• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUKURAN PERFORMANSI SUPPLY CHAIN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) DI PT PG CANDI BARU SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGUKURAN PERFORMANSI SUPPLY CHAIN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) DI PT PG CANDI BARU SIDOARJO."

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR)

DI PT. PG CANDI BARU SIDOARJO

SKRIPSI

OLEH :

BAGUS NAVY PUTRA

NPM : 0632010180

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

PENGUKURAN PERFORMANSI SUPPLY CHAIN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL

SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR)

DI PT. PG CANDI BARU SIDOARJO

Disusun Oleh :

BAGUS NAVY PUTRA NPM : 0632010180

Telah Dipertahankan Dihadapan dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal : 8 Oktober 2010

Tim Penguji : Dosen Pembimbing :

1. 1.

Ir. H. Moch. Tutuk Safirin, MT Ir. Iriani, MMT NIP. 19630406 198903 1 001 NIP. 030 195 016

2. 2.

Ir. Endang Pudji. W, MMT Dira Ernawati, ST. MT NIP. 19591228 198803 2 001 NIP. 278060440200 3.

Ir. Iriani, MMT NIP. 030 195 016

Mengetahui,

Dekan Fakultas Teknologi Industri

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI

PENGUKURAN PERFORMANSI SUPPLY CHAIN

PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL

SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR)

DI PT. PG CANDI BARU SIDOARJO

OLEH :

BAGUS NAVY PUTRA

NPM : 0632010180

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Negara Lisan Gelombang I Tahun Akademik 2010 / 2011.

Surabaya, 8 Oktober 2010

Dosen Pembimbing I

Ir. Iriani, MMT NIP. 030 195 016

Dosen Pembimbing II

Dira Ernawati, ST. MT NIP. 278060440200

Mengetahui,

Ketua Jurusan Teknik Industri UPN “Veteran” Jawa Timur

(4)

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan karunia dan rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan tugas akhir (skripsi) dengan baik dan tepat pada waktunya.

Penyusunan laporan ini berdasarkan pengamatan selama penelitian berlangsung, informasi yang penyusun peroleh dari pembimbing lapangan dan dosen pembimbing skripsi, juga dari literature yang ada.

Atas terselesainya pelaksanaan skripsi dan terselesainya penyusunan skripsi ini, maka penyusun menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Ir. Sutiyono, MT selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri UPN “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Ir. H. Moch. Tutuk Safirin, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Indutri UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Pailan, M.Pd , selaku Sekretaris Jurusan Teknik Indutri UPN “Veteran” Jawa Timur.

4. Ibu Ir. Iriani, MMT. selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing saya dalam menyelesaikan laporan skripsi ini.

5. Ibu Dira Ernawati, ST. MT. selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing saya dalam menyelesaikan laporan skripsi ini.

6. Bapak Novan, selaku pembimbing lapangan di lingkungan pabrik.

7. Semua Staf dan Karyawan PT. PG Candi Baru Sidoarjo, yang telah banyak membantu selama penyusun melaksanakan penelitian.

(5)

ii

8. Terima kasih Bapak & Ibu serta adik yang selalu mendoakan aku, dan juga semua warga pari yang selalu memberi wejangan kepada putra daerahnya ini...Thanks Mom, Thanks Dad, i Loving You So Much... 

9. Buat semua teman – teman angkatan 2006, Matur Nuwun Sanget sudah menjadi teman saat senang dan sumpek,,,hehehehe...Kobarkan semangat perjuangan kalian !!! Tirulah aku yang sempat jadi Mahasiswa Teladan UPN “Veteran” Jatim periode 2006-2010. Kejarlah rekorku itu kawan 

10. Special Thanks for my Special Someone, Terimakasih atas motivasi dan kesabarannya memahami aku. Luv U.

Penyusun menyadari bahwa penulisan Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, baik isi maupun penyajian. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun akan penyusun terima dengan senang hati.

Akhir kata semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dan semoga Allah SWT memberikan rahmat dan karuniaNya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penyusun, Amin.

(6)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

ABSTRAKSI ... xii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Batasan Masalah ... 3

1.4. Asumsi ... 4

1.5. Tujuan ... 4

1.6. Manfaat ... 5

1.7. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengukuran Kinerja Perusahaan ... 7

2.1.1 Tujuan Pengukuran Kinerja ... 8

2.1.2 Manfaat Pengukuran Kinerja ... 8

2.2 Supply Chain Management ... 9

2.2.1 Pengertian Supply Chain Management... 10

(7)

2.3.1 Kegunaan dan Ruang Lingkup Pengukuran Supply Chain 14

2.4 Supply Chain Operation Reference (SCOR) Model... 15

2.5 Analytical Hierarchy Process (AHP) ... 19

2.5.1 Langkah-Langkah Analytical Hierarchy Process ... 21

2.5.2 Pengukuran Konsistensi Setiap Matriks Perbandingan ... 25

2.6 Pengumpulan Data ... 27

2.6.1 Data Primer ... 28

2.6.2 Data Sekunder ... 29

2.7 Penentuan Jumlah Sampel ... 29

2.8 Pengujian Data ... 29

2.8.1 Uji Validitas ... 29

2.8.2 Uji Reliabilitas ... 30

2.9 Scoring Sistem ... 31

2.10 Proses Normalisasi... 32

2.11 Peneliti Terdahulu... 33

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

3.2 Identifikasi Variabel ... 37

3.3 Metode Pengumpulan Data... 41

3.3.1 Penyusunan Kuisioner... 42

3.3.2 Penyebaran Kuisioner ... 43

(8)

3.4.2 Uji Reliabilitas ... 44

3.4.3 Uji Konsistensi... 45

3.4.4 Perhitungan Nilai Normalisasi Dengan Standarisasi SCOR 45 3.4.5 Perhitungan Nilai Akhir Performansi Supply Chain... 46

3.5 Analogi Perhitungan KPI... 47

3.6 Langkah-Langkah Pemecahan Masalah ... 48

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data ... 56

4.1.1 Hirarki Awal Pengukuran Kinerja Supply Chain ... 56

4.1.2 Pengumpulan Data Kuantitatif... 58

4.1.2.1 Plan ... 58

4.1.2.1.1 Data Produksi dan Rencana Produksi . 58 4.1.2.1.2 Data Internal Relationship... 58

4.1.2.1.3 Data Planning Employee Reliability ... 59

4.1.2.2 Source ... 60

4.1.2.2.1 Data Source Employee Reliability ... 60

4.1.2.2.2 Data Material Order Cost ... 61

4.1.2.2.3 Data Payment Term... 61

4.1.2.3 Make ... 62

Data Manufacturing Employee Reliability ... 62

4.1.2.4 Deliver ... 62

(9)

4.1.2.4.2 Data Minimum Delivery Quantity ... 63

4.1.2.5 Return... 64

4.1.2.5.1 Data Komplain Customer... 64

4.1.3 Pembuatan dan Penyebaran Kuisioner... 64

4.1.3.1 Pembuatan Kuisioner Indikator Kualitatif ... 64

4.1.3.2 Penyebaran Kuisioner Indikator Kualitatif ... 65

4.1.4 Uji Validitas ... 65

4.1.4.1 Uji Validitas Kuisioner Karyawan Bagian TUK . 65 4.1.4.2 Uji Validitas Kuisioner Karyawan Bagian Instalasi, Pabrikasi, dan Bagian Tanaman... 66

4.1.5 Uji Reliabilitas ... 67

4.1.5.1 Uji Reliabilitas Kuisioner Karyawan Bagian TUK 67 4.1.5.2 Uji Reliabilitas Kuisioner Karyawan Bagian Instalasi, Pabrikasi, dan Bagian Tanaman ... 68

4.1.6 Pembobotan KPI ... 82

4.1.6.1 Pembuatan Kuisioner KPI ... 69

4.1.6.2 Penyebaran dan Pengumpulan Kuisioner KPI... 69

4.1.6.3 Pembobotan KPI Dengan AHP... 70

4.2 Pengolahan Data ... 71

4.2.1 Perhitungan Nilai Aktual Performansi Supply Chain ... 71

4.2.2 Scoring Sistem Dengan Normalisasi... 75

(10)

vii

4.3 Analisa dan Pembahasan ... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 88 5.2 Saran ... 89 DAFTAR PUSTAKA

(11)

Tabel 2.1 Contoh Matriks Perbandingan ... 23

Tabel 2.2 Skala Penilaian Analytical Hierarchy Process ... 24

Tabel 2.3 Nilai Indeks Random ... 27

Tabel 2.4 Sistem Monitoring Indikator Performansi ... 33

Tabel 3.1 Atribut Penelitian Sesuai Key Performance Indicator ... 38

Tabel 3.2 Kategori Indikator Performansi ... 46

Tabel 4.1 Atribut Penelitian Sesuai Key Performance Indicator di PT PG Candi Baru ... 57

