ANALISA PERFORMANSI SUPPLY CHAIN
OPERATION REFERENCE (SCOR)
DI PT. TJAKRINDO MAS - GRESIK
(SKRIPSI)
O
Ol
le
eh
h
:
:
E
ES
ST
TE
ER
R
A
AN
NA
A
0
07
73
32
20
01
10
01
15
57
7
J
JU
UR
RU
US
SA
AN
N
T
TE
EK
K
NI
N
IK
K
IN
I
ND
DU
US
ST
TR
RI
I
F
FA
AK
K
UL
U
LT
TA
AS
S
T
TE
EK
KN
NO
OL
LO
OG
GI
I
I
IN
ND
DU
US
ST
TR
RI
I
U
U
NI
N
IV
VE
ER
RS
SI
IT
TA
AS
S
P
PE
EM
MB
BA
AN
NG
GU
UN
NA
AN
N
N
NA
AS
SI
IO
ON
NA
AL
L
“V
“
VE
ET
TE
ER
R
AN
A
N”
”
J
ANALISA PERFORMANSI
SUPPLY CHAIN
OPERATION REFERENCE
(SCOR)
DI PT. TJAKRINDO MAS - GRESIK
SKRIPSI
Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Industri
OLEH :
ESTER ANA
NPM : 0732010157
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “ANALISA
PERFORMANSI SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) DI
PT.TJAKRINDO MAS-GRESIK”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Teknik di Fakultas Teknologi Industri UPN “Veteran” Jawa Timur.
Atas terselesainya pelaksanaan dan penyusunan Tugas Akhir ini, maka
penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Ir. Sutiyono ,MT Selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Ir. H. Moch. Tutuk Safirin,MT selaku Ketua Jurusan Teknik Industri
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs.Paelan Mpd selaku Sekretaris Jurusan Teknik Industri Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Ir. Joumil Aidil SZS,MT selaku ketua PIA Jurusan Teknik Industri
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
5. Bapak Ir.M.Anang F, MMT. Selaku Dosen Pembimbing I dalam penyusunan
skripsi ini. Terima kasih atas kemudahan dan bimbingan yang telah Bapak
berikan kepada penulis.
6. Ibu Enny Ariyani, ST, MT. Selaku Dosen Pembimbing II dalam penyusunan
skripsi ini. Terima kasih atas kemudahan dan bimbingan yang telah ibu berikan
7. Bapak Yoyok beserta staff PT.Tjakrindo Mas-Gresik, terima kasih atas semua
informasi yang telah diberikan dalam proses penyelesaian penelitian ini.
8. Terima kasih untuk Bapak dan Ibu tersayang atas segala doa yang tidak pernah
terputus untuk Ester dan kasih sayang yang gak pernah habis untuk Ester.
9. Terima kasih untuk MyBrother and Mysister buat segala dukungan, motivasi
dan saran-saran yang diberikan buat Ester.
10. Terima kasih buat Lita, Liebe, Bella atas keceriaan dan tingkah lucunya,
penghilang strezz yang menyenangkan.^O^
11. Terima kasih untuk TyoNyaEsteR,untuk segala perhatian,dukungan,sayang
,semangat,dan segalanya buat Ester.
12. Terima kasih untuk teman-teman angkatan 2007 atas bantuannya buat Ester.
13. Semua pihak yang telah mendukung dan membantu Ester yang tidak dapat
disebutkan satu per satu sehingga terwujudlah laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis menyampaikan permohonan maaf yang
sebesar-besarnya apabila terdapat kelemahan dalam penulisan skripsi ini.
Surabaya, April 2011
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
ABSTRAKSI ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 2
1.3. Batasan Masalah ... 2
1.4. Asumsi ... 3
1.5. Tujuan Penelitian ... 3
1.6. Manfaat Penelitian ... 3
1.7. Sistematika Penulisan ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Pengukuran Kinerja Perusahaan ... 6
2.1.1. Definisi Pengukuran Kinerja ... 6
2.1.2. Tujuan Pengukuran Kinerja... 7
2.1.3. Manfaat Pengukuran Kinerja ... 7
2.2. Konsep Supply Chain Management ... 8
2.2.1. Definisi Supply Chain Management ... 9
2.2.2. Tujuan Supply Chain Management ... 10
2.2.3. Proses Supply Chain Management ... 11
2.3. Prinsip Pengukuran Performansi Supply Chain ... 13
2.3.1. Ruang Lingkup Pengukuran Performansi ... Supply Chain ... 14
2.4. Konsep SCOR Model ... 17
2.5. Analytical Hierarchy Process (AHP) ... 23
2.5.1. Definisi Analytical Hierarchy Process (AHP) . 24 2.5.2. Langkah-Langkah Analytical Hierarchy Process (AHP) ... 29
2.6. Scoring System ... 32
2.7. Pengolahan Data ... 32
2.7.1. Uji Validitas ... 32
2.7.2. Uji Reliabilitas ... 33
2.8. Peneliti Terdahulu ... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 35
3.2. Identifikasi Variabel ... 35
3.3. Langkah-Langkah Pemecahan Masalah ... 38
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 44
3.4.1. Data Primer ... 44
3.4.2. Data Sekunder ... 45
3.5. Metode Pengolahan Data ... 46
3.5.1. Uji Validitas ... 46
3.5.2. Uji Reliabilitas ... 46
3.5.3. Uji Konsistensi ... 47
3.5.4. Perhitungan Nilai Normalisasi dengan Standarisasi SCOR ... 47
3.5.5. Perhitungan Nilai Akhir Performansi Supply Chain ... 47
3.6. Analisa Data ... 48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perancangan Hierarkhi Sistem Pengukuran Performansi Supply Chain ... 49
4.2. Identifikasi Key Performance Indicator (KPI) ... 51
4.3.1. Plan ... 52
4.3.1.1.Data Produksi dan Rencana Produksi .. 52
4.3.1.2.Data Permintaan Aktual Dan Permintaan Hasil Peramalan ... 53
4.3.1.3.Data Internal Relationship ... 53
4.3.2. Source ... 54
4.3.2.1.Data Source Employee Reliability ... 54
4.3.2.2.Data Supplier Delivery Lead Time ... 54
4.3.2.3.Data Payment Term ... 55
4.3.2.4.Data Material Order Cost ... 56
4.3.3.Make ... 56
4.3.3.1.Data Manufacturing Employee Reliability 56 4.3.3.2.Data Production Lead Time ... 57
4.3.3.3.Data Machine Maintenance Cost ... 57
4.3.4.Deliver ... 58
4.3.4.1.Data Delivery Employee Reliability ... 58
4.3.4.2.Data Delivery Lead Time ... 58
4.3.4.3.Data Minimum Delivery Quantity ... 59
4.3.5.Return ... 59
4.3.5.1.Data Marketing Employee Reliability .. 59
4.3.5.2.Data Number of Customer Complaint .. 60
4.3.5.3.Data Time To Solve A Complaint ... 60
4.3.6.Penyusunan Kuesioner, Penentuan Sampel ... dan Penyebaran kuesioner ... 61
4.3.7. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 62
4.3.7.1. Karyawan Departemen Produksi ... 62
4.3.7.2. Karyawan Departemen PPIC ... 63
4.3.7.3. Karyawan Departemen Pemasaran ... 64
4.3.7.4. Karyawan Departemen Purchasing .... 65
4.4.1. Pembobotan Tingkat Kepentingan Indikator
Performansi dengan
Analytical Hierarchy Process ………. 66
4.4.2. Perhitungan Nilai Aktual Performansi Supply Chain…… 67
4.4.3. Penyamaan Skala Ukuran Denga Proses Normalisasi…. 69
4.4.4. Perhitungan Nilai Akhir Performansi SupplyChain……. 71
4.4.5. Agregasi Nilai Supply Chain……….. 73
4.4.6.Identifikasi Indikator-Indikator yang Perlu Diperbaiki… 79
4.5. Analisa dan Pembahasan ………... 79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan……… 81
5.2. Saran ……… 82
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Sistem Monitoring Indikator Performansi... 17
Tabel 2.2. Key Performance Indicator di PT.Petronika-Gresik ... 21
Tabel 2.3. Keuntungan AHP ... 25
Tabel 2.4. Skala Penilaian Perbandingan Pasangan ... 29
Tabel 2.5. Contoh Matriks Perbandingan ... 30
Tabel 2.6. Nilai Indeks Random (RI) ... 31
Tabel 3.1. indicator-indikator sesuai Key Performance Indicator di PT.Tjakrindo-Mas Gresik……… 38
