• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA PERFORMANSI PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) DI PT SURYASUKSES MEKAR MAKMUR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISA PERFORMANSI PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) DI PT SURYASUKSES MEKAR MAKMUR."

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

DI PT SURYASUKSES MEKAR MAKMUR

O Olleehh:: A

ANNDDRREEAASSSSYYAAHHRRIIAALLMMUULLYYAANNAA 0

0773322001100006677

J

J

U

U

R

R

U

U

S

S

A

A

N

N

T

T

E

E

K

K

N

N

I

I

K

K

I

I

N

N

D

D

U

U

S

S

T

T

R

R

I

I

F

F

A

A

K

K

U

U

L

L

T

T

A

A

S

S

T

T

E

E

K

K

N

N

O

O

L

L

O

O

G

G

I

I

I

I

N

N

D

D

U

U

S

S

T

T

R

R

I

I

U

U

N

N

I

I

V

V

E

E

R

R

S

S

I

I

T

T

A

A

S

S

P

P

E

E

M

M

B

B

A

A

N

N

G

G

U

U

N

N

A

A

N

N

N

N

A

A

S

S

I

I

O

O

N

N

A

A

L

L

V

V

E

E

T

T

E

E

R

R

A

A

N

N

J

J

A

A

W

W

A

A

T

T

I

I

M

M

U

U

R

R

(2)

METODE SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR)

DI PT SURYASUKSES MEKAR MAKMUR

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam memperoleh gelar Sarjana Teknik

J ur usan Teknik Industri

Oleh :

ANDREAS SYAHRIAL MULYANA NPM : 0732010067

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN “ J AWA TIMUR SURABAYA

(3)

ANALISA PERFORMANSI PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR)

DI PT SURYASUKSES MEKAR MAKMUR

Oleh :

ANDREAS SYAHRIAL MULYANA NPM : 0732010067

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industr i

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada Tanggal, 09 Desember 2011

Tim Penguji 1.

Ir. Budi Santoso, MMT. NIP. 19601213 199103 2 001 2.

Ir. Nisa Masrur oh, MT. NIP. 19630125 198803 2 001 3.

Ir. Er lina P, MT. NIP. 19580828 198903 2 001

Dosen Pembimbing 1.

Ir. Budi Santoso, MMT. NIP. 19601213 199103 2 001 2.

Ir. Nisa Masrur oh, MT. NIP. 19630125 198803 2 001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Teknologi Industri

Univer sitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ J awa Timur

(4)

SKRIPSI

ANALISA PERFORMANSI PERUSAHAAN MENGGUNAKAN

METODE SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR)

DI PT SURYASUKSES MEKAR MAKMUR

Oleh :

ANDREAS SYAHRIAL MULYANA

NPM : 0732010067

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Negar a Lisan Gelombang III Tahun Ajar an 2011 / 2012

Dosen Pembimbing I

Ir. Budi Santoso, MMT. NIP. 19601213 199103 2 001

Dosen Pembimbing II

Ir. Nisa Masrur oh, MT. NIP. 19630125 198803 2 001

Mengetahui,

Ketua J ur usan Teknik Industri UPN “Veteran” J awa Timur

(5)

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

PANITIA UJ IAN SKRIPSI / KOMPREHENSIP

KETERANGAN REVISI

Mahasiswa dengan Nama dan NPM nya tercantum dibawah ini : Nama : Andreas Syahrial Mulyana NPM : 0732010067

Jurusan : Teknik Kimia / Teknik Industri / Teknologi Pangan / Teknik Informatika.

Telah mengerjakan revisi / tidak ada revisi *) PRA RENCANA (DESIGN) / SKRIPSI TUGAS AKHIR Ujian Lisan Gelombang III . TA. 2011 / 2012.

Dengan Judul :

PERANCANGAN INOVASI SAPU LANTAI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI .

Surabaya, 09 Desember 2011

Dosen Penguji yang memerintahkan revisi : 1. Ir. Sumiati, MT. ( )

2. Ir. Nisa Masrur oh, MT. ( )

3. Ir. J oumil Aidil SZS, MT. ( )

Mengetahui, Dosen Pembimbing

(6)

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat, anugerah dan pimpinan – Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini.

Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi persyaratan kelulusan Program Sarjana Strata-1 (S-1) di Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dengan judul :

“ANALISA PERFORMANSI PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) DI PT SURYASUKSES MEKAR MAKMUR “.

Penyelesaian penyusunan Tugas Akhir ini tentunya tidak terlepas dari peran serta berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu tidak berlebihan bila pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. Sutiyono, MT, selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Ir. M.T. Safirin, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Pailan, M.Pd, selaku Sekretaris Jurusan Teknik Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Ir. Budi Santoso, MMT, selaku Dosen Pembimbing Utama Skripsi.

(7)

7. Especially for Papi Christ, My Mom thank you for praying, supporting, and guiding me in every step.

8. To all crew of “UK3”, especially Viga, Debrina, Lobo, pengurus 2010 terima kasih buat waktu yang diberikan, semangat – semangat, dan doa kalian. I LovE u guys. J

9. Semua pihak yang telah membantu secara moril dan materiil selama pelaksanaan penelitian dan penyelesaian penulisan Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan Tugas Akhir ini terdapat kekurangan, maka dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun.

Akhir kata semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca. Terima Kasih.

Surabaya, November 2011

(8)

PT. Suryasukses mekar makmur adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang nonwoven, khususnya PP ( Polypropelene ) spunbond ), PT Suryasukses Mekar Makmur sudah memiliki kerangka pengukuran kinerja tetapi pengukuran kinerja supply chain belum ada koordinasi sehingga konsep supply chain dalam perusahaan tidak stabil. Hal ini menjadikan tidak seimbangnya antara permintaan dan pasokan produk yang ada di perusahaan.

Supply Chain Management merupakan solusi yang lebih cocok dan sesuai

dengan kondisi dan tujuan perusahaan. Untuk mengetahui kinerja perusahaan dengan supply chain diperlukan suatu pengukuran melalui pendekatan yaitu model Supply Chain Operations Reference (SCOR). Model ini di organisasikan 5 proses yaitu plan, source, make, deliver, return dapat berjalan dengan baik.

Dari hasil pengukuran performasi supply chain PT. Suryasukses Mekar Makmur dapat diketahui bahwa nilai performansi yang paling tinggi terdapat pada periode pada bulan Mei 2011 sebesar 105,78 (sangat baik). dan nilai performasi

supply chain yang paling rendah terdapat pada periode Maret 2011 sebesar

75,04(baik).

Dari hasil penelitian dapat juga diketahui nilai dari masing-masing KPI adalah sebagai berikut :

Percentage of Adjusted Production Quantity (91,67); Planning Employee Reliability (91,67); Internal Relationship (83,33); Source Employee Reliability

(87,5); Supplier Delivery Lead Time (93,34); Material Order Cost (27,38);

Payment Term (95,55); Breakdown Time Percentage (78,35); Manufacturing Employee Reliability (83,33); Delivery Lead Time (93,88); Minimum Delivery Quantity (55,47); Number of Customer Complaint (86,67).Dari nilai-nilai tersebut

dapat diketahui bahwa ada satu KPI yang mempunyai nilai skor rendah yang memerlukan prioritas untuk dilakukan pembenahan yaitu yang mempunyai nilai dibawah 50 point Material Order Cost (27,38).

(9)

PT. Suryasukses Mekar Makmur prosperous bloom is a company engaged in the field of nonwoven particularly PP (Polypropelene) spundbond PT Suryasukes Mekar Makmur already have a framework of performance measurement but the measurement of supply chain in a performance has been no coordination so that the concept of supply chain in a companyunstable. This maks the imblance between demand and supply of existing products in the company.

Supply Chain Management is a solution that is more suitable and in accordance with the conditions and objectives. To determine the performance of meansurement through the Supply Chain Operation Reference model (SCOR). This model is in organizing five processes, namely plan, source, make, deliver, return can be run well.

From the measurement results performansi PT Suryasukses Mekar Makmur bloomscan be seen that the highest performance value contained in the period in may 2011 at 105.78 (very good). Performance supply chain and value of the lowest found in the period march 2011 at 75.04 (good).

