pengukuran yang akan diukur sehingga dapat
kita nilai. Level dua dari SCOR, digambarkan mengenai mapping supply chain
perusahaan yang akan diukur performansinya. Sedangkan untuk level tiganya,
setiap komponen yang ada di mapping level dua, di breakdown sehingga
mendapatkan sesuatu yang detail dari komponen-komponen tersebut. Pada level
komponen yang akan diukur. (Supply Chain Council,2004) Adapun
contoh-contoh metriks yang ada di dalam metode SCOR, adalah sebagai berikut :
A. Aspek reliability
1. Inventory inaccuracy, yaitu besarnya penyimpangan antara jumlah fisik
persediaan yang ada di gudang dengan catatan / dokumentasi yag ada.
2. Defect rate, yaitu tingkat pegembalian material cacat yang dikembalikan ke
supplier.
3. Stockout Probability, probabilitas atau kemungkinan terjadinya kehabisan
persediaan.
B. Aspek Responsiveness
1. Planning cycle time, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menyusun jadwal
produksi.
2. Source item responsiveness, yaitu waktu yang dibutuhkan supplier untuk
memenuhi kebutuhan perusahaan apabila terjadi peningkatan jumlah jenis
material tertentu dari permintaan awal suatu order.
C. Aspek Flexibility
1. Minimum order quantity, yaitu jumlah unit minimum yang bisa dipenuhi
supplier dalam setiap kali order.
2. Make volume flexibility, yaitu prosentase penongkatan yang dapat dipenuhi
oleh produksi dalam kurun waktu tertentu.
D. Aspek Cost
1. Defect cost, yaitu biaya-biaya yang digunakan untuk penggantian produk
2. Machine maintenance, yaitu biaya-biaya yang digunakan untuk perawatan
mesin produksi.
E. Aspek Assets
1. Payment term, yaitu rata-rata selisih waktu antara permintaan material
dengan waktu pembayaran ke supplier.
2. Cash to cash cycle time, yaitu waktu dari perusahaan mengeluarkan uang
untuk pembelian material sampai dengan perusahaan menerima uang
pembayaran dari konsumen.
2.12 Program Expert Choice
Untuk memudahkan pengolahan data pada proses analytic hierarcy
process maka digunakan software expert choice.
Expert Choice merupakan suatu software yang dipakai untuk melakukan
pembobotan berdasarkan metode analytic hierarchy process, dalam penelitian
tugas akhir ini pembobotan dilakukan dengan menggunakan expert choice agar
proses pembobotan yang dilakukan lebih cepat.
Keuntungan dengan menggunakan software ini adalah :
1. Proses pembobotan dapat dilakukan dengan cepat dari pada dengan proses
manual.
2. Nilai dari responden yang tidak konsisten bisa dicari sehingga hanya perlu
meminta pertimbangan lagi kepada responden untuk nilai-nilai yang tidak
2.13 Skala Servqual
Konsep Servqual disini digunakan untuk melakukan penelitian terhadap
tingkat fleksibilitas Supply Chain dari perusahaan yang diteliti, kemampuan dari
Supply Chain perusahaan untuk fleksibilitas diidentikkan dengan persepsi,
sedangkan kebutuhan dari Supply Chain perusahaan untuk Fleksibel
diidentikkan dengan harapan skala yang digunakan adalah Skala Likert yaitu 1-5.
nilai Gap didapatkan dengan mengurangi nilai kebutuhan dengan nilai
kemampuan. Gap yang didapatkan akan dikalikan dengan bobot yang berasal
dari pengolahan dengan software Expert Choice untuk menentukan prioritas
perbaikan Gap terbobot suatu criteria, semakin besar nilai Gap terbobot suatu
kriteria, berarti semakin perlu dilakukan perbaikan terhadap kriteria tersebut.
2.14 Dasar Penulisan Kuisioner 2.14.1 Kuisioner
Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang telah tersusun dengan baik,
sudah matang, di mana responden (dalam hal angket) dan interviewer (dalam hal
wawancara) tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda
tertentu. (Notoatmodjo,2005)
Kuesioner atau angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada
orang lain dengan maksud agar orang yang diberi tersebut bersedia memberikan