Tabel 4.1. Indikator-Indikator Performansi PT.Tjakrindo Mas-Gresik 54 Tabel 4.2. Data Produksi dan Rencana Produksi Pipa ... jenis Supralon AW ... 52
Tabel 4.3. Data Permintaan Aktual Dan Permintaan Hasil ... Peramalan Pipa jenis Supralon AW ... 53
Tabel 4.4. Data Internal Relationship ... 53
Tabel 4.5. Data Source Employee Reliability ... 54
Tabel 4.6. Data Supplier Delivery Lead Time ... 54
Tabel 4.7. Data Payment Term ... 55
Tabel 4.8. Data Material Order Cost ... 56
Tabel 4.9. Data Manufacturing Employee Reliability ... 56
Tabel 4.10. Data Production Lead Time ... 57
Tabel 4.11. Data Machine Maintenance Cost ... 57
Tabel 4.12. Data Manufacturing Employee Reliability ... 58
Tabel 4.13. Data Delivery Lead Time ... 58
Tabel 4.14. Data Minimum Delivery Quantity ... 59
Tabel 4.15. Data Marketing Employee Reliability ... 59
Tabel 4.16. Data Number of Customer Complaint ... 60
Tabel 4.17. Data Time To Solve A Complaint ... 60
Tabel 4.19. Uji Reliabilitas Departemen Produksi ... 62
Tabel 4.20. Uji Validitas Departemen PPIC ... 63
Tabel 4.21. Uji Reliabilitas Departemen PPIC ... 63
Tabel 4.22. Uji Validitas Departemen Pemasaran ... 64
Tabel 4.23. Uji Reliabilitas Departemen Pemasaran ... 64
Tabel 4.24. Uji Validitas Departemen Purchasing ... 65
Tabel 4.25. Uji Reliabilitas Departemen Purchasing... 65
Tabel 4.26. Nilai Bobot KPI Pada Setiap Level ... 66
Tabel 4.27. Nilai Performansi Supply Chain aktual ... 68
Tabel 4.28. Nilai Normalisasi Actual Supply Chain ... 70
Tabel 4.29. Nilai Akhir Performansi Supply Chain ... 72
Tabel 4.30. Nilai Performansi Supply Chain Perusahaan ... 74
Tabel 4.31. Hasil Indikator Dengan Skor ... 76
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Proses dalam Supply Chain ... 12
Gambar 2.2. Ruang lingkup pengukuran kinerja Supply Chain ... 15
Gambar 2.3. Supply Chain Model ... 18
Gambar 2.4. Struktur Hierarkhi ... 27
Gambar 3.1. Langkah-langkah Pemecahan Masalah ... 40
Gambar 4.1. Hierarkhi Pengukuran Performansi Supply Chain ... 50
Gambar 4.2. Hierarkhi Pengukuran Performansi Supply Chain ... Di PT.Tjakrindo Mas-Gresik ... 50
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A : Kuesioner Indikator Performansi Supply Chain
Lampiran B : Kuesioner Pembobotan KPI
Lampiran C : Hasil Rekapitulasi Kuesioner Indikator
Lampiran D : Hasil Rekapitulasi Kuesioner
Lampiran E : Output Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran F : Output AHP
Lampiran G : Perhitungan Nilai Performansi Aktual
Lampiran H : Perhitungan Penyamaan Skala Ukuran Dengan Proses Normalisasi
Lampiran I : Perhitungan Nilai Akhir Performansi Supply Chain
Lampiran J : Perhitungan Nilai Agregat
ABSTRAKSI
Supply Chain adalah konsep yang merupakan integrasi dari keseluruhan elemen dari perusahaan dalam memenuhi permintaan konsumen, yaitu merupakan kesatuan dari
Supplier, Manufacturing, Customer, dan Delivery Process. Sehubungan dengan itu, untuk mengetahui apakah rantai Supply Chain produk dalam suatu perusahaan telah beroperasi dengan baik atau belum, diperlukan adanya suatu sistem pengukuran kinerja.
PT.Tjakrindo Mas-Gersik merupakan perusahaan yang bergerak dalam industri manufaktur yang memproduksi pipa. PT Tjakrindo Mas–Gresik sudah memiliki kerangka pengukuran kinerja tetapi pengukuran kinerja Supply Chain belum ada koordinasi dan integrasi antar jaringan yang ada dalam Supply Chain perusahaan seperti sering terjadinya keterlambatan pengiriman bahan baku dari supplier, adanya komplain dari konsumen, dan lain-lain.
Dengan memperhatikan fungsi Supply Chain dan masalah yang dihadapi PT.Tjakrindo Mas-Gersik, maka dilakukan penelitian yang dengan menggunakan Supply Chain Operations Reference (SCOR). Supply Chain Operations Reference (SCOR) diperlukan untuk mengukur performansi dari suatu perusahaan. Supply Chain Operations Reference (SCOR) diorganisasikan dalam lima proses utama Supply Chain yaitu Plan,
Source, Make, Deliver dan Return.
Hasil pengukuran performansi Supply Chain PT.Tjakrindo Mas-Gresik dapat diketahui bahwa Nilai performansi tertinggi PT.Tjakrindo Mas-Gresik tahun 2010 dicapai pada bulan Mei 2010 sebesar 72,418 dan nilai performansi terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar 62,28. Nilai skor dari masing-masing indikator dari bulan Januari sampai Desember 2010 yaitu Percentage of Adjusted Production Quantity sebesar 12,27,
Forecast Accuracy sebesar 75,34, Internal Relationship sebesar 66,67, Source Employee Reliability sebesar 64,58, Supplier Delivery Lead Time sebesar 93,89, Payment term
sebesar 100, Material Order Cost sebesar 57,20, Manufacturing Employee Reliability
sebesar 64,58, Production Lead Time sebesar 92,50, Machine Maintenance Cost sebesar 44,64, Delivery Employee Reliability sebesar 64,58, Delivery Lead Time sebesar 96,67,
Minimum Delivery Quantity sebesar 64,74, Marketing Employee Reliability sebesar 64,58, Number of Customer Complaint sebesar 99,17, Time To Solve A Complaint
sebesar 98,89. Dari 16 indikator performansi Supply Chain perusahaan terdapat 14 indikator yang mempunyai nilai skor yang tinggi dan 2 indikator yang mempunyai nilai skor rendah, yang terdiri dari Percentage Of Adjusted Production Quantity (12,27) perbaikan yang perlu dilakukan adalah lebih teliti dalam melakukan perencanaan produksi dan meramalnya dengan metode yang sesuai dengan perusahaan, Machine Maintenance Cost (44,64) perbaikan yang perlu dilakukan adalah menambah biaya perawatan mesin karena biaya yang dianggarkan kurang memadai sehingga menimbulkan kesan pemborosan yang disebabkan oleh anggaran yang hampir terpakai semua,
ABSTRACT
Supply Chain is a concept which is an integration from all company element to fulfill customer demands. It contains Supplier, Manufacturing, Customer, and Delivery Process. referring to that, to know do enchaining Supply Chain product in a company have operated better or not yet, been needed the existence of a system measurement of performance.
PT.TJAKRINDO Mas-Gersik represent peripatetic company in industry of manufacture which producing pipe. PT Tjakrindo Mas-Gresik have owned framework measurement of performance but measurement of performance of Supply Chain there is no integration and coordination between existing network in Supply Chain company like often the happening of delay of delivery of raw material of supplier, existence of complain of consumer, and others.
By paying attention function of Supply Chain and problem faced by PT.TJAKRINDO Mas-Gersik, hence conducted a research which by using Supply Chain Operations Reference (SCOR). Supply Chain Operations Reference (SCOR) needed to to measure performance from a company. Supply Chain Operations Reference is organizational in five especial process of Supply Chain that is Plan, Source, Make, Deliver and Return.