From the reserch resulth can also note the value of each KPI are as follws : Adjusted percentage of Adjusted Production Quantity (91,67); Planning Employee Reliability (91,67); Internal Relationship (83,33); Source Employee Reliability (87,5); Supplier Delivery Lead Time (93,34); Material Order Cost (27,38); Payment Term (95,55); Breakdown Time Percentage (78,35); Manufacturing Employee Reliability (83,33); Delivery Lead Time (93,88); Minimum Delivery Quantity (55,47); Number of Customer Complaint (86,67).

(10)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

ABSTRAKSI ... x

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 2

1.3. Batasan Masalah ... 3

1.4. Asumsi ... 3

1.5. Tujuan Penelitian... 3

1.6. Manfaat Penelitian... 4

1.7. Sistematika Penulisan ... 4

BAB II. TINJ AUAN PUSTAKA 2.1 Pengukuran Kinerja Perusahaan ... 6

2.2 Konsep Supply Chain Management ... 7

2.3 Prinsip Pengukuran Performansi Supply Chain ... 10

2.4 Supply Chain Operation Reference (SCOR) ... 13

2.5 Analytical Hierarchy Process (AHP) ... 19

(11)

3.2 Tahap Identifikasi Variabel ... 31

3.3 Populasi dan teknik pengabilan sampel... 32

3.4 Metode pengumpulan data... 36

Data Primer ... 36

Data Sekunder ... 37

3.5 Metode Pengolahan data... 37

1. Uji Validitas ... 37

2. Uji Reliabilitas... 38

3. Uji Konsistensi ... 39

4. Standarisasi Supply Chain Operation System ... 39

5. Analogi perhitungan KPI ... 39

6. Perhitungan nilai akhir kinerja suply chain ... 41

3.6 Langkah – langkah pemecahan masalah ... 42

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hierarki Awal Pengukuran Performansi ... 50

4.2 Identifikasi Key Performance Indikator (KPI)... 52

4.3 Pengumpulan Data ... 53

1. Plan ... 53

2. Source... 54

3. Make ... 55

4. Deliver ... 56

(12)

1. Pembuatan Kuisioner Indikator Kualitatif Performansi

Suppl Chain... 58

2. Penyebaran dan pengumpulan Kuisioner Indikator Kualitatif ... 58

3. Pembuatan Kuioner Key Indicator Performance... 58

4. Penyebaran dan Pengumpulan Kuisioner Key Indicator Performance ... 59

4.5 Uji Validitas... 59

4.6 Uji Reliabilitas ... 60

4.7 Pembobotan Key Indicator Performance dengan Analytical Hierarchy Process... 61

4.8 Nilai Aktual Performansi Supply Chain... 62

4.9 Standarisasi Supply Chain Operation System... 67

4.10 Nilai Akhir Performansi Supply Chain ... 70

4.11 Agregasi Nilai Performansi dan Mengidentifikasi Indikator – Indikator Yang Perlu Diperbaiki... 74

4.12 Hasil dan Pembahasan... 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 82

5.2 Saran ... 83 DAFTAR PUSTAKA

(13)
(14)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pelaku industri mulai sadar bahwa untuk menyediakan produk yang murah (terjangkau), berkualitas dan cepat, perbaikan di internal sebuah perusahaan manufaktur tidaklah cukup, pabrik yang mengubah komponen dan bahaan baku menjadi produk jadi, perusahaan transportasi yang mengirimkan bahan baku dari pemasok ke pabrik, serta jaringan distribusi yang menyampaikan produk ke tangan customer

PT. Suryasukses Mekar Makmur adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang nonwoven, khususnya produksi PP ( Polypropelene ) bijih plastic untuk bahan dasar produk yang disebut spunbond. PT. Suryasukses Mekar Makmur baru berdiri pada bulan Agustus tahun 2010, saat ini kebutuhan akan produk PP spunbond berkembang sangat pesat untuk aplikasi promotional bag, lapisan furnitur, kebutuhan medis yang sekali pakai (masker, popok bayi dll).

(15)

dalam perusahaan tidak stabil. Hal ini menjadikan tidak seimbangnya antara permintaan dan pasokan produk yang ada di perusahaan.

Supply Chain Management merupakan solusi yang lebih cocok dan sesuai

dengan kondisi dan tujuan perusahaan. Untuk mengetahui kinerja perusahaan dengan supply chain diperlukan suatu pengukuran melalui pendekatan yaitu model Supply Chain Operations Reference (SCOR). Dengan harapan PT Suryasukses Mekar Makmur lebih dapat menyeimbangkan supply chain

Management yang ada, agar plan, source, make, deliver, return dapat berjalan

dengan baik, metode SCOR dapat menjadi rekomendasi yang telah dipakai oleh saudari Dina Suroyya dengan NPM 0732010139 karena sudah diterapkan pada PT Bayer Indonesia dan hasilnya maksimal karena dapat diaplikasikan pada PT Bayer Indonesia, maka metode SCOR dapat juga diterapakan pada PT Suryasukses Mekar Makmur untuk mendukung kemajuan sistem yang baik, efisien dan hasil produksi yang maksimal.

Dengan permasalahan tersebut, maka penulis melakukan penelitian dengan mengharapkan suatu kerangka kerja pengukuran kinerja supply chain dengan menggunakan indikator pengukuran kinerja yang lebih sesuai dengan kondisi dan tujuan strategis perusahaan agar bisa mengetahui kemampuan perusahaan saat ini.

1.2. Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah diatas maka permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah ”Berapakah nilai performansi kinerja

(16)

Batasan masalah yang digunakan dalam penulisan ini adalah : 1. Produk yang diambil untuk penelitian adalah spunbond.

2. Pengambilan data perusahaan yang diambil pada bulan Januari 2011 – Juni 2011.

3. Penyebaran kuisoner dilakukan pada kepala dan staf bagian Logistik, Produksi, Planner, Engineering, dan General Manager yang ada diperusahaan PT Suryasukses Mekar Makmur.

1.4. Asumsi

Berdasarkan pada batasan masalah, maka asumsi yang digunakan adalah : 1. Indikator-indikator kinerja yang disusun dapat mewakili kinerja supply chain

yang ada di perusahaan.

2. Masing – masing indikator kinerja yang akan diukur memiliki hubungan yang saling mempengaruhi satu sama lain.

3. Kebijakan perusahaan selama penelitian ini tidak mengalami perubahan.

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi indikator - indikator kinerja supply chaín di PT Suryasukses Mekar Makmur yang diperlukan untuk dilakukan perbaikan.

(17)

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Perusahaan :

a. Perusahaan dapat melakukan perbaikan berkelanjutan berdasarkan hasil kontrol kinerja supply chain yang dilakukan.

b. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan bagi perusahaan dalam mengembangkan suatu kerangka pengukuran kinerja Supply Chain yang sesuai dengan kondisi dan tujuan strategis perusahaan.

2. Bagi perpustakaan UPN “Veteran” Jawa Timur :

a. Menambah koleksi buku referensi yang berhubungan dengan Supply

Chain.

b. Menjadi acuan bagi mahasiswa lain untuk menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan Supply Chain.

3. Bagi Mahasiswa :

1. Agar dapat membandingkan teori yang didapat dikampus dengan keadaan sebenarnya dilapangan.

2. Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa dalam suatu lapangan kerja yang dihadapi.

1.7. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan Skripsi ini dapat dijelaskan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN

(18)

skripsi ini secara keseluruhan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan tentang teori, pendapat pakar, tulisan ilmiah, dan sejenisnya yang dibutuhkan untuk mendukung dan memberikan landasan/kerangka konsep berpikir yang kuat dan relevan dalam penelitian ini yaitu mengenai konsep model – model pendekatan pengukuran dan pengendalian kinerja supply chain dan hasil penelitian sebelumnya yang dijadikan acuan dan landasan skripsi ini.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan langkah – langkah penelitian secara keseluruhan sampai perancangan mekanisme kontrol kinerja supply chain yang diusulkan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menjelaskan indikator kinerja yang dijadikan mekanisme kontrolnya berikut pula definisi, ukuran kinerja dan periodisasi pengukuran masing–masing indikator kinerja dan pada akhirnya dilakukan perancangan pengukuran kinerja untuk masing-masing indikator.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini berisikan kesimpulan dari penulisan ini dan saran sesuai dengan penelitian yang dilakukan.

