• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA PERFORMANSI PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE(SCOR) DI PT. RANGKA RAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISA PERFORMANSI PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE(SCOR) DI PT. RANGKA RAYA."

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA PERFORMANSI PERUSAHAAN MENGGUNAK AN

METODE

SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE

(SCOR)

DI PT. RANGK A RAYA

SKRIPSI

Disusun Oleh:

YOGOES HELGA SEPTI AN LODO VIGATA

NPM : 0732315029

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN” J AWA TIMUR

(2)

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PANITIA UJ IAN SKRIPSI / KOMPREHENSIF

KETERANGAN REVISI

Mahasiswa di bawah ini :

Nama : YOGOES HELGA SEPTIAN L V

NPM : 0732315029

Jurusan : Teknik Industri

Telah mengajukan revisi / tidak ada revisi *) PRA RENCANA (DESIGN) / SKRIPSI / TUGAS AKHIR Ujian Lisan Gelombang IV TA 2011 – 2012

Dengan judul :

ANALISA PERFORMANSI PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE

SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) DI PT. RANGKA RAYA

Surabaya, 5 Oktober 2012

Dosen penguji yang memerintahkan Revisi,

1.Ir. H. Tri Susilo, MM ( _____________)

2.Ir. Hari Purwoadi, MM ( _____________)

3.Ir. Sumiati, MT ( _____________)

Mengetahui,

Dosen Pembimbing

Ir. Sumiati, MT

(3)

SKRIPSI

ANALISA PERFORMANSI PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR)

DI PT. RANGKA RAYA SURABAYA

Disusun Oleh :

YOGOES HELGA SEPTIAN LODO VIGATA NPM : 0732315029

Telah Dipertahankan Dihadapan dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal : 5 Oktober 2012

Tim Penguji : Dosen Pembimbing :

1. 1.

Ir. H. Tri Susilo, MM Ir. Sumiati, MT

NIP. 19550708 198903 1 001 NIP. 19601213 1991032 2 001

2. 2.

Ir. Hari Purwoadi, MM Ir. Akmal Suryadi, MT

NIP. 19480828 198403 1 001 NIP. 19620318 199303 1 001

3.

Ir. Sumiati, MT

NIP. 19601213 1991032 2 001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Teknologi Industri

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat, anugerah

dan pimpinan – Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir

ini.

Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi persyaratan kelulusan Program

Sarjana Strata-1 (S-1) di Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dengan judul :

“ANALISA PERFORMANSI PERUSAHAAN MENGGUNAKAN

METODE SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) DI PT.

RANGKA RAYA“.

Penyelesaian penyusunan Tugas Akhir ini tentunya tidak terlepas dari

peran serta berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan baik

secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu tidak berlebihan bila

pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. Sutiyono, MT, selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Ir. Minto Waluyo, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Industri

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Pailan, M.Pd, selaku Sekretaris Jurusan Teknik Industri

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Ibu Ir. Sumiati, MT, selaku Dosen Pembimbing Utama Skripsi.

5. Bapak Ir. Akmal Suryadi, MT, selaku Dosen Pembimbing Pendamping

(5)

6. Semua pihak yang telah membantu secara moril dan materiil selama

pelaksanaan penelitian dan penyelesaian penulisan Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan Tugas Akhir ini

terdapat kekurangan, maka dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan

saran dan kritik yang bersifat membangun.

Akhir kata semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak

yang membaca. Terima Kasih.

Surabaya, Juni 2012

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

ABSTRAKSI ... xii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 2

1.3. Batasan Masalah ... 2

1.4. Asumsi ... 3

1.5. Tujuan ... 3

1.6. Manfaat ... 4

1.7. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II. TINJ AUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengukuran Kinerja Perusahaan ... 6

2.2 Konsep Supply Chain Management ... 7

2.3 Prinsip Pengukuran Performansi Supply Chain ... 10

2.4 Supply Chain Operation Reference (SCOR) Model ... 13

2.5 Analytical Hierarchy Process (AHP) ... 19

(7)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

3.2 Identifikasi dan Definisi Variable ... 31

3.3 Populasi dan Teknik Pengambilan Sample ... 32

3.4 Metode Pengumpulan Data... 33

3.5 Metode Pengolahan Data ... 35

3.6 Lanngkah-Langkah Pemacahan Masalah ... 40

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hierarki Awal System Pengukuran Performansi ... 48

4.2 Identifikasi Key Performansi Indicator ... 49

4.3 Pengumpulan Data ... 50

4.4 Pembuatan dan Penyebaran Kuisioner ... 58

4.5 Uji Validitas ... 59

4.6 Uji Reliabilitas ... 60

4.7 Pembobotan Key Performance Indicator dengan AHP ... 61

4.8 Nilai Amtual Performansi Supply Chain ... 62

4.9 Standarisasi Supply Chain System ... 66

4.10 Nilai Akhir Performansi Supply Chain ... 69

4.11 Agregasi Nilai Performansi ... 72

(8)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 81

5.2 Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(9)

ABSTRAKSI

PT.Rangka Raya adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang stockist dan trading segala jenis besi untuk keperluan infrastruktur serta pabrikasi. Dengan jalur distribusi hampir di seluruh Indonesia, PT. Rangka Raya mendukung pembangunan dan industri melalui produk besi beton, wiremesh, pipa besi dan profile.

PT.Rangka Raya yang bergerak dibidang trading dan stockist sudah memiliki struktur pengukuran kinerja, tetapi pada pengukuran kinerja supply chain belum terkoordinasi dan belum terintegrasi dengan cukup baik antar jaringan yang ada dalam supply chain perusahaan seperti kendala pemenuhan permintaan konsumen yang kadang - kadang tidak sesuai dengan permintaan atau pesanan, purchasing kurang cepat dalam menyuplai material, mesin mengalami macet / rusak sehingga dalam proses distribusi terhambat dan pihak purchasing kurang dapat mengestimasi produk yang akan banyak permintaan dari konsumen sehingga terjadi penumpukan stock yang terlalu lama di gudang, sehingga konsep supply chain dalam perusahaan tidak stabil. Hal ini menjadikan tidak seimbangnya antara permintaan dan pasokan material yang ada di perusahaan.

Supply Chain Management merupakan solusi yang lebih cocok dan sesuai dengan kondisi dan tujuan perusahaan. Untuk mengetahui kinerja perusahaan dengan supply chain diperlukan suatu pengukuran melalui pendekatan yaitu model Supply Chain Operations Reference (SCOR). Dengan harapan PT.Rangka Raya dapat menjaga keseimbangan supply chain management yang ada, agar plan, source, deliver, return dapat berjalan dengan baik,

Dari hasil pengukuran performasi supply chain PT Rangka Raya maka dapat diketahui bahwa nilai performansi supply chain di PT Rangka Raya pada bulan Mei 2011 sampai April 2012 dikategorikan cukup karena nilai scor performasi yang dihasilkan 60,21. Dan rata – rata hasil agregasi performansi supply chain 65,11 (cukup).

Dari hasil penelitian dapat juga diketahui nilai dari masing-masing KPI adalah sebagai berikut :Forecast Accuracy (62,28); Planning Employee Reliability (62,50); Internal Relationship (85,41); Source Employee Reliability (62,49); Supplier Delivery Lead Time (91,38); Material Order Cost (61,1); Payment Term (49,61); Delivery Lead Time (92,77); Minimum Delivery Quantity (14,05); Number of Customer Complaint (38,33);Customer Satisfaction (62,49).Dari nilai-nilai tersebut dapat diketahui bahwa ada satu KPI yang mempunyai nilai skor rendah yang memerlukan prioritas untuk dilakukan pembenahan yaitu yang mempunyai nilai dibawah 50 point Material Payment Term (27,38); Minimum delivery Quantity (14,05) dan Number of Customer Complain (38,33).

(10)

ABSTRACT

PT.Rangka Kingdom is a company engaged in the stockist and trading all kinds of iron for both infrastructure and manufacturing. With distribution channels in almost all of Indonesia, PT. Framework Kingdom supports the industry through product development and concrete iron, wiremesh, steel pipe and profile.