Result of measurement of performncei of Supply Chain PT.TJAKRINDO Mas-Gresik can know that Value of the highest performance of PT.TJAKRINDO Mas-Gresik year 2010 reached in May 2010 equal to 72,418 and value of the lowest performance happened in August equal to 62,28. Score value from each indicator from January until December 2010 that is Percentage Adjusted Production Quantity of equal to 12,27, Forecast Accuracy equal to 75,34, Internal Relationship equal to 66,67, Source Employee Reliability equal to 64,58, Supplier Delivery Lead Time equal to 93,89, Term Payment equal to 100, Material Order of Cost equal to 57,20, Manufacturing Employee Reliability equal to 64,58, Production Lead Time equal to 92,50, Machine Maintenance Cost equal to 44,64, Delivery Employee Reliability equal to 64,58, Delivery Lead Time equal to 96,67, Minimum of Delivery Quantity equal to 64,74, Marketing Employee Reliability equal to 64,58, Of Customer Complaint Number equal to 99,17, Time To Solve A Complaint equal to 98,89. From 16 performance indicator of Supply Chain company there are 14 indicator having high score value and 2 indicator having low score value, consisting of Percentage Of Adjusted Production Quantity (12,27) repair which need to be conducted is more accurate in conducting production planning and forecast it with method matching with company, Machine Maintenance Cost (44,64) doing rearrangement periodic maintenance schedule so that preventive action can be taken to minimize the cost of machine maintenance.
ABSTRAKSI
Supply Chain adalah konsep yang merupakan integrasi dari keseluruhan elemen dari perusahaan dalam memenuhi permintaan konsumen, yaitu merupakan kesatuan dari
Supplier, Manufacturing, Customer, dan Delivery Process. Sehubungan dengan itu, untuk mengetahui apakah rantai Supply Chain produk dalam suatu perusahaan telah beroperasi dengan baik atau belum, diperlukan adanya suatu sistem pengukuran kinerja.
PT.Tjakrindo Mas-Gersik merupakan perusahaan yang bergerak dalam industri manufaktur yang memproduksi pipa. PT Tjakrindo Mas–Gresik sudah memiliki kerangka pengukuran kinerja tetapi pengukuran kinerja Supply Chain belum ada koordinasi dan integrasi antar jaringan yang ada dalam Supply Chain perusahaan seperti sering terjadinya keterlambatan pengiriman bahan baku dari supplier, adanya komplain dari konsumen, dan lain-lain.
Dengan memperhatikan fungsi Supply Chain dan masalah yang dihadapi PT.Tjakrindo Mas-Gersik, maka dilakukan penelitian yang dengan menggunakan Supply Chain Operations Reference (SCOR). Supply Chain Operations Reference (SCOR) diperlukan untuk mengukur performansi dari suatu perusahaan. Supply Chain Operations Reference (SCOR) diorganisasikan dalam lima proses utama Supply Chain yaitu Plan,
Source, Make, Deliver dan Return.
Hasil pengukuran performansi Supply Chain PT.Tjakrindo Mas-Gresik dapat diketahui bahwa Nilai performansi tertinggi PT.Tjakrindo Mas-Gresik tahun 2010 dicapai pada bulan Mei 2010 sebesar 72,418 dan nilai performansi terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar 62,28. Nilai skor dari masing-masing indikator dari bulan Januari sampai Desember 2010 yaitu Percentage of Adjusted Production Quantity sebesar 12,27,
Forecast Accuracy sebesar 75,34, Internal Relationship sebesar 66,67, Source Employee Reliability sebesar 64,58, Supplier Delivery Lead Time sebesar 93,89, Payment term
sebesar 100, Material Order Cost sebesar 57,20, Manufacturing Employee Reliability
sebesar 64,58, Production Lead Time sebesar 92,50, Machine Maintenance Cost sebesar 44,64, Delivery Employee Reliability sebesar 64,58, Delivery Lead Time sebesar 96,67,
Minimum Delivery Quantity sebesar 64,74, Marketing Employee Reliability sebesar 64,58, Number of Customer Complaint sebesar 99,17, Time To Solve A Complaint
sebesar 98,89. Dari 16 indikator performansi Supply Chain perusahaan terdapat 14 indikator yang mempunyai nilai skor yang tinggi dan 2 indikator yang mempunyai nilai skor rendah, yang terdiri dari Percentage Of Adjusted Production Quantity (12,27) perbaikan yang perlu dilakukan adalah lebih teliti dalam melakukan perencanaan produksi dan meramalnya dengan metode yang sesuai dengan perusahaan, Machine Maintenance Cost (44,64) perbaikan yang perlu dilakukan adalah melakukan pengaturan kembali schedule perawatan mesin secara berkala sehingga tindakan preventif dapat dilakukan untuk meminimalisir biaya perawatan mesin
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Persaingan bisnis yang semakin ketat di era globalisasi ini menuntut
perusahaan untuk menyusun kembali strategi dan taktik bisnisnya sehari-hari.
Esensi dari persaingan terletak pada bagaimana perusahaan mengimplementasikan
proses dalam menghasilkan produk atau jasa yang lebih baik, lebih murah dan
cepat dibanding pesaingnya. Untuk itu dalam rangkaian kerja tersebut sebuah
perusahaan harus dapat memperbaiki performansinya agar dapat terus bersaing
dan mengalami kemajuan.
PT Tjakrindo Mas–Gresik adalah suatu perusahaan yang menghasilkan
berbagai macam produk dari beberapa divisi. Divisi–divisi tersebut antara lain
divisi PVC pipe and fitting, office and hospital equipment, office chair,
mechanical electrical, iron funiture, wood furniture. Divisi PVC pipe and fitting
memproduksi berbagai ukuran pipa.
PT Tjakrindo Mas–Gresik sudah memiliki kerangka pengukuran kinerja
tetapi pengukuran kinerja Supply Chain belum ada koordinasi dan integrasi antar
jaringan yang ada dalam Supply Chain perusahaan seperti sering terjadinya
keterlambatan pengiriman bahan baku dari supplier, adanya komplain dari
konsumen, dan lain-lain.
Supply Chain Operation Reference (SCOR) diperlukan untuk mengukur
performansi dari suatu perusahaan. Dari pengukuran tersebut akan didapatkan
hasil performansi yang akan mengarahkan perusahaan dan memberikan
SCOR diorganisasikan dalam 5 (lima) proses Supply Chain utama yaitu : Plan,
Source, Make, Deliver, dan Return dimana ini pada level pertama, kemudian
SCOR dibagi lagi menjadi level-level untuk pengukuran performansinya.
Dengan memperhatikan masalah yang dihadapi PT Tjakrindo Mas–Gresik,
maka penulis melakukan penelitian yang dengan mengembangkan suatu kerangka
kerja pengukuran Supply Chain dengan menggunakan indikator pengukuran
kinerja yang lebih sesuai dengan kondisi dan tujuan strategis perusahaan. Dengan
harapan dapat membantu pihak manajemen agar bisa mengetahui dan
meningkatkan kemampuan perusahaan saat ini serta menentukan prioritas
indikator-indikator yang perlu diperbaiki di masa yang akan datang.
1.2. Perumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah diatas maka permasalahan yang
akan dibahas dalam skripsi ini adalah ”Seberapa besar tingkat performansi
Supply Chain Operation Reference (SCOR) dan indikator-indikator apa saja yang diprioristaskan untuk diperbaiki di PT TJAKRINDO MAS–GRESIK ? ”
1.3. Batasan Masalah
Batasan masalah yang digunakan dalam penulisan ini adalah :
1. Penelitian dilakukan hanya pada Divisi PVC dari PT.Tjakrindo-Mas Gresik
yang memproduksi pipa jenis supralon AW.
2. Responden adalah kepala bagian dan staf dari departemen yang telah
ditentukan dan ahli dalam bidangnya.
1.4. Asumsi
Berdasarkan pada batasan masalah, maka asumsi yang digunakan adalah :
1. Data yang diperoleh dari kuesioner yang disebarkan diasumsikan dapat
mewakili kondisi performansi Supply Chain di perusahaan.
2. Masing–masing indikator kinerja yang akan diukur memiliki hubungan yang
saling mempengaruhi satu sama lain.
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui performansi dari masing-masing indikator Supply Chaín di
PT.Tjakrindo Mas–Gresik.
2. Memberikan usulan prioritas indikator-indikator yang perlu diperbaiki di
PT.Tjakrindo Mas–Gresik agar perusahaan berjalan dengan baik sesuai
rencana.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Bagi peneliti :
- Menambah wawasan dan kemampuan dalam mengaplikasikan ilmu-ilmu
dan memperoleh pengalaman praktis dalam mempraktekkan teori-teori
yang pernah didapat, baik dalam perkuliahan maupun dalam
2. Bagi Universitas :
- Menambah koleksi buku referensi yang berhubungan dengan Supply
Chain.