(19)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Pengukur an Kinerja Perusahaan.

Pengukuran kinerja Perusahaan memiliki peranan penting dalam mengetahui kondisi perusahaan, apakah mengalami penurunan atau peningkatan serta perbaikan apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kinerja pada suatu perusahaan.

Pengukuran kinerja merupakan suatu proses untuk mengukur efektivitas dan efisiensi dari suatu aktivitas dalam suatu organisasi. Adapun definisi dari pengukuran kinerja itu sendiri menurut para ahli, antara lain sebagai berikut : a. Menurut Mulyadi (1993),

Pengukuran kinerja merupakan penentuan secara periodik efektivitas operasional dari suatu organisasi sebagai bagian organisasi dan karyawannya, berdasarkan : sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. b. Menurut Stoner et al ( 1996 ),

Pengukuran kinerja merupakan suatu ukuran seberapa efisien dan efektif individu atau organisasi dalam tujuan yang memadai

(20)

Tujuan pengukuran kinerja menurut Mulyadi (1993) adalah sebagai berikut: 1. Untuk menentukan kontribusi suatu bagian dalam perusahaan terhadap

organisasi secara keseluruhan.

2. Untuk memberikan dasar bagi penilaian suatu prestasi dalam berorganisasi. 3. Untuk memberikan motivasi bagi manajer bagian dalam (internal) menjalankan

bagiannya seirama dengan tujuan pokok perusahaan secara keseluruhan.

Manfaat pengukuran kinerja menurut Lynch dan Cross (1993) adalah sebagai berikut:

1. Menelusuri manfaat kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan membawa perusahaan menjadi lebih dekat pada pelanggannya dan membuat seluruh orang dalam organisasi terlibat dalam upaya memberi kepuasan kepada pelanggan.

2. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan kepada pelanggan sebagai bagian dari mata – rantai pelanggan dan pemasok internal.

3. Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih kongkret sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi.

2.2 Konsep Supply Chain Management

(21)

setengah jadi atau barang jadi, proses penyimpanan (inventory) sampai proses

delivery barang jadi tersebut ke retailer dan customer.

Dari uraian diatas bisa di simpulkan bahwa supply chain management melibatkan banyak pihak didalamnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam usaha untuk memenuhi permintaan konsumen. Di sini supply

chain tidak hanya melibatkan manufaktur dan supplier, tetapi juga melibatkan

banyak hal antara lain transportasi, gudang dan juga konsumen itu sendiri.

Adapun definisi dari supply chain management itu sendiri menurut para ahli, antara lain sebagai berikut :

1. Ross (1998), berpendapat supply chain management merupakan filosofi manajemen yang secara terus-menerus mencari sumber-sumber fungsi bisnis yang kompeten untuk digabungkan baik dalam perusahaan maupun luar perusahaan seperti mitra bisnis yang berada dalam satu supply chain untuk memasuki sistem supply yang berkompetitif tinggi dan memperhatikan kebutuhan pelanggan, yang berfokus pada pengembangan solusi inovatif dan sinkronisasi aliran produk, jasa dan informasi untuk menciptakan sumber nilai pelanggan (customer value) yang bersifat unik.

2. Martin (1998), berpendapat bahwa supply chain management adalah jaringan organisasi yang melibatkan hubungan upstream dan downstream dalam proses dan aktivitas yang berbeda yang memberi nilai dalam bentuk produk dan jasa pada pelanggan.

(22)

(produksi) yang mengubah raw material menjadi barang jadi, proses penyimpanan (inventory) sampai proses delivery barang jadi tersebut ke retailer dan customer. Semua kesatuan tersebut diupayakan dalam rangka untuk meningkatkan customer satisfaction.

Adapun tujuan dari ataupun proses supply chain ini adalah :

1. Mengembangkan team yang berfokus pada pelanggan sehingga dapat memberikan persetujuan produk dan jasa menguntungkan kedua belah pihak pada pelanggan secara strategik.

2. Membuat kontak hubungan yang secara efisien menangani pertanyaan-pertanyaan dari semua pelanggan.

3. Secara terus-menerus mengumpulkan, menyusun dan meng-update permintaan pelanggan untuk menyesuaikan demand dengan supply.

4. Mengetahui tingkat performansi perusahaan yang dilihat dari konsep supply

chain management

5. Mengatur hubungan supplier sehingga quick response dan perbaikan berkesinambungan dapat berjalan lancar.

6. Meminimasi waktu siklus ketersediaan (return to available).

Pr oses dalam Supply chain mempunyai 5 proses utama yaitu :

1. Plan, yaitu proses yang menyeimbangkan permintaan dan persediaan untuk

mengembangkan tindakan yang memenuhi penggunaan source, produksi dan pengiriman (delivery) yang baik.

2. Source, yaitu proses pengadaan barang maupun jasa untuk memenuhi

(23)

3. Make, yaitu proses untuk mentransformasi bahan baku / komponen menjadi

produk yang diinginkan pelanggan.

4. Deliver, yaitu proses mengirimkan produk jadi dan jasa untuk memenuhi

permintaan terhadap barang maupun jasa.

5. Return, yaitu proses yang dikaitkan dengan pengembalian atau menerima

kembali produk dengan berbagai alasan.

Gambar 2.1 Proses dalam supply chain (Supply Chain Council, 2006)

2.3 Pr insip Pengukuran Per for mansi Supply Chain

Pengukuran kinerja adalah suatu proses untuk mengukur efektivitas dan efisiensi dari suatu aktivitas. Dalam sistem manajemen bisnis modern, pengukuran kinerja bukan hanya sekedar sistem pengukuran dan perhitungan saja, melainkan juga dapat memberikan kontribusi pada peningkatan kinerja.

(Sumber I Nyoman Pujawan 2005)

Ada sejumlah tipe pengukuran kinerja yang berbeda yang digunakan untuk mengkarakteristik sistem, khususnya sistem produksi, distribusi, dan inventori. Banyaknya sistem pengukuran tersebut, maka untuk melakukan pemilihan sistem pengukuran manakah yang paling sesuai dengan pengukuran performansi supply

(24)

Ide dari pengukuran kinerja ini diawali dari pengukuran operasi manufakturing yang dilakukan oleh Frederick W. Taylor (father of scientific methods) pada awal abad ke 20. Beliau melakukan penelitian mengenai studi gerak dan waktu. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang ada serta membuat kriteria yang obyektif untuk mengukur dan menetapkan kinerja yang obyektif untuk mengukur dan menempatkan kinerja dan efisiensi pekerja tersebut.

(Sumber I Nyoman Pujawan 2005)

Lama-kelamaan pandangan pengukuran kinerja semakin berkembang. Penelitian mengenai pengukuran kinerja tidak lagi difokuskan pada penelitian kinerja individual melainkan mengarah pada pengukuran kinerja bisnis perusahaan. Pada awal tahun 1920 mulailah muncul dan berkembang sistem pengukuran secara tradisional yang masih berfokus pada aspek finansial. Sistem pengukuran tradisional ini dinilai oleh para praktisi dan akademisi memiliki banyak kekurangan karena berfokus pada satu indikator saja yaitu finansial. Pengukuran kinerja sebaiknya memiliki orientasi jangka panjang dibandingkan dengan jangka pendek. Ukuran finansial menunjukkan dampak kebijakan dan prosedur perusahaan pada posisi keuangan perusahaan jangka pendek, hal ini merupakan salah satu kekurangan sistem kinerja secara tradisional.

(Sumber I Nyoman Pujawan 2005)

Dalam pengukurannya, ada beberapa pertimbangan yang harus dilihat antara lain :

(25)

2. Ukuran tidak selalu dihubungkan dengan pentingnya masalah keuangan, namun seperti pelayanan pelanggan/loyalty dan mutu produk.

3. Ukuran tidak secara langsung ada keterkaitan dengan efisiensi dan efektivitas operasional.

Pengukuran performansi terhadap Supply Chain haruslah mengandung indikator-indikator. Indikator-indikator tersebut sebaiknya harus berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti berikut :

1. Aspek-aspek apa saja yang harus diukur ? 2. Bagaimana mengukur aspek-aspek tersebut ?

3. Bagaimana menggunakan hasil pengukuran itu untuk menganalisa, memperbaiki dan mengontrol kualitas rantai produktivitas ?