PT.Rangka Kingdom engaged in trading and stockist already has the structure of performance measurement, but the measurement of supply chain performance has not coordinated and not well enough integrated with the existing network between the company's supply chain as fulfilling consumer demand constraints that sometimes not in accordance with the requests or orders, purchasing less rapidly in the supply of materials, machine jams / damaged so that the distribution process is less constrained and can estimate the purchasing party products that will be a lot of consumer demand resulting in prolonged accumulation of stock in the warehouse, so the concept of supply chain within the company unstable. It makes the imbalance between demand and supply of materials in the company.

Supply Chain Management is a solution that is more suitable and in accordance with the conditions and objectives. To determine the performance of the company with a supply chain requires a measurement approach is model Supply Chain Operations Reference (SCOR). With hope PT.Rangka Kingdom to maintain the balance of existing supply chain management, to plan, source, deliver, return to work well,

From the measurement results PT performasi supply chain framework Kingdom it is known that the value of supply chain performance in the PT framework Kingdom in May 2011 until April 2012 considered adequate because the resulting value of SCOR performasi 60.21. And the average - average yield performance of supply chain aggregation 65.11 (enough).

From the results of the research may also know the value of each KPI are as follows: Forecast Accuracy (62.28); Planning Employee Reliability (62.50); Internal Relationship (85.41); Source Employee Reliability (62.49); Supplier Delivery Lead Time (91.38); Material Order Cost (61.1); Payment Term (49.61); Delivery Lead Time (92.77); Minimum Delivery Quantity (14.05), Number of Customer Complaint ( 38.33), Customer Satisfaction (62.49). From these values it can be seen that there is a KPI that has a low score that needs to be done revamping the priorities that have a value below 50 points Material Payment Term (27.38) ; Minimum delivery Quantity (14.05) and the Number of Customer Complain (38.33).

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pelaku pasar mulai sadar bahwa untuk menyediakan produk yang murah

(terjangkau), berkualitas dan cepat, perbaikan internal di sebuah perusahaan

tidaklah cukup, perusahaan transportasi yang mengirimkan bahan baku dari

pemasok ke pabrik, serta jaringan distribusi yang menyampaikan produk ke

tangan customer.

PT.Rangka Raya adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang stockist

dan trading segala jenis besi untuk keperluan infrastruktur serta pabrikasi. Dengan

jalur distribusi hampir di seluruh Indonesia, PT. Rangka Raya mendukung

pembangunan dan industri melalui produk besi beton, wiremesh, pipa besi dan

profile.

PT.Rangka Raya yang bergerak dibidang trading dan stockist sudah

memiliki struktur pengukuran kinerja, tetapi pada pengukuran kinerja supply

chain belum terkoordinasi dan belum terintegrasi dengan cukup baik antar

jaringan yang ada dalam supply chain perusahaan seperti kendala pemenuhan

permintaan konsumen yang kadang - kadang tidak sesuai dengan permintaan atau

pesanan, purchasing kurang cepat dalam menyuplai material, mesin mengalami

macet / rusak sehingga dalam proses distribusi terhambat dan pihak purchasing

kurang dapat mengestimasi produk yang akan banyak permintaan dari konsumen

(12)

2

supply chain dalam perusahaan tidak stabil. Hal ini menjadikan tidak

seimbangnya antara permintaan dan pasokan material yang ada di perusahaan.

Supply Chain Management merupakan solusi yang lebih cocok dan sesuai

dengan kondisi dan tujuan perusahaan. Untuk mengetahui kinerja perusahaan

dengan supply chain diperlukan suatu pengukuran melalui pendekatan yaitu

model Supply Chain Operations Reference (SCOR). Dengan harapan PT.Rangka

Raya dapat menjaga keseimbangan supply chain management yang ada, agar

plan, source, deliver, return dapat berjalan dengan baik,

Dengan permasalahan tersebut, maka penulis melakukan penelitian dengan

mengharapkan suatu kerangka kerja pengukuran kinerja supply chain dengan

menggunakan indikator pengukuran kinerja yang lebih sesuai dengan kondisi dan

tujuan strategis perusahaan agar bisa mengetahui kemampuan perusahaan saat ini.

1.2. Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang

akan dibahas dalam skripsi ini adalah ”Berapakah nilai performansi supply

chain untuk produk Black Steel Pipe 3” di PT.Rangka Raya? ”.

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah yang digunakan dalam penulisan ini adalah :

1. Trading yang akan dibahas hanya untuk pendistribusian toko dengan produk

Black Steel Pipe 3”

2. Pengambilan data perusahaan yang diambil pada bulan Mei 2011 – April

(13)

3

3. Penyebaran kuisoner dilakukan pada kepala dan staf bagian logistik,

purchasing, marketing, kepala sie, dan kepala operasional yang ada di

perusahaan PT. Rangka Raya.

4. Dalam penelitian ini terdapat 5 alur supply chain yaitu plan, source, make,

deliver dan return. Untuk proses make ditiadakan maka tidak dilakukan

pembahasan untuk make.

1.4. Asumsi

Berdasarkan pada batasan masalah, maka asumsi yang digunakan adalah :

1. Indikator-indikator kinerja yang disusun dapat mewakili kinerja supply chain

yang ada di perusahaan.

2. Masing – masing indikator kinerja yang akan diukur memiliki hubungan

yang saling mempengaruhi satu sama lain.

3. Kebijakan perusahaan selama penelitian ini tidak mengalami perubahan.

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi indikator - indikator kinerja supply chaín di PT. Rangka

Raya yang diperlukan untuk dilakukan perbaikan.

2. Mengetahui nilai performansi kinerja supply chain produk Black Steel Pipe 3”

(14)

4

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Perusahaan :

a. Perusahaan dapat melakukan perbaikan berkelanjutan berdasarkan hasil

kontrol kinerja supply chain yang dilakukan.

b. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan bagi perusahaan

dalam mengembangkan suatu kerangka pengukuran kinerja Supply Chain

yang sesuai dengan kondisi dan tujuan strategis perusahaan.

2. Bagi perpustakaan UPN “Veteran” Jawa Timur :

a. Menambah koleksi buku referensi yang berhubungan dengan Supply

Chain.

b. Menjadi acuan bagi mahasiswa lain untuk menambah dan

mengembangkan ilmu pengetahuan Supply Chain.

3. Bagi Mahasiswa :

1. Agar dapat membandingkan teori yang didapat dikampus dengan keadaan

sebenarnya dilapangan.

2. Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa dalam suatu lapangan

kerja yang dihadapi.

1.7. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan Skripsi ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bagian ini berisi tentang latar belakang, gambaran umum perusahaan,

(15)

5

dan asumsi yang digunakan dalam penelitian serta sistematika penulisan

skripsi ini secara keseluruhan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan tentang teori, pendapat pakar, tulisan ilmiah, dan

sejenisnya yang dibutuhkan untuk mendukung dan memberikan

landasan/kerangka konsep berpikir yang kuat dan relevan dalam

penelitian ini yaitu mengenai konsep model – model pendekatan

pengukuran dan pengendalian kinerja supply chain dan hasil penelitian

sebelumnya yang dijadikan acuan dan landasan skripsi ini.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan langkah – langkah penelitian secara keseluruhan

sampai perancangan mekanisme kontrol kinerja supply chain yang

diusulkan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menjelaskan indikator kinerja yang dijadikan mekanisme

kontrolnya berikut pula definisi, ukuran kinerja dan periodisasi

pengukuran masing–masing indikator kinerja dan pada akhirnya

dilakukan perancangan pengukuran kinerja untuk masing-masing

indikator.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini berisikan kesimpulan dari penulisan ini dan saran sesuai

dengan penelitian yang dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

(16)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Pengukur an Kinerja Perusahaan.

Pengukuran kinerja perusahaan memiliki peranan penting dalam

mengetahui kondisi perusahaan, apakah mengalami penurunan atau peningkatan

serta perbaikan apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kinerja pada suatu

perusahaan.

