ANALISA PERFORMANSI PERUSAHAAN MENGGUNAK AN
METODE
SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE
(SCOR)
DI PT. RANGK A RAYA
SKRIPSI
Disusun Oleh:
YOGOES HELGA SEPTI AN LODO VIGATA
NPM : 0732315029
J URUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN” J AWA TIMUR
YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PANITIA UJ IAN SKRIPSI / KOMPREHENSIF
KETERANGAN REVISI
Mahasiswa di bawah ini :
Nama : YOGOES HELGA SEPTIAN L V
NPM : 0732315029
Jurusan : Teknik Industri
Telah mengajukan revisi / tidak ada revisi *) PRA RENCANA (DESIGN) / SKRIPSI / TUGAS AKHIR Ujian Lisan Gelombang IV TA 2011 – 2012
Dengan judul :
ANALISA PERFORMANSI PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE
SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) DI PT. RANGKA RAYA
Surabaya, 5 Oktober 2012
Dosen penguji yang memerintahkan Revisi,
1.Ir. H. Tri Susilo, MM ( _____________)
2.Ir. Hari Purwoadi, MM ( _____________)
3.Ir. Sumiati, MT ( _____________)
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
Ir. Sumiati, MT
SKRIPSI
ANALISA PERFORMANSI PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR)
DI PT. RANGKA RAYA SURABAYA
Disusun Oleh :
YOGOES HELGA SEPTIAN LODO VIGATA NPM : 0732315029
Telah Dipertahankan Dihadapan dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal : 5 Oktober 2012
Tim Penguji : Dosen Pembimbing :
1. 1.
Ir. H. Tri Susilo, MM Ir. Sumiati, MT
NIP. 19550708 198903 1 001 NIP. 19601213 1991032 2 001
2. 2.
Ir. Hari Purwoadi, MM Ir. Akmal Suryadi, MT
NIP. 19480828 198403 1 001 NIP. 19620318 199303 1 001
3.
Ir. Sumiati, MT
NIP. 19601213 1991032 2 001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknologi Industri
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat, anugerah
dan pimpinan – Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir
ini.
Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi persyaratan kelulusan Program
Sarjana Strata-1 (S-1) di Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dengan judul :
“ANALISA PERFORMANSI PERUSAHAAN MENGGUNAKAN
METODE SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) DI PT.
RANGKA RAYA“.
Penyelesaian penyusunan Tugas Akhir ini tentunya tidak terlepas dari
peran serta berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu tidak berlebihan bila
pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. Sutiyono, MT, selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Ir. Minto Waluyo, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Industri
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Pailan, M.Pd, selaku Sekretaris Jurusan Teknik Industri
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Ibu Ir. Sumiati, MT, selaku Dosen Pembimbing Utama Skripsi.
5. Bapak Ir. Akmal Suryadi, MT, selaku Dosen Pembimbing Pendamping
6. Semua pihak yang telah membantu secara moril dan materiil selama
pelaksanaan penelitian dan penyelesaian penulisan Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan Tugas Akhir ini
terdapat kekurangan, maka dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan
saran dan kritik yang bersifat membangun.
Akhir kata semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membaca. Terima Kasih.
Surabaya, Juni 2012
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
ABSTRAKSI ... xii
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 2
1.3. Batasan Masalah ... 2
1.4. Asumsi ... 3
1.5. Tujuan ... 3
1.6. Manfaat ... 4
1.7. Sistematika Penulisan ... 5
BAB II. TINJ AUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengukuran Kinerja Perusahaan ... 6
2.2 Konsep Supply Chain Management ... 7
2.3 Prinsip Pengukuran Performansi Supply Chain ... 10
2.4 Supply Chain Operation Reference (SCOR) Model ... 13
2.5 Analytical Hierarchy Process (AHP) ... 19
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 31
3.2 Identifikasi dan Definisi Variable ... 31
3.3 Populasi dan Teknik Pengambilan Sample ... 32
3.4 Metode Pengumpulan Data... 33
3.5 Metode Pengolahan Data ... 35
3.6 Lanngkah-Langkah Pemacahan Masalah ... 40
BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hierarki Awal System Pengukuran Performansi ... 48
4.2 Identifikasi Key Performansi Indicator ... 49
4.3 Pengumpulan Data ... 50
4.4 Pembuatan dan Penyebaran Kuisioner ... 58
4.5 Uji Validitas ... 59
4.6 Uji Reliabilitas ... 60
4.7 Pembobotan Key Performance Indicator dengan AHP ... 61
4.8 Nilai Amtual Performansi Supply Chain ... 62
4.9 Standarisasi Supply Chain System ... 66
4.10 Nilai Akhir Performansi Supply Chain ... 69
4.11 Agregasi Nilai Performansi ... 72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 81
5.2 Saran ... 82
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ABSTRAKSI
PT.Rangka Raya adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang stockist dan trading segala jenis besi untuk keperluan infrastruktur serta pabrikasi. Dengan jalur distribusi hampir di seluruh Indonesia, PT. Rangka Raya mendukung pembangunan dan industri melalui produk besi beton, wiremesh, pipa besi dan profile.
PT.Rangka Raya yang bergerak dibidang trading dan stockist sudah memiliki struktur pengukuran kinerja, tetapi pada pengukuran kinerja supply chain belum terkoordinasi dan belum terintegrasi dengan cukup baik antar jaringan yang ada dalam supply chain perusahaan seperti kendala pemenuhan permintaan konsumen yang kadang - kadang tidak sesuai dengan permintaan atau pesanan, purchasing kurang cepat dalam menyuplai material, mesin mengalami macet / rusak sehingga dalam proses distribusi terhambat dan pihak purchasing kurang dapat mengestimasi produk yang akan banyak permintaan dari konsumen sehingga terjadi penumpukan stock yang terlalu lama di gudang, sehingga konsep supply chain dalam perusahaan tidak stabil. Hal ini menjadikan tidak seimbangnya antara permintaan dan pasokan material yang ada di perusahaan.
Supply Chain Management merupakan solusi yang lebih cocok dan sesuai dengan kondisi dan tujuan perusahaan. Untuk mengetahui kinerja perusahaan dengan supply chain diperlukan suatu pengukuran melalui pendekatan yaitu model Supply Chain Operations Reference (SCOR). Dengan harapan PT.Rangka Raya dapat menjaga keseimbangan supply chain management yang ada, agar plan, source, deliver, return dapat berjalan dengan baik,
Dari hasil pengukuran performasi supply chain PT Rangka Raya maka dapat diketahui bahwa nilai performansi supply chain di PT Rangka Raya pada bulan Mei 2011 sampai April 2012 dikategorikan cukup karena nilai scor performasi yang dihasilkan 60,21. Dan rata – rata hasil agregasi performansi supply chain 65,11 (cukup).
Dari hasil penelitian dapat juga diketahui nilai dari masing-masing KPI adalah sebagai berikut :Forecast Accuracy (62,28); Planning Employee Reliability (62,50); Internal Relationship (85,41); Source Employee Reliability (62,49); Supplier Delivery Lead Time (91,38); Material Order Cost (61,1); Payment Term (49,61); Delivery Lead Time (92,77); Minimum Delivery Quantity (14,05); Number of Customer Complaint (38,33);Customer Satisfaction (62,49).Dari nilai-nilai tersebut dapat diketahui bahwa ada satu KPI yang mempunyai nilai skor rendah yang memerlukan prioritas untuk dilakukan pembenahan yaitu yang mempunyai nilai dibawah 50 point Material Payment Term (27,38); Minimum delivery Quantity (14,05) dan Number of Customer Complain (38,33).
ABSTRACT
PT.Rangka Kingdom is a company engaged in the stockist and trading all kinds of iron for both infrastructure and manufacturing. With distribution channels in almost all of Indonesia, PT. Framework Kingdom supports the industry through product development and concrete iron, wiremesh, steel pipe and profile.