- Menjadi acuan bagi mahasiswa lain untuk menambah dan
mengembangkan ilmu pengetahuan Supply Chain.
3. Bagi Perusahaan :
- Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan bagi perusahaan
dalam mengembangkan suatu kerangka pengukuran kinerja Supply Chain
yang sesuai dengan kondisi dan tujuan strategis perusahaan.
1.7. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan skripsi ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bagian ini berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan
penelitian serta manfaat penelitian, batasan dan asumsi yang digunakan
dalam penelitian serta sistematika penulisan skripsi ini secara
keseluruhan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan tentang teori, pendapat pakar, tulisan ilmiah, dan
sejenisnya yang dibutuhkan untuk mendukung dan memberikan
landasan/kerangka konsep berpikir yang kuat dan relevan dalam
penelitian ini yaitu mengenai konsep model–model pendekatan
pengukuran dan pengendalian kinerja Supply Chain dan hasil penelitian
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan langkah–langkah penelitian secara keseluruhan
sampai perancangan mekanisme kontrol kinerja Supply Chain yang
diusulkan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini dijelaskan indikator kinerja yang dijadikan mekanisme
kontrolnya berikut pula definisi, ukuran kinerja dan periodisasi
pengukuran masing–masing indikator kinerja dan pada akhirnya
dilakukan perancangan pengukuran kinerja untuk masing-masing
indikator.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisikan kesimpulan dari penulisan ini dan saran sesuai
dengan penelitian yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pengukuran Kinerja Perusahaan
Pengukuran kinerja perusahaan memiliki peranan penting dalam
mengetahui kondisi perusahaan, apakah mengalami penurunan atau peningkatan
serta perbaikan apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kinerja mereka.
2.1.1 Definisi Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja merupakan suatu proses untuk mengukur efektivitas
dan efisiensi dari suatu aktivitas dalam suatu organisasi. Adapun definisi dari
pengukuran kinerja itu sendiri menurut para ahli, antara lain sebagai berikut :
1. Stoner et al (1996), berpendapat bahwa pengukuran kinerja merupakan suatu
ukuran seberapa efisien dan efektif individu atau organisasi dalam tujuan yang
memadai
2. Patrick L.Romano (1989), berpendapat bahwa pengukuran kinerja
(performance) merupakan salah satu proses dalam sistem pengendalian
manajemen dengan membandingkan dan mengevaluasi antara rencana yang
dibuat dan hasil yang dicapai, menganalisa penyimpangan yang terjadi dan
melakukan perbaikan terhadap penyimpangan – penyimpangan tersebut.
3. Mulyadi (1993), berpendapat bahwa pengukuran kinerja merupakan
penentuan secara periodik efektivitas operasional dari suatu organisasi sebagai
bagian organisasi dan karyawannya, berdasarkan sasaran, standar dan kriteria
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja adalah
tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai
yang ada dalam perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan
sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi
pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana perusahaan memerlukan
penyesuaian-penyesuaian atas aktifitas perencanaan dan pengendalian. (Sony Yuwono, dkk.
Gramedia, 2006)
2.1.2 Tujuan Pengukuran Kinerja
Menurut Mulyadi (1993) tujuan dari pengukuran kinerja adalah
1. Untuk menentukan kontribusi suatu bagian dalam perusahaan terhadap
organisasi secara keseluruhan.
2. Untuk memberikan dasar bagi penilaian suatu prestasi dalam berorganisasi.
3. Untuk memberikan motivasi bagi manajer bagian dalam (internal) menjalankan
bagiannya seirama dengan tujuan pokok perusahaan secara keseluruhan.
2.1.3 Manfaat Pengukuran Kinerja
Menurut Lynch dan Cross (1993), manfaat dari sistem pengukuran kinerja
yang baik adalah :
a. Menelusuri manfaat kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan
membawa perusahaan menjadi lebih dekat pada pelanggannya dan membuat
seluruh orang dalam organisasi terlibat dalam upaya memberi kepuasan kepada
b. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan kepada pelanggan sebagai
bahan dari mata rantai pelanggan dan pemasok internal.
c. Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya-upaya
pengurangan terhadap pemborosan tersebut (reduction of waste)
d. Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih
konkret sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi.
e. Membangun konsensus untuk melakukan suatu perubahan dengan memberi
“reward” atau perilaku yang diharapkan tersebut.
Menurut Vincent Gaspersz (2006) adalah sebagai berikut:
1. Pengukuran kinerja yang dilakukan oleh produsen akan sangat bermanfaat
sebagai langkah positif dalam memacu kinerja bisnis itu sendiri.
2. Pengukuran kinerja paling sedikit akan memberikan dua manfaat untuk
pembuat keputusan, yaitu:
a. Informasi tentang status kinerja bisnis saat ini.
b. Identifikasi untuk peningkatan kinerja bisnis itu.
(Sony Yuwono, dkk. Gramedia, 2006)
2.2 Konsep Supply ChainManagement
Konsep Supply Chain Management merupakan konsep baru dalam melihat
persoalan logistik. Konsep lama melihat logistik lebih sebagai persoalan intern
masing-masing perusahaan, dan pemecahannya dititikberatkan pada pemecahan
secara intern di perusahaan masing-masing. Dalam konsep baru ini, masalah
sejak bahan dasar sampai barang jadi yang dipakai konsumen akhir, yang
merupakan mata rantai persediaan.
Supply Chain Management melibatkan banyak pihak didalamnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung dalam usaha untuk memenuhi permintaan
konsumen. Di sini Supply Chain tidak hanya melibatkan manufaktur dan supplier,
tetapi juga melibatkan banyak hal antara lain transportasi, gudang dan juga
konsumen itu sendiri. (Richardus Eko Indrajit dan Richardus Djokopranoto, 2003)
2.2.1 Definisi Supply ChainManagement
Adapun definisi dari Supply Chain Management itu sendiri menurut para
ahli, antara lain sebagai berikut :
1. Ross (1998), berpendapat Supply Chain Management merupakan filosofi
manajemen yang secara terus-menerus mencari sumber-sumber fungsi bisnis
yang kompeten untuk digabungkan baik dalam perusahaan maupun luar
perusahaan seperti mitra bisnis yang berada dalam satu Supply Chain untuk
memasuki sistem supply yang berkompetitif tinggi dan memperhatikan
kebutuhan pelanggan, yang berfokus pada pengembangan solusi inovatif dan
sinkronisasi aliran produk, jasa dan informasi untuk menciptakan sumber nilai
pelanggan (customer value) yang bersifat unik.
2. Martin (1998), berpendapat bahwa Supply Chain Management adalah jaringan
organisasi yang melibatkan hubungan upstream (hulu) dan downstream (hilir)
dalam proses dan aktivitas yang berbeda yang memberi nilai dalam bentuk
3. Menurut Fortune Magazine (artikel Henkoff,1994), Supply Chain Management
adalah merupakan proses dimana perusahaan memindahkan material,
komponen dan produk ke pelanggan.
4. Simchi-Levi et al. (1999, p.l) berpendapat bahwa Supply Chain Management
merupakan serangkaian pendekatan yang diterapkan untuk mengintegrasikan
supplier, pengusaha, gudang (warehouse) dan tempat penyimpanan lainnya
secara efisien sehingga produk dihasilkan dan didistribusikan dengan kuantitas
yang tepat, lokasi tepat dan waktu tepat untuk memuaskan kebutuhan
pelanggan
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat ditarik suatu pengertian
tentang Supply Chain Management yaitu suatu kesatuan proses dan aktivitas
produksi mulai raw material diperoleh dari supplier, proses penambahan nilai
(produksi) yang mengubah raw material menjadi barang jadi, proses
penyimpanan (inventory) sampai proses delivery barang jadi tersebut ke retailer
dan customer. Semua kesatuan tersebut diupayakan dalam rangka untuk
meningkatkan customer satisfaction.
2.2.2 Tujuan Supply ChainManagement
Adapun tujuan dari proses Supply Chain Management adalah :
1. Mengembangkan tim yang berfokus pada pelanggan sehingga dapat
memberikan persetujuan produk dan jasa menguntungkan kedua belah pihak
pada pelanggan secara strategik.
2. Membuat kontak hubungan yang secara efisien menangani
3. Secara terus-menerus mengumpulkan, menyusun dan meng-update permintaan
pelanggan untuk menyesuaikan demand dengan supply.
4. Mengembangkan sistem produksi fleksibel yang tanggap secara cepat pada
perubahan kondisi pasar.