Pengukuran kinerja merupakan suatu proses untuk mengukur efektivitas

dan efisiensi dari suatu aktivitas dalam suatu organisasi. Adapun definisi dari

pengukuran kinerja itu sendiri menurut para ahli, antara lain sebagai berikut :

a. Menurut Mulyadi (1993),

Pengukuran kinerja merupakan penentuan secara periodik efektivitas

operasional dari suatu organisasi sebagai bagian organisasi dan karyawannya,

berdasarkan : sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

b. Menurut Stoner et all ( 1996 ),

Pengukuran kinerja merupakan suatu ukuran seberapa efisien dan efektif

individu atau organisasi dalam tujuan yang memadai

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja adalah

tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai

yang ada pada perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan

sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi

pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana perusahaan memerlukan penyesuaian

(17)

Tujuan pengukuran kinerja menurut Mulyadi (1993) adalah sebagai berikut:

1. Untuk menentukan kontribusi suatu bagian dalam perusahaan terhadap

organisasi secara keseluruhan.

2. Untuk memberikan dasar bagi penilaian suatu prestasi dalam berorganisasi.

3. Untuk memberikan motivasi bagi manajer bagian dalam (internal) menjalankan

bagiannya seirama dengan tujuan pokok perusahaan secara keseluruhan.

Manfaat pengukuran kinerja menurut Lynch dan Cross (1993) adalah

sebagai berikut:

1. Menelusuri manfaat kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan

membawa perusahaan menjadi lebih dekat pada pelanggannya dan membuat

seluruh orang dalam organisasi terlibat dalam upaya memberi kepuasan

kepada pelanggan.

2. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan kepada pelanggan sebagai

bagian dari mata – rantai pelanggan dan pemasok internal.

3. Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih

kongkret sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi.

2.2 Konsep Supply Chain Management

Seperti yang diketahui bahwa untuk meningkatkan produktivitas total,

pelaku bisnis harus dapat menyediakan produk yang murah, berkualitas dan cepat.

Untuk melaksanakan ketiga konsep tersebut, kegiatan internal perusahaan harus

dibenahi ditambah dengan peran serta semua pihak mulai dari supplier yang

(18)

setengah jadi atau barang jadi, proses penyimpanan (inventory) sampai proses

delivery barang jadi tersebut ke retailer dan customer.

Dari uraian diatas bisa di simpulkan bahwa supply chain management

melibatkan banyak pihak didalamnya, baik secara langsung maupun tidak

langsung dalam usaha untuk memenuhi permintaan konsumen. Di sini supply

chain tidak hanya melibatkan manufaktur dan supplier, tetapi juga melibatkan

banyak hal antara lain transportasi, gudang dan juga konsumen itu sendiri.

Adapun definisi dari supply chain management itu sendiri menurut para

ahli, antara lain sebagai berikut :

1. Ross (1998), berpendapat supply chain management merupakan filosofi

manajemen yang secara terus-menerus mencari sumber-sumber fungsi bisnis

yang kompeten untuk digabungkan baik dalam perusahaan maupun luar

perusahaan seperti mitra bisnis yang berada dalam satu supply chain untuk

memasuki sistem supply yang berkompetitif tinggi dan memperhatikan

kebutuhan pelanggan, yang berfokus pada pengembangan solusi inovatif dan

sinkronisasi aliran produk, jasa dan informasi untuk menciptakan sumber nilai

pelanggan (customer value) yang bersifat unik.

2. Martin (1998), berpendapat bahwa supply chain management adalah jaringan

organisasi yang melibatkan hubungan upstream dan downstream dalam proses

dan aktivitas yang berbeda yang memberi nilai dalam bentuk produk dan jasa

pada pelanggan.

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat ditarik suatu pengertian

tentang Supply Chain Management yaitu suatu kesatuan proses dan aktivitas

(19)

(produksi) yang mengubah raw material menjadi barang jadi, proses

penyimpanan (inventory) sampai proses delivery barang jadi tersebut ke retailer

dan customer. Semua kesatuan tersebut diupayakan dalam rangka untuk

meningkatkan customer satisfaction.

Adapun tujuan dari ataupun proses supply chain ini adalah :

1. Mengembangkan team yang berfokus pada pelanggan sehingga dapat

memberikan persetujuan produk dan jasa menguntungkan kedua belah pihak

pada pelanggan secara strategik.

2. Membuat kontak hubungan yang secara efisien menangani

pertanyaan-pertanyaan dari semua pelanggan.

3. Secara terus-menerus mengumpulkan, menyusun dan meng-update permintaan

pelanggan untuk menyesuaikan demand dengan supply.

4. Mengetahui tingkat performansi perusahaan yang dilihat dari konsep supply

chain management

5. Mengatur hubungan supplier sehingga quick response dan perbaikan

berkesinambungan dapat berjalan lancar.

6. Meminimasi waktu siklus ketersediaan (return to available).

Pr oses dalam Supply chain mempunyai 5 proses utama yaitu :

1. Plan, yaitu proses yang menyeimbangkan permintaan dan persediaan untuk

mengembangkan tindakan yang memenuhi penggunaan source, produksi dan

pengiriman (delivery) yang baik.

2. Source, yaitu proses pengadaan barang maupun jasa untuk memenuhi

(20)

3. Make, yaitu proses untuk mentransformasi bahan baku / komponen menjadi

produk yang diinginkan pelanggan.

4. Deliver, yaitu proses mengirimkan produk jadi dan jasa untuk memenuhi

permintaan terhadap barang maupun jasa.

5. Return, yaitu proses yang dikaitkan dengan pengembalian atau menerima

kembali produk dengan berbagai alasan.

Gambar 2.1 Proses dalam supply chain (Supply Chain Council, 2006)

2.3 Pr insip Pengukuran Per for mansi Supply Chain

Pengukuran kinerja adalah suatu proses untuk mengukur efektivitas dan

efisiensi dari suatu aktivitas. Dalam sistem manajemen bisnis modern, pengukuran

kinerja bukan hanya sekedar sistem pengukuran dan perhitungan saja, melainkan

juga dapat memberikan kontribusi pada peningkatan kinerja.

(Sumber I Nyoman Pujawan 2005)

Ada sejumlah tipe pengukuran kinerja yang berbeda yang digunakan untuk

mengkarakteristik sistem, khususnya sistem produksi, distribusi, dan inventori.

Banyaknya sistem pengukuran tersebut, maka untuk melakukan pemilihan sistem

pengukuran manakah yang paling sesuai dengan pengukuran performansi supply

(21)

Ide dari pengukuran kinerja ini diawali dari pengukuran operasi manufakturing

yang dilakukan oleh Frederick W. Taylor (father of scientific methods) pada awal

abad ke 20. Beliau melakukan penelitian mengenai studi gerak dan waktu.

Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang ada serta membuat

kriteria yang obyektif untuk mengukur dan menetapkan kinerja yang obyektif

untuk mengukur dan menempatkan kinerja dan efisiensi pekerja tersebut.

(Sumber I Nyoman Pujawan 2005)

Lama-kelamaan pandangan pengukuran kinerja semakin berkembang. Penelitian

mengenai pengukuran kinerja tidak lagi difokuskan pada penelitian kinerja

individual melainkan mengarah pada pengukuran kinerja bisnis perusahaan. Pada

awal tahun 1920 mulailah muncul dan berkembang sistem pengukuran secara

tradisional yang masih berfokus pada aspek finansial. Sistem pengukuran

tradisional ini dinilai oleh para praktisi dan akademisi memiliki banyak

kekurangan karena berfokus pada satu indikator saja yaitu finansial. Pengukuran

kinerja sebaiknya memiliki orientasi jangka panjang dibandingkan dengan jangka

pendek. Ukuran finansial menunjukkan dampak kebijakan dan prosedur

perusahaan pada posisi keuangan perusahaan jangka pendek, hal ini merupakan

salah satu kekurangan sistem kinerja secara tradisional.

(Sumber I Nyoman Pujawan 2005)

Dalam pengukurannya, ada beberapa pertimbangan yang harus dilihat antara

lain :

1. Ukuran tidak diorientasikan dan dipusatkan atas menyediakan suatu perspektif

(22)

2. Ukuran tidak selalu dihubungkan dengan pentingnya masalah keuangan,

namun seperti pelayanan pelanggan/loyalty dan mutu produk.

3. Ukuran tidak secara langsung ada keterkaitan dengan efisiensi dan efektivitas

operasional.

