BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Konsep Supply Chain
Supply chainadalah jaringan instansi-instansi yang secara bersama-sama
bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir (end user). Instansi-instansi tersebut biasanya termasuk supplier, instansi,
distributor, toko atau ritel, serta instansi-instansi pendukung seperti instansi jasa
logistik. ( Pujawan, 2005).
supplier manufacturer distributor Ritel/toko consumer
Finansial : invoice, term pembayaran
Material : bahan baku, komponen, produk jadi
Informasi : kapasitas, status pengiriman, quotation
Finansial : pembayaran
Material : retur, recycle,repair
Informasi : order, ramalan
Gambar 3.1. Simplifikasi Model Supply Chain dan 3 Macam Aliran yang
Dikelola
3.1.1. Supply Chain Management (SCM)
Istilah SCM pertama kali dikemukakan oleh Oliver & Weber pada tahun 1982 (cf. Oliver & Weber, 1982; Lambert et al. 1998). Filosofi SCM menekankan perlu adanya koordinasi dan kalaborasi yang baik antar fungsi organisasi pada suatu supply chain. Hal ini memperlihatkan pentingnya sistem pengukuran kinerja yang terintegrasi, bukan hanya pengukuran kinerja didalam suatu organisasi tetapi juga antar pelaku sepanjang supply chain.
3.1.2. Pengukuran Performansi Supply Chain
Berdasarkan kedua pengertian diatas, didapatkan bahwa performansi menggambarkan segala pencapaian perusahaan organisasi dikarenakan performansi memiliki peranan yang sangat penting, maka pengukuran performansi merupakan hal mutlak yang dibutuhkan perusahaan dimana hasil pengukuran performansi ini dapat dijadikan tolak ukur penilaian keberhasilan suatu perusahaan/organisasi.
Pengukuran kinerja atau performansi sangat penting bagi manajeman rantai pasok. Pengukuran yang tidak efektif tidak akan pernah mengungkapkan penyesuaian apa yang diperlukan dalam rantai pasok. kerja sama yang efektif antara pemasok dan pelanggan untuk melancarkan rantai pasok adalah proses interaktif. Hal ini berarti bahwa bagaimana pengukuran kinerja dilakukan sangat penting dan merupakan proses yang berkelanjutan. (Dornier, 1998)
3.2. Supply Chain Operations Reference (SCOR)
3.2.1. Pengertian Supply Chain Operations Reference (SCOR)
Menurut Poluha (2003) Supply Chain Operations Reference
(SCOR)adalah model proses referensi yang sudahdikembangkan dan didukung Supply Chain Council (SCC) sebagaistandar de fakto alat diagnostik lintas industri bagi manajemen rantaipasokan. SCOR memungkinkan pemakai untuk mengerjakan,memajukan, dan memberitahukan kenyataan dalam manajemen rantaipasokan dan diantara semua pihak yang berkepentingan.
1. Semua interaksi dengan pelanggan sejak pamasukan pesanan (order entry) sampai pembayaran.
2. Semua transaksi produk (bahan baku, barang jadi dan/atau jasa), termasuk peralatan, suku cadang software dan lain-lain.
3. Semua interaksi dengan pasar sejak memahami permintaan agregat sampai pemenuhan pesanan.
3.2.2. Cakupan Proses pada Model SCOR
SCOR adalah suatu model acuan dari operasi supply chain. SCOR pada dasarnya juga merupakan model yang berdasarkan proses. Model ini mengintegrasikan tiga elemen utama dalam manajemen yaitu business process
reengineering, benchmarking, dan process measurement kedalam kerangka lintas
fungsi dalam supply chain. Ketiga elemen tersebut memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Business process reengineering pada hakekatnya menangkap proses kompleks yang terjadi saat ini (as is) dan mendefinisikan proses yang diinginkan (to be). b. Benchmarking adalah kegiatan untuk mendapatkan data kinerja operasional dari
perusahaan sejenis. Target internal kemudian ditentukan berdasarkan kinerja
best in class yang diperoleh.
Sumber : Supply Chain Council
Gambar 3.2. Lima Proses Inti Pada Model SCOR
Seperti yang terlihat pada gambar 3.2. SCOR membagi proses-proses supply
chain menjadi lima proses inti yaitu plan, source, make, deliver, dan return.