Di dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, bukanlah merupakan tugas yang mudah. Banyak indikator-indikator yang harus disiapkan dan perlu penggunaan ukuran-ukuran yang disesuaikan dengan kondisi perusahaan.

Ada beberapa sifat yang harus dipenuhi oleh indikator, yaitu : 1. Universality (bersifat umum dan mudah diukur).

2. Measurability (menjamin bahwa data-data yang diperlukan memang dapat diukur).

3. Consistency (menjamin kekonsistenan pengukuran). (Lapide, 2000)

(26)

2.4 Supply Chain Operations Reference (SCOR)

Model Supply Chain Operations Reference (SCOR) dikembangkan oleh suatu lembaga professional, yaitu Supply Chain Council (SCC). Supply Chain

Council (SCC) diorganisasikan tahun 1996 oleh Pittiglio Rabin Todd & McGrath

(PRTM) dan AMR Research. Model ini dikuasakan kepada seluruh industry standart yang digunakan untuk supply chain management. Model ini dikembangkan untuk mendeskripsikan aktivitas bisnis yang diasosiasikan dengan seluruh fase yang terlibat untuk memenuhi permintaan customer.

Adapun bentuk dari Supply Chain yang digambarkan oleh SCOR model adalah :

Gambar 2.2. Supply Chain Model

Sumber : Supply Chain Council, Supply Chain Refer ence Model, Over view Ver sion 6.1, [http://www.supply-chain, org ], 2004)

(27)

1. Plan

Proses perencanaan untuk menyeimbangkan permintaan dan persediaan untuk mengembangkan tindakan yang memenuhi penggunaan Source, produksi dan pengiriman yang terbaik.

2. Source

Proses yang berkaitan dengan aktivitas untuk memperoleh material dan hubungan perusahaan dengan supplier.

3. Make

Proses untuk merubah (transformasi) material menjadi produk jadi untuk memenuhi permintaan customer.

4. Delivery

Proses mengirimkan produk jadi dan atau jasa untuk memenuhi permintaan. 5. Return

Proses yang dikaitkan dengan pengembalian dan penerimaan produk yang dikembalikan oleh pelanggan untuk berbagai alasan.

Supply Chain (2006) Model SCOR (Supply Chain Operations Reference)

diorganisasikan dalam 5 (lima) proses Supply Chain utama yaitu : Plan, Source,

Make, Deliver, dan Return dimana ini pada level pertama. Kemudian SCOR

dibagi lagi menjadi level-level untuk pengukuran performansinya. Didalam level 2 SCOR, dimunculkan setiap aspek yang akan diukur. Misalnya saja mengenai

reliability, responsiveness, flexibility, costs, dan assets.

(28)

performansinya. Sedangkan untuk level tiganya, setiap komponen yang ada di

mapping level dua, di breakdown sehingga mendapatkan sesuatu yang detail dari

komponen-komponen tersebut. Pada level tiga juga sudah mulai dilakukan penentuan parameter dari setiap metriks dan komponen yang akan diukur.

Adapun contoh-contoh metriks yang ada di dalam metode SCOR oleh , adalah sebagai berikut dari Supply Chain (2006):

A. Aspek reliability

1. Number of customer complian, yaitu jumlah complain dari konsumen

2. Run time and break down time, yaitu waktu untuk berproduksi dan yang

menyebabkan produksi terhenti.

3. Source employee reliability, yaitu Keandalan tenaga kerja bagian pengadaan

bahan baku.

B. Aspek Responsiveness

1. Delivery lead time, yaitu waktu sejak distributor industri memesan barang

sampai barang diambil.

2. Source item responsiveness, yaitu waktu yang dibutuhkan supplier untuk

memenuhi kebutuhan perusahaan apabila terjadi peningkatan jumlah jenis material tertentu dari permintaan awal suatu order.

3. Supplier Delivery Lead time, yaitu waktu sejak distributor industri memesan

barang sampai barang diambil. C. Aspek Flexibility

1. Minimum delivery quantity, yaitu jumlahminimum pengiriman.

2. Make volume flexibility, yaitu prosentase penongkatan yang dapat dipenuhi

(29)

D. Aspek Cost

1. Defect cost, yaitu biaya-biaya yang digunakan untuk penggantian produk

cacat.

2. Material order cost, yaitu biaya yang dikeluarkan utuk order material.

E. Aspek Assets

1. Payment term, yaitu rata-rata selisih waktu antara permintaan material

dengan waktu pembayaran ke supplier.

2. Cash to cash cycle time, yaitu waktu dari perusahaan mengeluarkan uang

untuk pembelian material sampai dengan perusahaan menerima uang pembayaran dari konsumen.

(Supply Chain council 2006)

Ada berbagai macam cara pengukuran performansi yang pernah dilakukan perusahaan-perusahaan dunia. Salah satunya adalah cara pengukuran yang dilakukan oleh sebuah supermarket. Pertama menentukan obyektif performansi yang dibutuhkan di dalam pengukuran tersebut, seperti plan, quality, reliability,

flexibility, dan sebagainya. Obyektif tersebut diberi skor dan bobot. Tingkat

pemenuhan performansi didefinisikan oleh normalisasi dari indikator performansi tersebut. Untuk strategi Supply Chain yang pasti, berlaku hubungan sebagai berikut ( Sumber : Saat y, Thomas L. 1993, ) :

Pi =

=

n

i j

j ij W

S

Dimana :

(30)

n = Jumlah obyektif performansi

Sij = Skor supply chain ke i didalam obyektif performansi ke j

Wj = Bobot dari obyektif performansi

Di dalam pengukuran ini, langkah pertama adalah melakukan pembobotan. Pembobotan dilakukan dengan cara Analytic Hierarchy Process (AHP), dimana setiap obyektif performansi dipasangkan dan dilakukan perbandingan tingkat kepentingannya. Langkah kedua adalah pendefinisian dari indikator performansi dan melakukan pengukuran. Skor di dalam obyektif pengukuran yang berbeda - beda didefinisikan dengan bantuan 6 langkah, yaitu ( Sumber : Saat y, Thomas L. 1993, ) :

1. Pendefinisian setiap indikator 2. Pendefinisian normalisasi

3. Pendefinisian interval skor untuk setiap indikator 4. Pendefinisian skor dari indikator

5. Penjumlahan skor 6. Normalisasi dari skor

(31)

Proses normalisasi dilakukan agar masing-masing indikator kinerja memiliki skala ukuran yang sama. Sebab jika indikator kinerja memiliki ukuran skala yang berbeda, maka nilai kinerja tersebut tidak mencerminkan kinerja perusahaan yang sebenarnya boer (Trienekens & Hvloby, 2000).

Proses normalisasi dilakukan dengan rumus normalisasi Snorm dari De boer (Trienekens & Hvloby, 2000) yaitu :

(

max min

)

100 min

x S S

S Si Snorm

− −

= , dimana :

Si = Nilai indikator aktual yang berhasil dicapai

Smin = Nilai pencapaian performansi terburuk dari indikator performansi Smax = Nilai pencapaian performansi terbaik dari indikator performansi

Tabel 2.4. Sistem Monitoring Indikator Performansi Sistem Monitoring Indikator Performansi

> 90 Exellent

70 – 90 Good

50 – 70 Average

40 – 50 Marginal

< 40 Poor

Sumber : Trienekens dan Hvolby, 2000

(32)

seratus (100) diartikan paling baik. Dengan demikian parameter dari setiap indikator adalah sama, setelah itu didapatkan suatu hasil yang dapat dianalisa.

Untuk memantau nilai pencapaian performansi terhadap nilai pencapaian terbaik atau target yang ingin dicapai oleh perusahaan maka dibutuhkan sistem monitoring indikator performansi. Jika nilai kinerja < 40 maka pencapaian performansinya dapat dikategorikan kedalam kondisi yang sangat rendah (poor) sedangkan jika skor normalisasi mencapai nilai diatas 90 maka dapat dikategorikan sangat baik sekali (excellent)

2.5 Analytical Hierarchy Process (AHP)

Analitical Hierarchy Process (AHP) merupakan cara pengambilan

keputusan yang paling efektif atas berbagai persoalan yang kompleks dengan jalan menyederhanakan dan mempercepat pencarian solusi atas persoalan yang alami (Thomas L. Saaty, 1993).