Tabel 4.2 Data Produksi dan Rencana Produksi PT PG Candi Baru... 58

Tabel 4.3 Data Internal Relationship... 59

Tabel 4.4 Data Planning Employee Reliability... 60

Tabel 4.5 Data Source Employee Reliability ... 60

Tabel 4.6 Data Material Order Cost... 61

Tabel 4.7 Data Payment Term ... 61

Tabel 4.8 Data Manufacturing Employee Reliability ... 62

Tabel 4.9 Data Order SHS ... 63

Tabel 4.10 Data Delivery Lead Time ... 63

Tabel 4.11 Data Minimum Delivery Quantity... 64

Tabel 4.12 Data Number of Customer Complaint ... 64

Tabel 4.13 Uji Validitas Bagian Tata Usaha dan Keuangan ... 66

Tabel 4.14 Uji Validitas Bagian Instalasi, Pabrikasi, dan Tanaman... 67

(12)

ix

Tabel 4.17 Nilai Bobot KPI Setiap Level ... 70

Tabel 4.18 Hasil Performansi Supply Chain Aktual ... 73

Tabel 4.19 Hasil Scoring Aktual... 77

Tabel 4.20 Nilai Akhir Kinerja Supply Chain ... 79

Tabel 4.21 Nilai Performansi Supply Chain Perusahaan ... 81

Tabel 4.22 Hasil Indikator Dengan Skor ... 83

Tabel 4.23 Hasil Indikator Dengan Skor Rendah ... 85

(13)

Gambar 2.1 Proses Dalam Supply Chain... 11

Gambar 2.2 Ruang Lingkup Pengukuran Kinerja Supply Chain ... 15

Gambar 2.3 Supply Chain Model ... 16

Gambar 3.1 Hirarki Awal Pengukuran Performansi Supply Chain ... 41

Gambar 3.2 Langkah-Langkah Pemecahan Masalah... 50

Gambar 4.1 Hirarki Pengukuran Performansi Supply Chain... 56

Gambar 4.2 Grafik Performansi Supply Chain PT. PG Candi Baru... 82

(14)

Lampiran A : Gambaran Umum Perusahaan

Lampiran B : Kuisioner Indikator Performansi Supply Chain

Lampiran C : Hasil Kuesioner Indikator

Lampiran D : Output Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran E : Kuisioner Pembobotan KPI

Lampiran F : Hasil Rekapitulasi Kuisioner KPI

Lampiran G : Perhitungan Manual Pembobotan Dengan AHP

Lampiran H : Print Out Software Expert Choice

Lampiran I : Perhitungan Manual Pengukuran Kinerja Supply Chain

Lampiran J : R Tabel Dengan α = 95 %

Lampiran K : α Tabel

(15)

Oleh :

Bagus Navy Putra

Abstraksi

Pengukuran kinerja merupakan suatu tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang ada dalam perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana perusahaan memerlukan penyesuaian–penyesuaian atas aktifitas perencanaan dan pengendalian.

Selama ini PG Candi Baru belum mempunyai pengukuran kinerja Supply Chain. Pengukuran kinerja hanya diterapkan pada bagian produksi dengan berbagai indicator kinerja seperti efisiensi material dan efisiensi mesin sehingga pengkuran kinerja yang saat ini digunakan belum mampu mencerminkan nilai kinerja perusahaan yang sebenarnya karena kinerja yang diukur hanyalah dari perspektif output saja.

Metode yang dipakai untuk melakukan analisa adalah Supply Chain dan

Analytical Hierarchy Process (AHP). Supply Chain digunakan sebagai tolak ukur

pengukuran kinerja perusahaan. Sedangkan AHP digunakan untuk pembobotan prespektif yang sesuai dengan kondisi perusahaan serta digunakan untuk menentukan prespektif yang lebih penting.

Dari hasil pengukuran performasi supply chain PT PG Candi Baru dapat diketahui bahwa nilai performansi yang paling tinggi terdapat pada periode bulan Agustus 2009 (80,709) dan nilai performasi supply chain yang paling rendah terdapat pada periode bulan Juni 2009 (55,245).

Dari hasil penelitian dapat juga diketahui nilai dari masing-masing KPI adalah sebagai berikut :

Percentage of Adjusted Production Quantity (42,19); Internal Relationship (83,33); Planning Employee Reliability (83,33); Source Employee Reliability (83,33); Material Order Cost (49,44); Payment Term (96,66); Manufacturing Employee Reliability (62,5); Percentage of Order Delivered Complete (65,08); Delivery Lead Time (94,44); Minimum Delivery Quantity (35,22); Number of Customer Complaint (85,42).Dari nilai-nilai

tersebut dapat diketahui bahwa ada tiga KPI yang mempunyai nilai skor rendah yang memerlukan prioritas untuk dilakukan pembenahan yaitu yang mempunyai nilai dibawah 50 point : Percentage of adjusted production quantity (42,19); Material Order Cost (49,44); Minimum Delivery Quantity (35,22).

Kata Kunci : Supply Chain, Analytical Hierarchy Process (AHP)

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Selama beberapa tahun belakangan ini, keunggulan optimasi dan integrasi

supply chain menjadi fokus dari beberapa organisasi perusahaan besar yang ada di

dunia. Persaingan bisnis yang semakin ketat di era globalisasi ini yang menuntut perusahaan untuk kembali menyusun strategi dan taktik bisnisnya sehari-hari. Esensi dari persaingan terletak pada bagaimana perusahaan dan atau jasanya yang lebih baik, lebih murah, dan cepat disbanding pesaingnya. Untuk itu dalam rangkaian kerja tersebut sebuah perusahaan harus dapat memperbaiki kinerjanya agar dapat terus bersaing dan mengalami kemajuan. Oleh karena itu bisa diketahui bahwa kunci tingkat kinerja dari perusahaan multinasional terletak pada kemampuan perusahaan bekerja sama dengan mitra bisnisnya.

PG Candi Baru adalah sebuah perusahaan yang memproduksi gula dan merupakan anak perusahaan dari PT. Rajawali Nusantara Indonesia (PT. RNI). Sesuai dengan keputusan dari Menteri BUMN yang telah dikeluarkan maka PG Candi Baru menjadi sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara. Pabrik gula Candi baru yang berlokasi di kota Sidoarjo adalah pabrik yang dibangun oleh Belanda dan merupakan perusahaan penghasil gula SHS (Superior Hooft Suiker) I (GKP I). Dari perjalanan perusahaan mulai tahun 1832 sampai sekarang banyak rintangan yang dihadapi salah satunya kapasitas giling yang masih kecil dan kondisi pabrik yang sudah tua sehingga semenjak tahun 2004 untuk meningkatkan

(17)

kinerja perusahaan dilakukan perbaikan besar-besaran dan melakukan perubahan melalui terobosan teknologi di bidang on farm dan off farm. Hal ini menjadi daya tarik yang luar biasa bagi banyak instansi lain untuk datang melihat kondisi pabrik.

Selama ini PG Candi Baru belum mempunyai pengukuran kinerja Supply

Chain, pengukuran kinerja hanya diterapkan pada bagian produksi dengan

berbagai indikator kinerja seperti efisiensi material dan efisiensi mesin. Dengan kondisi pengukuran kinerja yang ada tersebut dirasa masih belum lengkap, dan belum terintegrasi. Selain itu sistem pengukuran kinerja yang digunakan saat ini belum mampu mencerminkan nilai kinerja perusahaan yang sebenarnya, karena nilai kinerja yang diukur hanyalah dari perspektif output produksi saja. Karena itu, agar perusahaan mampu mengadakan perbaikan yang simultan dan berkesinambungan sesuai dengan strategi perusahaan, maka dibutuhkan suatu kerangka pengukuran kinerja Supply Chain yang lebih lengkap, sistematis dan lebih terintegrasi.

Di dalam penelitian kali ini, di sini akan dibahas suatu metode pengukuran kinerja untuk supply chain yaitu SCOR (Supply Chain Operation Reference). Dengan adanya pengukuran kinerja supply chain secara simultan, maka dapat diidentifikasi tingkat kesuksesan yang dapat dicapai dan menunjukkan apakah peningkatan yang sudah direncanakan sebelumnya tercapai atau tidak.