Kelima proses berfungsi sebagai yang diuraikan berikut :
a. Plan, yaitu proses yang menyeimbangkan permintaan dan pasokan untuk
menentukan tindakan terbaik dalam memenuhi kebutuhan pengadaan, produksi, dan pengiriman. Plan mencakup proses menaksir kebutuhan distribusi, perencanaan dan pengendalian persediaan, perencanaan produksi, perencanaan material, perencanaan kapasitas, dan melakukan penyesuaian (alignment) supply chainplan dengan financial plan.
b. Source, yaitu proses pengadaan barang maupun jasa untuk memenuhi
permintaan. Proses yang dicakup termasuk penjadwalan pengiriman dari
supplier, menerima, mengecek, dan memberikan otorisasi pembayaran untuk
c. Make, yaitu proses untuk mentransformasi bahan baku/komponen menjadi
prosuk yang diinginkan pelanggan. Kegiatan make atau produksi bisa dilakukan atas dasar ramalan untuk memenuhi target stok (make to stock), atas dasar pesanan (make to order), atau engineer to order. Proses yang terlibat disini antara lain penjadwalan produksi, melakukan kegiatan produksi dan melakukan pengetesan kualitas, mengelola barang setengah jadi (work in
process), memelihara fasilitas produksi , dan sebagainya.
d. Deliver, merupakan proses memenuhi permintaan terhadap barang maupun
jasa. Biasanya meliputi order management, transfortasi, dan distribusi. Proses yang terlibat diantaranya adalah menangani pesanan dari pelanggan, memilih perusahaan jasa pengiriman, menangani kegiatan pergudangan produk jadi, dan mengirim tagihan ke pelanggan.
e. Return, yaitu proses pengembalian atau menerima pengembalian produk
karena berbagai alasan. Kegiatan yang terlibat anatara lain identifikasi kondisi produk, meminta otorisasi pengembalian cacat, penjadwalan pengembalian, dan melakukan pengembalian. Post-delivery custumer support juga merupakan bagian dari proses return.
Model SCOR meliputi tiga level proses. Ketiga level tersebut menunjukkan bahwa SCOR melakukan penguraian atau dekomposisi proses dari yang umum ke yang detail. Model penguraian proses dikembangkan untuk mengarahkan pada satu bentuk khusus dari elemen-elemen proses. Pada level 1 dinamakan dengan
Top level (tipe proses) mendefinisikan cakupan untuk lima proses manajemen inti
perusahaan, dan bagaimana kinerja mereka terukur. Pada kelima proses tersebut dimunculkan setiap aspek yang akan diukur, yaitu reliability, responsiveness,
flexibility, cost, dan assets. Dari masing-masing aspek terdapat matriks-matriks
pengukuran yang akan diukur. Contoh matriks tersebut adalah sebagai berikut: 1. Aspek Reliability
a. Delivery performance, yaitu jumlah produk yang diterima tepat waktu. b. Inventory inaccurancy, yaitu besarnya penyimpangan antara jumlah fisik
persediaan yang ada di gudang dengan catatan atau dokumentasi yang ada. c. Defect rate, yaitu tingkat pengembalian material cacat yang dikembalikan
ke supplier.
2. Aspek Responsiveness
a. Planning cycle time, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menyusun jadwal produksi.
b. Source item responsiveness, yaitu waktu yang dibutuhkan supplier untuk memenuhi kebutuhan perusahaan apabila terjadi peningkatan jumlah jenis material tertentu dari permintaan awal suatu order.
3. Aspek Agility
a. Minimum order quantity, yaitu unit minimum yang bisa dipenuhi supplier dalam setiap kali order.
b. Make volume flexibility, yaitu persentase peningkatan yang dapat dipenuhi oleh produksi dalam kurun waktu tertentu.
4. Aspek Cost
b. Machine maintenance cost, yaitu biaya perawatan mesin-mesin industri. 5. Aspek Assets
a. Payment term, yaitu rata-rata selisih waktu antara permintaan material dengan waktu pembayaran ke supplier.
b. Cash-to-cash time, yaitu waktu dari perusahaan mengeluarkan uang untuk pembelian material sampai dengan perusahaan menerima uang pembayaran dari konsumen.
3.3. Teknik Sampling
Untuk tahap pengumpulan data suatu penelitian, diperlukan proses sampling terhadap data yang dibutuhkan. Terdapat dua metode teknik sampling yang umum digunakan dalam suatu penelitian yaitu: metode probabilistik dan metode non
probabilistic (Sinulingga,2013)
3.3.1. Probability Sampling
Dalam probabilitysampling, setiap elemen dari populasi diberi kesempatan untuk ditarik menjadi anggota dari sampel. Probabilitysampling terdiri dari: 1. Simple Random Sampling
Dalam simplerandomsampling yang sering juga disebut unrestricted
probability sampling, setiap elemen dari populasi mempunyai kesempatan atau
2. Systematic Sampling
Systematicsampling adalah suatu metode pengambilan sampel dari populasi
dengan cara menarik elemen setiap kelipatan ke n dari populasi tersebut mulai dari urutan yang dipilih secara random diantara nomor 1 hingga n.