Analitical Hierarchy Process (AHP) dapat diaplikasikan dengan berguna

untuk mengelompokkan berbagai situasi dan permasalahan. Misalnya memprioritaskan alternatif keputusan yang sangat kompleks, menentukan kekonsistenan, memformulasikan konsistensi, menganalisa permasalahan publik, analisa sensitivitas, evaluasi tingkat kepentingan faktor, formulasi strategis, alokasi sumber daya, analisa benefit cost, aplikasi inovasi pada daerah baru , dan lain-lain ( Sumber : Saat y, Thomas L. 1993).

Analytical Hierarchy Process ( AHP ) adalah suatu bentuk model

(33)

adalah sebuah hierarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia (Sumber : Saaty, Thomas L. 1993 ).

Kelebihan model AHP dibandingkan dengan model keputusan lainnya adalah terletak pada kemampuan memecahkan masalah yang multi objective dan

multi criteria. Kebanyakan model yang sudah ada memakai single objective dan

multi criteria. Kelebihan model AHP ini lebih disebabkan oleh fleksibilitasnya

yang lebih tinggi terutama dalam pembuatan hierarkinya. Sifat fleksibelnya tersebut membuat AHP dapat menangkap beberapa tujuan dan beberapa kriteria sekaligus ke dalam sebuah model ataupun hierarki. Bahkan model tersebut juga bisa memecahkan masalah yang mempunyai tujuan – tujuan yang saling berlawanan dalam sebuah model. (Sumber : Saaty, Thomas L. 1993).

Di dalam AHP, terdapat hierarki yang terbagi atas level-level. Hierarki adalah suatu ringkasan dari struktur suatu sistem untuk mempelajari interaksi-interaksi fungsional dari komponen-komponen yang ada dan pengaruhnya pada seluruh sistem. Ada dua macam hierarki oleh Saaty (1993), antara lain :

1. Hierar ki Struktural, sistem yang kompleks disusun ke dalam komponen-komponen pokoknya dalam urutan menurun menurut sifat struktural. Hierarki ini sangat erat kaitannya dengan cara otak menganalisis hal yang kompleks, yaitu dengan memecah-mecah obyek yang ditangkap oleh indera menjadi gugusan yang semakin kecil.

Misalnya ukuran, bangunan, warna atau umur.

(34)

Hierarki ini sangat membantu untuk membawa sistem ke arah tujuan yang diinginkan.

Misalnya pemecahan konflik, prestasi yang efisien, atau kebahagiaan yang perlu dipertimbangkan.

Tujuan utama yang akan dicapai harus didentifikasi pada puncak hierarki, sub tujuan pada tingkat berikutnya, dan kendala-kendala yang menghalangi usaha para pelaku pada tingkat berikutnya lagi. Hal ini dapat mendominasi level dari pelaku-pelaku itu sendiri, yang kemudian mendominasi level dari tujuan, dibawahnya adalah level kebijakan dan pada tingkat terbawah adalah level dari semua kemungkinan hasil yang ada. Secara umum struktur hierarki dapat digambarkan sebagai berikut ( Sumber : Saat y, Thomas L. 1993, ). :

Level 1

Level 2

Level 3

Level N

Gambar 2.3 Struktur Hierarki

Krit eria 1

Krit eria 2 Krit eria 3

Sub

Krit eria

1

Sub

Krit eria

2

Sub

Krit eria

5 Sub

Krit eria

3

Sub

Krit eria

4

1 2 3

(35)

Jika dihadapkan pada beberapa pilihan untuk memilih dan mempunyai beberapa kriteria yang rumit untuk dinilai, terlebih dahulu melakukan perbandingan berpasangan dari kriteria – kriteria yang ada dalam hubungannya dengan usaha jangka pendek dan panjang, keuntungan dan resiko, dan juga matriks perbandingan berpasangan yang berhubungan dengan keefektifan dan kesuksesan ( Sumber : Saat y, Thomas L. 1993,)..

Akhirnya, pada level terbawah membandingkan pilihan-pilihan terhadap tiap kriteria, membuat bobot secara hierarki, dan memilih prioritas tertinggi. Dengan demikian, keputusan diambil berdasarkan pilihan yang memiliki weight overall tertinggi.

Jika meneliti penilaian-penilaian yang ada sehingga yakin bahwa telah mempertimbangkan semua faktor-faktor yang relevan, maka tidak perlu melakukan perbandingan atas pilihan-pilihan lainnya. Dengan kata, telah melakukan yang terbaik untuk memilih yang terbaik. .

(Sumber : Saaty, Thomas L. 1993).

Dengan menggunakan sistem hierarki beberapa keuntungan yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut

1. Dapat digunakan untuk menerangkan bagaimana perubahan bobot prioritas pada level atas akan mempengaruhi elemen-elemen pada level dibawahnya. 2. Dengan membuat level-level, maka si pengambil keputusan dapat

(36)

1. Hierarki menggambarkan suatu sistem yang dapat digunakan untuk menjelaskan bagaimana perubahan pada prioritas pada level atas dapat mempengaruhi prioritas elemen-elemen di level bawahnya.

2. Memberikan informasi yang mendetail mengenai struktur dan fungsi dari suatu sistem pada level bawahnya dan memberikan overview dari pelaku-pelaku dan tujuan pada tingkatan yang lebih tinggi. Kendala dari elemen-elemen pada suatu level dapat digambarkan dengan baik pada level berikutnya untuk meyakinkan bahwa mereka merasa puas.

3. Sistem natural disusun secara hierarki.

4. Bersifat stabil dan fleksibel. Stabil berarti bahwa perubahan kecil membawa pengaruh kecil dan fleksibel berarti bahwa tambahan pada hierarki dengan susunan yang baik tidak akan mengacaukan nilai performance.

( Sumber : Saat y, Thomas L. 1993 ).

Adapun langkah – langkah dari Analitical Hierarchy Process (AHP) sebagai berikut:

1. Membandingkan antar kriteria dengan skala perbandingan yang telah ditentukan. Skala perbandingan yang digunakan adalah :

Tabel 2.1 Skala Penilaian Perbandingan Pasangan

Intensitas Kepentingan

Keterangan Penjelasan

1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan

3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya

Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan atas elemen lainnya

5 Elemen yang satu sedikit lebih cukup daripada elemen yang lainnya

(37)

Intensitas Kepentingan

Keterangan Penjelasan

7 Satu elemen jelas lebih penting dari pada elemen lainnya

Satu elemen yang kuat disokong dan dominannya telah terlihat dalam praktek

9 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya

Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan

2,4,6,8 Nilai – nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan

Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara dua pilihan

Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan I aji = 1 / aji

2. Membuat matriks perbandingan berpasangan, seperti contoh di bawah ini : Tabel 2.2 Contoh Matriks Perbandingan

1 2 7

1 2

7

C A A - - - A A 1

A 1

-A 1

( Sumber : Saaty, Thomas L. 1993, hal 84).

Dari matriks ini, bandingkan elemen A, dalam kolom disebelah kiri dengan elemen A1, A2, A3 dan seterusnya yang terdapat dibaris atas berkenaan

dengan sifat C di sudut kiri atas. Lalu ulangi dengan elemen kolom A2 dan

seterusnya. Untuk mengisi matriks perbanding berpasangan itu kita menggunakan bilangan untuk menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen diatas yang lainnnya dengan menggunakan skala penilaian perbandingan pasangan.

(38)

3. Membuat matriks normalisasi

Matriks normalisasi diperoleh dengan membagi nilai masing – masing sel matriks berpasangan kriteria dengan total masing – masing kolom. Dan bobot kriteria diperoleh dengan membagi total nilai normalisasi seluruh kriteria terhadap jumlah kriteria.

Nilai normalisasi =

=

n

i ij ij

a a

1

a = nilai performansi di baris ke – i kolom ke – j.

= penjumlahan dari nilai di baris ke i = 1 sampai dengan n.

Contoh =

Dari matriks normalisasi tersebut akan di dapat nilai bobot yang dicari dengan melihat angka yang berada pada garis diagonal tetapi perlu di uji konsistensi untuk mengetahui bahwa masing – masing KPI telah konsisten. 4. Membuat matriks perbandingan berpasangan dikalikan dengan bobot masing –

masing kriteria.