Pengukuran performansi terhadap Supply Chain haruslah mengandung

indikator-indikator. Indikator-indikator tersebut sebaiknya harus berkaitan dengan

pertanyaan-pertanyaan seperti berikut :

1. Aspek-aspek apa saja yang harus diukur ?

2. Bagaimana mengukur aspek-aspek tersebut ?

3. Bagaimana menggunakan hasil pengukuran itu untuk menganalisa,

memperbaiki dan mengontrol kualitas rantai produktivitas ?

Di dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, bukanlah merupakan tugas

yang mudah. Banyak indikator-indikator yang harus disiapkan dan perlu

penggunaan ukuran-ukuran yang disesuaikan dengan kondisi perusahaan.

Menurut lapide dalam I Nyoman Pujawan 2005 ada beberapa sifat yang harus

dipenuhi oleh indikator, yaitu :

1. Universality (bersifat umum dan mudah diukur).

2. Measurability (menjamin bahwa data-data yang diperlukan memang dapat

diukur).

(23)

2.4 Supply Chain Operations Reference (SCOR)

Model Supply Chain Operations Reference (SCOR) dikembangkan oleh

suatu lembaga professional, yaitu Supply Chain Council (SCC). Supply Chain

Council (SCC) diorganisasikan tahun 1996 oleh Pittiglio Rabin Todd & McGrath

(PRTM) dan AMR Research. Model ini dikuasakan kepada seluruh industry

standart yang digunakan untuk supply chain management. Model ini

dikembangkan untuk mendeskripsikan aktivitas bisnis yang diasosiasikan dengan

seluruh fase yang terlibat untuk memenuhi permintaan customer.

Adapun bentuk dari Supply Chain yang digambarkan oleh SCOR model

adalah :

Gambar 2.2. Supply Chain Model

Sumber : Supply Chain Council, Supply Chain Refer ence Model, Over view Ver sion 6.1, [http://www.supply-chain, org ], 2004)

Adapun definisi dari kelima proses manajemen utama Supply Chain dalam

(24)

1. Plan

Proses perencanaan untuk menyeimbangkan permintaan dan persediaan untuk

mengembangkan tindakan yang memenuhi penggunaan Source, produksi dan

pengiriman yang terbaik.

2. Source

Proses yang berkaitan dengan aktivitas untuk memperoleh material dan

hubungan perusahaan dengan supplier.

3. Make

Proses untuk merubah (transformasi) material menjadi produk jadi untuk

memenuhi permintaan customer.

4. Delivery

Proses mengirimkan produk jadi dan atau jasa untuk memenuhi permintaan.

5. Return

Proses yang dikaitkan dengan pengembalian dan penerimaan produk yang

dikembalikan oleh pelanggan untuk berbagai alasan.

Supply Chain (2006) Model SCOR (Supply Chain Operations Reference)

diorganisasikan dalam 5 (lima) proses Supply Chain utama yaitu : Plan, Source,

Make, Deliver, dan Return dimana ini pada level pertama. Kemudian SCOR

dibagi lagi menjadi level-level untuk pengukuran performansinya. Didalam level

2 SCOR, dimunculkan setiap aspek yang akan diukur. Misalnya saja mengenai

reliability, responsiveness, flexibility, costs, dan assets.

Dari masing-masing aspek itu, di dalamnya terdapat metriks-metriks

pengukuran yang akan diukur sehingga dapat kita nilai. Level dua dari SCOR,

(25)

performansinya. Sedangkan untuk level tiganya, setiap komponen yang ada di

mapping level dua, di breakdown sehingga mendapatkan sesuatu yang detail dari

komponen-komponen tersebut. Pada level tiga juga sudah mulai dilakukan

penentuan parameter dari setiap metriks dan komponen yang akan diukur.

Adapun contoh-contoh metriks yang ada di dalam metode SCOR oleh ,

adalah sebagai berikut dari Supply Chain (2006):

A. Aspek reliability

1. Number of customer complian, yaitu jumlah complain dari konsumen

2. Run time and break down time, yaitu waktu untuk berproduksi dan yang

menyebabkan produksi terhenti.

3. Source employee reliability, yaitu Keandalan tenaga kerja bagian pengadaan

bahan baku.

B. Aspek Responsiveness

1. Delivery lead time, yaitu waktu sejak distributor industri memesan barang

sampai barang diambil.

2. Source item responsiveness, yaitu waktu yang dibutuhkan supplier untuk

memenuhi kebutuhan perusahaan apabila terjadi peningkatan jumlah jenis

material tertentu dari permintaan awal suatu order.

3. Supplier Delivery Lead time, yaitu waktu sejak distributor industri memesan

barang sampai barang diambil.

C. Aspek Flexibility

1. Minimum delivery quantity, yaitu jumlahminimum pengiriman.

2. Make volume flexibility, yaitu prosentase penongkatan yang dapat dipenuhi

(26)

D. Aspek Cost

1. Defect cost, yaitu biaya-biaya yang digunakan untuk penggantian produk

cacat.

2. Material order cost, yaitu biaya yang dikeluarkan utuk order material.

E. Aspek Assets

1. Payment term, yaitu rata-rata selisih waktu antara permintaan material

dengan waktu pembayaran ke supplier.

2. Cash to cash cycle time, yaitu waktu dari perusahaan mengeluarkan uang

untuk pembelian material sampai dengan perusahaan menerima uang

pembayaran dari konsumen.

(Supply Chain council 2006)

Ada berbagai macam cara pengukuran performansi yang pernah dilakukan

perusahaan-perusahaan dunia. Salah satunya adalah cara pengukuran yang

dilakukan oleh sebuah supermarket. Pertama menentukan obyektif performansi

yang dibutuhkan di dalam pengukuran tersebut, seperti plan, quality, reliability,

flexibility, dan sebagainya. Obyektif tersebut diberi skor dan bobot. Tingkat

pemenuhan performansi didefinisikan oleh normalisasi dari indikator performansi

tersebut. Untuk strategi Supply Chain yang pasti, berlaku hubungan sebagai

berikut ( Sumber : Saaty, Thomas L. 1993, ) :

Pi =

=

n

i j

j ij W

S

Dimana :

(27)

n = Jumlah obyektif performansi

Sij = Skor supply chain ke i didalam obyektif performansi ke j

Wj = Bobot dari obyektif performansi

Di dalam pengukuran ini, langkah pertama adalah melakukan pembobotan.

Pembobotan dilakukan dengan cara Analytic Hierarchy Process (AHP), dimana

setiap obyektif performansi dipasangkan dan dilakukan perbandingan tingkat

kepentingannya. Langkah kedua adalah pendefinisian dari indikator performansi

dan melakukan pengukuran. Skor di dalam obyektif pengukuran yang berbeda -

beda didefinisikan dengan bantuan 6 langkah, yaitu ( Sumber : Saaty, Thomas L.

1993, ) :

1. Pendefinisian setiap indikator

2. Pendefinisian normalisasi

3. Pendefinisian interval skor untuk setiap indikator

4. Pendefinisian skor dari indikator

5. Penjumlahan skor

6. Normalisasi dari skor

Setiap indikator memiliki bobot yang berbeda-beda dengan skala ukuran

yang berbeda-beda pula. Oleh karena itu, diperlukan proses penyamaan

parameter, yaitu dengan cara normalisasi tersebut. Di sini normalisasi memegang

peranan cukup penting demi tercapainya nilai akhir dari pengukuran performansi.

Proses normalisasi dilakukan dengan rumus normalisasi Snorm dr De boer boer

(28)

Proses normalisasi dilakukan agar masing-masing indikator kinerja

memiliki skala ukuran yang sama. Sebab jika indikator kinerja memiliki ukuran

skala yang berbeda, maka nilai kinerja tersebut tidak mencerminkan kinerja

perusahaan yang sebenarnya boer (Trienekens & Hvloby, 2000).