3. Stratified Random Sampling
Penarikan sampel menurut metode stratified random sampling merupakan perluasan sekaligus mengatasi kelemahan dari metode simplerandomsampling. Pada metode stratified random sampling, strata elemen dalam populasi mendapat perhatian sehingga populasi dibagi sesuai dengan strata yang ada. 4. Cluster Sampling
Prosedur penarikan sampel dengan metode clustersampling terdiri dari dua tahap. Tahap pertama, pemilihan cluster dilakukan secara random. Tahap kedua, terhadap setiap cluster yang terpilih dilakukan penarikan elemen untuk menjadi anggota sampel.
5. Area Sampling
Areasampling sangat mirip bahkan sering digabung dalam cluster sampling.
3.3.2. Nonprobability Sampling
Berbeda halnya dengan probability sampling, pada non-probability
sampling, setiap elemen populasi yang akan ditarik menjadi anggota sampel tidak
berdasarkan probabilitas yang melekat pada setiap elemen tetapi berdasarkan karakteristik khusus masing-masing elemen.Beberapa model dari metode
sampling yang non-probabilistik ini antara lain:
1. Convenience Sampling
Seperti disebutkan oleh namanya, convenience sampling adalah suatu metode
sampling dimana para respondennya adalah orang-orang yang secara suka rela
menawarkan diri (conveniencely available) dengan alasan masing-masing. 2. Purposive Sampling
Purposive sampling adalah metode samplingnon-probability yang menggunakan orang-orang tertentu sebagai sumber data/informasi. Orang-orang tertentu yang dimaksud di sini adalah individu atau kelompok yang karena pengetahuan, pengalaman, jabatan, dan lain-lain yang dimilkinya menjadikan individu atau kelompok tersebut perlu dijadikan sumber informasi. Individu atau kelompok khusus ini langsung dicatat namanya sebagai responden tapa melalui proses seleksi secara random. Biasanya jumlah responden dalam purposive sampling sangat terbatas. Purposive sampling dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu judgement sampling dan
quotasampling. Judgement sampling adalah suatu tipe pertama
purposivesampling dimana responden terlebih dahulu dipilih berdasarkan
orang-orang lain dalam memberikan data dan informasi yang bersifat khusus yang dibutuhkan peneliti. Quotasampling adalah tipe kedua purposive
sampling, dimana kelompok-kelompok tertentu dijadikan responden (sumber
data/informasi) untuk memenuhi kuota yang telah ditetapkan. Pada umumnya, sejak awal penelitian kuota telah ditetapkan untuk masing-masing kelompok berdasarkan gambaran (persentase/proporsi kelompok) dalam populasi.
3.4. AHP (Analytical Hierarchy Process)
Dalam memecahkan persoalan dengan analisis logika eksplisit ada tiga prinsip: prinsip menyusun hirarki, prinsip menetapkan prioritas, dan prinsip konsistensi logis. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tentinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut.
Manfaat dari penggunaan Analytical Hierarchy Process (AHP) antara lain yaitu:
1. Memadukan intuisi pemikiran, perasaan dan penginderaan dalam menganalisis pengambilan keputusan.
2. Memperhitungkan konsistensi dari penilaian yang telah dilakukan dalam membandingkan faktor-faktor yang ada.
3. Memudahkan pengukuran dalam elemen. 4. Memungkinkan perencanaan ke depan.
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan
2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan kriteria-kriteria dan alternaif-alternatif pilihan yang ingin di ranking. 3. Membentuk matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan
kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing—masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan atau judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.
4. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di dalam matriks yang berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom.
5. Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data (preferensi) perlu diulangi. Nilai eigen vector yang dimaksud adalah nilai eigen vector maximum yang diperoleh dengan menggunakan matlab maupun dengan manual.
6. Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
7. Menghitung eigen vector dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai
eigen vector merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensintesis
pilihan dalam penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan.