5. Mengatur hubungan supplier sehingga quick response dan perbaikan
berkesinambungan dapat berjalan lancar.
6. Meminimasi waktu siklus ketersediaan (return to available).
2.2.3 Proses Supply ChainManagement
Ada 5 proses utama dalam Supply Chain Management yaitu :
1. Plan, yaitu proses yang menyeimbangkan permintaan dan persediaan untuk
mengembangkan tindakan yang memenuhi penggunaan source, produksi dan
pengiriman (delivery) yang baik.
2. Source, yaitu proses untuk menyediakan produk dan jasa (raw material) untuk
memenuhi kebutuhan atau permintaan aktual.
3. Make, yaitu proses untuk mentransformasi raw material menjadi produk jadi
untuk memenuhi kebutuhan atau permintaan aktual.
4. Deliver, yaitu proses mengirimkan produk jadi dan jasa untuk memenuhi
kebutuhan atau permintaan aktual, termasuk juga manajemen penjualan,
manajemen transportasi, dan manajemen distribusi.
5. Return, yaitu proses yang dikaitkan dengan pengembalian atau menerima
kembali produk dengan berbagai alasan. Proses ini juga termasuk didalam
Gambar 2.1 Proses dalam Supply Chain
2.3 Prinsip Pengukuran Performansi Supply Chain
Pengukuran kinerja adalah suatu proses untuk mengukur efektivitas dan
efisiensi dari suatu aktivitas. Dalam sistem manajemen bisnis modern,
pengukuran kinerja bukan hanya sekedar sistem pengukuran dan perhitungan saja,
melainkan juga dapat memberikan kontribusi pada peningkatan kinerja.
Ada sejumlah tipe pengukuran kinerja yang berbeda yang digunakan untuk
mengkarakteristik sistem, khususnya sistem produksi, distribusi, dan inventori.
Banyaknya sistem pengukuran tersebut, maka untuk melakukan pemilihan sistem
pengukuran manakah yang paling sesuai dengan pengukuran performansi Supply
Chain sangat sulit.
Ide dari pengukuran kinerja ini diawali dari pengukuran operasi
manufakturing yang dilakukan oleh Frederick W. Taylor (father of scientific
methods) pada awal abad ke 20. Beliau melakukan penelitian mengenai studi
gerak dan waktu. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang
ada serta membuat kriteria yang obyektif untuk mengukur dan menetapkan kinerja
yang obyektif untuk mengukur dan menempatkan kinerja dan efisiensi pekerja
Lama-kelamaan pandangan pengukuran kinerja semakin berkembang.
Penelitian mengenai pengukuran kinerja tidak lagi difokuskan pada penelitian
kinerja individual melainkan mengarah pada pengukuran kinerja bisnis
perusahaan. Pada awal tahun 1920 mulailah muncul dan berkembang sistem
pengukuran secara tradisional yang masih berfokus pada aspek finansial. Sistem
pengukuran tradisional ini dinilai oleh para praktisi dan akademisi memiliki
banyak kekurangan karena berfokus pada satu indikator saja yaitu finansial.
Pengukuran kinerja sebaiknya memiliki orientasi jangka panjang dibandingkan
dengan jangka pendek. Ukuran finansial menunjukkan dampak kebijakan dan
prosedur perusahaan pada posisi keuangan perusahaan jangka pendek, hal ini
merupakan salah satu kekurangan sistem kinerja secara tradisional.
Dalam pengukurannya, ada beberapa pertimbangan yang harus dilihat antara
lain :
1. Ukuran tidak diorientasikan dan dipusatkan atas menyediakan suatu perspektif
memandang ke depan.
2. Ukuran tidak selalu dihubungkan dengan pentingnya masalah keuangan,
namun seperti pelayanan pelanggan dan mutu produk.
3. Ukuran tidak secara langsung ada keterkaitan dengan efisiensi dan efektivitas
operasional.
Pengukuran performansi terhadap Supply Chain haruslah mengandung
indikator-indikator. Indikator-indikator tersebut sebaiknya harus berkaitan dengan
pertanyaan-pertanyaan seperti berikut :
1. Aspek-aspek apa saja yang harus diukur ?
3. Bagaimana menggunakan hasil pengukuran itu untuk menganalisa,
memperbaiki dan mengontrol kualitas rantai produktivitas ?
Di dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, bukanlah merupakan tugas
yang mudah. Banyak indikator-indikator yang harus disiapkan dan perlu
penggunaan ukuran-ukuran yang disesuaikan dengan kondisi perusahaan.
Ada beberapa sifat yang harus dipenuhi oleh indikator, yaitu :
1. Universality (bersifat umum dan mudah diukur).
2. Measurability (menjamin bahwa data-data yang diperlukan memang dapat
diukur).
3. Consistency (menjamin kekonsistenan pengukuran).
2.3.1 Ruang Lingkup Pengukuran Performansi Supply Chain
Pengukuran kinerja dapat dilakukan untuk mengetahui kondisi perusahaan,
apakah perusahaan tersebut telah berjalan dengan baik dan mampu mencapai
tujuannya atau justru mengalami kemunduran.
Pengukuran kinerja Supply Chain mencakup pengukuran kinerja
perusahaan pada proses internal dan proses eksternal perusahaan. Proses internal
perusahaan merupakan seluruh proses yang terjadi didalam perusahaan mulai dari
proses perencanaan produksi hingga pengirirman produk kepada customer.
Sedangkan proses eksternal merupakan proses yang melibatkan hubungan
perusahaan dengan stage yang berada diluar perusahaan, yaitu supplier dan
Gambar 2.2 Ruang lingkup pengukuran kinerja Supply Chain
2.3.2 Metode Pengukuran Performansi Supply Chain
Ada berbagai macam cara pengukuran performansi yang pernah dilakukan
perusahaan-perusahaan dunia. Salah satunya adalah cara pengukuran yang
dilakukan oleh sebuah supermarket. Pertama mereka menentukan obyektif
performansi yang dibutuhkan di dalam pengukuran tersebut, seperti quality,
speed, reliability, flexibility, dan sebagainya. Obyektif tersebut diberi skor dan
bobot. Tingkat pemenuhan performansi didefinisikan oleh normalisasi dari
indikator performansi tersebut. Untuk strategi Supply Chain yang pasti, berlaku
hubungan sebagai berikut :
Pi =
∑
=
n
i j
j ij W
S , Dimana :
Pi = Total performansi Supply Chain varian i
n = Jumlah obyektif performansi
Sij = Skor Supply Chain ke i didalam obyektif performansi ke j
Wj = Bobot dari obyektif performansi
Di dalam pengukuran ini, langkah pertama adalah melakukan pembobotan.
Pembobotan dilakukan dengan cara Analytic Hierarchy Process (AHP), dimana
setiap obyektif performansi dipasangkan dan dilakukan perbandingan tingkat
kepentingannya. Langkah kedua adalah pendefinisian dari indikator performansi
Supplier /Pemasok
Supply Chain Management
Customer/ Konsumen
dan melakukan pengukuran. Skor di dalam obyektif pengukuran yang
berbeda-beda didefinisikan dengan bantuan 6 langkah, yaitu :
1. Pendefinisian setiap indikator
2. Pendefinisian normalisasi
3. Pendefinisian interval skor untuk setiap indikator
4. Pendefinisian skor dari indikator
5. Penjumlahan skor
6. Normalisasi dari skor
Setiap indikator memiliki bobot yang berbeda-beda dengan skala ukuran
yang berbeda-beda pula. Oleh karena itu, diperlukan proses penyamaan
parameter, yaitu dengan cara normalisasi tersebut. Di sini normalisasi memegang
peranan cukup penting demi tercapainya nilai akhir dari pengukuran performansi.
Proses normalisasi dilakukan dengan rumus normalisasi Snorm dr De
boer, yaitu :
(
)
100min max
min x S S
S Si Snorm
− −
= , dimana :
Si = Nilai indikator aktual yang berhasil dicapai
Smin = Nilai pencapaian performansi terburuk dari indikator performansi
Smax = Nilai pencapaian performansi terbaik dari indikator performansi
Pada pengukuran ini, setiap bobot indikator dikonversikan ke dalam
interval nilai tertentu yaitu 0 sampai 100. Nol (0) diartikan paling jelek dan
seratus (100) diartikan paling baik. Dengan demikian parameter dari setiap
indikator adalah sama, setelah itu didapatkan suatu hasil yang dapat dianalisa.