Jika melihat secara keseluruhan dalam konsep supply chain dimana

ultimate goal dari pengukuran kinerja bukanlah hanya kesuksesan dari satu

(18)

internal business saja melainkan kesuksesan keseluruhan rantai pasoknya (supply

chain terutama aktivitas yang berkaitan dengan link-link yang menghubungkan

antara bisnis yang satu dengan yang lainnya hingga membentuk suatu supply

chain. Untuk itu dibutuhkan suatu metode yang secara khusus dapat digunakan

mengukur kinerja dari suatu supply chain.

1.2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas maka perumusan masalah yang dimunculkan pada penelitian ini adalah :

“ Berapa tingkat performansi perusahaan yang dilihat dari segi kinerja supply chain management”

1.3. Batasan Masalah

Dalam mencapai tujuan penelitian dan pembahasan penelitian yang lebih terarah, maka penulis membatasi pembahasan sebagai berikut :

1. Pengukuran dengan model Supply Chain Operation Reference (SCOR) sampai pada 3 level dan meliputi Reliability, Responsiveness, Flexibility,

Cost, dan Assets.

2. Penyebaran kuisioner dilakukan hanya pada staff departemen yang terkait dengan kegiatan purchasing, marketing, Engineering, Logistic, PPIC.

(19)

1.4. Asumsi

Adapun asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data yang diperoleh dari kuisioner yang telah disebarkan dapat mewakili kinerja karyawan perusahaan.

2. Responden mengerti tentang kondisi real perusahaan.

3. Indikator-indikator kinerja yang disusun dapat mewakili kinerja yang ada di perusahaan.

4. Kondisi manajemen yang menjalankan perusahaan berjalan dengan baik dan konstan untuk strategi produksi, promosi, maupun strategi lainnya selama dilakukannya penelitian.

5. Tidak ada perubahan yang berarti pada iklim dunia usaha pada saat penelitian dilakukan yang mampu menimbulkan perubahan visi-misi perusahaan.

1.5. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tugas akhir ini adalah :

1. Mengetahui tingkat performansi supply chain perusahaan yang dilihat dari konsep SCOR.

2. Mengetahui indikator kinerja supply chain perusahaan yang memerlukan prioritas untuk dilakukan perbaikan

(20)

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Perusahaan

Perusahaan mampu mengetahui pengukuran kinerja Supply Chain yang lebih terintegrasi, mampu mengetahui nilai pencapaian kinerja Supply Chain untuk setiap periode tertentu, serta mampu mengadakan perbaikan kinerja sesuai kerangka pengukuran Supply Chain perusahaan.

2. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan kemampuan dalam mengaplikasikan ilmu-ilmu dan memperoleh pengalaman praktis dalam mempraktekkan teori-teori yang pernah didapat, baik dalam perkuliahan maupun dalam literatur-literatur yang telah ada mengenai Supply Chain.

3. Bagi Universitas

Sebagai bahan pengetahuan di perpustakaan, yang mungkin dapat berguna bagi mahasiswa Jurusan Teknik Industri pada khususnya. Terutama memberikan informasi mengenai Supply Chain.

1.7. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman atas materi–materi yang dibahas dalam skripsi ini, maka penulisan laporan ini dibagi ke dalam beberapa bab dimana tiap bab mempunyai keterkaitan yang berkesinambungan dengan bab selanjutnya. Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut :

(21)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang melakukan penelitian yang bertopik pengukuran kinerja Supply Chain. Selain itu dijelaskan mengenai rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, asumsi yang digunakan, manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas mengenai teori yang dapat menunjang pelaksanaan penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini akan menjelaskan mengenai langkah-langkah yang digunakan dalam melakukan penelitian berdasarkan langkah-langkah operasional sesuai yang dihadapi.

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi pengumpulan dan pengolahan data yang didapat dari PG. Candi Baru, Sidoarjo dan kemudian dilakukan analisa.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dan saran berkenaan dengan hasil pengukuran kinerja Supply Chain.

DAFTAR PUSTAKA

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengukuran Kinerja Perusahaan

Pengukuran kinerja perusahaan pada periode tertentu sangat diperlukan agar

prestasi perusahaan dapat diketahui. Selama ini, pengukuran kinerja perusahaan

hanya berfokus pada perspektif keuangan saja, yang hanya menggambarkan

kinerja pada satu sisi yaitu perusahaan (internal), sedangkan sisi luar perusahaan

(eksternal) kurang tersentuh.

Adapun definisi dari pengukuran kinerja itu sendiri menurut para ahli,

antara lain sebagai berikut :

1. Mulyadi (1993)

“Penentuan secara periodik efektivitas operasional dari suatu organisasi

sebagai bagian organisasi dan karyawannya, berdasarkan : sasaran, standar

dan kriteria yang telah diharapkan sebelumnya”

2. Stoner et al (1996)

“Suatu ukuran seberapa efisien dan efektif individu atau organisasi dalam

tujuan yang memadai”

3. Anderson dan Clancy (1991)

Feedback from the accountant to management that provides information

about how well the action represent the plans, it also identifies where

manager may need to make correction or adjusmention future planning and

(23)

4. Anthony, Banker, Kaplan dan Young (1997)

The activity of measuring the performance of an activity or the entire value

chain

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja adalah

tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai

nilai yang ada dalam perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan

sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi

pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana perusahaan memerlukan penyesuaian–

penyesuaian atas aktifitas perencanaan dan pengendalian.

2.1.1. Tujuan Pengukuran Kinerja

Menurut Mulyadi (1993) tujuan pengukuran kinerja adalah :

1. Untuk menentukan kontribusi suatu bagian dalam perusahaan terhadap

organisasi secara keseluruhan.

2. Untuk memberikan dasar bagi penilaian suatu prestasi dalam berorganisasi.

3. Untuk memberikan motivasi bagi manajer bagian dalam (internal)

menjalankan bagiannya seirama dengan tujuan pokok perusahaan secara

keseluruhan.

2.1.2. Manfaat Pengukuran Kinerja

Menurut Lynch dan Cross (1993), manfaat dari sistem pengukuran kinerja

yang baik adalah :

a. Menelusuri manfaat kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan

(24)

seluruh orang dalam organisasi terlibat dalam upaya memberi kepuasan

kepada pelanggan.

b. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan kepada pelanggan sebagai

bagian dari mata rantai pelanggan dan pemasok internal.

c. Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya–upaya

pengurangan terhadap pemborosan tersebut (reduction of waste).

d. Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih

konkret sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi.

e. Membangun konsensus untuk melakukan suatu perubahan dengan memberi

reward” atau perilaku yang diharapkan tersebut.

2.2. Supply Chain Management

Perkembangan teknologi dan perubahan kondisi pasar yang cepat dan

persaingan dunia usaha yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk mampu

beradaptasi dengan perubahan tersebut. Perusahaan ini semakin menyadari adanya

keterbatasan sumber daya yang dimiliki dan perusahaan tidak akan bisa bertahan

bila manajemen perusahaan masih terfokus pada integrasi proses internal. Untuk

mencapai keunggulan kompetitif dalam rangka untuk memenangkan pasar,

diawal tahun 1990, pandangan manajemen mulai bergeser ke manajemen Supply

Chain. Beberapa keuntungan yang diperoleh dengan adanya penerapan

manajemen Supply Chain antara lain yaitu dapat meningkatkan customer

(25)

2.2.1. Pengertian Supply Chain Management

Istilah “Supply Chain Management” merupakan istilah yang baru bagi

beberapa orang. Namun satu fakta yang jelas bahwa dunia usaha telah berubah

dan setiap perusahaan diharuskan untuk mampu mencapai efisiensi tinggi dalam

proses sorcing, making, maupun delivering.

Supply Chain Management (SCM) adalah metode, alat, atau pendekatan

pengelolaan dari kegiatan supply chain. Namun perlu ditekankan bahwa SCM

menghendaki pendekatan atau metode yang terintegrasi dengan dasar semangat

kolaborasi.

Jadi SCM tidak hanya berorientasi pada urusan internal sebuah

perusahaan, melainkan juga urusan eksternal yang menyangkut hubungan dengan

perusahaan-perusahaan partner. Koordinasi dan kolaborasi antar perusahaan

menjadi diperlukan dalam supply chain karena perusahaan-perusahaan yang

berada pada suatu supply chain pada intinya ingin memuaskan konsumen akhir

yang sama, mereka harus bekerjasama membuat produk yang murah,

mengirimkannya tepat waktu, dan dengan kualitas yang bagus. Hanya dengan

bekerjasama antara elemen-elemen pada supply chain tujuan tersebut akan dapat

dicapai. Oleh karena itu cukup tepat kalau banyak orang mengatakan bahwa

persaingan dewasa ini bukan lagi antara satu perusahaan dengan perusahaan lain,

tetapi antara supply chain yang satu dengan supply chain yang lain. (I Nyoman

(26)

2.2.2 Proses dalam Supply Chain

Ada 5 proses utama dalam supply chain yaitu :

1. Plan, yaitu proses yang menyeimbangkan permintaan dan persediaan untuk

mengembangkan tindakan yang memenuhi penggunaan source, produksi dan

pengiriman (delivery) yang baik.

