PERBEDAAN KARAKTERISTIK IBU PADA ANAK YANG MENGALAMI ANEMIA DAN TIDAK ANEMIA DI SD NEGERI BANYUANYAR III KOTA SURAKARTA (Niken Dwi Astuti)
PERBEDAAN KARAKTERISTIK IBU PADA ANAK YANG MENGALAMI ANEMIA DAN TIDAK ANEMIA DI SD NEGERI BANYUANYAR III KOTA
SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Disusun oleh :
NIKEN DWI ASTUTI J 310 111 011
PROGRAM STUDI TRANSFER S1 GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PERBEDAAN KARAKTERISTIK IBU PADA ANAK YANG MENGALAMI ANEMIA DAN TIDAK ANEMIA DI SD NEGERI BANYUANYAR III KOTA SURAKARTA (Niken Dwi Astuti)
THE DIFFERENCE OF MOTHER’S CHARACTERISTICS ON CHILDREN SUFFERING FROM ANEMIA AND THOSE WHO ARE FREE FROM IT AT SD
NEGERI BANYUANYAR III, SURAKARTA
Niken Dwi Astuti *
Ir.Listyani Hidayati, M.Kes **
Fitriana Mustikaningrum, SGz.,MSc.***
Abstract
The nutrition evaluation held in 2009 showed that 54,7% of elementary school students in Surakarta suffered from anemia. Data taken from Banyuanyar public health all students illustrated that have low hemoglobin (Hb) which is 20,7%. The aims of study is to gate the differences between who mother’s characteristics (educational background, occupation, income and knowledge about nutrition) on children suffering anemia and without anemia at SD Negeri Banyuanyar III, Surak arta. This research is an observational with cross sectional design. The subjects of research are 265 from mothers student of elementary school grade I, II, III, IV, V and VI at SD Negeri Banyuanyar III, Surakarta. Data were collected by interview and questionnaire to figure out the mothers’ knowledge about nutrition. Mann Whitney, Chi square, and independent t-test was used to analysed statistic. Result in this research are Statistical analysis shows that there is no significant differences between educational background of mothers of children with anemia and without anemia (p=0.654). There is addition is no significant difference between occupation mothers of children with anemia and without anemia (p=0.834). There is addition is no significant difference between income of mothers of children with anemia and without (p=0.944). There is addition is no significant difference between knowledge about nutrition of mothers of children with anemia and without anemia (p=0.944). This research conclusion are Overall, there are no differences between mother’s characteristics consisting of educational background, occupation, income and knowldge about nutrition on children with anemia and without anemia at SD Negeri Banyuanyar III, Surakarta.
Keywords: anemia, mother’s characteristics, elementary school students
PENDAHULUAN Anemia merupakan salah satu
masalah gizi yang dapat diderita oleh seluruh kelompok umur
mulai bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, dewasa, dan usia lanjut
(Notoatmodjo, 2003). Riset
Kesehatan Dasar Kementerian
Kesehatan menunjukkan 40 % anak Indonesia usia 1-14 tahun menderita anemia (Riskesdas, 2007).
Penyebab atau faktor-faktor utama yang mempengaruhi terjadinya anemia diantaranya
PERBEDAAN KARAKTERISTIK IBU PADA ANAK YANG MENGALAMI ANEMIA DAN TIDAK ANEMIA DI SD NEGERI BANYUANYAR III KOTA SURAKARTA (Niken Dwi Astuti)
Faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya anemia selain dari defisiensi zat besi dan meningkatnya asupan zat besi juga dapat dipengaruhi oleh faktor lain seperti pendidikan ibu. Pendidikan ibu merupakan salah satu penyebab terjadinya anemia, karena pendidikan ibu akan berpengaruh terhadap perilaku ibu dalam pemilihan ba han makanan (Madanijah, 2004). Semakin tinggi pendidikan ibu maka semakin positif sikap ibu dalam pemilihan bahan makanan yang bergizi sehingga dapat membuat konsumsi pangan keluarganya menjadi ideal. Pendidikan ibu merupakan modal untuk meningkatkan perekonomian dan pengetahuan ibu dalam menyusun menu makanan bergizi sesuai kebutuhan tubuh (Farida, 2006). Hal ini sejalan dengan penelitian Syukri (2004), yang mengatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara status anemia anak dengan pendidikan ibu. Pendidikan merupakan suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan, dengan harapan karena adanya pesan tersebut dapat memperoleh pengetahuan yang baik.