Untuk memantau nilai pencapaian performansi terhadap nilai pencapaian
monitoring indikator performansi. Jika nilai kinerja < 40 maka pencapaian
performansinya dapat dikategorikan kedalam kondisi yang sangat rendah (poor)
sedangkan jika skor normalisasi mencapai nilai diatas 90 maka dapat
dikategorikan sangat baik sekali (excellent)
Tabel 2.1. Sistem Monitoring Indikator Performansi
(Sumber : Trienekens dan Hvolby, 2000)
Sistem Monitoring Indikator Performansi
> 90 Exellent
70 – 90 Good
50 – 70 Average
40 – 50 Marginal
< 40 Poor
2.4 Konsep Supply Chain Operations Reference (SCOR) Model
Model Supply Chain Operations Reference (SCOR) dikembangkan oleh
suatu lembaga professional, yaitu Supply Chain Council (SCC). Supply Chain
Council (SCC) diorganisasikan tahun 1996 oleh Pittiglio Rabin Todd & McGrath
(PRTM) dan AMR Research. Model ini dikuasakan kepada seluruh industry
standart yang digunakan untuk Supply Chain Management. Model ini
dikembangkan untuk mendeskripsikan aktivitas bisnis yang diasosiasikan dengan
seluruh fase yang terlibat untuk memenuhi permintaan customer.
Adapun bentuk dari Supply Chain yang digambarkan oleh SCOR model
Gambar 2.3. Supply Chain Model
Sumber : I Nyoman Pujawan, Supply Chain Management, 2005
Adapun definisi dari kelima proses manajemen utama Supply Chain dalam
SCOR adalah sebagai berikut :
1. Plan
Proses perencanaan untuk menyeimbangkan permintaan dan persediaan untuk
mengembangkan tindakan yang memenuhi penggunaan source, produksi dan
pengiriman yang terbaik.
2. Source
Proses yang berkaitan dengan aktivitas untuk memperoleh material dan
hubungan perusahaan dengan supplier.
3. Make
Proses untuk merubah (transformasi) material menjadi produk jadi untuk
memenuhi permintaan customer.
4. Delivery
5. Return
Proses yang dikaitkan dengan pengembalian dan penerimaan produk yang
dikembalikan oleh pelanggan untuk berbagai alasan.
Model SCOR (Supply Chain Operations Reference) diorganisasikan dalam
5 (lima) proses Supply Chain utama yaitu : Plan, Source, Make, Deliver, dan
Return dimana ini pada level pertama. Kemudian SCOR dibagi lagi menjadi
level-level untuk pengukuran performansinya. Didalam level-level 2 SCOR, dimunculkan
setiap aspek yang akan diukur. Misalnya saja mengenai reliability,
responsiveness, flexibility, costs, dan assets.
Dari masing-masing aspek itu, di dalamnya terdapat metriks-metriks
pengukuran yang akan diukur sehingga dapat kita nilai. Level dua dari SCOR,
digambarkan mengenai mapping Supply Chain perusahaan yang akan diukur
performansinya. Sedangkan untuk level tiganya, setiap komponen yang ada di
mapping level dua, di breakdown sehingga mendapatkan sesuatu yang detail dari
komponen-komponen tersebut. Pada level tiga juga sudah mulai dilakukan
penentuan parameter dari setiap metriks dan komponen yang akan diukur. (I
nyoman Pujawan, 2005)
Adapun contoh-contoh metriks yang ada di dalam metode SCOR, adalah
sebagai berikut :
A. Aspek reliability
1. Inventory inaccuracy, yaitu besarnya penyimpangan antara jumlah fisik
persediaan yang ada di gudang dengan catatan/dokumentasi yang ada.
2. Defect rate, yaitu tingkat pegembalian material cacat yang dikembalikan ke
3. Stockout Probability, probabilitas atau kemungkinan terjadinya kehabisan
persediaan.
B. Aspek Responsiveness
1. Planning cycle time, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menyusun jadwal
produksi.
2. Source item responsiveness, yaitu waktu yang dibutuhkan supplier untuk
memenuhi kebutuhan perusahaan apabila terjadi peningkatan jumlah jenis
material tertentu dari permintaan awal suatu order.
C. Aspek Flexibility
1. Minimum order quantity, yaitu jumlah unit minimum yang bisa dipenuhi
supplier dalam setiap kali order.
2. Make volume flexibility, yaitu prosentase penongkatan yang dapat dipenuhi
oleh produksi dalam kurun waktu tertentu.
D. Aspek Cost
1. Defect cost, yaitu biaya-biaya yang digunakan untuk penggantian produk
cacat.
2. Machine maintenance, yaitu biaya-biaya yang digunakan untuk perawatan
mesin produksi.
E. Aspek Assets
1. Payment term, yaitu rata-rata selisih waktu antara permintaan material
dengan waktu pembayaran ke supplier.
2. Cash to cash cycle time, yaitu waktu dari perusahaan mengeluarkan uang
untuk pembelian material sampai dengan perusahaan menerima uang
Contoh atribut-atribut penelitian sesuai Key Performance Indikator di
[image:36.595.107.511.221.751.2]PT.Petronika-Gresik sebagai berikut :
Tabel 2.2 Key Performance Indicator di PT.Petronika-Gresik
(sumber : Ilma Shofyana.Analisis Performansi Supply Chain Operation Reference
di PT.Petronika-Gresik)
Key Performansi Indikator Keterangan
PLAN
Reliability
Number of production schedule revision
Jumlah jadwal produk yang mengalami perubahan Percentage of adjusted
production quatity
Prosentase perubahan jumlah unit produksi dengan rencana produksi awal
Forecast Accuracy Prosentase penyimpangan permintaan actual dengan permintaan hasil peramalan Inventory accuracy of
material
Keakuratan persediaan dalam material
Inventory accuracy of packaging
Keakuratan persediaan dalam pengemasan
Inventory accuracy of finished product
Keakuratan persediaan dalam produk akhir
Internal Relationship Hubungan internal antara bagian dalam perusahaan
Planning employee reliability
Keandalan tenaga kerja bagian PPC
Responsiveness Time to identity new product specification
Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian dan pengembangan produk baru Time to revise production
schedule
Waktu yang dibutuhkan untuk merevisi jadwal produksi Time to produce a
production schedule
Waktu yang dibutuhkan untuk menyusun jadwal produksi
SOURCE
Reliability
Supplier Delivery Performance
Kinerja pengiriman supplier Source Employee
Reliability
Keandalan tenaga kerja bagian pengadaan bahan baku Percentage of suppliers
with long term contracts
Prosentase supplier jangka panjang
Supplier reliability Keandalan dari supplier
Responsiveness
Supplier delivery lead time
Rata-rata rentang pengiriman
Source Volume
responsiveness of material
Tingkat ketanggapan volume bahan baku
Source volume responsiveness of packaging
Tingkat ketanggapan volume pengemasan
Time to identify a new supplier
Waktu yang dibutuhkan
perusahaan untuk mengidentifikasi supplier baru
Flexibility Source item flexibility of packaging
Banyaknya perubahan jenis material yang diminta yang dapat
dipenuhi dalam kurun waktu tertentu
Minimum order quality of packaging
Jumlah minimum kuantitas untuk setiap kali order yang bisa dipenuhi oleh supplier
Cost
Material order cost Biaya yang dikeluarkan untuk order material
Supplier evaluation cost Biaya yang dikeluarkan untuk melakukan ecvaluasi supplier dalam 1 tahun
Assets
Cash to cash cycle time Waktu sejak perusahaan mengeluarkan uang untuk membeli material sampai dengan menerima uang dari konsumen Payment term Rata-rata selisih waktu antara
penerimaan material dari supplier sampai dengan waktu pembayaran ke supplier
MAKE
Reliability
Percentage of product out of weight specification
Prosentase produk yang keluar dari spesifikasi berat
Number of backorder Jumlah unit yang diproduksi secara backorder salam suatu permintaan
Repair time percentage Waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki mesin yang rusak Breakdown time
percentage
Waktu yang menyebabkan proses produksi terhenti
Time between machine failure
Waktu rata-rata antar kerusakan mesin yang menyebabkan proses terhenti
Manufacturing employee reliability
Keandalan tenaga kerja
Responsiveness
Production lead time Lead time produksi Make volume
responsiveness
Waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk memenuhi permintaan konsumen apabila terjadi peningkatan permintaan sebesar 20%
Make item responsiveness Waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk memenuhi permintaan konsumen apabila terjadi perubahan jenis produk Changeover time Waktu persiapan mesin yang
diperlukan apabila terjadi penggantian jenis produk yang akan diproduksi
Flexibility
Make volume flexibility Prosentase peningkatan
permintaan yang dapat dipenuhi dalam kurun waktu tertentu Production item flexibility Flexibiltas item produk
Cost
Overhead cost Biaya overhead
Defect cost Biaya-biaya penggantian produk cacat
Machine maintenance cost Biaya perawatan mesin Assets Asset turn Total penerimaan kotor dibagi
total asset bersih
yang bias dipenuhi dari total permintaan
Percentage of orders delivered complete
Prosentase order yang kuantitasnya terkirim lengkap Stockout probability Kemungkinan terjadinya
kehabisan persediaan Delivery employee
reliability
Keandalan tenaga kerja bagian pengiriman
Responsiveness
Delivery lead time Waktu sejak distributor industri memesan barang sampai barang diambil
Flexibility Minimum delivery quantity
Jumlah minimum pengiriman
Cost Holding cost Biaya penyimpanan per unit
RETURN
Reliability
Product reject rate Tingkat pengembalian produk Marketing employee
reliability
Keandalan tenaga kerja
Responsiveness
Number of customer complaint
Jumlah komplain dari konsumen
Packaging supplier repair time
Waktu yang dibutuhkan supplier untuk mengganti material yang diklaim setiap kali terjadi klaim Flexibility Time to solve a complain Waktu yang dibutuhkan untuk
mengatasi komplain konsumen
2.5 Analytical Hierarchy Process (AHP)
Untuk melihat bobot keterkaitan antar variabel dapat digunakan metode
Analytical Hierarchy Process (AHP). AHP adalah alat bantu pengambilan
keputusan yang sederhana untuk menangani masalah yang kompleks, tidak
tersrtuktur bahkan multi atribut. Metode ini dikembangkan oleh Saaty (1980).