2. Source, yaitu proses untuk menyediakan produk dan jasa (raw material) untuk

memenuhi kebutuhan atau permintaan aktual.

3. Make, yaitu proses untuk mentransformasi raw material menjadi produk jadi

untuk memenuhi kebutuhan atau permintaan aktual.

4. Deliver, yaitu proses mengirimkan produk jadi dan jasa untuk memenuhi

kebutuhan atau permintaan actual, termasuk juga manajemen penjualan,

manajemen transportasi, dan manajemen distribusi.

5. Return, yaitu proses yang dikaitkan dengan pengembalian atau menerima

kembali produk dengan berbagai alasan. Proses ini juga termasuk didalam

bagian delivery customer support.

(27)

2.3 Pengukuran Performansi Supply Chain

Pengukuran kinerja adalah suatu proses untuk mengukur efektivitas dan

efisiensi dari suatu aktivitas. Dalam sistem manajemen bisnis modern,

pengukuran kinerja bukan hanya sekedar sistem pengukuran dan perhitungan saja,

melainkan juga dapat memberikan kontribusi pada peningkatan kinerja.

Ada sejumlah tipe pengukuran kinerja yang berbeda yang digunakan untuk

mengkarakteristik sistem, khususnya sistem produksi, distribusi, dan inventori.

Banyaknya sistem pengukuran tersebut, maka untuk melakukan pemilihan sistem

pengukuran manakah yang paling sesuai dengan pengukuran performansi supply

chain sangat sulit.

Ide dari pengukuran kinerja ini diawali dari pengukuran operasi

manufakturing yang dilakukan oleh Frederick W. Taylor (father of scientific

methods) pada awal abad ke 20. Beliau melakukan penelitian mengenai studi

gerak dan waktu. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang

ada serta membuat kriteria yang obyektif untuk mengukur dan menetapkan kinerja

yang obyektif untuk mengukur dan menempatkan kinerja dan efisiensi pekerja

tersebut.

Lama-kelamaan pandangan pengukuran kinerja semakin berkembang.

Penelitian mengenai pengukuran kinerja tidak lagi difokuskan pada penelitian

kinerja individual melainkan mengarah pada pengukuran kinerja bisnis

perusahaan. Pada awal tahun 1920 mulailah muncul dan berkembang sistem

pengukuran secara tradisional yang masih berfokus pada aspek finansial. Sistem

(28)

banyak kekurangan karena berfokus pada satu indikator saja yaitu finansial.

Pengukuran kinerja sebaiknya memiliki orientasi jangka panjang dibandingkan

dengan jangka pendek. Ukuran finansial menunjukkan dampak kebijakan dan

prosedur perusahaan pada posisi keuangan perusahaan jangka pendek, hal ini

merupakan salah satu kekurangan sistem kinerja secara tradisional.

Dalam pengukurannya, ada beberapa pertimbangan yang harus dilihat antara

lain :

1. Ukuran tidak diorientasikan dan dipusatkan atas menyediakan suatu perspektif

memandang ke depan.

2. Ukuran tidak selalu dihubungkan dengan pentingnya masalah keuangan,

namun seperti pelayanan pelanggan/loyalty dan mutu produk.

3. Ukuran tidak secara langsung ada keterkaitan dengan efisiensi dan efektivitas

operasional.

Pengukuran performansi terhadap Supply Chain haruslah mengandung

indikator-indikator. Indikator-indikator tersebut sebaiknya harus berkaitan dengan

pertanyaan-pertanyaan seperti berikut :

1. Aspek-aspek apa saja yang harus diukur ?

2. Bagaimana mengukur aspek-aspek tersebut ?

3. Bagaimana menggunakan hasil pengukuran itu untuk menganalisa,

memperbaiki dan mengontrol kualitas rantai produktivitas ?

Di dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, bukanlah merupakan tugas

yang mudah. Banyak indikator-indikator yang harus disiapkan dan perlu

(29)

Ada beberapa sifat yang harus dipenuhi oleh indikator, yaitu :

1. Universality (bersifat umum dan mudah diukur).

2. Measurability (menjamin bahwa data-data yang diperlukan memang dapat

diukur).

3. Consistency (menjamin kekonsistenan pengukuran).

(A. Zainur Razikh, ST, 2008)

2.3.1 Kegunaan dan Ruang Lingkup Pengukuran Supply Chain

Pengukuran kinerja dapat dilakukan untuk mengetahui kondisi perusahaan,

apakah perusahaan tersebut telah berjalan dengan baik dan mampu mencapai

tujuannya atau justru mengalami kemunduran. Pengukuran supply chain dan

analisisnya dapat digunakan untuk :

1. Memberikan pengetahuan tentang berbagai macam variasi metode, proses,

teknik dan sistem yang dapat digunakan untuk me-manage supply chain dan

mempelajari entiti–entiti supply chain untuk mengidentifikasi area yang

berpotensi untuk dikembangkan.

2. Melakukan implementasi metode, proses, teknik dan sistem secara

keseluruhan untuk menunjang performa supply chain.

3. Untuk kontrol biaya.

4. Untuk kontrol kualitas.

5. Untuk menentukan level of customer service dan cara mengontrolnya.

(Ita Yustianingwati, ST, 2005)

Pengukuran kinerja supply chain mencakup pengukuran kinerja perusahaan

(30)

merupakan seluruh proses yang terjadi didalam perusahaan mulai dari proses

perencanaan produksi hingga pengirirman produk kepada customer. Sedangkan

proses eksternal merupakan proses yang melibatkan hubungan perusahaan dengan

stage yang berada diluar perusahaan, yaitu supplier dan Customer.

customer company

supplier

Gambar 2.2 Ruang lingkup pengukuran kinerja supply chain

2.4

Supply Chain Operations Reference (SCOR) Model

Model Supply Chain Operations Reference (SCOR) dikembangkan oleh suatu

lembaga professional, yaitu Supply Chain Council (SCC). Supply Chain Council

(SCC) diorganisasikan tahun 1996 oleh Pittiglio Rabin Todd & McGrath (PRTM)

dan AMR Research. Model ini dikuasakan kepada seluruh industry standart yang

digunakan untuk supply chain management. Model ini dikembangkan untuk

mendeskripsikan aktivitas bisnis yang diasosiasikan dengan seluruh fase yang

terlibat untuk memenuhi permintaan customer. (Supply Chain Council, 2004)

Adapun bentuk dari Supply Chain yang digambarkan oleh SCOR model

(31)

Gambar 2.3. Supply Chain Model

Sumber : Supply Chain Council, Supply Chain Reference Model, Overview Version 6.1, [ http://www.supply-chain, org ], 2004)

Adapun definisi dari kelima proses manajemen utama Supply Chain dalam

SCOR adalah sebagai berikut :

1. Plan

Proses perencanaan untuk menyeimbangkan permintaan dan persediaan untuk

mengembangkan tindakan yang memenuhi penggunaan Source, produksi dan

pengiriman yang terbaik.

2. Source

Proses yang berkaitan dengan aktivitas untuk memperoleh material dan

hubungan perusahaan dengan supplier.

3. Make

Proses untuk merubah (transformasi) material menjadi produk jadi untuk

memenuhi permintaan customer.

4. Delivery

[image:31.595.115.515.112.273.2]
(32)

5. Return

Proses yang dikaitkan dengan pengembalian dan penerimaan produk yang

dikembalikan oleh pelanggan untuk berbagai alasan.

Model SCOR (Supply Chain Operations Reference) diorganisasikan dalam 5

(lima) proses Supply Chain utama yaitu : Plan, Source, Make, Deliver, dan Return

dimana ini pada level pertama. Kemudian SCOR dibagi lagi menjadi level-level

untuk pengukuran performansinya. Didalam level 2 SCOR, dimunculkan setiap

aspek yang akan diukur. Misalnya saja mengenai reliability, responsiveness,

flexibility, costs, dan assets.