Ibu mempunyai peran yang sangat penting dalam penyediaan makanan bagi keluarganya. Pendidikan formal ibu yang tinggi dapat mempengaruhi ibu untuk mencari pekerjaan, karena ibu yang bekerja dapat menunjang perekonomian keluarga sehingga dapat berperan dalam penyediaan makanan pada keluarganya menjadi baik sesuai dengan kualitas dan keanekaragaman makanan yang dikonsumsi oleh anaknya (Linda, 2003). Hal ini sejalan dengan penelitian Izah (2011), yang menyatakan bahwa ada hubungan pekerjaan ibu terhadap status
anemia defisiensi besi anak sekolah dasar.
Tahun 2009 hasil pengukuran status gizi menunjukkan bahwa 54,7% anak SD/MI di Kota Surakarta menderita anemia (DKK Surakarta, 2009). Menurut data Pu skesmas Banyuanyar (2012), pengukuran kadar hemoglobin (Hb) di SD Negeri Banyuanyar III didapatkan siswa/siswi yang memiliki kadar hemoglobin (Hb) rendah sebesar 20,7% dari seluruh siswa. Penyebab atau faktor utama terjadinya anemia karena defisiensi zat besi, meningkatnya asupan zat besi dan infeksi, serta masih banyak faktor tidak langsung yang dapat menyebabkan terjadinya anemia seperti status sosial, ekonomi dan faktor pendidikan yang terdapat pada karakteristik ibu (Arisman,
2009). Penelitian tentang
karakteristik ibu terhadap kejadian anemia pada anak belum pernah diteliti sebelumnya, sehingga peneliti ingin mengetahui perbedaan karakteristik ibu yang meliputi pendidikan, pekerjaan, pendapatan orang tua, dan pegetahuan gizi pada anak yang mengalami anemia dan
tidak anemia di SD Negeri
Banyuanyar III kota Surakarta.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional dengan desain crossectional. Penelitian ini
dilaksanakan di SD Negeri
Banyuanyar III Kelurahan
Banyuanyar, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta selama bulan Maret 2012 sampai dengan Juni 2013.
PERBEDAAN KARAKTERISTIK IBU PADA ANAK YANG MENGALAMI ANEMIA DAN TIDAK ANEMIA DI SD NEGERI BANYUANYAR III KOTA SURAKARTA (Niken Dwi Astuti)
mengalami anemia yang diambil menggunakan Stratified Random Sampling.
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner tentang
pengetahuan gizi ibu mengenai
anemia. Kuesioner tersebut
mengadopsi dari penelitian Setyaningsih (2008), yang digunakan untuk penelitian di kota Pekalongan dengan meneliti pengetahuan ibu dalam mencegah terjdinya anemia gizi besi pada balita . Kuesioner pengetahuan tersebut diuji validitas dan reliabilitas yang mendapatkan nilai alpha cronbach’s sebesar 0.880 jadi 0.880 = 0,6 sehingga pertanyaan yang ada didalam kuesioner ini reliabel.
Uji statistik untuk menguji perbedaan karakteristik ibu (pendidikan, pekerjaan, pendapatan keluarga, dan pengetahuan gizi) pada anak anemia dan tidak anemia. Dilakukan analisis statistik menggunakan komputer SPSS versi 17,0 untuk menguji perbedaan. Uji
statistik untuk mengetahui
normalitas data menggunakan uji
kolmogorov smirnov.
Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa karakteristik ibu pada anak yang mengalami anemia dan tidak anemia dilihat dari pendidikan ibu berdistribusi tidak normal sehingga menggunakan uji statistik mann whitney. Karakteristik ibu yang mengalami anemia dan tidak anemia dilihat dari pekerjaan ibu menggunakan uji statistik chi square. Karakteristik ibu pada anak yang mengalami anemia dan tidak anemia dilihat dari pendapatan orang tua berdistribusi tidak normal sehingga menggunakan uji statistik
mann whitney. Karakteristik ibu pada anak yang mengalami anemia dan tidak anemia dilihat dari pengetahuan gizi ibu berdistribusi normal sehingga menggunakan uji statistik independent t-test.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Ibu Berdasarkan Pendidikan, Pekerjaan, Pendapatan Orang Tua dan Pengetahuan Gizi
Pendidikan ibu sebagian besar berpendidikan lanjut yaitu sebesar 49 ibu (52.1%), sedangkan ibu yang berpendidikan dasar sebesar 45 ibu (47.9%). Pekerjaan ibu sebagian besar tidak bekerja yaitu sebesar 59 ibu (62.8%), sedangkan ibu yang bekerja sebesar 35 ibu (37.2%). Pendapatan orang tua sebagian besar lebih dari UMR yaitu sebesar 71 orang tua (75.5%), sedangkan yang dibawah UMR sebesar 23 orang tua (24.5%). Pengetahuan gizi ibu sebagian tidak baik yaitu sebesar 58 ibu (61.7%), sedangkan ibu yang pengetahuan gizinya baik sebesar 36 ibu (3 8.3%). Karakterisitk ibu berdasarkan pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan orang tua dan pengetahuan gizi ibu dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1
Distribusi Karakteristik Ibu Karakteristik Frekuen
si
%
Pendidikan ibu
Dasar 45 47.9
Lanjut 49 52.1
Total 94 100
Pekerjaan ibu
Bekerja 35 37.2
Tidak bekerja 59 62.8
Total 94 100
Pendapatan keluarga
= UMR 71 75.5
< UMR 23 24.5
Total 94 100
Pengetahuan gizi ibu
Baik 36 38.3
Tidak baik 58 61.7
PERBEDAAN KARAKTERISTIK IBU PADA ANAK YANG MENGALAMI ANEMIA DAN TIDAK ANEMIA DI SD NEGERI BANYUANYAR III KOTA SURAKARTA (Niken Dwi Astuti)
Status Anemia Siswa
Anemia dapat terjadi karena konsumsi zat besi (Fe) kurang dari kebutuhan tubuh. Zat besi tersebut merupakan elemen mikro yang esensial bagi tubuh, yang berguna untuk membantu pembentukan darah pada tubuh yang disebut hemoglobin (Notoatmodjo, 2003).
Tabel 2
Distribusi Status Anemia Anak Status anemia Frekuensi %
Anemia 47 50
Tidak Anemia 47 50
Total 94 100
Berdasarkan Tabel 2 dapat
diketahui bahwa anak yang
mengalami anemia dan tidak anemia memiliki jumlah yang sama sebanyak 47 siswa (50%).
Perbedaan Status Anemia Berdasarkan Pendidikan Ibu
Pendidikan ibu pada anak yang mengalami anemia dan tidak anemia memiliki nilai yang sama-sama tinggi, sedangkan ibu yang berpendidikan paling rendah dimiliki pada ibu dari anak yang tidak mengalami anemia dilihat dari Tabel 3.
Tabel 3
Status Anemia Berdasarkan Pendidikan Ibu
Pendidikan
Status Anemia p Anemia Tidak
Anemia Min
Max Rata-rata
SD
6 16 10.13 2.675
4 16 10.43 2.756
0.642
*Uji mann whitney
Hasil uji statistik menggunakan
uji mann whitney menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan pendidikan ibu dengan status anemia (p=0.642). Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menunjukan semakin tinggi
pendidikan ibu maka pemenuhan makanan pada keluarga dapat terpenuhi sehingga dapat terhindar dari penyakit anemia. Pernyataan tersebut membuktikan masih banyak faktor-faktor lain yang berperan untuk terjadinya anemia, walaupun ibu sangat berperan penting terhadap status kesehatan anaknya.
Faktor lain tersebut salah satunya konsumsi makan anak. Konsumsi makanan berpengaruh terhadap terjadinya anemia
seseorang. Pada anak yang
mendapatkan makanan tidak cukup baik dapat menyebabkan daya tahan tubuhnya melemah dan mudah terserang penyakit yang dapat mempengaruhi terjadinya anemia pada anak (Waryana, 2010). Pola makan pada anak sekolah yang sering menjadi masalah adalah kebiasaan makan di kantin atau warung di sekitar sekolah. Kebiasaan makan tersebut belum tentu aman dan kesehatan terjamin (Judarwanto, 2006 ).