PT.Rangka Kingdom engaged in trading and stockist already has the structure of performance measurement, but the measurement of supply chain performance has not coordinated and not well enough integrated with the existing network between the company's supply chain as fulfilling consumer demand constraints that sometimes not in accordance with the requests or orders, purchasing less rapidly in the supply of materials, machine jams / damaged so that the distribution process is less constrained and can estimate the purchasing party products that will be a lot of consumer demand resulting in prolonged accumulation of stock in the warehouse, so the concept of supply chain within the company unstable. It makes the imbalance between demand and supply of materials in the company.
Supply Chain Management is a solution that is more suitable and in accordance with the conditions and objectives. To determine the performance of the company with a supply chain requires a measurement approach is model Supply Chain Operations Reference (SCOR). With hope PT.Rangka Kingdom to maintain the balance of existing supply chain management, to plan, source, deliver, return to work well,
From the measurement results PT performasi supply chain framework Kingdom it is known that the value of supply chain performance in the PT framework Kingdom in May 2011 until April 2012 considered adequate because the resulting value of SCOR performasi 60.21. And the average - average yield performance of supply chain aggregation 65.11 (enough).
From the results of the research may also know the value of each KPI are as follows: Forecast Accuracy (62.28); Planning Employee Reliability (62.50); Internal Relationship (85.41); Source Employee Reliability (62.49); Supplier Delivery Lead Time (91.38); Material Order Cost (61.1); Payment Term (49.61); Delivery Lead Time (92.77); Minimum Delivery Quantity (14.05), Number of Customer Complaint ( 38.33), Customer Satisfaction (62.49). From these values it can be seen that there is a KPI that has a low score that needs to be done revamping the priorities that have a value below 50 points Material Payment Term (27.38) ; Minimum delivery Quantity (14.05) and the Number of Customer Complain (38.33).
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pelaku pasar mulai sadar bahwa untuk menyediakan produk yang murah
(terjangkau), berkualitas dan cepat, perbaikan internal di sebuah perusahaan
tidaklah cukup, perusahaan transportasi yang mengirimkan bahan baku dari
pemasok ke pabrik, serta jaringan distribusi yang menyampaikan produk ke
tangan customer.
PT.Rangka Raya adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang stockist
dan trading segala jenis besi untuk keperluan infrastruktur serta pabrikasi. Dengan
jalur distribusi hampir di seluruh Indonesia, PT. Rangka Raya mendukung
pembangunan dan industri melalui produk besi beton, wiremesh, pipa besi dan
profile.
PT.Rangka Raya yang bergerak dibidang trading dan stockist sudah
memiliki struktur pengukuran kinerja, tetapi pada pengukuran kinerja supply
chain belum terkoordinasi dan belum terintegrasi dengan cukup baik antar
jaringan yang ada dalam supply chain perusahaan seperti kendala pemenuhan
permintaan konsumen yang kadang - kadang tidak sesuai dengan permintaan atau
pesanan, purchasing kurang cepat dalam menyuplai material, mesin mengalami
macet / rusak sehingga dalam proses distribusi terhambat dan pihak purchasing
kurang dapat mengestimasi produk yang akan banyak permintaan dari konsumen
2
supply chain dalam perusahaan tidak stabil. Hal ini menjadikan tidak
seimbangnya antara permintaan dan pasokan material yang ada di perusahaan.
Supply Chain Management merupakan solusi yang lebih cocok dan sesuai
dengan kondisi dan tujuan perusahaan. Untuk mengetahui kinerja perusahaan
dengan supply chain diperlukan suatu pengukuran melalui pendekatan yaitu
model Supply Chain Operations Reference (SCOR). Dengan harapan PT.Rangka
Raya dapat menjaga keseimbangan supply chain management yang ada, agar
plan, source, deliver, return dapat berjalan dengan baik,
Dengan permasalahan tersebut, maka penulis melakukan penelitian dengan
mengharapkan suatu kerangka kerja pengukuran kinerja supply chain dengan
menggunakan indikator pengukuran kinerja yang lebih sesuai dengan kondisi dan
tujuan strategis perusahaan agar bisa mengetahui kemampuan perusahaan saat ini.
1.2. Perumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang
akan dibahas dalam skripsi ini adalah ”Berapakah nilai performansi supply
chain untuk produk Black Steel Pipe 3” di PT.Rangka Raya? ”.
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah yang digunakan dalam penulisan ini adalah :
1. Trading yang akan dibahas hanya untuk pendistribusian toko dengan produk
Black Steel Pipe 3”
2. Pengambilan data perusahaan yang diambil pada bulan Mei 2011 – April
3
3. Penyebaran kuisoner dilakukan pada kepala dan staf bagian logistik,
purchasing, marketing, kepala sie, dan kepala operasional yang ada di
perusahaan PT. Rangka Raya.
4. Dalam penelitian ini terdapat 5 alur supply chain yaitu plan, source, make,
deliver dan return. Untuk proses make ditiadakan maka tidak dilakukan
pembahasan untuk make.
1.4. Asumsi
Berdasarkan pada batasan masalah, maka asumsi yang digunakan adalah :
1. Indikator-indikator kinerja yang disusun dapat mewakili kinerja supply chain
yang ada di perusahaan.
2. Masing – masing indikator kinerja yang akan diukur memiliki hubungan
yang saling mempengaruhi satu sama lain.
3. Kebijakan perusahaan selama penelitian ini tidak mengalami perubahan.
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi indikator - indikator kinerja supply chaín di PT. Rangka
Raya yang diperlukan untuk dilakukan perbaikan.
2. Mengetahui nilai performansi kinerja supply chain produk Black Steel Pipe 3”
4
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Perusahaan :
a. Perusahaan dapat melakukan perbaikan berkelanjutan berdasarkan hasil
kontrol kinerja supply chain yang dilakukan.
b. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan bagi perusahaan
dalam mengembangkan suatu kerangka pengukuran kinerja Supply Chain
yang sesuai dengan kondisi dan tujuan strategis perusahaan.
2. Bagi perpustakaan UPN “Veteran” Jawa Timur :
a. Menambah koleksi buku referensi yang berhubungan dengan Supply
Chain.
b. Menjadi acuan bagi mahasiswa lain untuk menambah dan
mengembangkan ilmu pengetahuan Supply Chain.
3. Bagi Mahasiswa :
1. Agar dapat membandingkan teori yang didapat dikampus dengan keadaan
sebenarnya dilapangan.
2. Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa dalam suatu lapangan
kerja yang dihadapi.
1.7. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan Skripsi ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bagian ini berisi tentang latar belakang, gambaran umum perusahaan,
5
dan asumsi yang digunakan dalam penelitian serta sistematika penulisan
skripsi ini secara keseluruhan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan tentang teori, pendapat pakar, tulisan ilmiah, dan
sejenisnya yang dibutuhkan untuk mendukung dan memberikan
landasan/kerangka konsep berpikir yang kuat dan relevan dalam
penelitian ini yaitu mengenai konsep model – model pendekatan
pengukuran dan pengendalian kinerja supply chain dan hasil penelitian
sebelumnya yang dijadikan acuan dan landasan skripsi ini.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan langkah – langkah penelitian secara keseluruhan
sampai perancangan mekanisme kontrol kinerja supply chain yang
diusulkan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini menjelaskan indikator kinerja yang dijadikan mekanisme
kontrolnya berikut pula definisi, ukuran kinerja dan periodisasi
pengukuran masing–masing indikator kinerja dan pada akhirnya
dilakukan perancangan pengukuran kinerja untuk masing-masing
indikator.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisikan kesimpulan dari penulisan ini dan saran sesuai
dengan penelitian yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1 Pengukur an Kinerja Perusahaan.
Pengukuran kinerja perusahaan memiliki peranan penting dalam
mengetahui kondisi perusahaan, apakah mengalami penurunan atau peningkatan
serta perbaikan apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kinerja pada suatu
perusahaan.