Dari masing-masing aspek itu, di dalamnya terdapat metriks-metriks

pengukuran yang akan diukur sehingga dapat kita nilai. Level dua dari SCOR,

digambarkan mengenai mapping supply chain perusahaan yang akan diukur

performansinya. Sedangkan untuk level tiganya, setiap komponen yang ada di

mapping level dua, di breakdown sehingga mendapatkan sesuatu yang detail dari

komponen-komponen tersebut. Pada level tiga juga sudah mulai dilakukan

penentuan parameter dari setiap metriks dan komponen yang akan diukur. (I

nyoman Pujawan, 2005)

Adapun contoh-contoh metriks yang ada di dalam metode SCOR, adalah

sebagai berikut :

A. Aspek reliability

1. Inventory inaccuracy, yaitu besarnya penyimpangan antara jumlah fisik

(33)

2. Defect rate, yaitu tingkat pegembalian material cacat yang dikembalikan ke

supplier.

3. Stockout Probability, probabilitas atau kemungkinan terjadinya kehabisan

persediaan.

B. Aspek Responsiveness

1. Planning cycle time, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menyusun jadwal

produksi.

2. Source item responsiveness, yaitu waktu yang dibutuhkan supplier untuk

memenuhi kebutuhan perusahaan apabila terjadi peningkatan jumlah jenis

material tertentu dari permintaan awal suatu order.

C. Aspek Flexibility

1. Minimum order quantity, yaitu jumlah unit minimum yang bisa dipenuhi

supplier dalam setiap kali order.

2. Make volume flexibility, yaitu prosentase penongkatan yang dapat dipenuhi

oleh produksi dalam kurun waktu tertentu.

D. Aspek Cost

1. Defect cost, yaitu biaya-biaya yang digunakan untuk penggantian produk

cacat.

2. Machine maintenance, yaitu biaya-biaya yang digunakan untuk perawatan

mesin produksi.

E. Aspek Assets

1. Payment term, yaitu rata-rata selisih waktu antara permintaan material

(34)

2. Cash to cash cycle time, yaitu waktu dari perusahaan mengeluarkan uang

untuk pembelian material sampai dengan perusahaan menerima uang

pembayaran dari konsumen. (Ita Yustianingwati, ST, 2005)

2.5. Analytical Hierarchy Process (AHP)

AHP dikembangkan oleh Saaty (1980) dan dipergunakan untuk

menyelesaikan permasalahan yang kompleks atau tidak terstruktur. Data yang ada

adalah bersifat kualitatif yang didasarkan, diamati, namun kelengkapan data

numerik tidak menunjang untuk memodelkan secara kuantitatif.

AHP dapat diaplikasikan dengan berguna untuk mengelompokkan berbagai

situasi dan permasalahan. Misalnya memprioritaskan alternatif keputusan yang

sangat kompleks, menentukan kekonsistenan, memformulasikan konsistensi,

menganalisa permasalahan publik, analisa sensitivitas, evaluasi tingkat

kepentingan faktor, formulasi strategis, alokasi sumber daya, analisa benefit cost,

aplikasi inovasi pada daerah baru , dan lain-lain.

Salah satu keuntungan utama AHP yang membedakan dengan model

pengambilan keputusan lainnya adalah tidak ada syarat konsistensi mutlak. Hal ini

didasarkan pada kenyataan bahwa keputusan manusia sebagian didasarkan logika

dan sebagian lagi didasarkan pada unsur bukan logika seperti perasaan,

pengalaman dan intuisi.

Kelebihan AHP (Suryadi dan Ramdhani, 1998) dibandingkan dengan yang

(35)

1. Struktur yang hirarki

2. bagai konsistensi dari kriteria yang dipilih, sampai kepada sub-sub kriteria

yang paling dalam.

3. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi

berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan.

4. Memperhitungkan ketahanan output analisis sensivitas pemgambilan

keputusan.

5. Karena menggunakan input persepsi manusia, model ini dapat mengolah data

yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif sekaligus.

Selain itu, AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang

multi-objektif dan multi-kriteria yang didasarkan pada perbandingan preferensi

tiap elemen dalam hirarki, sehingga menjadi model pengambilan keputusan yang

komprehensif.

Prosedur yang dipakai dalam model Analytical Hierarchy Process (AHP)

adalah sebagai berikut :

1. Pembentukan Hirarki

Hirarki dibentuk untuk menyederhanakan suatu masalah yang rumit menjadi

lebih terstruktur. Sebuah hirarki menunjukkan pengaruh tujuan dari level atas

sampai level yang paling bawah. Hirarki sendiri dapat digolongkan menjadi

dua jenis yaitu :

 Hirarki struktural, yaitu suatu pembagian masalah yang rumit ke dalam

(36)

 Hirarki fungsional, yaitu suatu penguraian masalah ke dalam beberapa

bagian didasarkan atas hubungan esensialnya.

2. Pair-wise Comparison

Merupakan perbandingan berpasangan yang digunakan untuk

mempertimbangkan faktor-faktor keputusan dengan memperhitungkan

hubungan antara faktor dan sub faktor itu sendiri.

3. Pengecekan Konsistensi

Pengecekan konsistensi bertujuan untuk melihat apakah perbandingan

berpasangan yang sudah dibuat masih berada didalam batas kontrol

penerimaan atau tidak. Apabila berada diluar batas maka dilakukan kajian

ulang untuk menyelidiki apakah konsistensi tersebut dapat diaplikasikan.

4. Evaluasi

Tahap ini bertujuan untuk mengevaluasi seluruh proses pembobotan, dimana

faktor dari seluruh alternatif harus diketahui. Bobot tersebut harus dilakukan

proses normalisasi pada setiap matrik perbandingan berpasangan. Alternatif

dengan bobot tertinggi adalah alternatif dengan prioritas tertinggi sehingga

alternatif tersebut merupakan yang terbaik.

2.5.1. Langkah-langkah Analytical Hierarchy Process

Secara umum langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menggunakan

AHP adalah (Suryadi dan Ramdhani, 1998) :

1. Mendefinisikan permasalahan dan menentukan secara spesifik tujuan dan

(37)

penyusunan prioritas alternatif, pada tahap ini dilakukan pengambilan

alternatif.

2. Menyusun masalah ke dalam struktur hirarki sehingga permasalahan yang

kompleks dapat ditinjau dari segi detail dan terukur. Penyusunan hirarki yang

memenuhi kebutuhan harus melibatkan pihak ahli didalam bidang

pengambilan keputusan.

3. Menyusun matriks-matriks perbandingan berpasangan untuk setiap level

dibawahnya, sebuah matriks untuk setiap elemen yang tepat berada pada level

diatasnya. Elemen-elemen pada level bawah saling diperbandingkan

berdasarkan pengaruhnya pada tiap elemen yang tepat pada level diatasnya.

Hasilnya adalah matriks penilaian bujur sangkar.

4. Pengisian matriks perbandingan berpasangan oleh pengambil keputusan.

Dibutuhkan sebanyak n(n-1)/2 judgement untuk setiap matriks pada tahap 3

diatas.

5. Melakukan pengujian konsistensi dengan menggunakan eigen value terhadap

perbandingan berpasangan antar elemen yang didapatkan pada tiap level

hirarki. Pertama, uji nilai indeks konsistensi, hitung nilai ratio dari konsistensi

indeks dan random indeks.

6. 3, 4 dan 5 diulang untuk setiap level cluster dan hirarki.

7. Melakukan sintesis untuk menyusun bobot vektor eigen tiap elemen masalah

pada setiap level hirarki. Proses ini akan menghasilkan bobot elemen

(38)

penanganan. Prioritas dihasilkan dari suatu matriks perbandingan

berpasangan antar seluruh elemen pada level yang sama.

8. Mengevaluasi konsistensi hirarki, jika nilainya lebih besar 0,1 maka terjadi

inkonsistensi, kualitas data harus diperbaiki.

Langkah pertama dalam menetapkan prioritas elemen-elemen dalam suatu

persoalankeputusan adalah dengan membuat perbandingan berpasangan, yaitu

elemen-elemen dibandingkan berpasangan terhadap kriteria yang ditentukan.

Untuk memulai proses perbandingan berpasangan ini, mulailah pada puncak

hierarki untuk memilih criteria C, atau sifat, yang digunakan untuk melakukan

perbandingan yang pertama. Lalu, dari tingkat tepat dibawahnya, ambil

elemen-elemen yang akan dibandingkan (A1, A2, A3 dan seterusnya).

[image:38.595.215.468.496.691.2]

Susunan elemen-elemen ini pada sebuah matriks seperti tabel berikut :

Tabel 2.1 Contoh Matriks Perbandingan

C A1 A2 - - - A7

A1 1

A2 1

-

-

-

(39)

Dari matriks ini, dibandingkan elemen A, dalam kolom sebelah kiri

dengan elemen A1, A2, A3 dan seterusnya yang terdapat dibaris atas berkenaan

dengan sifat C disudut kiri atas. Lalu ulangi dengan elemen kolom A2 dan

seterusnya. Untuk mengisi matriks banding berpasangan itu kita menggunakan

bilangan untuk menggambarkan relatif pentingkahnya suatu elemen diatas yang

lainnya, berkenaan dengan sifat tersebut tabel dibawah ini memuat skala banding

[image:39.595.116.551.333.749.2]

berpasangan.