Perbedaan Status Anemia Berdasarkan Pekerjaan Ibu
Siswa yang mengalami
anemia memiliki ibu yang bekerja sebesar 51.4%, lebih besar dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja sebesar 49.2%. Siswa yang tidak mengalami anemia memiliki ibu yang bekerja sebesar 48.6%, lebih sedikit dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja sebesar 51.8%. Pekerjaan ibu dilihat dari Tabel 4.
Tabel 4
Status Anemia Berdasarkan Pekerjaan Ibu
Pekerjaan
Status Anemia
Total p
Anemia Tidak
Anemia
N % N % N %
Bekerja 18 51.4 17 48.6 35 100
0.831 Tidak
bekerja
29 49.2 30 51.8 59 100
PERBEDAAN KARAKTERISTIK IBU PADA ANAK YANG MENGALAMI ANEMIA DAN TIDAK ANEMIA DI SD NEGERI BANYUANYAR III KOTA SURAKARTA (Niken Dwi Astuti)
Hasil analisis menggunakan uji Chi Square menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan pekerjaan ibu dengan status anemia (p=0.831). Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa Ibu yang bekerja merupakan faktor yang mempengaruhi peran mereka terhadap anaknya, karena
mereka sibuk mencari nafkah
sehingga tidak sempat memperhatikan pola makan dan makanan yang dikonsumsi oleh anaknya. Tidak adanya perbedaan ini dapat disebabkan oleh faktor lain penyebab terjadinya anemia pada
anak yaitu oleh pola
pengasuhan/pola perawatan. Pengasuhan memerlukan sejumlah kemampuan interpersonal dan mempunyai tuntutan emosional yang besar, namun kurang dipengaruhi pendidikan formal. Biasanya para orang tua mengenal dan mempelajari pengasuhan/pola asuh dari orang tua mereka masing-masing, sehingga dapat memungkinkan terjadinya perubahan metode pengasuhan yang diterapkan ayah/ibu kepada anak-anak mereka (Santrock, 2007).
Pola pengasuhan merupakan peran ibu yang sangat penting, karena dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang anak menjadi lebih
baik. Pola pengasuhan ibu
berhubungan langsung dengan keadaan gizi anak dan usaha ibu merangsang anak untuk makan dan turut menentukan volume makan pada anak (Jus'at, 2000).
Perbedaan Status Anemia Berdasarkan Pendapatan Orang Tua
Orangn tua yang yang memiliki pendapatan paling rendah sama-sama terdapat pada orang tua dari anak yang mengalami anemia dan tidak anemia. Orang tua yang berpendapatan paling tinggi dimiliki pada orang tua dari anak yang
mengalami anemia . Ini dilihat dari Tabel 5.
Tabel 5
Status Anemia Berdasarkan Pendapatan Orang Tua Pendapatan
Orang Tua
Status Anemia
p Anemia Tidak
Anemia Min
Max Rata-rata
SD
500000 5000000 1329787.23 838843.638
500000 2500000 1206382.98
450195.25 0.948
*Uji mann whitney
Hasil uji statistik menggunakan
uji mann whitney menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan pendapatan orang tua dengan status anemia (p=0.948). Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pendapatan keluarga yang meningkat menjadi peluang untuk meningkatkan pembelian pangan baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Tidak adanya perbedaan ini dapat terjadi oleh faktor lain, diantaranya anemia dapat terjadi pada waktu bayi lahir dengan berat lahir < 2500 gram, selain itu anak dengan status gizi buruk dan kurang lebih dari sepertiganya akan mengalami anemia defisiensi besi.
Faktor lain yang dapat menyebabkan anemia yaitu gaya
hidup. Gaya hidup pada era
globalisasi yang dicirikan oleh peserta perdagangan industri pengolahan makanan, jasa, dan informasi akan mengubah gaya hidup dan pola konsumsi makan
anak. Melalui rekayasa ilmu
PERBEDAAN KARAKTERISTIK IBU PADA ANAK YANG MENGALAMI ANEMIA DAN TIDAK ANEMIA DI SD NEGERI BANYUANYAR III KOTA SURAKARTA (Niken Dwi Astuti)
Perbedaan Status Anemia Berdasarkan Pendapatan Orang Tua
Pengetahuan gizi ibu yang mendapatkan nilai paling tinggi adalah ibu dari anak yang mengalami anemia. Pengetahuan gizi ibu yang mendapatkan nilai rendah adalah ibu dari anak yang tidak mengalami anemia, dilihat dari Tabel 6.