Pengukuran kinerja merupakan suatu proses untuk mengukur efektivitas
dan efisiensi dari suatu aktivitas dalam suatu organisasi. Adapun definisi dari
pengukuran kinerja itu sendiri menurut para ahli, antara lain sebagai berikut :
a. Menurut Mulyadi (1993),
Pengukuran kinerja merupakan penentuan secara periodik efektivitas
operasional dari suatu organisasi sebagai bagian organisasi dan karyawannya,
berdasarkan : sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
b. Menurut Stoner et all ( 1996 ),
Pengukuran kinerja merupakan suatu ukuran seberapa efisien dan efektif
individu atau organisasi dalam tujuan yang memadai
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja adalah
tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai
yang ada pada perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan
sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi
pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana perusahaan memerlukan penyesuaian
Tujuan pengukuran kinerja menurut Mulyadi (1993) adalah sebagai berikut:
1. Untuk menentukan kontribusi suatu bagian dalam perusahaan terhadap
organisasi secara keseluruhan.
2. Untuk memberikan dasar bagi penilaian suatu prestasi dalam berorganisasi.
3. Untuk memberikan motivasi bagi manajer bagian dalam (internal) menjalankan
bagiannya seirama dengan tujuan pokok perusahaan secara keseluruhan.
Manfaat pengukuran kinerja menurut Lynch dan Cross (1993) adalah
sebagai berikut:
1. Menelusuri manfaat kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan
membawa perusahaan menjadi lebih dekat pada pelanggannya dan membuat
seluruh orang dalam organisasi terlibat dalam upaya memberi kepuasan
kepada pelanggan.
2. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan kepada pelanggan sebagai
bagian dari mata – rantai pelanggan dan pemasok internal.
3. Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih
kongkret sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi.
2.2 Konsep Supply Chain Management
Seperti yang diketahui bahwa untuk meningkatkan produktivitas total,
pelaku bisnis harus dapat menyediakan produk yang murah, berkualitas dan cepat.
Untuk melaksanakan ketiga konsep tersebut, kegiatan internal perusahaan harus
dibenahi ditambah dengan peran serta semua pihak mulai dari supplier yang
setengah jadi atau barang jadi, proses penyimpanan (inventory) sampai proses
delivery barang jadi tersebut ke retailer dan customer.
Dari uraian diatas bisa di simpulkan bahwa supply chain management
melibatkan banyak pihak didalamnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam usaha untuk memenuhi permintaan konsumen. Di sini supply
chain tidak hanya melibatkan manufaktur dan supplier, tetapi juga melibatkan
banyak hal antara lain transportasi, gudang dan juga konsumen itu sendiri.
Adapun definisi dari supply chain management itu sendiri menurut para
ahli, antara lain sebagai berikut :
1. Ross (1998), berpendapat supply chain management merupakan filosofi
manajemen yang secara terus-menerus mencari sumber-sumber fungsi bisnis
yang kompeten untuk digabungkan baik dalam perusahaan maupun luar
perusahaan seperti mitra bisnis yang berada dalam satu supply chain untuk
memasuki sistem supply yang berkompetitif tinggi dan memperhatikan
kebutuhan pelanggan, yang berfokus pada pengembangan solusi inovatif dan
sinkronisasi aliran produk, jasa dan informasi untuk menciptakan sumber nilai
pelanggan (customer value) yang bersifat unik.
2. Martin (1998), berpendapat bahwa supply chain management adalah jaringan
organisasi yang melibatkan hubungan upstream dan downstream dalam proses
dan aktivitas yang berbeda yang memberi nilai dalam bentuk produk dan jasa
pada pelanggan.
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat ditarik suatu pengertian
tentang Supply Chain Management yaitu suatu kesatuan proses dan aktivitas
(produksi) yang mengubah raw material menjadi barang jadi, proses
penyimpanan (inventory) sampai proses delivery barang jadi tersebut ke retailer
dan customer. Semua kesatuan tersebut diupayakan dalam rangka untuk
meningkatkan customer satisfaction.
Adapun tujuan dari ataupun proses supply chain ini adalah :
1. Mengembangkan team yang berfokus pada pelanggan sehingga dapat
memberikan persetujuan produk dan jasa menguntungkan kedua belah pihak
pada pelanggan secara strategik.
2. Membuat kontak hubungan yang secara efisien menangani
pertanyaan-pertanyaan dari semua pelanggan.
3. Secara terus-menerus mengumpulkan, menyusun dan meng-update permintaan
pelanggan untuk menyesuaikan demand dengan supply.
4. Mengetahui tingkat performansi perusahaan yang dilihat dari konsep supply
chain management
5. Mengatur hubungan supplier sehingga quick response dan perbaikan
berkesinambungan dapat berjalan lancar.
6. Meminimasi waktu siklus ketersediaan (return to available).
Pr oses dalam Supply chain mempunyai 5 proses utama yaitu :
1. Plan, yaitu proses yang menyeimbangkan permintaan dan persediaan untuk
mengembangkan tindakan yang memenuhi penggunaan source, produksi dan
pengiriman (delivery) yang baik.
2. Source, yaitu proses pengadaan barang maupun jasa untuk memenuhi
3. Make, yaitu proses untuk mentransformasi bahan baku / komponen menjadi
produk yang diinginkan pelanggan.
4. Deliver, yaitu proses mengirimkan produk jadi dan jasa untuk memenuhi
permintaan terhadap barang maupun jasa.
5. Return, yaitu proses yang dikaitkan dengan pengembalian atau menerima
kembali produk dengan berbagai alasan.
Gambar 2.1 Proses dalam supply chain (Supply Chain Council, 2006)
2.3 Pr insip Pengukuran Per for mansi Supply Chain
Pengukuran kinerja adalah suatu proses untuk mengukur efektivitas dan
efisiensi dari suatu aktivitas. Dalam sistem manajemen bisnis modern, pengukuran
kinerja bukan hanya sekedar sistem pengukuran dan perhitungan saja, melainkan
juga dapat memberikan kontribusi pada peningkatan kinerja.
(Sumber I Nyoman Pujawan 2005)
Ada sejumlah tipe pengukuran kinerja yang berbeda yang digunakan untuk
mengkarakteristik sistem, khususnya sistem produksi, distribusi, dan inventori.
Banyaknya sistem pengukuran tersebut, maka untuk melakukan pemilihan sistem
pengukuran manakah yang paling sesuai dengan pengukuran performansi supply
Ide dari pengukuran kinerja ini diawali dari pengukuran operasi manufakturing
yang dilakukan oleh Frederick W. Taylor (father of scientific methods) pada awal
abad ke 20. Beliau melakukan penelitian mengenai studi gerak dan waktu.
Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang ada serta membuat
kriteria yang obyektif untuk mengukur dan menetapkan kinerja yang obyektif
untuk mengukur dan menempatkan kinerja dan efisiensi pekerja tersebut.
(Sumber I Nyoman Pujawan 2005)
Lama-kelamaan pandangan pengukuran kinerja semakin berkembang. Penelitian
mengenai pengukuran kinerja tidak lagi difokuskan pada penelitian kinerja
individual melainkan mengarah pada pengukuran kinerja bisnis perusahaan. Pada
awal tahun 1920 mulailah muncul dan berkembang sistem pengukuran secara
tradisional yang masih berfokus pada aspek finansial. Sistem pengukuran
tradisional ini dinilai oleh para praktisi dan akademisi memiliki banyak
kekurangan karena berfokus pada satu indikator saja yaitu finansial. Pengukuran
kinerja sebaiknya memiliki orientasi jangka panjang dibandingkan dengan jangka
pendek. Ukuran finansial menunjukkan dampak kebijakan dan prosedur
perusahaan pada posisi keuangan perusahaan jangka pendek, hal ini merupakan
salah satu kekurangan sistem kinerja secara tradisional.