Tabel 2.2 : Tabel Skala Penilaian Analytical Hierarchy Process

Tingkat Kepentingan

Definisi Keterangan

1 Kedua elemen sama penting Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan

3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya

Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan atas elemen lainnya

5 Elemen yang satu sedikit lebih cukup daripada elemen yang lainnya

Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan elemen lainnya

7 Satu elemen jelas lebih penting daripada elemen lainnya

Satu elemen yang kuat disokong dan dominannya telah terlihat dalam praktek

9 Satu elemen mutlak lebih penting daripada elemen lainnya

Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan

2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan

Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara dua pilihan Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu

angka dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan I aij = 1 / a ij

(40)

2.5.2. Pengukuran Konsistensi Setiap Matriks Perbandingan

Konsistensi adalah jenis pengukuran yang tak dapat terjadi begitu saja

atau mempunyai syarat tertentu. Suatu matrik, misalnya terdapat 3 unsur (i, j, k)

dan setiap perbandingannya dinyatakan dengan a. Konsistensi 100% apabila

memenuhi syarat sebagai berikut :

ik jk ij .a a

a 

dengan syarat tersebut maka matriks A berikut dapat dinyatakan konsistensi.

Apabila ketiga syarat diatas sudah bisa terpenuhi maka bisa dikatakan

bahwa matriks A tersebut konsistensi 100% atau dapat juga dikatakan tingkat

konsistensinya 0%. Apabila muncul angka atau skala 5 dalam sebuah matriks

perbandingan maka tidak lain adalah 5/1. Dengan dasar tersebut maka dapat

dijelaskan bahwa :

aij = wi / wj, dimana i,j = bilangan asli

karena itu,

aij . ajk = (wi / wj) . (wj / wk) = wj / wk = aik

dan juga dapat dibuktikan bahwa :

aij = wj / wi = 1 / (wi / wj) = 1 / aij

Apabila sejumlah n persamaan dengan n variabel yang tidak diketahui

dipecahkan dengan cara matriks maka bentuk persamaan matriksnya menjadi :

A . x = Y ... (1)

Dimana A merupakan matriks yang berisi koefisien-koefisien dari semua

(41)

konstanta di sisi kanan setiap persamaan. Rumus (1) dapat juga dinyatakan

sebagai berikut :

, dimana i = bilangan asli

n 

1 j

i i j

i . x y

a

Karena,

w /

1 .

aij j wi  , dimana i,j = bilangan asli

Atau

, dimana a, i = bilangan asli

) (1/w . w . a j n 1 j j ij

maka

, dimana i = bilangan asli

n 

1 j

i j

ij. w n . w

a

yang adalah sama dengan

A . w = n . w ... (2)

Dalam teori matriks, rumus (2) menunjukkanbahwa w adalah eigen vestor

dari matriks A, sedangkan n menunjukkan eigen value nya.

Pengukuran konsistensi dari suatu matriks itu sendiri didasarkan atas suatu

eigen value maksimum. Dengan eigen value maksimum, inkonsistensi yang biasa

dihasilkan matriks perbandingan dapat diminimumkan.

Rumus dari index konsistensi (CI) adalah

 

n-1 n CI maks

Berikut ini indeks random untuk matriks berukuran 3 sampai 10 (matriks

(42)
[image:42.595.224.433.138.300.2]

Tabel 2.3 : Nilai Indeks Random (RI)

n RI 1 0 2 0 3 0,58 4 0,90 5 1,12 6 1,24 7 1,32 8 1,41 9 1,45 10 1,49

(Sumber : Analytical Hierarchy Process, Bambang Brodjonegoro, 1991)

Rumus dari konsistensi/inkonsistensi (CR) itu sendiri dapat dituliskan

sebagai berikut :

CR = CI / RI

Dimana : CR = Rasio Konsistensi

CI = Indeks Konsistensi

RI = Indeks Random

Tingkat inkonsistensi yang masih bisa diterima adalah tingkat

inkonsistensi sebesar 10% kebawah (Bambang Permadi S. Brodjonegoro, 1991 :

15)

2.6. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini ada dua

macam, yaitu pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder (Nazir,

(43)

2.6.1. Data Primer

Data primer ialah data yang langsung dikumpulkan atau diperoleh dari

sumber pertama. Pengumpulan data primer bisa dilakukan dengan beberapa

macam cara antara lain :

1. Pengamatan (Observasi)

Observasi biasanya digunakan sebagai alat pengumpulan data untuk obyek

yang belum banyak diketahui. Observasi bertujuan mengamati objek

penelitian untuk dimengerti tentang objek penelitian tersebut.

2. Wawancara (Interview)

Wawancara merupakan suatu langkah dalam penelitian yang berupa

penggunaan proses komunikasi verbal untuk mengumpulkan informasi dari

seseorang atau kelompok orang.

3. Daftar Pertanyaan (Angket/kuesioner)

Kuesioner merupakan alat komunikasi antara penelitian dengan orang yang

diteliti atau responden. Isinya berupa daftar pertanyaan, yang dibagikan oleh

peneliti untuk diisi oleh responden. Pengumpulan data dengan kuesioner perlu

memperhatikan beberapa hal, yaitu :

 Karena respon menuangkan pendapat secara tertulis, kuesioner tidak

sesuai untuk mengumpulkan data yang bersifat sensitif.

 Penggunaan kuesioner tepat apabila responden mempunyai pengetahuan

(44)

2.6.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak langsung diperoleh dari sumber

pertama dan telah tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen tertulis.

2.7 Penentuan Jumlah Sampel

Penentuan jumlah sample / kuesioner ini menurut Suharsini Arikunto

(2002), apabila Subyek kurang dari 100, maka lebih baik diambil seluruhnya

sehingga penelitianya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah

subyek besar (lebih dari 100), maka dapat diambil antara 10%-15%, maka

menggunakan rumus:

n = 15% x N

keterangan:

n = besar sampel

N = besar populasi

2.8 Pengujian Data

Metode pengujian data yang dipakai dalam penelitian ini ada dua macam,

yaitu uji validitas dan uji reliabilitas (M.T.Safirin, 2002 : 33).

2.8.1. Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu

(45)

apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur,

yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.

Untuk menghitung validitas, maka kita akan menghitung korelasi antara

masing-masing pernyataan dengan skor total dengan menggunakan rumus korelasi

product moment sebagai berikut :

 

2 2

2

 

2

Y Y N X X N Y) X)( ( -(X)(Y) N r         

Dimana : r = koefisien korelasi yang dicari

N = jumlah responden

X = skor tiap-tiap variabel

Y = skor total tiap responden

Secara statistik, angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan

angka kritik tabel korelasi nilai r.

2.8.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan terjemahan dari kata reliability yang mempunyai

asal kata rely dan ability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut

sebagai pengukuran yang reliabel. Walaupun reliabilitas mempunyai berbagai

nama lain seperti kepercayaan, keandalan, keajegan, konsistensi dan sebagainya.

Namun ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana

hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.

Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa dalam

(46)

yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek memang belum

berubah.

Salah satu cara untuk menghitung reliabilitas adalah dengan rumus Alpha.

Runus alpha dugunakan untuk mencari reliabilitas instrument yang skornya bukan

1 dan 0, misalnya kuesioner atau soal bentuk uraian.

Rumus alpha :

 



 

      

 2

1 2

11 1

1 -k

k r

b

Dimana : r11 = reliabilitas instrument

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

Σσb2 = jumlah varians butir

σ12 = varians total

Program komputer SPSS 10.0 (Statistical Package for The Social Science)

dapat melakukan perhitungan koefisien alpha dengan mudah.

2.9. Scoring System

Scoring System dilakukan untuk mengetahui nilai pencapaian terhadap

target yang telah ditetapkan untuk setiap indikator kinerja. Sebelum dilakukan

pengukuran dilakukan penentuan jenis skor terlebih dahulu. Adapun 3 macam

skor yang ditekankan pada KPI adalah sbb :

1. Lower Is Better

Karakteristik kualitas ini meliputi pengukuran dimana semakin rendah

(47)

2. Larger Is Better

Karakteristik kualitas ini meliputi pengukuran dimana semakin besar nilainya

maka kualitasnya akan lebih baik.