5. Menentukan eigen vector 6. Menentukan nilai λmaks

λmaks =

(39)

7. Menentukan Consistency Index ( CI )

Pengukuran konsistensi dilakukan untuk tiap matriks perbandingan dengan ukuran ≥ 3. Penilaian dinyatakan dengan konsistensi 100 % jika CI = 0. Jika CI ≤ 0.1, maka penilaian dinyatakan dapat diterima. Jika CI ≥ 0.1, maka penilaian harus diulang kembali.

(

)

(

1

)

m a ks n

C I

n

λ −

=

8. Menentukan Consistensi Ratio ( CR )

Consistensi Ratio ( CR ) diperoleh dari perbandingan Consistensi Index

terhadap Random Index ( RI ). CR dapat diterima jika CR ≤ 0.1.

CR =

RI CI

CR = Rasion Konsistensi CI = Indeks Konsistensi

RI = Indeks Random

Consistensi Ratio (CR) adalah angka yang menunjukkan tingkat

kekonsistenan suatu nilai. Apabila nilai CR ≤ 0.1, maka masih dapat ditoleransi tetapi bila CR > 0.1 maka perlu dilakukan revisi. Nilai CR = 0 maka dapat dikatakan “perfectly consistent”. (Sumber : Saat y, Thomas L. 1993).

Berikut ini indeks random untuk matriks berukuran 3 sampai 10 (matriks berukuran 1 dan 2 mempunyai inkonsistensi 0)

Tabel 2.3 Nilai Indeks Random (RI)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49

(40)

Tingkat inkonsistensi yang masih bisa diterima adalah tingkat inkonsistensi sebesar 10 % kebawah.

2.6 Peneliti Ter dahulu

Beberapa penunjang bahan Supply Chain Operations Reference yang telah dilakukan penelitian sebelumnya antara lain :

Dina Soraya (2010), Analisa performansi Supply Chain Operation Reference (SCOR) di PT. Bayer Indonesia – Bayer croscience Surabaya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hasil pengukuran performansi kinerja supply chaín di PT Bayer Indonesia – Bayer CropScience Surabaya, mengetahui nilai dari indikator - indikator kinerja supply chaín di PT Bayer Indonesia – Bayer CropScience Surabaya yang memerlukan prioritas untuk dilakukan perbaikan, mengetahui tingkat performansi perusahaan yang dilihat dari konsep SCOR

(41)

performansi supply chain, scoring system dengan normalisasi, agregasi nilai

performansi, perhitungan nilai akhir kinerja supply chain.

Dari hasil pengukuran performasi supply chain PT Bayer Indonesia – Bayer CropScience maka dapat diketahui bahwa nilai performansi supply chain di PT. Bayer Indonesia – Bayer CropScience terlihat mengalami naik turun (fluktusi) dimana pada bulan April sebesar 82,99(baik). Pada bulan Mei sebesar 68,53(cukup). Pada bulan Juni sebesar 68,22(cukup). Pada bulan Juli sebesar 75,76(baik). Pada bulan Agustus sebesar 62,07(cukup). Pada bulan September sebesar 74,44(baik). Dari 12 indikator – indikator yang mempunyai nilai tertinggi adalah payment term (95,55) dan nilai terendah adalah pertama Supplier Delivery

Lead Time (42,22) dan yang kedua adalah Minimum Delivery Quantity (35,22),

Hal ini menunjukkan nilai performansi kurang dan perlu adanya perbaikan. Dari rata – rata hasil agregasi performansi supply chain (72,00) di atas, dapat diketahui bahwa performansi perusahaan PT. Bayer Indonesia – Bayer CropScience dalam kondisi good (baik).

Ilma Shofyana (2010), analisa performansi perusahaan menggunakan metode Supply Chain Operation Reference (SCOR) di PT. Petronika Gresik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui performansi kinerja Supply Chaín di PT Petronika, memberikan usulan perbaikan di PT Petronika agar perusahaan berjalan dengan baik sesuai rencana

(42)

berbagai indikator kinerja seperti efisiensi material dan efisiensi total, sehingga konsep supply chain dalam perusahaan tidak stabil. Hal ini menjadikan tidak seimbangnya antara permintaan dan pasokan produk yang ada di PT Petronika. Setelah mengetahui permasalahan dilakukan penelitian dengan pengumpulan data kualitatif dan kuantitatif dengan pembuatan kuisioner dan penyebaran kuisioner setelah diketahui hasil dai pengumpulan data selanjutnya dilakukan dengan uji validitas, reliabilitas, dan pembobotan KPI dengan AHP setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan dengan pengolahan data dengan perhitungan nilai aktual

performansi supply chain, scoring system dengan normalisasi, agregasi nilai

performansi, perhitungan nilai akhir kinerja supply chain.

Dari hasil pengukuran performasi supply chain PT Petronika dapat diketahui bahwa nilai performansi yang paling tinggi terdapat pada periode bulan Februari 2010 (714.6) dan nilai performasi supply chain yang paling rendah terdapat pada periode bulan September 2009 (514.78). Dan dari 11 indikator performansi Supply Chain perusahaan terdapat 8 indikator yang mempunyai nilai skor yang tinggi dan 3 indikator yang mempunyai nilai skor rendah, yang terdiri dari Percentage of adjusted production quantity (43,4), Forecast Accuracy (36,6),

Minimum delivery quantity (9,7). Ada tiga indikator yang mempunyai nilai skor

(43)

perbaikan adalah single exponential smoothing. Yang kedua adalah Forecast

Accuracy dengan skor 36,6, perbaikan yang perlu dilakukan adalah lebih teliti

dalam melihat kondisi pasaran dan dalam meramalkan permintaan produk harus melihat atau mengacu pada permintaan pada bulan-bulan sebelumnya, sehingga penyimpangan permintaan aktual dengan permintaan hasil peramalan tidak berbeda jauh, metode yang diusulkan untuk perbaikan adalah single exponential

smoothing. Dan yang ketiga adalah Minimum delivery quantity dengan skor 9,7,

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di PT Suryasukses Mekar Makmur yang terletak di Raya Sedati No. 97 – Sidoarjo. Penelitian dilakukan mulai bulan Maret 2011 sampai data yang dibutuhkan tercukupi.

3.2. Identifikasi dan Devinisi Variabel

Identivikasi variabel adalah Identifikasi variabel merupakan bagian dari langkah penelitian yang dilakukan peneliti dengan cara menentukan variabel-variabel yang ada dalam penelitiannya. Misalnya variabel-variabel respon (variabel-variabel dependen/variabel terikat).

Variabel adalah segala sesuatu yang mempunyai variasi nilai yang terukur. Identifikasi variabel penelitian dilakukan untuk menentukan variabel-variabel yang akan diteliti. Sehingga identifikasi variabel yang digunakan yaitu:

1. Variabel terikat

Variabel terikat Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang memberikan reaksi atau respon jika dihubungkan dengan variabel bebas, biasa dinotasikan dengan Y. Variabel terikatnya adalah performansi kinerja

supply chain yang terdiri dari 12 indikator.

2. Variabel bebas

(45)

disebut independen variabel atau variabel penyebab. Variabel bebas penelitian ini terdapat 5 proses inti:

a. Plan

Variabel ini dilihat dari proses perencanaan untuk menyeimbangkan permintaan dan persediaan produksi dan pengiriman yang terbaik.

b. Sources

Terfokus pada kemampuan perusahaan dalam memperoleh material dan menjalin hubungan dengan supplier.

c. Make

Kemampuan perusahaan mentransformasikan bahan baku menjadi produk setengah jadi maupun produk jadi.

d. Deliver

Terfokus pada kemampuan perusahaan dalam melakukan pengiriman order untuk memenuhi permintaan konsumen.

e. Return

Variabel ini dilihat dari proses yang dikaitkan dengan pengembalian dan penerimaan produk yang dikembalikan oleh pelanggan.