Proses normalisasi dilakukan dengan rumus normalisasi Snorm dari De

boer (Trienekens & Hvloby, 2000) yaitu :

(

max min

)

100

min x S S

S Si Snorm

− −

= , dimana :

Si = Nilai indikator aktual yang berhasil dicapai

Smin = Nilai pencapaian performansi terburuk dari indikator performansi

Smax = Nilai pencapaian performansi terbaik dari indikator performansi

Tabel 2.1. Sistem Monitoring Indikator Performansi

Sistem Monitoring Indikator Performansi

> 90 Exellent

70 – 90 Good

50 – 70 Average

40 – 50 Marginal

< 40 Poor

Sumber : Trienekens dan Hvolby, 2000

Pada pengukuran ini, setiap bobot indikator dikonversikan ke dalam

(29)

seratus (100) diartikan paling baik. Dengan demikian parameter dari setiap

indikator adalah sama, setelah itu didapatkan suatu hasil yang dapat dianalisa.

Untuk memantau nilai pencapaian performansi terhadap nilai pencapaian

terbaik atau target yang ingin dicapai oleh perusahaan maka dibutuhkan sistem

monitoring indikator performansi. Jika nilai kinerja < 40 maka pencapaian

performansinya dapat dikategorikan kedalam kondisi yang sangat rendah (poor)

sedangkan jika skor normalisasi mencapai nilai diatas 90 maka dapat

dikategorikan sangat baik sekali (excellent)

2.5 Analytical Hierarchy Process (AHP)

Analitical Hierarchy Process (AHP) merupakan cara pengambilan

keputusan yang paling efektif atas berbagai persoalan yang kompleks dengan

jalan menyederhanakan dan mempercepat pencarian solusi atas persoalan yang

alami (Thomas L. Saaty, 1993).

Analitical Hierarchy Process (AHP) dapat diaplikasikan dengan berguna

untuk mengelompokkan berbagai situasi dan permasalahan. Misalnya

memprioritaskan alternatif keputusan yang sangat kompleks, menentukan

kekonsistenan, memformulasikan konsistensi, menganalisa permasalahan publik,

analisa sensitivitas, evaluasi tingkat kepentingan faktor, formulasi strategis,

alokasi sumber daya, analisa benefit cost, aplikasi inovasi pada daerah baru , dan

lain-lain ( Sumber : Saaty, Thomas L. 1993).

Analytical Hierarchy Process ( AHP ) adalah suatu bentuk model

pengambilan keputusan yang pada dasarnya berusaha menutupi semua

(30)

adalah sebuah hierarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia

(Sumber : Saaty, Thomas L. 1993 ).

Kelebihan model AHP dibandingkan dengan model keputusan lainnya

adalah terletak pada kemampuan memecahkan masalah yang multi objective dan

multi criteria. Kebanyakan model yang sudah ada memakai single objective dan

multi criteria. Kelebihan model AHP ini lebih disebabkan oleh fleksibilitasnya

yang lebih tinggi terutama dalam pembuatan hierarkinya. Sifat fleksibelnya

tersebut membuat AHP dapat menangkap beberapa tujuan dan beberapa kriteria

sekaligus ke dalam sebuah model ataupun hierarki. Bahkan model tersebut juga

bisa memecahkan masalah yang mempunyai tujuan – tujuan yang saling

berlawanan dalam sebuah model. (Sumber : Saaty, Thomas L. 1993).

Di dalam AHP, terdapat hierarki yang terbagi atas level-level. Hierarki

adalah suatu ringkasan dari struktur suatu sistem untuk mempelajari

interaksi-interaksi fungsional dari komponen-komponen yang ada dan pengaruhnya pada

seluruh sistem. Ada dua macam hierarki oleh Saaty (1993), antara lain :

1. Hierar ki Struktural, sistem yang kompleks disusun ke dalam

komponen-komponen pokoknya dalam urutan menurun menurut sifat struktural. Hierarki

ini sangat erat kaitannya dengan cara otak menganalisis hal yang kompleks,

yaitu dengan memecah-mecah obyek yang ditangkap oleh indera menjadi

gugusan yang semakin kecil.

Misalnya ukuran, bangunan, warna atau umur.

2. Hierar ki Fungsional, sistem yang kompleks disusun ke dalam

(31)

Hierarki ini sangat membantu untuk membawa sistem ke arah tujuan yang

diinginkan.

Misalnya pemecahan konflik, prestasi yang efisien, atau kebahagiaan yang

perlu dipertimbangkan.

Tujuan utama yang akan dicapai harus didentifikasi pada puncak hierarki,

sub tujuan pada tingkat berikutnya, dan kendala-kendala yang menghalangi usaha

para pelaku pada tingkat berikutnya lagi. Hal ini dapat mendominasi level dari

pelaku-pelaku itu sendiri, yang kemudian mendominasi level dari tujuan,

dibawahnya adalah level kebijakan dan pada tingkat terbawah adalah level dari

semua kemungkinan hasil yang ada. Secara umum struktur hierarki dapat

digambarkan sebagai berikut ( Sumber : Saaty, Thomas L. 1993, ). :

Level 1

Level 2

Level 3

Level N

Gambar 2.3 Struktur Hierarki Krit eria 1

Krit eria 2 Krit eria 3

Sub Krit eria

1

Sub Krit eria

2

Sub Krit eria

5 Sub

Krit eria 3

Sub Krit eria

4

1 2 3

(32)

Jika dihadapkan pada beberapa pilihan untuk memilih dan mempunyai

beberapa kriteria yang rumit untuk dinilai, terlebih dahulu melakukan

perbandingan berpasangan dari kriteria – kriteria yang ada dalam hubungannya

dengan usaha jangka pendek dan panjang, keuntungan dan resiko, dan juga

matriks perbandingan berpasangan yang berhubungan dengan keefektifan dan

kesuksesan ( Sumber : Saat y, Thomas L. 1993,)..

Akhirnya, pada level terbawah membandingkan pilihan-pilihan terhadap tiap

kriteria, membuat bobot secara hierarki, dan memilih prioritas tertinggi. Dengan

demikian, keputusan diambil berdasarkan pilihan yang memiliki weight overall

tertinggi.

Jika meneliti penilaian-penilaian yang ada sehingga yakin bahwa telah

mempertimbangkan semua faktor-faktor yang relevan, maka tidak perlu

melakukan perbandingan atas pilihan-pilihan lainnya. Dengan kata, telah

melakukan yang terbaik untuk memilih yang terbaik. .

(Sumber : Saaty, Thomas L. 1993).

Dengan menggunakan sistem hierarki beberapa keuntungan yang dapat

diperoleh adalah sebagai berikut

1. Dapat digunakan untuk menerangkan bagaimana perubahan bobot prioritas

pada level atas akan mempengaruhi elemen-elemen pada level dibawahnya.

2. Dengan membuat level-level, maka si pengambil keputusan dapat

memfokuskan perhatiannya hanya pada sekelompok kecil kriteria, sehingga

(33)

1. Hierarki menggambarkan suatu sistem yang dapat digunakan untuk

menjelaskan bagaimana perubahan pada prioritas pada level atas dapat

mempengaruhi prioritas elemen-elemen di level bawahnya.

2. Memberikan informasi yang mendetail mengenai struktur dan fungsi dari

suatu sistem pada level bawahnya dan memberikan overview dari

pelaku-pelaku dan tujuan pada tingkatan yang lebih tinggi. Kendala dari

elemen-elemen pada suatu level dapat digambarkan dengan baik pada level

berikutnya untuk meyakinkan bahwa mereka merasa puas.

3. Sistem natural disusun secara hierarki.

4. Bersifat stabil dan fleksibel. Stabil berarti bahwa perubahan kecil membawa

pengaruh kecil dan fleksibel berarti bahwa tambahan pada hierarki dengan

susunan yang baik tidak akan mengacaukan nilai performance.

( Sumber : Saat y, Thomas L. 1993 ).

Adapun langkah – langkah dari Analitical Hierarchy Process (AHP)

sebagai berikut:

1. Membandingkan antar kriteria dengan skala perbandingan yang telah

ditentukan. Skala perbandingan yang digunakan adalah :

Tabel 2.2. Skala Penilaian Perbandingan Pasangan

Intensitas Kepentingan

Keterangan Penjelasan

1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan

3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya

Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan atas elemen lainnya

5 Elemen yang satu sedikit lebih cukup daripada elemen yang lainnya

(34)

Intensitas Kepentingan

Keterangan Penjelasan

7 Satu elemen jelas lebih penting dari pada elemen lainnya

Satu elemen yang kuat disokong dan dominannya telah terlihat dalam praktek

9 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya

Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan

2,4,6,8 Nilai – nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan

Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara dua pilihan

Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan I aji = 1 / aji

2. Membuat matriks perbandingan berpasangan, seperti contoh di bawah ini :

Tabel 2.3. Contoh Matriks Perbandingan

1 2 7

1

2

7

C A A - - - A

A 1

A 1

-A 1

( Sumber : Saaty, Thomas L. 1993, hal 84).