3. Nominal Is Better

Pada karakteristik kualitas ini biasanya ditetapkan suatu nilai nominal tertentu,

dan semakin mendekati nilai nominal tersebut, kualitas semakin baik.

2.10. Proses Normalisasi

Proses normalisasi dilakukan agar masing-masing indikator kinerja

memiliki skala ukuran yang sama. Sebab jika indikator kinerja memiliki ukuran

skala yang berbeda, maka nilai kinerja tersebut tidak mencerminkan kinerja

perusahaan yang sebenarnya. Proses normalisasi dilakukan yaitu dengan rumus :

Untuk Larger is Better

Snorm =

min max

min) (

S S

S Si

x 100 ...(2.1)

Untuk Lower is Better

Snorm =

min max

) max (

S S

Si S

 x 100 ...(2.2)

Keterangan :

Si = Nilai indikator aktual yang berhasil dicapai

Smax = Nilai pencapaian kinerja terbaik dari indikator kinerja

(48)

Pada pengukuran ini, setiap bobot indikator dikonversikan ke dalam

interval nilai tertentu yaitu 0 sampai 100. Nol (0) diartikan paling jelek dan

seratus (100) diartikan paling baik. Dengan demikian parameter dari setiap

indikator adalah sama, setelah itu didapatkan suatu hasil yang dapat dianalisa.

Untuk memantau nilai pencapaian performansi terhadap nilai pencapaian

terbaik atau target yang ingin dicapai oleh perusahaan maka dibutuhkan sistem

monitoring indikator performansi. Jika nilai kinerja < 40 maka pencapaian

performansinya dapat dikategorikan kedalam kondisi yang sangat rendah (poor)

sedangkan jika skor normalisasi mencapai nilai diatas 90 maka dapat

dikategorikan sangat baik sekali (excellent)

Tabel 2.4. Sistem Monitoring Indikator Performansi

Sistem Monitoring Indikator Performansi

> 90 Exellent

71 – 90 Good

51 – 70 Average

40 – 50 Marginal

< 40 Poor

(Sumber : Trienekens dan Hvolby, 2000)

2.11. Peneliti Terdahulu

Berikut akan dijelaskan secara singkat hasil peneliti terdahulu yang

berhubungan dengan penerapan metode Supply Chain Operations Reference

(49)

1. Ita Yustianingwati, 2005, “ Implementasi Supply Chain Untuk

Pengukuran Kinerja di PT Varia Usaha Beton Waru – Sidoarjo “

Rangkuman :

Pengumpulan data dilakukan pada bulan juni 2005 hingga data terpenuhi

dan diperoleh hasil serta pembahasannya dari penelitian yang dilakukan di PPTT

V

VaarriiaaUUssaahhaaBBeettoonn adalah sebagai berikut :

1. Aspek-aspek yang berpengaruh terhadap Kinerja berdasarkan metode supply

chain dengan pendekatan model Supply Chain Operations Reference (SCOR)

yaitu : a. Plan yaitu kehandalan dan respon ataupun tindakan perusahaan

dalam merencanakan pelaksanaan order (81,75), b. Source yaitu proses

pembelian material / bahan baku kepada pihak supplier (56.41) ,c .Make

yaitu proses produksi yang berlangsung lama. d. Deliver yaitu proses

pengiriman guna memenuhi permintaan konsumen (27.65) serta e. Return

yaitu penanganan masalah pengembalian barang jadi (43.89).

2. Kinerja PT. Varia Usaha Beton setelah diukur dengan menjumlahkan skor

yang diperoleh dari setiap indikator maka didapatkan angka 63.33. Angka ini

menunjukkan bahwa perusahaan ini cukup. dalam menjalankan ordernya,

mulai dari hubungan dengan supplier, hubungan dalam internal perusahaan

(50)

2. Akhmad Zainur Razikh, 2008, “ Analisa Performansi Perusahaan dengan

Metode Supply Chain Operation Refearence (SCOR) di CV Restoe Bumi –

Pasuruan “

Rangkuman :

Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juli 2007 hingga data terpenuhi

dan diperoleh hasil serta pembahasannya dari penelitian yang dilakukan di CV

Restou Bumi adalah sebagai berikut :

1. Dari hasil pengukuran performasi supply chain CV Restou Bumi dapat

diketahui bahwa nilai performansi yang paling tinggi terdapat pada periode

bulan Juli 2007 (73,74) dan nilai performasi supply chain yang paling rendah

terdapat pada periode bulan Oktober 2007 (55,58)

2. Indikator-indikator yang perlu mendapatkan perbaikan antara lain :

a. Plan yaitu Percentage of adjusted production quantity perlu mendapatkan

perbaikan sebesar( 63,3%) dan Forecast accuracy perlu mendapatkan

perbaikan sebesar ( 58% ) b. Source yaitu Supplier delivery performance perlu

mendapatkan perbaikan sebesar ( 66,5% ), Source employee reliability perlu

mendapatkan perbaikan sebesar ( 50% ), dan Supplier delivery lead time perlu

mendapatkan perbaikan sebesar ( 37,8% ). c. Make yaitu Repair time

percentage perlu mendapatkan perbaikan sebesar ( 71,7% ), Breakdown time

percentage perlu mendapatkan perbaikan sebesar ( 58,3% ), Time between

machine failure perlu mendapatkan perbaikan sebesar ( 32% ), dan Production

item flexibility perlu mendapatkan perbaikan sebesar ( 50% ). d. Deliver yaitu

(51)

reject rate perlu mendapatkan perbaikan sebesar (47,7%). e. Return yaitu

Number of customer complaint perlu mendapatkan perbaikan sebesar ( 28,3% )

3. Usulan perbaikan untuk meningkatkan performansi supply chain pada CV.

Setia Group adalah :

a. Forecast Accuracy (58%) yaitu perbaikan yang perlu dilakukan adalah

lebih teliti dalam melihat kondisi produk dalam pasaran. b. Repair Time

Percentage (71,7%) yaitu perbaikan yang perlu dilakukan adalah lebih

berhati-hati dalam melakukan proses produksi. c.Percentage of adjusted production

quantity (63,3%) yaitu perbaikan yang perlu dilakukan adalah lebih teliti dalam

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari PG. Candi Baru

yang bertempat di Jl. Raya Candi, Kabupaten Sidoarjo. Waktu penelitian dimulai

dari bulan April 2010 sampai data yang diperlukan untuk penelitian ini terpenuhi.

3.2. Identifikasi Variabel

Untuk memepertegas batasan-batasan yang dimaksud dalam tujuan peneliti,

maka perlu adanya identifikasi variabel yang digunakan yaitu :

1. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah seberapa baik kinerja dalam obyek

peneliti sehinggan dapat dilakukan pengukuran dengan menggunakan metode

Supply Chain Operation Reference.

2. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Variabel

bebas dalam penelitian ini adalah :

1) Plan, variabel ini dilihat dari proses perencanaan untuk menyeimbangkan

permintaan dan persediaan untuk mengembangkan tindakan yang

memenuhi penggunaan source, produksi dan pengiriman yang terbaik.

Terfokus pada kemampuan perusahaan dalam melakukan perencanaan

(53)

2) Source, variabel ini dilihat dari proses yang berkaitan dengan aktivitas

untuk memperoleh material dan hubungan perusahaan dengan supplier.

Terfokus pada kemampuan perusahaan dalam memperoleh material dan

menjalin hubungan dengan supplier.

3) Make, variabel ini dilihat dari proses untuk merubah (transformasi) material

menjadi produk jadi untuk memenuhi permintaan customer. Terfokus pada

kemampuan perusahaan mentransformasikan bahan baku menjadi produk

setengah jadi maupun produk jadi untuk memenuhi permintaan yang ada.

4) Deliver, variabel ini dilihat dari proses mengirimkan produk jadi dan atau

jasa untuk memenuhi permintaan. Terfokus pada kemampuan perusahaan

dalam melakukan pengiriman order untuk memenuhi permintaan

konsumen.

5) Return, variabel ini dilihat dari proses yang dikaitkan dengan pengembalian

dan penerimaan produk yang dikembalikan oleh pelanggan untuk berbagai

alasan. Terfokus pada kemampuan perusahaan yang berkaitan dengan

[image:53.595.112.517.580.750.2]

proses pengembalian produk karena alasan tertentu.