3.3 Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi karyawan dari Perusahaan di PT Suryasukses Mekar Makmur

(46)

Tabel 3.1 Atribut Penelitian Sesuai Key Performance Indicator Key Performansi Indikator Keterangan

Number of production schedule revision

Jumlah jadwal produk yang mengalami perubahan

Percentage of adjusted production quatity

Prosentase perubahan jumlah unit produksi dengan rencana produksi awal

Forecast Accuracy Prosentase penyimpangan permintaan actual dengan permintaan hasil peramalan

Inventory accuracy of material

Keakuratan persediaan dalam material

Inventory accuracy of packaging

Keakuratan persediaan dalam pengemasan

Inventory accuracy of finished product

Keakuratan persediaan dalam produk akhir

Internal Relationship Hubungan internal antara bagian dalam perusahaan

Reliability

Planning employee reliability

Keandalan tenaga kerja bagian PPC

Time to identity new product specification

Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian dan pengembangan produk baru

Time to revise production schedule

Waktu yang dibutuhkan untuk merevisi jadwal produksi

PLAN

Responsiveness

Time to produce a production schedule

Waktu yang dibutuhkan untuk menyusun jadwal produksi

Supplier Delivery Performance

Kinerja pengiriman supplier

Source Employee Reliability

Keandalan tenaga kerja bagian pengadaan bahan baku

Percentage of suppliers with long term contracts

Prosentase supplier jangka panjang

Reliability

Supplier reliability Keandalan dari supplier

Supplier delivery lead time

Rata-rata rentang pengiriman

Source Volume

responsiveness of material

Tingkat ketanggapan volume bahan baku

Source volume responsiveness of packaging

Tingkat ketanggapan volume pengemasan

Responsiveness

Time to identify a new supplier

Waktu yang dibutuhkan

perusahaan untuk mengidentifikasi supplaier baru

Source item flexibility of packaging

Banyaknya perubahan jenis material yang diminta yang dapat dipenuhi dalam kurun waktu tertentu

SOURCE

Flexibility

Minimum order quality of packaging

(47)

Key Performansi Indikator Keterangan

Material order cost Biaya yang dikeluarkan untuk order material

Cost

Supplier evaluation cost Biaya yang dikeluarkan untuk melakukan ecvaluasi supplier dalam 1 tahun

Cash to cash cycle time Waktu sejak perusahaan mengeluarkan uang untuk membeli material sampai dengan menerima uang dari konsumen

Assets

Payment term Rata-rata selisih waktu antara penerimaan material dari supplier sampai dengan waktu pembayaran ke supplier

Percentage of product out of weight specification

Prosentase produk yang keluar dari spesifikasi berat

Number of backorder Jumlah unit yang diproduksi secara backoerder salam suatu permintaan

Repair time percentage Waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki mesin yang rusak

Breakdown time percentage

Waktu yang menyebabkan proses produksi terhenti

Time between machine failure

Waktu rata-rata antar kerusakan mesin yang menyebabkan proses terhenti

Manufacturing employee reliability

Keandalan tenaga kerja

Production lead time Lead time produksi

Reliability

Make volume responsiveness

Waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk memenuhi permintaan konsumen apabila terjadi peningkatan permintaan sebesar 20%

Make item responsiveness Waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk memenuhi permintaan konsumen apabila terjadi perubahan jenis produk

Responsiveness

Changeover time Waktu persiapan mesin yang diperlukan apabila terjadi penggantian jenis produk yang akan diproduksi

Make volume flexibility Prosentase peningkatan

permintaan yang dapat dipenuhi dalam kurun waktu tertentu

Flexibility

Production item flexibility Flexibiltas item produk

Overhead cost Biaya overhead

Defect cost Biaya-biaya penggantian produk cacat

MAKE

Cost

Machine maintenance cost Biaya perawatan mesin Key Performansi Indikator Keterangan

(48)

3.4 Metode Pengumpulan Data

Delivery fill rate Prosentase jumlah permintaan yang bias dipenuhi dari total permintaan

Percentage of orders delivered complete

Prosentase order yang kuantitasnya terkirim lengkap

Reliability

Stockout probability Kemungkinan terjadinya kehabisan persediaan

Responsiveness

Delivery lead time Waktu sejak distributor industri memesan barang sampai barang diambil

Flexibility Minimum delivery quantity

Jumlah minimum pengiriman

DELIVER

Cost Holding cost Biaya penyimpanan per unit

Product reject rate Tingkat pengembalian produk

Reliability

Number of customer complaint

Jumlah complain dari konsumen

Time to solve a complain Waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi complain konsumen

RETURN

Responsiveness Packaging supplier repair time

(49)

Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini ada 2 macam, yaitu pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder (Nazir, 1985).

Data primer ialah data yang langsung dikumpulkan atau diperoleh dari sumber pertama. Pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan beberapa macam cara antara lain :

1. Pengamatan (observasi)

Observasi biasanya digunakan sebagai alat pengumpulan data untuk obyek yang belum banyak diketahui. Observasi bertujuan mengamati obyek penelitian untuk dimengerti tentang obyek penelitian tersebut.

2. Wawancara (Interview)

Wawancara merupakan suatu langkah dalam penelitian yang berupa penggunaan proses komunikasi verbal untuk mengumpulkan informasi dari seseorang atau kelompok orang.

3. Daftar pertanyaan (angket / kuesioner)

Kuesioner merupakan alat komunikasi antara penelitian dengan orang yang diteliti atau responden. Isinya berupa daftar pertanyaan, yang dibagikan oleh peneliti untuk diisi oleh responden. Pengumpulan data dengan kuesioner perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu :

a. Karena respon menuangkan pendapat secara tertulis, kuesioner tidak sesuai untuk mengumpulkan data yang bersifat sensitif.

b. Penggunaan kuesioner tepat apabila responden mempunyai pengetahuan yang memadai dan kemampuan yang cukup.

(50)

jadwal produk yang mengalami perubahan, biaya yang dikeluarkan untuk order material, biaya yang dikeluarkan untuk melakukan evaluasi supplier dalam 1 tahun, jumlah unit yang diproduksi secara backoerder suatu permintaan, lead

time produksi, jumlah complain dari konsumen pada bulan Januar 2011 - Juni

2011.

3.5 Metode Pengolahan Data

Dalam penelitian ini, metode analisa data yang digunakan adalah metode

Supply Chain Operation Reference (SCOR) yang mana langkah – langkahnya

sebagai berikut : 1. Uji Validitas

Untuk menghitung validitas, maka akan menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total dengan menggunakan rumus korelasi

product moment sebagai berikut :

r =

(

)

(

)

[

2 2

]

[

(

2

)

( )

2

]

) )( ( ) )( (

∑ ∑

Y Y N X X N Y X Y X N dimana :

r = Koefisien korelasi yang dicari N = Jumlah responden

X = Skor tiap-tiap variabel Y = Skor total tiap responden

(51)

Data bisa dikatakan valid apabila r hitung lebih besar dibandingkan dengan r tabel / rhitung > rtabel maka data dinyatakan valid dan rhitung < rtabel maka

data dinyatakan tidak valid. 2. Uji Reliabilitas

Salah satu cara untuk menghitung reliabilitas adalah dengan rumus Alpha. Rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrument yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya kuesioner atau soal bentuk uraian.

Rumus Alpha :

r11 =

        −      

2

1 2 1 ) 1 ( σ σb k k dimana :

r11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyak soal

Σσb2 = Jumlah varians butir

σ12 = Varians total

Data dikatakan reliable jika rhitung > rtabel dan nilainya ( + ) → maka data

dinyatakan Reliable (andal) dan Data dikatakan tidak reliable jika rhitung < rtabel

dan nilainya ( - ) → maka data dinyatakan tidak Reliable (tidak andal)

Program komputer SPSS 15 (Statistical Package for The Social Science) dapat melakukan perhitungan koefisien alpha dengan mudah.