(Sumber I Nyoman Pujawan 2005)
Dalam pengukurannya, ada beberapa pertimbangan yang harus dilihat antara
lain :
1. Ukuran tidak diorientasikan dan dipusatkan atas menyediakan suatu perspektif
2. Ukuran tidak selalu dihubungkan dengan pentingnya masalah keuangan,
namun seperti pelayanan pelanggan/loyalty dan mutu produk.
3. Ukuran tidak secara langsung ada keterkaitan dengan efisiensi dan efektivitas
operasional.
Pengukuran performansi terhadap Supply Chain haruslah mengandung
indikator-indikator. Indikator-indikator tersebut sebaiknya harus berkaitan dengan
pertanyaan-pertanyaan seperti berikut :
1. Aspek-aspek apa saja yang harus diukur ?
2. Bagaimana mengukur aspek-aspek tersebut ?
3. Bagaimana menggunakan hasil pengukuran itu untuk menganalisa,
memperbaiki dan mengontrol kualitas rantai produktivitas ?
Di dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, bukanlah merupakan tugas
yang mudah. Banyak indikator-indikator yang harus disiapkan dan perlu
penggunaan ukuran-ukuran yang disesuaikan dengan kondisi perusahaan.
Menurut lapide dalam I Nyoman Pujawan 2005 ada beberapa sifat yang harus
dipenuhi oleh indikator, yaitu :
1. Universality (bersifat umum dan mudah diukur).
2. Measurability (menjamin bahwa data-data yang diperlukan memang dapat
diukur).
2.4 Supply Chain Operations Reference (SCOR)
Model Supply Chain Operations Reference (SCOR) dikembangkan oleh
suatu lembaga professional, yaitu Supply Chain Council (SCC). Supply Chain
Council (SCC) diorganisasikan tahun 1996 oleh Pittiglio Rabin Todd & McGrath
(PRTM) dan AMR Research. Model ini dikuasakan kepada seluruh industry
standart yang digunakan untuk supply chain management. Model ini
dikembangkan untuk mendeskripsikan aktivitas bisnis yang diasosiasikan dengan
seluruh fase yang terlibat untuk memenuhi permintaan customer.
Adapun bentuk dari Supply Chain yang digambarkan oleh SCOR model
adalah :
Gambar 2.2. Supply Chain Model
Sumber : Supply Chain Council, Supply Chain Refer ence Model, Over view Ver sion 6.1, [http://www.supply-chain, org ], 2004)
Adapun definisi dari kelima proses manajemen utama Supply Chain dalam
1. Plan
Proses perencanaan untuk menyeimbangkan permintaan dan persediaan untuk
mengembangkan tindakan yang memenuhi penggunaan Source, produksi dan
pengiriman yang terbaik.
2. Source
Proses yang berkaitan dengan aktivitas untuk memperoleh material dan
hubungan perusahaan dengan supplier.
3. Make
Proses untuk merubah (transformasi) material menjadi produk jadi untuk
memenuhi permintaan customer.
4. Delivery
Proses mengirimkan produk jadi dan atau jasa untuk memenuhi permintaan.
5. Return
Proses yang dikaitkan dengan pengembalian dan penerimaan produk yang
dikembalikan oleh pelanggan untuk berbagai alasan.
Supply Chain (2006) Model SCOR (Supply Chain Operations Reference)
diorganisasikan dalam 5 (lima) proses Supply Chain utama yaitu : Plan, Source,
Make, Deliver, dan Return dimana ini pada level pertama. Kemudian SCOR
dibagi lagi menjadi level-level untuk pengukuran performansinya. Didalam level
2 SCOR, dimunculkan setiap aspek yang akan diukur. Misalnya saja mengenai
reliability, responsiveness, flexibility, costs, dan assets.
Dari masing-masing aspek itu, di dalamnya terdapat metriks-metriks
pengukuran yang akan diukur sehingga dapat kita nilai. Level dua dari SCOR,
performansinya. Sedangkan untuk level tiganya, setiap komponen yang ada di
mapping level dua, di breakdown sehingga mendapatkan sesuatu yang detail dari
komponen-komponen tersebut. Pada level tiga juga sudah mulai dilakukan
penentuan parameter dari setiap metriks dan komponen yang akan diukur.
Adapun contoh-contoh metriks yang ada di dalam metode SCOR oleh ,
adalah sebagai berikut dari Supply Chain (2006):
A. Aspek reliability
1. Number of customer complian, yaitu jumlah complain dari konsumen
2. Run time and break down time, yaitu waktu untuk berproduksi dan yang
menyebabkan produksi terhenti.
3. Source employee reliability, yaitu Keandalan tenaga kerja bagian pengadaan
bahan baku.
B. Aspek Responsiveness
1. Delivery lead time, yaitu waktu sejak distributor industri memesan barang
sampai barang diambil.
2. Source item responsiveness, yaitu waktu yang dibutuhkan supplier untuk
memenuhi kebutuhan perusahaan apabila terjadi peningkatan jumlah jenis
material tertentu dari permintaan awal suatu order.
3. Supplier Delivery Lead time, yaitu waktu sejak distributor industri memesan
barang sampai barang diambil.
C. Aspek Flexibility
1. Minimum delivery quantity, yaitu jumlahminimum pengiriman.
2. Make volume flexibility, yaitu prosentase penongkatan yang dapat dipenuhi
D. Aspek Cost
1. Defect cost, yaitu biaya-biaya yang digunakan untuk penggantian produk
cacat.
2. Material order cost, yaitu biaya yang dikeluarkan utuk order material.
E. Aspek Assets
1. Payment term, yaitu rata-rata selisih waktu antara permintaan material
dengan waktu pembayaran ke supplier.
2. Cash to cash cycle time, yaitu waktu dari perusahaan mengeluarkan uang
untuk pembelian material sampai dengan perusahaan menerima uang
pembayaran dari konsumen.
(Supply Chain council 2006)
Ada berbagai macam cara pengukuran performansi yang pernah dilakukan
perusahaan-perusahaan dunia. Salah satunya adalah cara pengukuran yang
dilakukan oleh sebuah supermarket. Pertama menentukan obyektif performansi
yang dibutuhkan di dalam pengukuran tersebut, seperti plan, quality, reliability,
flexibility, dan sebagainya. Obyektif tersebut diberi skor dan bobot. Tingkat
pemenuhan performansi didefinisikan oleh normalisasi dari indikator performansi
tersebut. Untuk strategi Supply Chain yang pasti, berlaku hubungan sebagai
berikut ( Sumber : Saaty, Thomas L. 1993, ) :
Pi =
∑
=
n
i j
j ij W
S
Dimana :
n = Jumlah obyektif performansi
Sij = Skor supply chain ke i didalam obyektif performansi ke j
Wj = Bobot dari obyektif performansi
Di dalam pengukuran ini, langkah pertama adalah melakukan pembobotan.
Pembobotan dilakukan dengan cara Analytic Hierarchy Process (AHP), dimana
setiap obyektif performansi dipasangkan dan dilakukan perbandingan tingkat
kepentingannya. Langkah kedua adalah pendefinisian dari indikator performansi
dan melakukan pengukuran. Skor di dalam obyektif pengukuran yang berbeda -
beda didefinisikan dengan bantuan 6 langkah, yaitu ( Sumber : Saaty, Thomas L.
1993, ) :
1. Pendefinisian setiap indikator
2. Pendefinisian normalisasi
3. Pendefinisian interval skor untuk setiap indikator
4. Pendefinisian skor dari indikator
5. Penjumlahan skor
6. Normalisasi dari skor
Setiap indikator memiliki bobot yang berbeda-beda dengan skala ukuran
yang berbeda-beda pula. Oleh karena itu, diperlukan proses penyamaan
parameter, yaitu dengan cara normalisasi tersebut. Di sini normalisasi memegang
peranan cukup penting demi tercapainya nilai akhir dari pengukuran performansi.