Tabel 3.1 Atribut Penelitian Sesuai Key Performance Indicator

Key Performansi Indikator Keterangan Number of production

schedule revision

Jumlah jadwal produk yang mengalami perubahan Percentage of adjusted

production quatity

Prosentase perubahan jumlah unit produksi dengan rencana produksi awal

Forecast Accuracy Prosentase penyimpangan permintaan actual dengan permintaan hasil peramalan Inventory accuracy of

material

Keakuratan persediaan dalam material

Inventory accuracy of packaging

Keakuratan persediaan dalam pengemasan

(54)

Inventory accuracy of finished product

Keakuratan persediaan dalam produk akhir

Internal Relationship Hubungan internal antara bagian dalam perusahaan

Planning employee reliability

Keandalan tenaga kerja bagian PPC

Time to identity new product specification

Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian dan pengembangan produk baru Time to revise production

schedule

Waktu yang dibutuhkan untuk merevisi jadwal produksi Responsiveness

Time to produce a production schedule

Waktu yang dibutuhkan untuk menyusun jadwal produksi Supplier Delivery

Performance

Kinerja pengiriman supplier

Source Employee Reliability

Keandalan tenaga kerja bagian pengadaan bahan baku Percentage of suppliers

with long term contracts

Prosentase supplier jangka panjang Reliability

Supplier reliability Keandalan dari supplier Supplier delivery lead

time

Rata-rata rentang pengiriman

Source Volume

responsiveness of material

Tingkat ketanggapan volume bahan baku

Source volume responsiveness of packaging

Tingkat ketanggapan volume pengemasan

Responsiveness

Time to identify a new supplier

Waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk mengidentifikasi supplaier baru

Source item flexibility of packaging

Banyaknya perubahan jenis material yang diminta yang dapat dipenuhi dalam kurun waktu tertentu

Flexibility

Minimum order quality of packaging

Jumlah minimum kuantitas untuk setiap kali order yang bias dipenuhi oleh supplier

Material order cost Biaya yang dikeluarkan untuk order material

Cost Supplier evaluation cost Biaya yang dikeluarkan untuk melakukan ecvaluasi supplier dalam 1 tahun

Cash to cash cycle time Waktu sejak perusahaan

mengeluarkan uang untuk membeli material sampai dengan menerima uang dari konsumen

SOURCE

Assets

Payment term Rata-rata selisih waktu antara penerimaan material dari supplier sampai dengan waktu pembayaran ke supplier

Percentage of product out of weight specification

Prosentase produk yang keluar dari spesifikasi berat

MAKE Reliability

(55)

Repair time percentage Waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki mesin yang rusak Key Performansi Indikator Keterangan

Breakdown time percentage

Waktu yang menyebabkan proses produksi terhenti

Time between machine failure

Waktu rata-rata antar kerusakan mesin yang menyebabkan proses terhenti

Manufacturing employee reliability

Keandalan tenaga kerja Production lead time Lead time produksi Make volume

responsiveness

Waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk memenuhi permintaan konsumen apabila terjadi peningkatan permintaan sebesar 20%

Make item responsiveness Waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk memenuhi permintaan konsumen apabila terjadi perubahan jenis produk

Responsiveness

Changeover time Waktu persiapan mesin yang diperlukan apabila terjadi

penggantian jenis produk yang akan diproduksi

Make volume flexibility Prosentase peningkatan permintaan yang dapat dipenuhi dalam kurun waktu tertentu

Flexibility

Production item flexibility Flexibiltas item produk Overhead cost Biaya overhead

Defect cost Biaya-biaya penggantian produk cacat

Cost

Machine maintenance cost Biaya perawatan mesin

Assets Asset turn Total penerimaan kotor dibagi total asset bersih

Delivery fill rate Prosentase jumlah permintaan yang bias dipenuhi dari total permintaan Percentage of orders

delivered complete

Prosentase order yang kuantitasnya terkirim lengkap

Reliability

Stockout probability Kemungkinan terjadinya kehabisan persediaan

Responsiveness

Delivery lead time Waktu sejak distributor industri memesan barang sampai barang diambil

Flexibility Minimum delivery quantity

Jumlah minimum pengiriman DELIVER

Cost Holding cost Biaya penyimpanan per unit Product reject rate Tingkat pengembalian produk Reliability Number of customer

complaint

Jumlah complain dari konsumen Time to solve a complain Waktu yang dibutuhkan untuk

mengatasi complain konsumen RETURN

Responsiveness Packaging supplier repair time

(56)

Selain tabel diatas rancangan awal key performance indicator dapat di

gambarkan sebagai berikut :

Performansi Supply Chain

Make Deliver Return Source

Plan

Reliability Responsiveness Flexibility

Indikator-indikator Performansi Supply Chain

Cost Assets

Gambar 3.1

Level 0

Level 1

Level 2

Level 3

Hierarki Awal Pengukuran Performansi Supply Chain

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini ada 2 macam,

yaitu pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer ialah data yang langsung dikumpulkan atau diperoleh dari sumber

pertama. Pengumpulan data primer bisa dilakukan dengan beberapa macam cara

(57)

1. Pengamatan (observasi)

Observasi biasanya digunakan sebagai alat pengumpulan data untuk obyek

yang belum banyak diketahui. Observasi bertujuan mengamati obyek penelitian

untuk dimengerti tentang obyek penelitian tersebut.

2. Wawancara (Interview)

Wawancara merupakan suatu langkah dalam penelitian yang berupa

penggunaan proses komunikasi verbal untuk mengumpulkan informasi dari

seseorang atau kelompok orang.

3. Daftar pertanyaan (angket / kuesioner)

Kuesioner merupakan alat komunikasi antara penelitian dengan orang yang

diteliti atau responden. Isinya berupa daftar pertanyaan, yang dibagikan oleh

peneliti untuk diisi oleh responden. Pengumpulan data dengan kuesioner perlu

memperhatikan beberapa hal, yaitu :

a.Karena respon menuangkan pendapat secara tertulis, kuesioner tidak sesuai

untuk mengumpulkan data yang bersifat sensitif.

b.Penggunaan kuesioner tepat apabila responden mempunyai pengetahuan yang

memadai dan kemampuan yang cukup.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak langsung diperoleh dari sumber pertama

dan telah tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen perusahaan.

3.3.1 Penyusunan Kuesioner

Pada tahapan ini penulis membuat kuesioner yang berhubungan dengan

(58)

kuesioner dimaksudkan untuk mempermudah peneliti dalam melakukan

pengumpulan data. Kuesioner harus ringkas dan tidak membingungkan

responden.

Penyusunan kuesioner pengukuran performansi Supply Chain :

Kuesioner tingkat kepentingan

Untuk mengetahui seberapa penting atribut Key performance Indicator (KPI)

bagi kinerja perusahaan.

Untuk pengisian kuesioner pada bagian tingkat kepentingan, responden

diminta memberikan skala nilai terhadap atribut-atribut Key performance

Indicator (KPI) sesuai dengan tingkat kepentingannya. Skala yang digunakan

adalah skala kepentingan Analitical Hierarkhi Process (AHP).

1 = Kedua elemen sama penting

3 = Elemen yang satu lebih penting dari elemen yang lain

5 = Elemen yang satu sedikit lebih cukup dari elemen yang lain

7 = Satu elemen jelas lebih penting dari elemen yang lain

9 = Satu elemen mutlak lebih penting dari elemen yang lain

2,4,6,8 = Nilai-nilai antara dua nilai berdekatan

3.3.2 Penyebaran

Gambar

Gambar 2.3. Supply Chain Model
Tabel 2.1 Contoh Matriks Perbandingan
Tabel 2.2 : Tabel Skala Penilaian Analytical Hierarchy Process
Tabel 2.3 : Nilai Indeks Random (RI)
+7

Referensi

Dokumen terkait

masalah seperti, erosi pantai yang dapat merusak kawasan pemukiman dan prasarana kota yang berupa mundurnya garis pantai.Erosi Pantai dapat terjadi secara alami

Salah satu model desain pembelajaran yang dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda pada tahun 1990-an ini difungsikan salah satunya untuk menjadi pedoman dalam

Metode yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan pada skripsi ini adalah metode langsung. Secara umum skripsi ini akan membahas analisa nilai kalor bahan bakar

Spesifikasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis, artinya suatu cara pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan

Sekolah merupakan ruang lingkup pendidikan (Wawasan Wiyatamandala) yang dikutip oleh Tulus Tu’u dalam bukunya yang berjudul “ Peran Disiplin Pada Perilaku Dan Prestasi

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Akar mangrove jenis api-api, Sedimen yang berada pada stasiun C yaitu Muara Kali Wonorejo, dan stasiun B yaitu 2 km ke

Oleh karena inilah, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian menghitung harga jual jasa pengecatan pada bengkel ini menggunakan metode yang tepat.. Jasa pengecatan tidak

Sistem Informasi Manajemen Bimas Islam, selanjutnya disingkat SIMBI, adalah sistem informasi berbasis teknologi informasi untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Bimas Islam