Pada AHP, ditetapkan skala kuantitatif 1 sampai 9 untuk menilai perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen terhadap elemen lainnya. Skala penilaian tersebut akan dijelaskan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan
Intensitas
kepeningan Keterangan Penjelasan
1 Kedua elemen sama penting Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting
Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen disbanding elemen lainnya
5 Elemen yang satu lebih penting
Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan elemen lainnya
7 Elemen yang satu jelas lebih penting
Satu elemen kuat disokong dan dominan terlihat dalam praktek
9 Elemen yang satu mutlak lebih penting
Bukti yangmendukung elemen yang satu terhadap elemen yang lainnya memiliki tingkat penegasan tertinggi yang
mungkin menguatkan 2,4,6,8 Nilai antara dua nilai
pertimbangan yang berdekatan
Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara dua pilihan Kebalikan
(1/3,1/5,..)
Jika untuk aktivitas I mendapat satu angka disbanding dengan aktivitas j, maka aktivitas j mempunyai nilai kebalikan
Sumber: Marimin, 2010 (dalam Fitrianto, 2013)
Pengukuran konsistensi AHP dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1. Tahap pengukuran konsistensi setiap matriks perbandingan
Pengukuran ini didasarkan pada eigen value maksimum, dengan persamaan 2-1 dan 2-2.
Consistency Index (CI) = (λmax – n ) / ( n – 1) (2-1)
dimana:
λmax : Nilai rata-rata consistency vector
matriks tersebut konsisten
Consistency Ratio (CR) = CI / RI (2-2) dimana:
RI : random index
Tabel 3.2 Random Index untuk Beberapa Ukuran Matriks
Ukuran
matriks 1,2 3 4 5 6 7 8 9 10
RI 0,0 0,58 0,9 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 Sumber: Marimin, 2010 (dalam Fitrianto, 2013)
Batasan diterimanya konsistensi sebenarnya tidak baku, hanya menurut beberapa eksperimen, inkonsistensi 10% ke bawah adalah tingkat inkonsistensi yang bisa diterima.
2. Tahap mengukur konsistensi seluruh hierarki, pada persamaan 2-3.
CRH = CIH / RIH (2-3)
dimana:
CRH: consistency ratio hierarchy CIH : consistency index hierarchy RIH : random ratio hierarchy
3.5. Objective Matrix (OMAX)
2. Mudah dilaksanakan dan tak memerlukan keahlian khusus. 3. Datanya mudah diperoleh.
4. Lebih fleksibel, tergantung pada masalah yang dihadapi
5. Kemampuan untuk menormalisasi satuan-satuan dari spesifikasi pengukuran yang berbeda.
6. Orientasi keluaran dibandingkan secara sederhana dengan aktivitas pengukuran.
Adapun skema penilaian berdasarkan model OMAX dapat ditunjukkan pada Gambar 3.4. Berdasarkan Gambar 3.4, terdapat tiga bagian pada skema penilaian dengan model OMAX yaitu Defining, Quantifying, dan Monitoring.
Gambar 3.3 Skema Penilaian Berdasarkan Model OMAX Sumber: Rigss (1986)
merupakan hasil pencapaian kinerja perusahaan pada masing-masing KPI tersebut.
2. Bagian B, merupakan bagian Quantifying. Pada tahap pengukuran ini ditentukan pembagian level dari pencapaian kinerja.
3. Bagian C, merupakan bagian Monitoring sebagai analisis terhadap level,
weight, dan value untuk masing-masing KPI. Baris level atau score diisikan
sesuai denganposisi level pencapaian KPI yang telah ditentukan pada bagian B. Baris weight diisisesuai dengan bobot masing-masing KPI. Sedangkan baris
value merupakan hasilpenilaian atau pengalian antara baris level dengan baris
bobot masing-masing KPI.
Index merupakan hasil penjumlahan seluruh nilai value dari setiap kriteria yang menyatakan indikator pencapaian kinerja perusahaan. Peningkatan kinerja dapat ditentukan dari besarnya kenaikan indikator pencapaian bila dibandingkan dengan pengukuran periode sebelumnya.
Menurut Christopher dan Thor (2003), langkah-langkah untuk menyusun model OMAX adalah sebagai berikut (dalam Hanungrani, 2013):
1. Identifikasi kriteria-kriteria mayor dan model atau rumusan pengukuran yangsesuai untuk kriteria tersebut.
2. Bila target dirasa sulit untuk dicapai damn merupakan nilai optimis diletakkan pada level 10 dan realisasi tahun sebelumnya diletakkan di level 3, nilai pesimis diletakkan pada level 0.
4. Menggunakan skala linear, jenjang pencapaian tujuan yang akan ditentukan dan diisikan dalam tingkatan antara tiga sampai dengan sepuluh. Adapun perhitungan skala linear dapat ditunjukkan pada persamaan 2-4.