Dari matriks ini, bandingkan elemen A, dalam kolom disebelah kiri

dengan elemen A1, A2, A3 dan seterusnya yang terdapat dibaris atas berkenaan

dengan sifat C di sudut kiri atas. Lalu ulangi dengan elemen kolom A2 dan

seterusnya. Untuk mengisi matriks perbanding berpasangan itu kita

menggunakan bilangan untuk menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen

diatas yang lainnnya dengan menggunakan skala penilaian perbandingan

pasangan.

(35)

3. Membuat matriks normalisasi

Matriks normalisasi diperoleh dengan membagi nilai masing – masing

sel matriks berpasangan kriteria dengan total masing – masing kolom. Dan

bobot kriteria diperoleh dengan membagi total nilai normalisasi seluruh

kriteria terhadap jumlah kriteria.

Nilai normalisasi =

=

n

i ij ij

a a

1

a = nilai performansi di baris ke – i kolom ke – j.

= penjumlahan dari nilai di baris ke i = 1 sampai dengan n.

Contoh =

Dari matriks normalisasi tersebut akan di dapat nilai bobot yang dicari

dengan melihat angka yang berada pada garis diagonal tetapi perlu di uji

konsistensi untuk mengetahui bahwa masing – masing KPI telah konsisten.

4. Membuat matriks perbandingan berpasangan dikalikan dengan bobot masing –

masing kriteria.

5. Menentukan eigen vector

6. Menentukan nilai λmaks

λmaks =

(36)

7. Menentukan Consistency Index ( CI )

Pengukuran konsistensi dilakukan untuk tiap matriks perbandingan

dengan ukuran ≥ 3. Penilaian dinyatakan dengan konsistensi 100 % jika CI =

0. Jika CI ≤ 0.1, maka penilaian dinyatakan dapat diterima. Jika CI ≥ 0.1,

maka penilaian harus diulang kembali.

(

)

(

1

)

m a ks n

C I

n

λ −

=

8. Menentukan Consistensi Ratio ( CR )

Consistensi Ratio ( CR ) diperoleh dari perbandingan Consistensi Index

terhadap Random Index ( RI ). CR dapat diterima jika CR ≤ 0.1.

CR = RI CI

CR = Rasion Konsistensi CI = Indeks Konsistensi

RI = Indeks Random

Consistensi Ratio (CR) adalah angka yang menunjukkan tingkat

kekonsistenan suatu nilai. Apabila nilai CR ≤ 0.1, maka masih dapat

ditoleransi tetapi bila CR > 0.1 maka perlu dilakukan revisi. Nilai CR = 0

maka dapat dikatakan “perfectly consistent”. (Sumber : Saat y, Thomas L. 1993).

Berikut ini indeks random untuk matriks berukuran 3 sampai 10 (matriks

berukuran 1 dan 2 mempunyai inkonsistensi 0)

Tabel 2.4. Nilai Indeks Random (RI)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49

(37)

Tingkat inkonsistensi yang masih bisa diterima adalah tingkat

inkonsistensi sebesar 10 % kebawah.

2.6 Peneliti Ter dahulu

Beberapa penunjang bahan Supply Chain Operations Reference yang telah

dilakukan penelitian sebelumnya antara lain :

Dina Soraya (2010), Analisa performansi Supply Chain Operation Reference

(SCOR) di PT. Bayer Indonesia – Bayer croscience Surabaya. Tujuan penelitian

ini untuk mengetahui hasil pengukuran performansi kinerja supply chaín di PT

Bayer Indonesia – Bayer CropScience Surabaya, mengetahui nilai dari indikator -

indikator kinerja supply chaín di PT Bayer Indonesia – Bayer CropScience

Surabaya yang memerlukan prioritas untuk dilakukan perbaikan, mengetahui

tingkat performansi perusahaan yang dilihat dari konsep SCOR

PT Bayer Indonesia – Bayer CropScience Surabaya, permasalahan yang ada

pada perusahaan tersebut pengukuran kinerja supply chain belum ada koordinasi

dan integrasi antar jaringan yang ada dalam supply chain perusahaan sehingga

konsep supply chain dalam perusahaan sehingga terjadi tidak stabil dan tidak

seimbangnya antara permintaan dan pasokan produk yang ada di perusahaan.

Setelah mengetahui permasalahan dilakukan penelitian dengan pengumpulan data

kualitatif dan kuantitatif dengan pembuatan kuisioner dan penyerbaran kuisioner

setelah diketahui hasil dai pengumpulan data selanjutnya dilakukan dengan uji

validitas, reliabilitas, dan pmbobotan KPI dengan AHP setelah data terkumpul

(38)

performansi supply chain, scoring system dengan normalisasi, agregasi nilai

performansi, perhitungan nilai akhir kinerja supply chain.

Dari hasil pengukuran performasi supply chain PT Bayer Indonesia –

Bayer CropScience maka dapat diketahui bahwa nilai performansi supply chain di

PT. Bayer Indonesia – Bayer CropScience terlihat mengalami naik turun (fluktusi)

dimana pada bulan April sebesar 82,99(baik). Pada bulan Mei sebesar

68,53(cukup). Pada bulan Juni sebesar 68,22(cukup). Pada bulan Juli sebesar

75,76(baik). Pada bulan Agustus sebesar 62,07(cukup). Pada bulan September

sebesar 74,44(baik). Dari 12 indikator – indikator yang mempunyai nilai tertinggi

adalah payment term (95,55) dan nilai terendah adalah pertama Supplier Delivery

Lead Time (42,22) dan yang kedua adalah Minimum Delivery Quantity (35,22),

Hal ini menunjukkan nilai performansi kurang dan perlu adanya perbaikan. Dari

rata – rata hasil agregasi performansi supply chain (72,00) di atas, dapat diketahui

bahwa performansi perusahaan PT. Bayer Indonesia – Bayer CropScience dalam

kondisi good (baik).

Ilma Shofyana (2010), analisa performansi perusahaan menggunakan

metode Supply Chain Operation Reference (SCOR) di PT. Petronika Gresik.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui performansi kinerja Supply Chaín di PT

Petronika, memberikan usulan perbaikan di PT Petronika agar perusahaan

berjalan dengan baik sesuai rencana

PT. Petronika Gresik sudah memiliki pengukuran kinerja supply chain

tetapi hanya diukur secara fungsional dan diterapkan pada bagian produksi dengan

(39)

seimbangnya antara permintaan dan pasokan produk yang ada di PT Petronika.

Setelah mengetahui permasalahan dilakukan penelitian dengan pengumpulan data

kualitatif dan kuantitatif dengan pembuatan kuisioner dan penyebaran kuisioner

setelah diketahui hasil dai pengumpulan data selanjutnya dilakukan dengan uji

validitas, reliabilitas, dan pembobotan KPI dengan AHP setelah data terkumpul

selanjutnya dilakukan dengan pengolahan data dengan perhitungan nilai aktual

performansi supply chain, scoring system dengan normalisasi, agregasi nilai

performansi, perhitungan nilai akhir kinerja supply chain.