Tabel 6
Status Anemia Berdasarkan Pengetahuan Gizi Ibu Pengetahuan
Gizi
Status Anemia
p Anemia Tidak
Anemia Min
Max Rata-rata
SD
63 96 77.47 8.508
54 92 77.34
9.3
0.945
*Uji independet t-test
Hasil uji statistik menggunakan
uji independent sample t-test
menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan pengetahuan gizi dengan status anemia (p=0.945). Hal ini tidak
sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa pengetahuan merupakan dasar bagi pembinaan kebiasaan makan anak menjadi lebih baik dari sebelummnya . Tidak adanya perbedaan ini disebabkan karena pengetahuan merupakan penyebab tidak langsung penyebab anemia pada anak, masih ada faktor langsung seperti pola konsumsi, dan penyakit infeksi misalnya seperti kecacingan pada anak.
Ibrahim (2012) menyatakan bahwa, anak usia sekolah merupakan usia dimana anak masih suka bermain-main . Pada usia ini anak sering lupa menjaga kebersihan baik dari kebersihan lingkungan maupun kebersihan diri sendiri, misalnya kebersihan tangan dan kaki. Kejadian kecacingan sering terjadi pada anak-anak, karena biasanya anak-anak lupa memperhatikan pentingnya
kebersihan, misalnya pada saat mengkonsumsi makanan anak lupa mencuci tangan terlebih dahulu. Mencuci tangan dapat menurunkan risiko terjadinya kecacingan, dan sebaliknya apabila tidak mencuci tangan dapat menyebabkan terjadinya kecacingan karena telur cacing yang menempel pada tangan akan masuk ke dalam tubuh bersamaan dengan makanan yang dapat menyebabkan anak mengalami kecacingan.
Kecacingan merupakan faktor yang dapat menyebabkan anemia. Walaupun anak mengkonsumsi makanan yang memiliki kandungan gizi yang sudah me menuhi kebutuhan akan tetapi anak tersebut sudah terinfeksi cacing , maka zat gizi yang dikonsumsi tidak banyak
gunanya bagi tubuh karena
terjadinya kecacingan dapat
menyebabkan gangguan
penyerapan zat gizi ke dalam tubuh dan zat gizi tersebut terbuang
dengan percuma. Mekanisme
terjadinya anemia pada penderita yang terinfeksi cacing yaitu bahwa cacing hidup dalam saluran pencernaan dan penyerapan makanan dalam usus cacing ini hidup dengan menghisap darah penderita. Pengisapan darah ini akan mengakibatkan terjadinya pengurangan sejumlah zat besi darah yang akan berdampak pada kejadian anemia (Suhardjo,1995 dalam Ibrahim 2012).
Keterbatasan Penelitian
PERBEDAAN KARAKTERISTIK IBU PADA ANAK YANG MENGALAMI ANEMIA DAN TIDAK ANEMIA DI SD NEGERI BANYUANYAR III KOTA SURAKARTA (Niken Dwi Astuti)
penyakit infeksi (kecacingan), menstruasi pada anak perempuan, BBLR dan pola konsumsi anak yang tidak diteliti sehingga tidak dapat mengetahui tingkat konsumsi anak.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pendidikan ibu sebagian lanjut yaitu sebesar 49 ibu (52.1%), sedangkan ibu yang pendidikan dasar sebesar 45 ibu (47.9%) 2. Pekerjaan ibu sebagian besar
tidak bekerja yaitu sebesar 59 ibu (62.8 %), sedangkan ibu yang bekerja sebesar 35 ibu (37.2%). 3. Pendapatan orang tua sebagian
besar lebih dari sama dengan dari UMR (Rp 864.000,-) yaitu sebesar 71 orang tua (75.5%), sedangkan pendapatan keluarga yang kurang dari UMR (Rp 864.000,-) sebesar 23 orang tua (24.5%)
4. Pengetahuan gizi ibu sebagian tidak baik yaitu sebesar 58 ibu (61.7 %), sedangkan ibu yang pengetahuan gizinya baik sebesar 36 ibu (38.3%).