∆XL-H =
YH−YL XH−XL
(2-4) dengan:
∆XL-H = interval antara level high dengan low
XH = level high XL = level low
YH = angka pada level high YL = angka pada level low
5. Dikarenakan beberapa kriteria lebih penting dibandingkan dengan kriteria lainnya, pembobotan dilakukan untuk tiap parameter kinerja yang jumlahnya secara keseluruhan adalah 1.
6. Pada setiap penutupan periode pengukuran, hasil aktual untuk setiap kriteria atau parameter kinerja dihitung dan ditempatkan pada baris “performance”. 7. Pada baris level diisi dengan hasil asosiasi “performance” dengan tingkat atau
level dari nol hingga 10.
8. Setiap level dikalikan dengan bobot setiap kriteria untuk mendapatkan nilai “value”.
3.6. Traffic Light System
Menurut Kardi (1999), Traffic Light System berhubungan erat dengan
scoring system. Traffic Light System berfungsi sebagai tanda apakah score KPI
memerlukansuatu perbaikan atau tidak. Indikator dari Traffic Light System ini direpesentasikandengan beberapa warna berikut (dalam Hanungrani, 2013): 1. Warna hijau, achievement dari suatu indikator kinerja sudah tercapai. 2. Warna kuning, achievement dari suatu indikator kinerja belum tercapai
meskipun nilai sudah mendekati target. Jadi pihak manajemen harus berhati-hati dengan adanya berbagai macam kemungkinan.
3. Warna merah, achievement dari suatu indikator kinerja benar-benar di bawah target yang telah ditetapkan dan memerlukan perbaikan dengan segera.
3.7. Key Performance Indicators (KPI)
Key Performance Indicators (KPI) dapat diartikan sebagai indikator yang
akan memberikan informasi sejauh mana kita telah berhasil mewujudkan sasara strategis yang telah ditetapkan. Dalam menyusun KPI sebeaiknya menetapkan indikator kinerja yang jelas, spesifik dan terukur (measurable). KPI sering digunakan untuk menilai aktivitas-aktivitas seperti keuntungan pengembangan kepemimpinan, perjanjian, layanan, kepuasan (Drucker, 2002)
pengukuran tersebut. Hindari pengukuran yang berlebihan tanf tidak banyak memberikan nilai tambah.
KPI umumnya dikaitkan dengan strategi organisasi yang contohnya diterapkan oleh teknik-teknik SCOR dan Balance Scorecard. KPI bebrebda tergantung sifat dan strategi organisasi. KPI merupakan bagian kunci suatu sasaran terukr yang terdiri dari arahan, KPI, tolak ukur, target, serta kerangka waktu.
3.8. Klasifikasi Karakteristik Pencapaian Kualitas
Karakteristik kualitas (variable respons) adalah suatu obyek yang menarik dari suatu produk atau proses. Secara umum setiap karakteristik kualitas memiliki suatu target. Ada lima karakteristik kualitas yang dikelompokkan berdasarkan nilai targetnya yaitu (Belavendram, 1995):
1. Nominal-the-best
Karakteristik nominal-the-best adalah pengukuran karakteristik dengan nilai target yang spesifik yang ditentukan oleh pengguna (user-defined).
2. Smaller-the-best
Karakteistik smaller-the-better adalah pengukuran karakteristik yang
non-negative dimana target idealnya adalah nol.
3. Larger-the-best
Karakteristik larger-the-better adalah pengukuran karakteristik yang
non-negative dimana target idealnya adalah tak terbatas atau ∞.
Karakteristik signed-target adalah pengukuran karakteristik dimana target idealnya adalah nol. Signed target berbeda dengan smalle-the-bettersebab pada
signed target dipebolehnya memiliki nilai yang negatif.
5. Classified attribute
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan diPT. Indah Kiat Pulp and Paper – Perawang yang bergerak dalam bidang produksi pulp dan kertas. Perusahaan ini berlokasi di Jl. Raya Minas – Perawang KM. 26 Desa Pinang Sebatang, Kecamatan Tualang Kabupaten Siak, Pekanbaru, Riau, Indonesia Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari - Maret 2016.
4.2. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang
bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematik, faktual, dan akurat tentang
fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek atau populasi tertentu (Sinulingga, 2011). Penelitian
ini dilakukan dalam rangka mencari dan mengumpulkan sejumlah data untuk
memperoleh gambaran fakta-fakta yang jelas tentang berbagai keadaan dan situasi
yang ada dalam perusahaan.