Aplikasi dari AHP telah diberlakukan pada berbagai wilayah seperti resolusi
konflik, transportasi, kesehatan dan manufaktur. Kekuatan metode AHP terletak
pada kemampuan untuk meniru pendapat manusia tentang aturan yang penting
dalam factor yang berbeda untuk mewujudkan tujuan atau hasil serta membantu
menstrukturkan masalah yang kompleks dan multi atribut. (Dermawan Wibisono,
Erlangga, 2006 )
2.5.1 Definisi Analytical Hierarchy Process (AHP)
Analytical Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Dr.Thomas
L.Saaty dari Wharton School of Bussines pada tahun 1970-an untuk
mengorganisir informasi dan pendapat ahli dalam memilih alternative yang paling
disukai (Saaty 1983). Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah suatu bentuk
model pengambilan keputusan yang pada dasarnya berusaha menutupi semua
kekurangan dari model–model sebelumnya. Peralatan utama dari model ini adalah
sebuah hierarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia.
Kelebihan model AHP dibandingkan dengan model keputusan lainnya
adalah terletak pada kemampuan memecahkan masalah yang multi objective dan
multi criteria. Kebanyakan model yang sudah ada memakai single objective dan
multi criteria. Kelebihan model AHP ini lebih disebabkan oleh fleksibilitasnya
yang lebih tinggi terutama dalam pembuatan hierarkinya. Sifat fleksibelnya
tersebut membuat AHP dapat menangkap beberapa tujuan dan beberapa kriteria
sekaligus ke dalam sebuah model ataupun hierarki. Bahkan model tersebut juga
bisa memecahkan masalah yang mempunyai tujuan–tujuan yang saling
berlawanan dalam sebuah model.
Selain itu, AHP juga menguji konsistensi penilaian bila terjadi
penyimpangan terlalu jauh dari nilai konsistensi sempurna, maka hal itu
menunjukkan penilaian perlu diperbaiki atau hierarkhi harus distruktur ulang.
Ada beberapa keuntungan yang lain bila memecahkan persoalan dan
Tabel 2.3 Keuntungan AHP
( Sumber : Marimin Nurul Maghfiroh, IPB Press , 2010 )
Kesatuan AHP memberikan satu model tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk aneka ragam persoalan yang tidak terstruktur
Kompleksitas AHP memadukan ancangan deduktif berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan kompleks
Saling ketergantungan
AHP dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam suatu sistem dan tidak memaksakan pemikiran linier
Penyusunan hierarki
AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah-milah elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat
Pengukuran AHP memberi suatu skala untuk mengukur hal-hal dan terwujud suatu metode untuk menetapkan prioritas
Konsistensi AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan untuk menetapkan berbagai prioritas
Sintesis AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap alternative
Tawar-Menawar
AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memeungkinkan organisasi memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan-tujuan mereka
Peniaian dan Konsensus
AHP tidak memaksakan konsesus tetapi mensintesiskan suatu hasil representatif dari berbagai peilaian yang berbeda
Pengulangan Proses
AHP memungkinkan organisasi memperhalus definisi mereka pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka melalui pengulangan
Di dalam AHP, terdapat hierarki yang terbagi atas level-level. Hierarki
adalah suatu ringkasan dari struktur suatu sistem untuk mempelajari
interaksi-interaksi fungsional dari komponen-komponen yang ada dan pengaruhnya pada
seluruh sistem.
Ada dua macam hierarki, antara lain :
1. Hierarki Struktural, sistem yang kompleks disusun kedalam
Hierarki ini sangat erat kaitannya dengan cara otak menganalisis hal yang
kompleks, yaitu dengan memecah-mecah obyek yang ditangkap oleh indera
menjadi gugusan yang semakin kecil. Misalnya ukuran, bangunan, warna atau
umur.
2. Hierarki Fungsional, sistem yang kompleks disusun ke dalam
komponen-komponen pokoknya dalam urutan menurun menurut hubungan esensial
mereka. Hierarki ini sangat membantu untuk membawa sistem ke arah tujuan
yang diinginkan. Misalnya pemecahan konflik, prestasi yang efisien, atau
kebahagiaan yang perlu dipertimbangkan.
Dalam menyusun suatu hierarki tidak ada prosedur tetap untuk membuat
tujuan, kriteria, dan kegiatan yang harus dimasukkan ke dalam tersebut. Gagasan
penyusunan mendaftar semua konsep yang relevan terhadap masalah tanpa
memperhatikan hubungan atau urutan, dapat diperoleh melalui studi literatur
untuk memperkaya ide, atau seringkali dilakukan dengan bekerja sama dengan
orang lain.
Tujuan utama yang akan dicapai harus diidentifikasi pada puncak hierarki,
sub tujuan pada tingkat berikutnya, dan kendala-kendala yang menghalangi usaha
para pelaku pada tingkat berikutnya lagi. Hal ini dapat mendominasi level dari
pelaku-pelaku itu sendiri, yang kemudian mendominasi level dari tujuan mereka,
dibawahnya adalah level kebijakan mereka dan pada tingkat terbawah adalah level
dari semua kemungkinan hasil yang ada. Secara umum struktur hierarki dapat
Jika kita dihadapkan pada beberapa pilihan untuk memilih dan kita
mempunyai beberapa kriteria yang rumit untuk dinilai, terlebih dahulu kita
melakukan perbandingan berpasangan dari kriteria-kriteria yang ada dalam
hubungannya dengan usaha jangka pendek dan panjang, keuntungan dan resiko,
dan juga matriks perbandingan berpasangan yang berhubungan dengan
keefektifan dan kesuksesan.
Akhirnya, pada level terbawah kita membandingkan pilihan-pilihan terhadap
tiap kriteria, membuat bobot secara hierarki, dan memilih prioritas tertinggi.
Dengan demikian, keputusan diambil berdasarkan pilihan yang memiliki weight
overall tertinggi.
Goal
Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3
1
Sub Kriteria 5 Sub Kriteria
4 Sub Kriteria
3 Sub Kriteria
2 Sub Kriteria
1
N 2
Level 1
Level 2
Level 3
[image:42.595.115.513.95.375.2]Level N
Jika kita meneliti penilaian-penilaian yang ada sehingga kita yakin bahwa
kita telah mempertimbangkan semua faktor-faktor yang relevan, maka kita tidak
perlu melakukan perbandingan atas pilihan-pilihan lainnya. Dengan kata lain, kita
telah melakukan yang terbaik untuk memilih yang terbaik.