3. Uji Konsistensi

(52)

a. Consistency Index (CI)

CI =

1 max − − n n λ

b. Consistency Ratio (CR)

CR =

RI CI

Matriks konsistensi jika (CR ≤ 0,1)

4. Stndar isasi Supply Chain Operation System

Dalam proses standarisasi SCOR ini, diberlakukan perhitungan sebagai berikut :

1. Large is Better

Snorm =

(

)

100%

min max min x S S S Si − −

2. Lower is Better

Snorm =

(

)

100%

min max max x S S S S i − −

5. Analogi Perhitungan KPI

a. Pembobotan KPI dengan AHP menggunakan Sofware Expert Choice V.9

b. Perhitungan Nilai Aktual Performansi Supply Chain per indikator. Contoh perhitungan untuk KPI Percentage of adjusted production

quantity (PAPQ) adalah sebagai berikut :

Rumus :

(

)

produksi rencana

Target

Produksi

(53)

Scoring system berfungsi untuk menyamakan skala nilai dari

masing-masing KPI. Contoh perhitungan untuk PAPQ adalah sebagai berikut :

Rumus :

(

)

Smin Smax

Si Smax

− −

x 100%

d. Perhitungan Nilai Akhir Kinerja Supply Chain.

Perhitungan nilai akhir kinerja supply chain dapat diperoleh dengan persamaan:

i KPI = Wi * Ni

Dimana :

i KPI = Nilai performansi KPI ke-i

Wi = Nilai bobot KPI ke-i Ni = Nilai Normalitas KPI ke-i e. Agregasi Nilai Performansi.

Nilai performansi agregat adalah jumlah keseluruhan dari perkalian bobot dan nilai normalisasi KPI dan dapat dijabarkan sebagai berikut :

NAgregat =

I KPI =

Wi *Ni

Dimana :

NAgregat = Nilai performansi supply chain perusahaan

I KPI = Nilai performansi KPI ke-i

(54)

Untuk menghitung nilai akhir performansi Supply Chain diberlakukan rumus :

Pi =

=

n

j

j ijW

S

1

Dimana :

Pi = Total performansi supply chain varian i

n = Jumlah obyektif performansi

Sij = Skor supply chain ke i didalam obyektif performansi ke j

Wj = Bobot dari obyektif performansi

Dari perhitungan tersebut akan menghasilkan nilai performansi dari PT. Suryasukses Mekar Makmur. Jika nilai kinerja < 40 maka pencapaian performansinya dapat dikategorikan dalam kondisi yang sangat rendah (poor) sedangkan jika nilai kinerjanya > 90 maka dapat dikategorikan sangat baik sekali. Dapat dilihat di tabel 2.4

(55)

Adapun flowchart langkah - langkah pemecahan masalah adalah sebagai berikut :

Mulai

A

Studi Lapangan

Perumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Studi Literatur

Identifikasi Variabel

Pengumpulan Data

1. Plan : Reliability, Responsiveness

2. Source : Reliability, Responsiveness, Cost, Assets 3. Make : Reliability, Responsiveness, Cost, Assets 4. Deliver : Reliability, Responsiveness, Flexibility, Cost

5. Return : Reliability, Responsiveness

Perancangan Hierarki Pengukuran Performansi Supply Chain

Identifikasi KPI

A

Pembuatan dan Penyebaran Kuisioner

B

(56)

Ya

Keterangan Kerangka Pemecahan Masalah

Uji Reliabilitas Uji Validitas

Buang data yang tidak valid

Valid?

Reliabel? Ya

Ya Tidak

Tidak Sisa item

Tidak

Gambar 3.1 : Langkah-langkah Pemecahan Masalah

Nilai Akhir Performansi Supply Chain Nilai Aktual Performansi

Supply Chain

Agregasi Nilai Performansi dan mengindentikasi indikator – indikator yang perlu diperbaiki

CR ≤ 0,1 Uji konsistensi Standarisasi SCOR

Pembobotan Key Indicator

Performance dengan AHP

Hasil dan pembahasan

Selesai

(57)

Adapun penjelasan dari kerangka pemecahan masalah diatas adalah sebagai berikut :

1. Studi Lapangan

Studi lapangan dilakukan dengan cara melihat langsung kondisi lapangan untuk mengidentifikasi dan merumuskan permasalahan yang akan dijadikan bahan penelitian.

2. Studi Literatur

Langkah ini merupakan usaha memahami konsep dasar ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan permasalahan dan metode-metode yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan.

3. Perumusan Masalah

Menentukan permasalahan yang akan diteliti dengan menggunakan suatu pendekatan untuk memecahkan masalah.

4. Tujuan Penelitian

Pada langkah ini peneliti menetapkan tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian. Dari tujuan penelitian dapat ditemukan arah serta sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian.

5. Identifikasi Variabel

Pada tahap ini, peneliti mengidentifikasi variabel–variabel yang terkait dalam penelitian yang dilakukan berdasarkan model kerangka Supply Chain

Operation Reference, Supply Chain dibagi menjadi 5 proses manajemen

dasar yaitu Plan, Source, Make, Deliver dan Return.

(58)

Pada tahap ini peneliti merancang suatu hierarki berdasarkan prinsip

Supply Chain, Rancangan hierarki awal pengukuran performansi Supply

Chain ini akan coba diimplementasikan di perusahaan dan apakah dapat

disesuaikan dengan kondisinya.

7. Identifikasi Key Indicator Performance (KPI)

Pada tahap ini, peneliti mengidentifikasi KPI yang terkait dalam penelitian yang dilakukan berdasarkan kerangka Supply Chain Operation Reference (SCOR).

8. Pengumpulan Data

Dalam tahap ini, peneliti mengumpulkan data-data yang dibutuhan untuk penelitian baik data kualitatif maupun kuantitatif.

9. Penyusunan Kuesioner

Penyusunan kuesioner dimaksudkan untuk mempermudah peneliti dalam melakukan pengumpulan data.

Pengumpulan data dilakukan dua macam, yaitu : a. Data Primer

yaitu merupakan data kualitatif, seperti:

Menyebarkan kuesioner kepada General Manager dan bagian PPIC, Produksi, Logistic, Engineering di PT. Suryasukses Mekar Makmur untuk diisi. Penyebaran kuisioner mengunakan Skala Likert yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau seklompok orang dengan berbagai pertanyaan yang digunakan untuk riset berupa survei, dan bentuk jawaban Skala Likert conthnya terdiri dari 5 pilihan :

(59)

2. Kurang / buruk / lama 3. Sedang / sedang 4. Cukup / baik / cepat

5. Sangat cukup atau sangat baik / sangat cepat - Wawancara

Digunakan untuk memperoleh data awal untuk memperoleh informasi yang diharapkan.

b. Data Sekunder

merupakan data kuantitatif perusahaan yaitu : mengambil data-data dokumen perusahaan seperti jumlah jadwal produk yang mengalami perubahan, biaya yang dikeluarkan untuk order material, biaya yang dikeluarkan untuk melakukan evaluasi supplier dalam 6 bulan, jumlah unit yang diproduksi secara backoerder suatu permintaan, lead time produksi, jumlah complain dari konsumen pada bulan Januari 2011 - Juni 2011.

10. Penentuan Sampel

Dalam tahap ini, peneliti melakukan penentuan sa

Gambar

Gambar 2.1 Proses dalam supply chain (Supply Chain Council, 2006)
Gambar 2.2. Supply Chain Model
Tabel 2.4. Sistem Monitoring Indikator Performansi
Gambar 2.3 Struktur Hierarki
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ditemukan juga bahwa Faktor-faktor yang berhubungan secara statistik dengan kejadian CVS seperti riwayat penggunaan kacamata saat paparan penggunaan lensa kontak saat paparan,

Spesifikasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis, artinya suatu cara pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan

- Guru kurang dapat menguasai keadaan kelas.. - Guru gagal menciptakan suasana belajar yang membangkitkan kreativitas dan kegairahan belajar anak didik. Hal ini

Identifikasi masalah yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalahfaktor- faktor apa saja yang mempengaruhi efektifitas kinerja lapas dihubungkan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan dalam laporan akhir ini yaitu bagaimana kinerja keuangan pada PT Indofood CBP Sukses

Skripsi berjudul &#34;Laskar Putri tndonesia: Penggabungan dengan Laskar Wanita Indonesia dan Peranannya dalam Revolusi Fisik di Yogyakarta (1948-1949)&#34; ini telah

Metode yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan pada skripsi ini adalah metode langsung. Secara umum skripsi ini akan membahas analisa nilai kalor bahan bakar

Risiko usaha bank merupakan tingkat ketidakpastian atau timbulnya potensi kerugian atas kegiatan usaha yang dilakukan oleh bank.Semakin tidak pasti hasil yang diperoleh