4.3. Objek Penelitian
4.4. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2001). Populasi dalam penelitian ini yang akan menjadi responden dalam pengumpulan adalah
General Managerserta staf-staf perusahaan yang memahami tentang kondisi supply chain perusahaan sesuai dengan pendekatan model SCOR yaitu plan, source, make, deliver dan return.Pengelompokan responden dapat dilihat pada
Tabel 4.1. berikut.
Tebel 4.1. Pengelompokan Responden Berdasarkan Jabatan
NO Responden Jumlah
(Orang)
1. Manager PPIC 1
2. Managerpurchasing 1
3. Manager produksi 1
4. Manager technical marketing & sales 1
Total 4
Teknik penentuan responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah
judgement sampling.Responden dipilih berdasarkan pertimbangan karena
kemampuan atau kelebihannya antara orang-orang lain dalam memberikan data dan informasi yang bersifat khusus yang dibutuhkan peneliti.
4.5. Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
Variabel Independenmerupakan variabel yang perubahannya tidak tergantung pada variabel lain. Adapun variabel bebas pada penelitian ini yaitu lima proses inti model SCOR yaitu plan, source, make, deliver dan return
2. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah ukuran kinerja supply chain perusahaan
3. Variabel Penghubung
variabel pengubung adalah variabel yang menjembatani pengaruh suatu variabel independen dengan variabel dependen. Variabel penghubung pada penelitian ini adalah penentuan key performance indicator yang sesuai.
4.6. Kerangka Berpikir Penelitian
Penelitian dapat dilaksanakan apabila tersedia sebuah perancangan kerangka berpikir yang baik sehingga langkah-langkah penelitian lebih sistematis. Kerangka berpikir inilah yang merupakan landasan awal dalam melaksanakan penelitian. Kerangka berfikir dimulai dari pendekatan model SCOR dengan lima perspektif yaitu plan, source, make, deliver dan return. Dari kelima perspektif ditentukan masing-masing key performance indicator(KPI). Selanjutnya setiap KPI akan dilakukan pembobotan dengan menggunakan metode Analytical
Hierarchy Process(AHP) dan scoring system dengan metode Objective Matrix
(OMAX) untuk mengetahui performansi supply chain perusahaan.
Lima proses inti model SCOR yaitu
plan, source, make deliver dan return
Penentuan key
performance indicator yang sesuai
Performansi
supply chain
Gambar 4.1. Kerangka Berpikir Penelitian
4.7. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan ada dua jenis yaitu: 1. Data primer
Data primer adalah secara langsung diambil dari objek penelitian oleh peneliti peerorangan maupun organisasi diantaranya adalah hasil pengamatan, hasil pengukuran, dan hasil wawancara terhadap pihak terkait. Adapun data primer yang dibutuhkan adalah data supply chain perusahaan.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat tidak langsung dari objek penelitian. Biasanya data sekunder berupa dokumen, file, arsip, atau catatan-catatan perusahaan. Adapun data sekunder yang dibutuhkan adalah:
a. Data profil perusahaan b. Data peramalan permintaan
c. Data permintaan aktual
4.8. Langkah-Langkah Penelitian
Langkah-langkah penelitian yang dilakukan terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap pendahuluan, tahap pengumpulan dan pengolahan data, dan tahap analisis pemecahan masalah dan kesimpulan dan saran.
4.8.1. Tahap Pendahuluan
Pada tahap pendahuluan, langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Studi lapangan
Langkah awal yang perlu dilakukan adalah melakukan pengamatan awal untukmendapatkan gambaran dari kondisi sebenarnya obyek yang akan diteliti. Hal iniakan sangat bermanfaat bagi peneliti karena dapat memberikan gambaran yang jelas tentang obyek penelitiannya. Dari hasil studi lapangan ini peneliti dapat mengetahui permasalahan yang terjadi pada perusahaan tersebut. 2. Studi literatur
Studi literatur digunakan untuk mempelajari teori dan ilmu pengetahuan yangberhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti. Sumber literatur berasal daribuku, jurnal, serta studi terhadap penelitian terdahulu dengan topik utama dalam penelitian ini yakni pengukuran kinerja supply chain. Sumber literatur diperoleh dari perpustakaan, perusahaan, dan internet.
3. Identifikasi masalah
dilakukan dengantujuan untuk mencari penyebab timbulnya masalah dan kemudian mencari permasalahan yang terjadi.
4. Perumusan masalah
Setelah mengidentifikasi masalah, tahap selanjutnya adalah merumuskan masalahsesuai dengan kenyataan di lapangan. Perumusan masalah merupakan rincian dari permasalahan yang dikaji dan nantinya akan menunjukkan tujuan dari penelitian.