5. Anak yang mengalami anemia dan tidak anemia memiliki jumlah yang sama sebanyak 47 siswa (50%).
6. Tidak ada perbedaan pendidikan ibu dengan status anemia pada anak yang mengalami anemia dan tidak anemia di Sekolah SD banyuanyar III Kota Surakarta (p=0.642)
7. Tidak ada perbedaan pekerjaan ibu dengan status anemia pada anak yang mengalami anemia dan tidak anemia di Sekolah SD banyuanyar III Kota Surakarta (p=0.831)
8. Tidak ada perbedaan pendapatan orang tua dengan status anemia pada anak yang mengalami anemia dan tidak anemia di Sekolah SD banyuanyar III Kota Surakarta (p=0 .948).
9. Tidak ada perbedaan
pengetahuan gizi ibu dengan status anemia pada anak yang mengalami anemia dan tidak
anemia di Sekolah SD
banyuanyar III Kota Surakarta (p=0.945).
Saran
Hasil kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan karakteristik ibu terhadap anak yang mengalami anemia dan tidak anemia, sehingga perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut mengenai faktor-faktor penyebab terjadinya anemia pada anak, yaitu mengenai terjadinya anemia dengan pola konsumsi anak, penyakit infeksi (kecacingan), menstruasi pada anak perempuan, BBLR, pola asuh ibu, sikap dan perilaku ibu, tradisi dan keadaan lingkungan .
DAFTAR PUSTAKA
Arisman, MB. 2009. Gizi dalam Daur Kehidupan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Dinas Kesehatan kota Surakarta. 2009. PMT anak sekolah kota Surakarta 2010.
Diakses: 17 April 2012, ditelusuri dalam
http://jatengprov.go.id/?docu ment_srl=5030 .
Farida, Ida. 2007. Determinan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Di Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus Tahun 2006. Tesis Program Studi Magister Gizi Masyarakat Pascasarjana UNDIP. Semarang.
PERBEDAAN KARAKTERISTIK IBU PADA ANAK YANG MENGALAMI ANEMIA DAN TIDAK ANEMIA DI SD NEGERI BANYUANYAR III KOTA SURAKARTA (Niken Dwi Astuti)
Pemukiman Kumuh Kota Makassar. FIK UIN Makassar.
Izah, SN. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Anemia Defisiensi Besi Anak Sekolah Kelas V Dan VI Di MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur Tangerang Selatan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Judarwanto, W. 2006. Antisipasi Perilaku Anak Sekolah. Di akses: 10 Oktober 2009. http// www.gizi.net.
Jus’at, I., Abas, B. J., Endang, L., Heidi, S.A.P., dan Soekirman. 2000. Penyimpangan Positif Masalah KEP Di Jakarta Utara Dan Di Pedesaan Kabupaten Bogor Jawa Barat. Prosiding Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi VII. LIPI.
Linda, Nofa . 2003. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Anemia Gizi Anak Pada Anak SD/MI Kelas V Dan VI Di 7 Desa Miskin Kabupaten Bogor Tahun 2002. FKM UI. Jakarta
Madanijah, S. 2004. Pola Konsumsi Pangan Pengantar Pangan dan Gizi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Notoatmodjo , S. 2003. Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2007. Laporan Provinsi Jawa Tengah Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia Desember 2008.
Santrock, J. W. 2007. Child
Development. Eleventh Edition (Terjemahan : Mila Rahmawati dan Anna Kuswanti). Jakarta : Penerbit Erlangga.
Setyaningsih, S. 2008. Pengaruh Interaksi, Pengetahuan dan Sikap terhadap Praktek Ibu dalam Pencegahan Anemia Gizi Besi Balita di Kota Pekalongan. UNDIP diakses tanggal 19 April 2012.
Syukri, S. 2004. Status Anemia dan Faktor-Faktor yang Berhubungan Pada Anak SD Kelas 2 di Kecamatan Batu Ceper dan Neglasari Kota Tangerang. Tesis Universitas Indonesia. Jakarta.
UPT Puskesmas Banyuanyar. 2011.
Pemantauan Status Gizi Anak SD. Banyuanyar. Surakarta.
Waryana. 2010. Gizi Reproduksi. Pustaka Riharna. Yogjakarta.
* Niken Dwi Astuti: Mahasiswa S1 Gizi Transfer FIK UMS. Jln A Yani Tromol Post 1 Kartasura.
**Ir. Listyani Hidayati, M.Kes: Dosen Gizi FIK UMS. Jln A Yani Tromol Post 1 Kartasura.