Proses normalisasi dilakukan dengan rumus normalisasi Snorm dr De boer boer
Proses normalisasi dilakukan agar masing-masing indikator kinerja
memiliki skala ukuran yang sama. Sebab jika indikator kinerja memiliki ukuran
skala yang berbeda, maka nilai kinerja tersebut tidak mencerminkan kinerja
perusahaan yang sebenarnya boer (Trienekens & Hvloby, 2000).
Proses normalisasi dilakukan dengan rumus normalisasi Snorm dari De
boer (Trienekens & Hvloby, 2000) yaitu :
(
max min)
100min x S S
S Si Snorm
− −
= , dimana :
Si = Nilai indikator aktual yang berhasil dicapai
Smin = Nilai pencapaian performansi terburuk dari indikator performansi
Smax = Nilai pencapaian performansi terbaik dari indikator performansi
Tabel 2.1. Sistem Monitoring Indikator Performansi
Sistem Monitoring Indikator Performansi
> 90 Exellent
70 – 90 Good
50 – 70 Average
40 – 50 Marginal
< 40 Poor
Sumber : Trienekens dan Hvolby, 2000
Pada pengukuran ini, setiap bobot indikator dikonversikan ke dalam
seratus (100) diartikan paling baik. Dengan demikian parameter dari setiap
indikator adalah sama, setelah itu didapatkan suatu hasil yang dapat dianalisa.
Untuk memantau nilai pencapaian performansi terhadap nilai pencapaian
terbaik atau target yang ingin dicapai oleh perusahaan maka dibutuhkan sistem
monitoring indikator performansi. Jika nilai kinerja < 40 maka pencapaian
performansinya dapat dikategorikan kedalam kondisi yang sangat rendah (poor)
sedangkan jika skor normalisasi mencapai nilai diatas 90 maka dapat
dikategorikan sangat baik sekali (excellent)
2.5 Analytical Hierarchy Process (AHP)
Analitical Hierarchy Process (AHP) merupakan cara pengambilan
keputusan yang paling efektif atas berbagai persoalan yang kompleks dengan
jalan menyederhanakan dan mempercepat pencarian solusi atas persoalan yang
alami (Thomas L. Saaty, 1993).
Analitical Hierarchy Process (AHP) dapat diaplikasikan dengan berguna
untuk mengelompokkan berbagai situasi dan permasalahan. Misalnya
memprioritaskan alternatif keputusan yang sangat kompleks, menentukan
kekonsistenan, memformulasikan konsistensi, menganalisa permasalahan publik,
analisa sensitivitas, evaluasi tingkat kepentingan faktor, formulasi strategis,
alokasi sumber daya, analisa benefit cost, aplikasi inovasi pada daerah baru , dan
lain-lain ( Sumber : Saaty, Thomas L. 1993).
Analytical Hierarchy Process ( AHP ) adalah suatu bentuk model
pengambilan keputusan yang pada dasarnya berusaha menutupi semua
adalah sebuah hierarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia
(Sumber : Saaty, Thomas L. 1993 ).
Kelebihan model AHP dibandingkan dengan model keputusan lainnya
adalah terletak pada kemampuan memecahkan masalah yang multi objective dan
multi criteria. Kebanyakan model yang sudah ada memakai single objective dan
multi criteria. Kelebihan model AHP ini lebih disebabkan oleh fleksibilitasnya
yang lebih tinggi terutama dalam pembuatan hierarkinya. Sifat fleksibelnya
tersebut membuat AHP dapat menangkap beberapa tujuan dan beberapa kriteria
sekaligus ke dalam sebuah model ataupun hierarki. Bahkan model tersebut juga
bisa memecahkan masalah yang mempunyai tujuan – tujuan yang saling
berlawanan dalam sebuah model. (Sumber : Saaty, Thomas L. 1993).
Di dalam AHP, terdapat hierarki yang terbagi atas level-level. Hierarki
adalah suatu ringkasan dari struktur suatu sistem untuk mempelajari
interaksi-interaksi fungsional dari komponen-komponen yang ada dan pengaruhnya pada
seluruh sistem. Ada dua macam hierarki oleh Saaty (1993), antara lain :
1. Hierar ki Struktural, sistem yang kompleks disusun ke dalam
komponen-komponen pokoknya dalam urutan menurun menurut sifat struktural. Hierarki
ini sangat erat kaitannya dengan cara otak menganalisis hal yang kompleks,
yaitu dengan memecah-mecah obyek yang ditangkap oleh indera menjadi
gugusan yang semakin kecil.
Misalnya ukuran, bangunan, warna atau umur.
2. Hierar ki Fungsional, sistem yang kompleks disusun ke dalam
Hierarki ini sangat membantu untuk membawa sistem ke arah tujuan yang
diinginkan.
Misalnya pemecahan konflik, prestasi yang efisien, atau kebahagiaan yang
perlu dipertimbangkan.
Tujuan utama yang akan dicapai harus didentifikasi pada puncak hierarki,
sub tujuan pada tingkat berikutnya, dan kendala-kendala yang menghalangi usaha
para pelaku pada tingkat berikutnya lagi. Hal ini dapat mendominasi level dari
pelaku-pelaku itu sendiri, yang kemudian mendominasi level dari tujuan,
dibawahnya adalah level kebijakan dan pada tingkat terbawah adalah level dari
semua kemungkinan hasil yang ada. Secara umum struktur hierarki dapat
digambarkan sebagai berikut ( Sumber : Saaty, Thomas L. 1993, ). :
Level 1
Level 2
Level 3
Level N
Gambar 2.3 Struktur Hierarki Krit eria 1
Krit eria 2 Krit eria 3
Sub Krit eria
1
Sub Krit eria
2
Sub Krit eria
5 Sub
Krit eria 3
Sub Krit eria
4
1 2 3
Jika dihadapkan pada beberapa pilihan untuk memilih dan mempunyai
beberapa kriteria yang rumit untuk dinilai, terlebih dahulu melakukan
perbandingan berpasangan dari kriteria – kriteria yang ada dalam hubungannya
dengan usaha jangka pendek dan panjang, keuntungan dan resiko, dan juga
matriks perbandingan berpasangan yang berhubungan dengan keefektifan dan
kesuksesan ( Sumber : Saat y, Thomas L. 1993,)..
Akhirnya, pada level terbawah membandingkan pilihan-pilihan terhadap tiap
kriteria, membuat bobot secara hierarki, dan memilih prioritas tertinggi. Dengan
demikian, keputusan diambil berdasarkan pilihan yang memiliki weight overall
tertinggi.
Jika meneliti penilaian-penilaian yang ada sehingga yakin bahwa telah
mempertimbangkan semua faktor-faktor yang relevan, maka tidak perlu
melakukan perbandingan atas pilihan-pilihan lainnya. Dengan kata, telah
melakukan yang terbaik untuk memilih yang terbaik. .
(Sumber : Saaty, Thomas L. 1993).
Dengan menggunakan sistem hierarki beberapa keuntungan yang dapat
diperoleh adalah sebagai berikut
1. Dapat digunakan untuk menerangkan bagaimana perubahan bobot prioritas
pada level atas akan mempengaruhi elemen-elemen pada level dibawahnya.
2. Dengan membuat level-level, maka si pengambil keputusan dapat
memfokuskan perhatiannya hanya pada sekelompok kecil kriteria, sehingga
1. Hierarki menggambarkan suatu sistem yang dapat digunakan untuk
menjelaskan bagaimana perubahan pada prioritas pada level atas dapat
mempengaruhi prioritas elemen-elemen di level bawahnya.
2. Memberikan informasi yang mendetail mengenai struktur dan fungsi dari
suatu sistem pada level bawahnya dan memberikan overview dari
pelaku-pelaku dan tujuan pada tingkatan yang lebih tinggi. Kendala dari
elemen-elemen pada suatu level dapat digambarkan dengan baik pada level
berikutnya untuk meyakinkan bahwa mereka merasa puas.
3. Sistem natural disusun secara hierarki.
4. Bersifat stabil dan fleksibel. Stabil berarti bahwa perubahan kecil membawa
pengaruh kecil dan fleksibel berarti bahwa tambahan pada hierarki dengan
susunan yang baik tidak akan mengacaukan nilai performance.