5. Penentuan tujuan penelitian
Tujuan penelitian ditentukan berdasarkan perumusan masalah yang telah dijabarkansebelumnya. Hal ini ditujukan untuk menentukan batasan-batasan dalam pengolahan dan analisis hasil pengukuran selanjutnya.
4.8.2. Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data
Pada tahap pengumpulan dan pengolahan data langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data
2. Pengolahan Data
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data adalah sebagai berikut:
a. Dekomposisi proses SCOR.
SCOR meliputi tiga level proses, dimana ketiga level tersebut menunjukkanbahwa SCOR melakukan penguraian atau dekomposisi proses dari yang umumke yang detail sehingga mendapatkan KPI perusahaan yang akan diukur kinerjanya. KPI yang dirancang dengan pendekatan SCOR adalah berdasarkan perspektif utama supply chain yakni
plan, source, make, delivery, dan return. KPI inilah yang akan menjadi
indikator keberhasilan performansi supply chainperusahaan. b. Validasi KPI (Key Perormance Indicator)
Setelah KPI ditentukan kemudian dilakuakan validasi terhadap KPI tersebut apakah benar-benar mempresentasikan performansi supply chain perusahaan.
c. Membuat dan memberikan pembobotan terhadap hirarki KPI level 1, 2, dan 3 dengan metode AHP.
didapat dari kondisi atau data real perusahaan yang disesuaikan dengan masing-masing KPI. Hasil pencapaian perusahaan tersebut kemudian dibandingkan dengan target perusahaan.
d. Scoring system dengan metode OMAX.
Perhitungan skor pencapaian performansi perusahaan dengan menggunakan metode OMAX. OMAX berfungsi untuk menyamakan skala nilai dari masing-masing indikator KPI.
e. Evaluasi kinerja supply chain perusahaan dengan traffic light system. Dari scoring system yang dilakukan dengan metode OMAX lalu dilakukan evaluasi terhadap hasil pencapaian perusahaan apakah sudah mencapai target perusahaan dari masing-masing KPI. Daritraffic light system ini dapat diketahui apakah nilai skor dari KPI tersebut perlu diperbaiki atau tidak.
f. Rekomendasi perbaikan.
Rekomendasi perbaikan dilakukan terhadap indikator yang masih memerlukan perbaikan. Rekomendasi ini dilakukan berdasarkan analisa dari hasil KPI berupa tindakan perbaikan yang dapat diimplementasikan pada perusahaan.
4.8.3 Analisis Pemecahan Masalah dan Kesimpulan dan Saran
1. Analisis Pemecahan Masalah
Hasil dan pembahasan yang dilakukan terhadap hasil pengolahan data adalah menganalisa hasil dari penerapan lima proses inti pada supply chain dengan menganalisa hasil dari scoring system yang menggunakan metode OMAX. Untuk pembobotan indikator performansi akan dilakukan dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil tersebut menunjukkan rekapan nilai pencapaian kinerja pada masing-masing KPI, dimana pencapaian kinerja tersebutakan masuk dalam tiga kategori warna
traffic light system. Untuk kategori warna hijau menunjukkan bahwa indikator
kinerja sudah memenuhi target. Sedangkan kategori warna kuning menunjukkan bahwa indikator kinerja belum tercapai tetapi sudah mendekati target dan sudah mencapai target minimum. Akan tetapi, indikator tersebut tetap harus mendapatkan perhatian dari pihak manajemen untuk mengantisipasi agar kinerjanya tidak menurun. Dan untuk KPI berkategori warna merah adalah KPI yang jauh dari pencapaian target, sehingga KPI-KPI ini memerlukan perhatian dan penanganan serius dari pihak manajemen.
2. Kesimpulan dan Saran
4.9. Block Diagram Metode Penelitian
Block diagrampenelitian yang dapat dilihat pada Gambar 4.2.