Dari hasil pengukuran performasi supply chain PT Petronika dapat

diketahui bahwa nilai performansi yang paling tinggi terdapat pada periode bulan

Februari 2010 (714.6) dan nilai performasi supply chain yang paling rendah

terdapat pada periode bulan September 2009 (514.78). Dan dari 11 indikator

performansi Supply Chain perusahaan terdapat 8 indikator yang mempunyai nilai

skor yang tinggi dan 3 indikator yang mempunyai nilai skor rendah, yang terdiri

dari Percentage of adjusted production quantity (43,4), Forecast Accuracy (36,6),

Minimum delivery quantity (9,7). Ada tiga indikator yang mempunyai nilai skor

rendah, yang pertama adalah Percentage of adjusted production quantity dengan

skor 43,4 hal ini menunjukkan nilai performansi kurang dan perlu adanya

perbaikan. Perbaikan yang perlu dilakukan adalah lebih teliti dalam melakukan

perencanaan produksi dan dalam melakukan perencanaan produksi harus melihat

hasil produksi pada bulan – bulan sebelumnya ( peramalaan ) dan meramalnya

dengan metode yang sesuai dengan perusahaan, metode yang diusulkan untuk

perbaikan adalah single exponential smoothing. Yang kedua adalah Forecast

(40)

dalam melihat kondisi pasaran dan dalam meramalkan permintaan produk harus

melihat atau mengacu pada permintaan pada bulan-bulan sebelumnya, sehingga

penyimpangan permintaan aktual dengan permintaan hasil peramalan tidak

berbeda jauh, metode yang diusulkan untuk perbaikan adalah single exponential

smoothing. Dan yang ketiga adalah Minimum delivery quantity dengan skor 9,7,

perbaikan yang perlu dilakukan adalah sebaiknya perusahaan menyediakan

jumlah transportasi jika jumlah pesanan lebih dari atau sama dengan 3 ton, hal ini

untuk menekan biaya transportasi agar biaya transportasi dan harga produk

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di PT. Rangka Raya yang terletak di Jl. Tanjung Sari

no.44B komplek Pergudangan Permata Tanjung Sari. Penelitian dilakukan mulai

bulan Mei 2012 sampai data yang dibutuhkan tercukupi.

3.2. Identifikasi dan Definisi Variabel

Identifikasi variabel adalah merupakan bagian dari langkah penelitian yang

dilakukan peneliti dengan cara menentukan variabel-variabel yang ada dalam

penelitiannya. Misalnya variabel respon (variabel dependen/variabel terikat).

Variabel adalah segala sesuatu yang mempunyai variasi nilai yang terukur.

Identifikasi variabel penelitian dilakukan untuk menentukan variabel-variabel

yang akan diteliti. Sehingga identifikasi variabel yang digunakan yaitu:

1. Variabel terikat

Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang memberikan reaksi

atau respon jika dihubungkan dengan variabel bebas. Variabel terikat pada

penelitian ini adalah performansi kinerja supply chain di PT. Rangka Raya.

2. Variabel bebas

Varibel bebas adalah variabel stimulus atau variabel yang mempengaruhi

variabel lain.

(42)

Variabel bebas penelitian ini terdapat 4 proses inti:

a. Plan

Variabel ini dilihat dari proses perencanaan untuk menyeimbangkan

permintaan, persediaan material dan pengiriman yang terbaik.

b. Sources

Terfokus pada kemampuan perusahaan dalam memperoleh material dan

menjalin hubungan dengan supplier.

c. Deliver

Terfokus pada kemampuan perusahaan dalam melakukan pengiriman

order untuk memenuhi permintaan konsumen.

d. Return

Variabel ini dilihat dari proses yang dikaitkan dengan pengembalian dan

penerimaan produk yang dikembalikan oleh pelanggan.

3.3 Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sample internal meliputi populasi karyawan dari perusahaan di

PT. Rangka Raya sebanyak 63 karyawan. Dari 63 karyawan diantaranya adalah 14 karyawan dari departemen pemasaran, 7 karyawan dari departemen logistik

dan 42 karyawan dari departemen warehouse di PT. Rangka Raya. Pengambilan

sampel ini dilakukan dengan teknik Sampling Jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.

(43)

Tabel 3.1 Atribut Penelitian Sesuai Key Performance Indicator

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini ada 2 macam,

yaitu pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder .

Data primer ialah data yang langsung dikumpulkan atau diperoleh dari

sumber pertama. Pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan beberapa

macam cara antara lain :

Key Performance Indicator Keter angan

PLAN Reliability

Forecast Accuracy Prosentase penyimpangan

permintaan actual dengan permintaan hasil peramalan

Planning Employee Reliability (PER)

Keandalan tenaga kerja bagian Purchasing untuk peramalan

Internal Relationship (IR)

Hubungan internal antara bagian dalam perusahaan

SOURCE

Reliability Source Employee

Reliability (SER)

Keandalan tenaga kerja bagian pengadaan material

Responsiveness Supplier Delivery Lead Time (SDLT)

Rata – rata rentang pengiriman

Cost Material Order Cost

(MOC)

Biaya yang dikeluarkan untuk order material

Assets Payment Term (PT) Rata-rata selisih waktu antara

penerimaan material dari supplier sampai dengan waktu pembayaran ke supplier

Delivery Responsiveness Delivery Lead Time (DLT)

Waktu sejak Customer memesan barang sampai dengan barang diambil

Flexibility

Minimum Delivery Quantity (MDQ)

Jumlah minimum pengiriman

RETURN Reliability

Number of Customer Complaint (NCC)

Jumlah complain dari konsumen

Customer Satisfaction

(44)

1. Wawancara (Interview)

Wawancara merupakan suatu langkah dalam penelitian yang berupa

penggunaan proses komunikasi verbal untuk mengumpulkan informasi dari

seseorang atau kelompok orang.

2. Daftar pertanyaan (angket / kuesioner)

Kuesioner merupakan alat komunikasi antara penelitian dengan orang yang

diteliti atau responden. Isinya berupa daftar pertanyaan, yang dibagikan oleh

peneliti untuk diisi oleh responden. Pengumpulan data dengan kuesioner perlu

memperhatikan beberapa hal, yaitu :

a. Karena respon menuangkan pendapat secara tertulis, kuesioner tidak sesuai

untuk mengumpulkan data yang bersifat sensitif.

b. Penggunaan kuesioner tepat apabila responden mempunyai pengetahuan

yang memadai dan kemampuan yang cukup.

Data sekunder adalah data yang tidak langsung diperoleh dari sumber

pertama dan telah tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen seperti jumlah

jadwal produk yang mengalami perubahan, biaya yang dikeluarkan untuk

pembelian material, biaya yang dikeluarkan untuk melakukan evaluasi supplier

dalam 1 tahun, jumlah complain dari konsumen pada bulan Mei 2011 - April

(45)

3.5 Metode Pengolahan Data

Dalam penelitian ini, metode analisa data yang digunakan adalah metode

Supply Chain Operation Reference (SCOR) yang mana langkah – langkahnya

sebagai berikut :

1. Uji Validitas

Untuk menghitung validitas, maka akan menghitung korelasi antara

masing-masing pernyataan dengan skor total dengan menggunakan rumus korelasi

product moment sebagai berikut :

r =

(

)

(

)

[

2 2

]

[

(

2

)

( )

2

]

) )( ( ) )( (

∑ ∑

Y Y N X X N Y X Y X N dimana :

r = Koefisien korelasi yang dicari

N = Jumlah responden

X = Skor tiap-tiap variabel

Y = Skor total tiap responden

Secara statistik, angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan

angka kritik tabel korelasi nilai r.

Data bisa dikatakan valid apabila r hitung lebih besar dibandingkan

dengan r tabel / rhitung > rtabel maka data dinyatakan valid dan rhitung < rtabel maka

data dinyatakan tidak valid.

2. Uji Reliabilitas

Salah satu cara untuk menghitung reliabilitas adalah dengan rumus Alpha.

Rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrument yang skornya

(46)

Rumus Alpha :

r11 =

        −      

2

1 2 1 ) 1 ( σ σb k k dimana :

r11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyak soal

Σσb2 = Jumlah varians butir

σ12 = Varians total

Data dikatakan reliabel jika rhitung > rtabel dan nilainya ( + ) → maka data

dinyatakan reliabel (andal) dan data dikatakan tidak reliabel jika rhitung < rtabel

dan nilainya ( - ) → maka data dinyatakan tidak reliabel (tidak andal).

Program komputer SPSS 17 (Statistical Package for The Social Science) dapat

melakukan perhitungan koefisien alpha dengan mudah.