Dengan menggunakan sistem hierarki beberapa keuntungan yang dapat
diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Dapat digunakan untuk menerangkan bagaimana perubahan bobot prioritas
pada level atas akan mempengaruhi elemen-elemen pada level dibawahnya.
2. Dengan membuat level-level, maka si pengambil keputusan dapat
memfokuskan perhatiannya hanya pada sekelompok kecil kriteria, sehingga
keputusan akan lebih realistis terutama untuk sistem yang kompleks.
Dengan demikian dapat disimpulkan kegunaan hierarki adalah sebagai berikut:
1. Hierarki menggambarkan suatu sistem yang dapat digunakan untuk
menjelaskan bagaimana perubahan pada prioritas pada level atas dapat
mempengaruhi prioritas elemen-elemen di level bawahnya.
2. Memberikan informasi yang mendetail mengenai struktur dan fungsi dari
suatu sistem pada level bawahnya dan memberikan overview dari
pelaku-pelaku dan tujuan mereka pada tingkatan yang lebih tingi. Kendala dari
elemen-elemen pada suatu level dapat digambarkan dengan baik pada level
berikutnya untuk meyakinkan bahwa mereka merasa puas.
4. Bersifat stabil dan fleksibel. Stabil berarti bahwa perubahan kecil membawa
pengaruh kecil dan fleksibel berarti bahwa tambahan pada hierarki dengan
susunan yang baik tidak akan mengacaukan nilai performance.
2.5.2 Langkah-langkah Analitycal Hierarchy Process (AHP)
Adapun langkah–langkah dari Analitical Hierarchy Process (AHP)
sebagai berikut:
1. Membandingkan antar kriteria dengan skala perbandingan yang telah
[image:44.595.115.486.386.726.2]ditentukan. Skala perbandingan yang digunakan adalah :
Tabel 2.4 Skala Penilaian Perbandingan Pasangan
(Sumber : Saaty, Thomas L.).
Intensitas
Kepentingan Keterangan Penjelasan
1 Kedua elemen sama pentingnya
Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan
3
Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya
Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen
dibandingkan atas elemen lainnya
5
Elemen yang satu sedikit lebih cukup daripada elemen yang lainnya
Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan elemen lainnya
7
Satu elemen jelas lebih penting dari pada elemen lainnya
Satu elemen yang kuat disokong dan dominannya telah terlihat dalam praktek
9 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya
Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan
2,4,6,8
Nilai – nilai antara dua nilai pertimbangan yang
berdekatan
Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara dua pilihan
Kebalikan
2. Membuat matriks perbandingan berpasangan, seperti contoh di bawah ini :
Tabel 2.5 Contoh Matriks Perbandingan
(Sumber : Saaty, Thomas L.)
C A1 A2 - - A7
A1 1
A2 1
-
-
A7 1
Dari matriks ini, bandingkan elemen A, dalam kolom disebelah kiri dengan
elemen A1, A2, A3 dan seterusnya yang terdapat dibaris atas berkenaan dengan
sifat C di sudut kiri atas. Lalu ulangi dengan elemen kolom A2 dan seterusnya.
Untuk mengisi matriks perbanding berpasangan itu kita menggunakan bilangan
untuk menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen diatas yang lainnnya
dengan menggunakan skala penilaian perbandingan pasangan.
3. Membuat matriks normalisasi
Matriks normalisasi diperoleh dengan membagi nilai masing–masing sel matriks
berpasangan kriteria dengan total masing–masing kolom. Dan bobot kriteria
diperoleh dengan membagi total nilai normalisasi seluruh kriteria terhadap jumlah
kriteria.
Nilai normalisasi =
∑
=n
i ij ij
a a
1
4. Membuat matriks perbandingan berpasangan dikalikan dengan bobot
masing-masing kriteria.
5. Menentukan eigen vector
λmaks = n
r E i g e n v e
7. Menentukan Consistency Index (CI)
Pengukuran konsistensi dilakukan untuk tiap matriks perbandingan dengan ukuran
≥3. Penilaian dinyatakan dengan konsistensi 100% jika CI=0. Jika CI≤0.1, maka
penilaian dinyatakan dapat diterima. Jika CI≥0.1, maka penilaian harus diulang
kembali.
(
)
(
1)
maks n
CI
n
λ − =
−
8. Menentukan Consistensi Ratio (CR)
Consistensi Ratio (CR) diperoleh dari perbandingan Consistensi Index terhadap
Random Index (RI). CR dapat diterima jika CR≤0.1.
CR = RI CI
CR = Rasion Konsistensi CI = Indeks Konsistensi
RI = Indeks Random
Consistensi Ratio (CR) adalah angka yang menunjukkan tingkat kekonsistenan
suatu nilai. Apabila nilai CR≤0.1, maka masih dapat ditoleransi tetapi bila CR>0.1
maka perlu dilakukan revisi. Nilai CR=0 maka dapat dikatakan “perfectly
consistent”. (Saaty,)
Tabel 2.6 Nilai Indeks Random (RI)
2 3 4 5 6 7 8 9 10
0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49
Tingkat inkonsistensi yang masih bisa diterima adalah tingkat inkonsistensi
2.6 Scoring System
Scoring system dilakukan untuk mengetahui nilai pencapaian terhadap target
yang telah ditetapkan untuk setiap indikator kinerja. Adapun 3 skor yang
ditekankan pada Key Indicator Performance (KPI) adalah
1. Lower is Better
Karakteristik kualitas ini meliputi pengukuran dimana semakin rendah
nilainya (mendekati nol), maka kualitasnya akan lebih baik.
2. Larger is Better
Karakteristik kualitas ini menjadi pengukuran dimana semakin besar nilainya,
maka kualitasnya akan semakin baik
3. Nominal is Better
Karakteristik kualitas ini biasanya ditetapkan suatu nilai nominal tertentu dan
semakin mendekati nilai nominal tersebut, kualitas semakin baik.
2.7 Pengolahan Data
2.7.1 Uji Validitas
Untuk menghitung validitas, maka kita akan menghitung korelasi antara
masing-masing pernyataan dengan skor total dengan menggunakan rumus korelasi
product moment sebagai berikut :
r =
(
)( )
[
2 2]
[
(
2)( )
2]
) )( ( ) )( (
∑
∑
∑
∑
∑
∑ ∑
−
Y Y
N X X
N
Y X Y
X N
dimana :
r = Koefisien korelasi yang dicari
N = Jumlah responden
Y = Skor total tiap responden
Secara statistik, angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan
angka kritik tabel korelasi nilai r.
2.7.2 Uji Reliabilitas
Salah satu cara untuk menghitung reliabilitas adalah dengan rumus Alpha.
Rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan
1 dan 0, misalnya kuesioner atau soal bentuk uraian.
Rumus Alpha :
r11 =
−
−
∑
2 12
1 ) 1
( σ
σb
k k
dimana :
r11 = Reliabilitas instrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyak soal
Σσb2 = Jumlah varians butir
σ12 = Varians total
Program komputer SPSS 15 (Statistical Package for The Social Science)
dapat melakukan perhitungan koefisien alpha dengan mudah.
Pengujian analisis validitas dan reliabilitas adalah proses menguji
butir-butir pertanyaan yang ada dalam sebuah angket, apakah isinya sudah valid dan
reliabel. Analisis dimulai dengan menguji validitas terlebih dahulu, baru
kemudian diikuti oleh uji reliabilitas. Jadi jika sebuah butir tidak valid, maka
otomatis ia dibuang. Butir-butir yang sudah valid kemudian baru secara bersama
diukur reliabilitasnya.
2.8 Penentuan Sampel
Penentuan jumlah sampel/kuesioner menurut Suharsini Arikunto (2002),
apabila subyek yang diamati kurang dari 100, maka lebih baik diambil seluruhnya
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, Selanjutnya jika jumlah
subyek besar (lebih dari 100), maka dapat diambil antara 10%-15%, maka
menggunakan rumus :
n = 15% x N
Keterangan :
n = besar sampel
N = besar populasi
2.9 Peneliti Terdahulu
Beberapa penunjang bahan Supply Chain Operations Reference yang telah
dilakukan penelitian sebelumnya antara lain:
1. Ilma Shofyana, Analisis Performansi Supply Chain Operation Reference di
PT. Petronika Gresik, UPN Veteran Jawa Timur, 2010
Mengetahui performansi kinerja Supply Chain di PT Petronika, hasil
penelitiannya adalah pengukuran performasi Supply Chain PT Petronika
da