( Sumber : Saat y, Thomas L. 1993 ).
Adapun langkah – langkah dari Analitical Hierarchy Process (AHP)
sebagai berikut:
1. Membandingkan antar kriteria dengan skala perbandingan yang telah
ditentukan. Skala perbandingan yang digunakan adalah :
Tabel 2.2. Skala Penilaian Perbandingan Pasangan
Intensitas Kepentingan
Keterangan Penjelasan
1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya
Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan atas elemen lainnya
5 Elemen yang satu sedikit lebih cukup daripada elemen yang lainnya
Intensitas Kepentingan
Keterangan Penjelasan
7 Satu elemen jelas lebih penting dari pada elemen lainnya
Satu elemen yang kuat disokong dan dominannya telah terlihat dalam praktek
9 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya
Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan
2,4,6,8 Nilai – nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan
Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara dua pilihan
Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan I aji = 1 / aji
2. Membuat matriks perbandingan berpasangan, seperti contoh di bawah ini :
Tabel 2.3. Contoh Matriks Perbandingan
1 2 7
1
2
7
C A A - - - A
A 1
A 1
-A 1
( Sumber : Saaty, Thomas L. 1993, hal 84).
Dari matriks ini, bandingkan elemen A, dalam kolom disebelah kiri
dengan elemen A1, A2, A3 dan seterusnya yang terdapat dibaris atas berkenaan
dengan sifat C di sudut kiri atas. Lalu ulangi dengan elemen kolom A2 dan
seterusnya. Untuk mengisi matriks perbanding berpasangan itu kita
menggunakan bilangan untuk menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen
diatas yang lainnnya dengan menggunakan skala penilaian perbandingan
pasangan.
3. Membuat matriks normalisasi
Matriks normalisasi diperoleh dengan membagi nilai masing – masing
sel matriks berpasangan kriteria dengan total masing – masing kolom. Dan
bobot kriteria diperoleh dengan membagi total nilai normalisasi seluruh
kriteria terhadap jumlah kriteria.
Nilai normalisasi =
∑
=
n
i ij ij
a a
1
a = nilai performansi di baris ke – i kolom ke – j.
= penjumlahan dari nilai di baris ke i = 1 sampai dengan n.
Contoh =
Dari matriks normalisasi tersebut akan di dapat nilai bobot yang dicari
dengan melihat angka yang berada pada garis diagonal tetapi perlu di uji
konsistensi untuk mengetahui bahwa masing – masing KPI telah konsisten.
4. Membuat matriks perbandingan berpasangan dikalikan dengan bobot masing –
masing kriteria.
5. Menentukan eigen vector
6. Menentukan nilai λmaks
λmaks =
7. Menentukan Consistency Index ( CI )
Pengukuran konsistensi dilakukan untuk tiap matriks perbandingan
dengan ukuran ≥ 3. Penilaian dinyatakan dengan konsistensi 100 % jika CI =
0. Jika CI ≤ 0.1, maka penilaian dinyatakan dapat diterima. Jika CI ≥ 0.1,
maka penilaian harus diulang kembali.
(
)
(
1)
m a ks n
C I
n
λ −
=
−
8. Menentukan Consistensi Ratio ( CR )
Consistensi Ratio ( CR ) diperoleh dari perbandingan Consistensi Index
terhadap Random Index ( RI ). CR dapat diterima jika CR ≤ 0.1.
CR = RI CI
CR = Rasion Konsistensi CI = Indeks Konsistensi
RI = Indeks Random
Consistensi Ratio (CR) adalah angka yang menunjukkan tingkat
kekonsistenan suatu nilai. Apabila nilai CR ≤ 0.1, maka masih dapat
ditoleransi tetapi bila CR > 0.1 maka perlu dilakukan revisi. Nilai CR = 0
maka dapat dikatakan “perfectly consistent”. (Sumber : Saat y, Thomas L. 1993).
Berikut ini indeks random untuk matriks berukuran 3 sampai 10 (matriks
berukuran 1 dan 2 mempunyai inkonsistensi 0)
Tabel 2.4. Nilai Indeks Random (RI)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49
Tingkat inkonsistensi yang masih bisa diterima adalah tingkat
inkonsistensi sebesar 10 % kebawah.
2.6 Peneliti Ter dahulu
Beberapa penunjang bahan Supply Chain Operations Reference yang telah
dilakukan penelitian sebelumnya antara lain :
Dina Soraya (2010), Analisa performansi Supply Chain Operation Reference
(SCOR) di PT. Bayer Indonesia – Bayer croscience Surabaya. Tujuan penelitian
ini untuk mengetahui hasil pengukuran performansi kinerja supply chaín di PT
Bayer Indonesia – Bayer CropScience Surabaya, mengetahui nilai dari indikator -
indikator kinerja supply chaín di PT Bayer Indonesia – Bayer CropScience
Surabaya yang memerlukan prioritas untuk dilakukan perbaikan, mengetahui
tingkat performansi perusahaan yang dilihat dari konsep SCOR
PT Bayer Indonesia – Bayer CropScience Surabaya, permasalahan yang ada
pada perusahaan tersebut pengukuran kinerja supply chain belum ada koordinasi
dan integrasi antar jaringan yang ada dalam supply chain perusahaan sehingga
konsep supply chain dalam perusahaan sehingga terjadi tidak stabil dan tidak
seimbangnya antara permintaan dan pasokan produk yang ada di perusahaan.
Setelah mengetahui permasalahan dilakukan penelitian dengan pengumpulan data
kualitatif dan kuantitatif dengan pembuatan kuisioner dan penyerbaran kuisioner
setelah diketahui hasil dai pengumpulan data selanjutnya dilakukan dengan uji
validitas, reliabilitas, dan pmbobotan KPI dengan AHP setelah data terkumpul
performansi supply chain, scoring system dengan normalisasi, agregasi nilai
performansi, perhitungan nilai akhir kinerja supply chain.
Dari hasil pengukuran performasi supply chain PT Bayer Indonesia –
Bayer CropScience maka dapat diketahui bahwa nilai performansi supply chain di
PT. Bayer Indonesia – Bayer CropScience terlihat mengalami naik turun (fluktusi)
dimana pada bulan April sebesar 82,99(baik). Pada bulan Mei sebesar
68,53(cukup). Pada bulan Juni sebesar 68,22(cukup). Pada bulan Juli sebesar
75,76(baik). Pada bulan Agustus sebesar 62,07(cukup). Pada bulan September
sebesar 74,44(baik). Dari 12 indikator – indikator yang mempunyai nilai tertinggi
adalah payment term (95,55) dan nilai terendah adalah pertama Supplier Delivery
Lead Time (42,22) dan yang kedua adalah Minimum Delivery Quantity (35,22),
Hal ini menunjukkan nilai performansi kurang dan perlu adanya perbaikan. Dari
rata – rata hasil agregasi performansi supply chain (72,00) di atas, dapat diketahui
bahwa performansi perusahaan PT. Bayer Indonesia – Bayer CropScience dalam
kondisi good (baik).
Ilma Shofyana (2010), analisa performansi perusahaan menggunakan
metode Supply Chain Operation Reference (SCOR) di PT. Petronika Gresik.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui performansi kinerja Supply Chaín di PT
Petronika, memberikan usulan perbaikan di PT Petronika agar perusahaan
berjalan dengan baik sesuai rencana
PT. Petronika Gresik sudah memiliki pengukuran kinerja supply chain
tetapi hanya diukur secara fungsional dan diterapkan pada bagian produksi dengan
seimbangnya antara permintaan dan pasokan produk yang ada di PT Petronika.