3. Uji Konsistensi

Dalam uji konsistensi ini, dilakukan perhitungan antara lain :

a. Consistency Index (CI)

CI =

1 max − − n n λ

b. Consistency Ratio (CR)

CR =

RI CI

(47)

4. Standar isasi Supply Chain Operation System

Dalam proses standarisasi SCOR ini, diberlakukan perhitungan sebagai

berikut :

1. Large is Better

Snorm =

(

)

100%

min max min x S S S Si − −

2. Lower is Better

Snorm =

(

)

100%

min max max x S S S S i − −

5. Analogi Perhitungan KPI

a. Pembobotan KPI dengan AHP menggunakan Sofware Expert Choice

V.9

b. Perhitungan Nilai Aktual Performansi Supply Chain per indikator.

Contoh perhitungan untuk KPI Inventory accuracy of material

(IAM) adalah sebagai berikut :

Rumus :

(

rencanaPengadaan

)

Target

Pengadaan

x 100%

c. Scoring System Dengan Normalisasi.

Scoring system berfungsi untuk menyamakan skala nilai dari

masing-masing KPI. Contoh perhitungan untuk IAM adalah

sebagai berikut :

Rumus :

(

)

(48)

d. Perhitungan Nilai Akhir Kinerja Supply Chain.

Perhitungan nilai akhir kinerja supply chain dapat diperoleh

dengan persamaan:

i KPI = Wi * Ni

Dimana :

i KPI = Nilai performansi KPI ke-i

Wi = Nilai bobot KPI ke-i

Ni = Nilai Normalitas KPI ke-i

e. Agregasi Nilai Performansi.

Nilai performansi agregat adalah jumlah keseluruhan dari perkalian

bobot dan nilai normalisasi KPI dan dapat dijabarkan sebagai

berikut :

NAgregat =

I KPI =

Wi*Ni

Dimana :

NAgregat = Nilai performansi supply chain perusahaan

I KPI = Nilai performansi KPI ke-i

Wi = Nilai bobot KPI ke-i

Ni = nilai normalitas KPI ke-i

6. Perhitungan Nilai akhir Kinerja Supply Chain

Untuk menghitung nilai akhir performansi Supply Chain diberlakukan

rumus :

Pi =

=

n

j

j ijW S 1

Dimana :

Pi = Total performansi supply chain varian i

(49)

Sij = Skor supply chain ke i didalam obyektif performansi ke j

Wj = Bobot dari obyektif performansi

Dari perhitungan tersebut akan menghasilkan nilai performansi dari

PT. Rangka Raya Jika nilai kinerja < 40 maka pencapaian

performansinya dapat dikategorikan dalam kondisi yang sangat

rendah (poor) sedangkan jika nilai kinerjanya > 90 maka dapat

(50)

3.6 Langkah - langkah Pemecahan Masalah

Adapun flowchart langkah - langkah pemecahan masalah adalah sebagai

berikut :

Mulai

Studi Lapangan

Perumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Studi Literatur

Identifikasi Variabel

Pengumpulan Data 1. Plan : Reliability, Responsiveness

2. Source : Reliability, Responsiveness, Cost, Assets 3. Deliver : Reliability, Responsiveness, Flexibility, Cost 4. Return : Reliability, Responsiveness

Perancangan Hierarki Pengukuran Performansi Supply Chain

Identifikasi KPI

A

Pembuatan dan Penyebaran Kuisioner

(51)

Ya A

Uji Reliabilitas Uji Validitas

Buang data yang tidak valid

Valid?

Reliabel? Ya

Ya Tidak

Tidak Sisa item

Tidak

B

Gambar 3.1 : Langkah-langkah Pemecahan Masalah Nilai Akhir Performansi Supply Chain

Nilai Aktual Performansi Supply Chain

Agregasi Nilai Performansi dan mengindentikasi indikator – indikator yang perlu diperbaiki

CR ≤ 0,1 Uji konsistensi Standarisasi SCOR

Pembobotan Key Indicator Performance dengan AHP

Hasil dan pembahasan

Selesai

(52)

Keterangan Kerangka Pemecahan Masalah

Adapun penjelasan dari kerangka pemecahan masalah diatas adalah sebagai

berikut :

1. Studi Lapangan

Studi lapangan dilakukan dengan cara melihat langsung kondisi lapangan

untuk mengidentifikasi dan merumuskan permasalahan yang akan dijadikan

bahan penelitian.

2. Studi Literatur

Langkah ini merupakan usaha memahami konsep dasar ilmu pengetahuan

yang berhubungan dengan permasalahan dan metode-metode yang

digunakan untuk menyelesaikan permasalahan.

3. Perumusan Masalah

Menentukan permasalahan yang akan diteliti dengan menggunakan suatu

pendekatan untuk memecahkan masalah.

4. Tujuan Penelitian

Pada langkah ini peneliti menetapkan tujuan yang ingin dicapai melalui

penelitian. Dari tujuan penelitian dapat ditemukan arah serta sasaran yang

ingin dicapai dalam penelitian.

5. Identifikasi Variabel

Pada tahap ini, peneliti mengidentifikasi variabel–variabel yang terkait

dalam penelitian yang dilakukan berdasarkan model kerangka Supply Chain

Operation Reference, Supply Chain dibagi menjadi 4 proses manajemen

(53)

6. Perancangan Hierar khi Pengukuran Supply Chain

Pada tahap ini peneliti merancang suatu hierarki berdasarkan prinsip Supply

Chain, Rancangan hierarki awal pengukuran performansi Supply Chain ini

akan coba diimplementasikan di perusahaan dan apakah dapat disesuaikan

dengan kondisinya.

7. Identifikasi Key Indicator Performance (KPI)

Pada tahap ini, peneliti mengidentifikasi KPI yang terkait dalam penelitian

yang dilakukan berdasarkan kerangka Supply Chain Operation Reference

(SCOR).

8. Pengumpulan Data

Dalam tahap ini, peneliti mengumpulkan data-data yang dibutuhan untuk

penelitian baik data kualitatif maupun kuantitatif.

9. Penyusunan Kuesioner

Penyusunan kuesioner dimaksudkan untuk mempermudah peneliti dalam

melakukan pengumpulan data.

Pengumpulan data dilakukan dua macam, yaitu :

a. Data Primer

yaitu merupakan data kualitatif, seperti:

Menyebarkan kuesioner kepada Kepala Operasional, bagian Purchasing,

Marketing dan Warehouse di PT. Rangka Raya untuk diisi. Penyebaran

kuisioner mengunakan Skala Likert yang dapat dipergunakan untuk mengukur

sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau seklompok orang dengan

berbagai pertanyaan yang digunakan untuk riset berupa survei, dan bentuk

(54)

1. Sangat kurang / sangat buruk / sangat lama

2. Kurang / buruk / lama

3. Sedang / sedang

4. Cukup / baik / cepat

5. Sangat cukup atau sangat baik / sangat cepat

- Wawancara

Digunakan untuk memperoleh data awal untuk memperoleh informasi yang <

Gambar

Gambar 2.3 Struktur Hierarki
Tabel 2.2. Skala Penilaian Perbandingan Pasangan
Tabel 2.3. Contoh Matriks Perbandingan
Tabel 2.4. Nilai Indeks Random (RI)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari 16 indikator performansi Supply Chain perusahaan terdapat 14 indikator yang mempunyai nilai skor yang tinggi dan 2 indikator yang mempunyai nilai skor rendah, yang

Berdasarkan analisa diatas, maka didapatkan pengukuran performansi supply chain ( berdasarkan nilai aktual, scorring system denagn normalisasi, nilai performansi

PENGUKURAN KINERJA FOOD COLD CHAIN MENGGUNAKAN METODE SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) MASA PANDEMI..

Supply Chain adalah konsep yang merupakan integrasi dari keseluruhan elemen dari perusahaan dalam memenuhi permintaan konsumen, yaitu merupakan kesatuan dari..

Suryasukses mekar makmur adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang nonwoven , khususnya PP ( Polypropelene ) spunbond ), PT Suryasukses Mekar Makmur sudah

Supply Chain Operations Reference (SCOR) merupakan konsep untuk mendapatkan suatu kerangka ( framework ) pengukuran yang terintegrasi dan untuk mendeskripsikan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) hasil pengukuran performansi supply chain perusahaan dapat diketahui bahwa

Kartu SCOR Atribut kinerja Matrik pengukuran kinerja Data aktual Data benchmark supply chain reliability Pemenuhan Pesanan PP % % Kinerja Pengiriman KP % % Kesesuaian dengan