Setelah mengetahui permasalahan dilakukan penelitian dengan pengumpulan data
kualitatif dan kuantitatif dengan pembuatan kuisioner dan penyebaran kuisioner
setelah diketahui hasil dai pengumpulan data selanjutnya dilakukan dengan uji
validitas, reliabilitas, dan pembobotan KPI dengan AHP setelah data terkumpul
selanjutnya dilakukan dengan pengolahan data dengan perhitungan nilai aktual
performansi supply chain, scoring system dengan normalisasi, agregasi nilai
performansi, perhitungan nilai akhir kinerja supply chain.
Dari hasil pengukuran performasi supply chain PT Petronika dapat
diketahui bahwa nilai performansi yang paling tinggi terdapat pada periode bulan
Februari 2010 (714.6) dan nilai performasi supply chain yang paling rendah
terdapat pada periode bulan September 2009 (514.78). Dan dari 11 indikator
performansi Supply Chain perusahaan terdapat 8 indikator yang mempunyai nilai
skor yang tinggi dan 3 indikator yang mempunyai nilai skor rendah, yang terdiri
dari Percentage of adjusted production quantity (43,4), Forecast Accuracy (36,6),
Minimum delivery quantity (9,7). Ada tiga indikator yang mempunyai nilai skor
rendah, yang pertama adalah Percentage of adjusted production quantity dengan
skor 43,4 hal ini menunjukkan nilai performansi kurang dan perlu adanya
perbaikan. Perbaikan yang perlu dilakukan adalah lebih teliti dalam melakukan
perencanaan produksi dan dalam melakukan perencanaan produksi harus melihat
hasil produksi pada bulan – bulan sebelumnya ( peramalaan ) dan meramalnya
dengan metode yang sesuai dengan perusahaan, metode yang diusulkan untuk
perbaikan adalah single exponential smoothing. Yang kedua adalah Forecast
dalam melihat kondisi pasaran dan dalam meramalkan permintaan produk harus
melihat atau mengacu pada permintaan pada bulan-bulan sebelumnya, sehingga
penyimpangan permintaan aktual dengan permintaan hasil peramalan tidak
berbeda jauh, metode yang diusulkan untuk perbaikan adalah single exponential
smoothing. Dan yang ketiga adalah Minimum delivery quantity dengan skor 9,7,
perbaikan yang perlu dilakukan adalah sebaiknya perusahaan menyediakan
jumlah transportasi jika jumlah pesanan lebih dari atau sama dengan 3 ton, hal ini
untuk menekan biaya transportasi agar biaya transportasi dan harga produk
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PT. Rangka Raya yang terletak di Jl. Tanjung Sari
no.44B komplek Pergudangan Permata Tanjung Sari. Penelitian dilakukan mulai
bulan Mei 2012 sampai data yang dibutuhkan tercukupi.
3.2. Identifikasi dan Definisi Variabel
Identifikasi variabel adalah merupakan bagian dari langkah penelitian yang
dilakukan peneliti dengan cara menentukan variabel-variabel yang ada dalam
penelitiannya. Misalnya variabel respon (variabel dependen/variabel terikat).
Variabel adalah segala sesuatu yang mempunyai variasi nilai yang terukur.
Identifikasi variabel penelitian dilakukan untuk menentukan variabel-variabel
yang akan diteliti. Sehingga identifikasi variabel yang digunakan yaitu:
1. Variabel terikat
Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang memberikan reaksi
atau respon jika dihubungkan dengan variabel bebas. Variabel terikat pada
penelitian ini adalah performansi kinerja supply chain di PT. Rangka Raya.
2. Variabel bebas
Varibel bebas adalah variabel stimulus atau variabel yang mempengaruhi
variabel lain.
Variabel bebas penelitian ini terdapat 4 proses inti:
a. Plan
Variabel ini dilihat dari proses perencanaan untuk menyeimbangkan
permintaan, persediaan material dan pengiriman yang terbaik.
b. Sources
Terfokus pada kemampuan perusahaan dalam memperoleh material dan
menjalin hubungan dengan supplier.
c. Deliver
Terfokus pada kemampuan perusahaan dalam melakukan pengiriman
order untuk memenuhi permintaan konsumen.
d. Return
Variabel ini dilihat dari proses yang dikaitkan dengan pengembalian dan
penerimaan produk yang dikembalikan oleh pelanggan.
3.3 Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sample internal meliputi populasi karyawan dari perusahaan di
PT. Rangka Raya sebanyak 63 karyawan. Dari 63 karyawan diantaranya adalah 14 karyawan dari departemen pemasaran, 7 karyawan dari departemen logistik
dan 42 karyawan dari departemen warehouse di PT. Rangka Raya. Pengambilan
sampel ini dilakukan dengan teknik Sampling Jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.
Tabel 3.1 Atribut Penelitian Sesuai Key Performance Indicator
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini ada 2 macam,
yaitu pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder .
Data primer ialah data yang langsung dikumpulkan atau diperoleh dari
sumber pertama. Pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan beberapa
macam cara antara lain :
Key Performance Indicator Keter angan
PLAN Reliability
Forecast Accuracy Prosentase penyimpangan
permintaan actual dengan permintaan hasil peramalan
Planning Employee Reliability (PER)
Keandalan tenaga kerja bagian Purchasing untuk peramalan
Internal Relationship (IR)
Hubungan internal antara bagian dalam perusahaan
SOURCE
Reliability Source Employee
Reliability (SER)
Keandalan tenaga kerja bagian pengadaan material
Responsiveness Supplier Delivery Lead Time (SDLT)
Rata – rata rentang pengiriman
Cost Material Order Cost
(MOC)
Biaya yang dikeluarkan untuk order material
Assets Payment Term (PT) Rata-rata selisih waktu antara
penerimaan material dari supplier sampai dengan waktu pembayaran ke supplier
Delivery Responsiveness Delivery Lead Time (DLT)
Waktu sejak Customer memesan barang sampai dengan barang diambil
Flexibility
Minimum Delivery Quantity (MDQ)
Jumlah minimum pengiriman
RETURN Reliability
Number of Customer Complaint (NCC)
Jumlah complain dari konsumen
Customer Satisfaction
1. Wawancara (Interview)
Wawancara merupakan suatu langkah dalam penelitian yang berupa
penggunaan proses komunikasi verbal untuk mengumpulkan informasi dari
seseorang atau kelompok orang.
2. Daftar pertanyaan (angket / kuesioner)
Kuesioner merupakan alat komunikasi antara penelitian dengan orang yang
diteliti atau responden. Isinya berupa daftar pertanyaan, yang dibagikan oleh
peneliti untuk diisi oleh responden. Pengumpulan data dengan kuesioner perlu
memperhatikan beberapa hal, yaitu :
a. Karena respon menuangkan pendapat secara tertulis, kuesioner tidak sesuai
untuk mengumpulkan data yang bersifat sensitif.
b. Penggunaan kuesioner tepat apabila responden mempunyai pengetahuan
yang memadai dan kemampuan yang cukup.
Data sekunder adalah data yang tidak langsung diperoleh dari sumber
pertama dan telah tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen seperti jumlah
jadwal produk yang mengalami perubahan, biaya yang dikeluarkan untuk
pembelian material, biaya yang dikeluarkan untuk melakukan evaluasi supplier
dalam 1 tahun, jumlah complain dari konsumen pada bulan Mei 2011 - April
3.5 Metode Pengolahan Data
Dalam penelitian ini, metode analisa data yang digunakan adalah metode
Supply Chain Operation Reference (SCOR) yang mana langkah – langkahnya
sebagai berikut :
1. Uji Validitas
Untuk menghitung validitas, maka akan menghitung korelasi antara
masing-masing pernyataan dengan skor total dengan menggunakan rumus korelasi
product moment sebagai berikut :
r =
(
)
(
)
[
2 2]
[
(
2)
( )
2]
) )( ( ) )( (∑
∑
∑
∑
∑
∑ ∑
− Y Y N X X N Y X Y X N dimana :r = Koefisien korelasi yang dicari
N = Jumlah responden
X = Skor tiap-tiap variabel
Y = Skor total tiap responden
Secara statistik, angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan
angka kritik tabel korelasi nilai r.
Data bisa dikatakan valid apabila r hitung lebih besar dibandingkan
dengan r tabel / rhitung > rtabel maka data dinyatakan valid dan rhitung < rtabel maka
data dinyatakan tidak valid.
2. Uji Reliabilitas
Salah satu cara untuk menghitung reliabilitas adalah dengan rumus Alpha.
Rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrument yang skornya
Rumus Alpha :
r11 =
        −      
−
∑
21 2 1 ) 1 ( σ σb k k dimana :
r11 = Reliabilitas instrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyak soal
Σσb2 = Jumlah varians butir
σ12 = Varians total
Data dikatakan reliabel jika rhitung > rtabel dan nilainya ( + ) → maka data
dinyatakan reliabel (andal) dan data dikatakan tidak reliabel jika rhitung < rtabel
dan nilainya ( - ) → maka data dinyatakan tidak reliabel (tidak andal).
Program komputer SPSS 17 (Statistical Package for The Social Science) dapat
melakukan perhitungan koefisien alpha dengan mudah.
3. Uji Konsistensi
Dalam uji konsistensi ini, dilakukan perhitungan antara lain :
a. Consistency Index (CI)
CI =
1 max − − n n λ
b. Consistency Ratio (CR)
CR =
RI CI
4. Standar isasi Supply Chain Operation System
Dalam proses standarisasi SCOR ini, diberlakukan perhitungan sebagai
berikut :
1. Large is Better
Snorm =
(
)
100%min max min x S S S Si − −
2. Lower is Better
Snorm =
(
)
100%min max max x S S S S i − −
5. Analogi Perhitungan KPI
a. Pembobotan KPI dengan AHP menggunakan Sofware Expert Choice
V.9
b. Perhitungan Nilai Aktual Performansi Supply Chain per indikator.
Contoh perhitungan untuk KPI Inventory accuracy of material
(IAM) adalah sebagai berikut :
Rumus :
(
rencanaPengadaan)
Target
Pengadaan
x 100%
c. Scoring System Dengan Normalisasi.
Scoring system berfungsi untuk menyamakan skala nilai dari
masing-masing KPI. Contoh perhitungan untuk IAM adalah
sebagai berikut :
Rumus :
(
)
d. Perhitungan Nilai Akhir Kinerja Supply Chain.
Perhitungan nilai akhir kinerja supply chain dapat diperoleh
dengan persamaan:
i KPI = Wi * Ni
Dimana :
i KPI = Nilai performansi KPI ke-i
Wi = Nilai bobot KPI ke-i
Ni = Nilai Normalitas KPI ke-i
e. Agregasi Nilai Performansi.
Nilai performansi agregat adalah jumlah keseluruhan dari perkalian
bobot dan nilai normalisasi KPI dan dapat dijabarkan sebagai
berikut :
NAgregat =
∑
I KPI =∑
Wi*NiDimana :
NAgregat = Nilai performansi supply chain perusahaan
I KPI = Nilai performansi KPI ke-i
Wi = Nilai bobot KPI ke-i
Ni = nilai normalitas KPI ke-i
6. Perhitungan Nilai akhir Kinerja Supply Chain
Untuk menghitung nilai akhir performansi Supply Chain diberlakukan
rumus :
Pi =
∑
=
n
j
j ijW S 1
Dimana :
Pi = Total performansi supply chain varian i
Sij = Skor supply chain ke i didalam obyektif performansi ke j
Wj = Bobot dari obyektif performansi
Dari perhitungan tersebut akan menghasilkan nilai performansi dari
PT. Rangka Raya Jika nilai kinerja < 40 maka pencapaian
performansinya dapat dikategorikan dalam kondisi yang sangat
rendah (poor) sedangkan jika nilai kinerjanya > 90 maka dapat
3.6 Langkah - langkah Pemecahan Masalah
Adapun flowchart langkah - langkah pemecahan masalah adalah sebagai
berikut :
Mulai
Studi Lapangan
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Studi Literatur
Identifikasi Variabel
Pengumpulan Data 1. Plan : Reliability, Responsiveness
2. Source : Reliability, Responsiveness, Cost, Assets 3. Deliver : Reliability, Responsiveness, Flexibility, Cost 4. Return : Reliability, Responsiveness
Perancangan Hierarki Pengukuran Performansi Supply Chain
Identifikasi KPI
A
Pembuatan dan Penyebaran Kuisioner
Ya A
Uji Reliabilitas Uji Validitas
Buang data yang tidak valid
Valid?
Reliabel? Ya
Ya Tidak
Tidak Sisa item
Tidak
B
Gambar 3.1 : Langkah-langkah Pemecahan Masalah Nilai Akhir Performansi Supply Chain
Nilai Aktual Performansi Supply Chain
Agregasi Nilai Performansi dan mengindentikasi indikator – indikator yang perlu diperbaiki
CR ≤ 0,1 Uji konsistensi Standarisasi SCOR
Pembobotan Key Indicator Performance dengan AHP
Hasil dan pembahasan
Selesai
Keterangan Kerangka Pemecahan Masalah
Adapun penjelasan dari kerangka pemecahan masalah diatas adalah sebagai
berikut :
1. Studi Lapangan
Studi lapangan dilakukan dengan cara melihat langsung kondisi lapangan
untuk mengidentifikasi dan merumuskan permasalahan yang akan dijadikan
bahan penelitian.
2. Studi Literatur
Langkah ini merupakan usaha memahami konsep dasar ilmu pengetahuan
yang berhubungan dengan permasalahan dan metode-metode yang
digunakan untuk menyelesaikan permasalahan.
3. Perumusan Masalah
Menentukan permasalahan yang akan diteliti dengan menggunakan suatu
pendekatan untuk memecahkan masalah.
4. Tujuan Penelitian
Pada langkah ini peneliti menetapkan tujuan yang ingin dicapai melalui
penelitian. Dari tujuan penelitian dapat ditemukan arah serta sasaran yang
ingin dicapai dalam penelitian.
5. Identifikasi Variabel
Pada tahap ini, peneliti mengidentifikasi variabel–variabel yang terkait
dalam penelitian yang dilakukan berdasarkan model kerangka Supply Chain
Operation Reference, Supply Chain dibagi menjadi 4 proses manajemen
6. Perancangan Hierar khi Pengukuran Supply Chain
Pada tahap ini peneliti merancang suatu hierarki berdasarkan prinsip Supply
Chain, Rancangan hierarki awal pengukuran performansi Supply Chain ini
akan coba diimplementasikan di perusahaan dan apakah dapat disesuaikan
dengan kondisinya.
7. Identifikasi Key Indicator Performance (KPI)
Pada tahap ini, peneliti mengidentifikasi KPI yang terkait dalam penelitian
yang dilakukan berdasarkan kerangka Supply Chain Operation Reference
(SCOR).
8. Pengumpulan Data
Dalam tahap ini, peneliti mengumpulkan data-data yang dibutuhan untuk
penelitian baik data kualitatif maupun kuantitatif.
9. Penyusunan Kuesioner
Penyusunan kuesioner dimaksudkan untuk mempermudah peneliti dalam
melakukan pengumpulan data.
Pengumpulan data dilakukan dua macam, yaitu :
a. Data Primer
yaitu merupakan data kualitatif, seperti:
Menyebarkan kuesioner kepada Kepala Operasional, bagian Purchasing,
Marketing dan Warehouse di PT. Rangka Raya untuk diisi. Penyebaran
kuisioner mengunakan Skala Likert yang dapat dipergunakan untuk mengukur
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau seklompok orang dengan
berbagai pertanyaan yang digunakan untuk riset berupa survei, dan bentuk
1. Sangat kurang / sangat buruk / sangat lama
2. Kurang / buruk / lama
3. Sedang / sedang
4. Cukup / baik / cepat
5. Sangat cukup atau sangat baik / sangat cepat
- Wawancara
Digunakan untuk memperoleh data awal untuk memperoleh informasi yang <