MULAI
Studi Pendahuluan
1. Kondisi Perusahaan 2. Mekanisme distribusi 3. Informasi pendukung 4. Masalah-masalah
Studi Literatur
1. Teori Buku
2. Referensi Jurnal Penelitian 3. Langkah-langkah
penyelesaian
Identifikasi Masalah
Bagaimana meningkatkan performansi supply chain di PT. IKPP
Pengolahan Data
1. Melakukan dekomposisi model SCOR 2. Validasi dan verifikasi KPI (Key
Performance Indicator)
4. Perhitungan bobot kriteria dengan AHP
5. Perhitungan score kinerja dengan OMAX dan Traffic Light System
Analisis Pemecahan Masalah
Analisis penyebab rendahnya performansi supply chain perusahaan
Kesimpulan dan Saran
SELESAI
Data Primer Data Sekunder
[image:41.595.132.491.169.760.2]Pengumpulan Data
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1 Pengumpulan Data
5.1.1 Klasifikasi Aktivitas Supply Chain
Klasifikasi aktivitas supply chain dilakukan berdasarkan pendekatan model Supply Chain Operation Reference (SCOR) dengan melibatkan lima perspektif supply chain yaitu plan, source, make, deliver, dan return yang akan digunakan untuk mengidentifikasi key performansi indikatoryang ada pada masing-masing perspektif.
Aktivitas supply chain pada kelima perspektif diatas dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Plan
Perspektif plan mencakup proses perencanaan sebelum proses produksi berlangsung yaitu kebutuhan bahan baku yang dibutuhkan untuk memproduksi produk sesuai dengan permintaan, perencanaan dan pengendalian persediaaan, perencanaan material, perencanaan kapasitas serta melakukan penyesuaian
(alignment) supply chain plan dengan financial plan. Hal ini bertujuan untuk
mencapai hasil yang maksimal, meminamilisir costserta menjalankan proses produksi yang efektif dan efesien.
2. Source
mengecek, dan memberikan otorisasi pembayaran yang dikirim supplier serta melakukan evaluasi kinerja supplier.
3. Make
Seluruh aktivitas yang dilakukan PT. Indah Kiat Pulp and Paper untuk memproduksi pulp dan paper dari bahan baku yang diperoleh dari supplier, melakukan penjagaan kualitas produk, serta memelihara fasilitas produksi. 4. Deliver
Aktivitas yang berhubungan dengan pengiriman produk kepada pelanggan dan kepada supplier apabila terjadi return. Proses yang terlibat diantaranya menangani pesanan pelanggan, memilih perusahaan jasa pengiriman, dan mengirim tagihan ke pelanggan.
5. Return
Kegiatan yang terlibat antara lain identifikasi kondisiproduk, penjadwalan pengembalian,dan melakukan pengembalian. Post-delivery customer support jugamerupakan bagian dari proses return.
Gambar 5.1. Klasifikasi Aktivitas Supply Chain PT. Indah Kiat Pulp and Paper
Central Warehouse
PT. Indah Kiat Pulp and Paper
Supplier 2 Supplier 1
Supplier 3
Supplier n
Manufacturing Plant
PT. Indah Kiat Pulp and Paper Finished Goods Warehouse PT. Indah Kiat Pulp and Paper
5.1.2 Tahap Awal Penentuan Key Performansi Indikator(KPI)
Penentuan key performansi indikator dilakukan dengan wawancara dan berdiskusi dengan pihak perusahaan dengan menggunakan referensi dari studi literatur. Key performansi indikator diklasifikasikan berdasarkan aktivitas supply
chain pada model SCOR dengan 5 perspektif yakni perspektif plan, source, make, deliver,dan return. Pada masing-masing perspektif terdapat 3 ukuran utama yang
[image:45.595.59.558.360.752.2]akan dipertimbangkan yaitu reliability, responsiveness, dan flexibility yang dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1Tahap Awal Penentuan Key Performansi Indikator
No. Perspektif Dimensi Indikator Performansi Pengertian
1.
Plan
Reliability
Percentage of adjusted production quality
Persentase
perubahan/penyimpangan jumlah unit yang diproduksi dengan rencana produksi
2. Forecast accuracy
Persentase penyimpangan permintaan awal dengan permintaan hasil peramalan
3. Inventory accuracy
Persentase penyimpangan persediaan yang ada digudang (secara fisik) dengan catatan (dokumentasi) persediaan yang ada.
4. Planning employee
reliability
Kehandalan tenaga kerja yang terkait dengan proses
perencanaan 5. Internal relationship
Hubungan antara bagian dalam perusahaan secara internal yang dapat mempengaruhi perusahaan
6.
Responsiveness
Time to produce a production schedule
Kecepatan dalam melakukan proses perencanaan misalnya perencanaan dalam jadwal waktu produksi, waktu pengiriman maupun waktu pembelian material
7.
Planning respons & flexibility
Tabel 5.1 Tahap Awal Penentuan Key Performansi Indikator(Lanjutan)
No. Perspektif Dimensi Indikator Performansi Pengertian 8.
Source
Reliability
Ontime Delivery Persentase order yang terkirim
tepat waktu
9. Source fill rate
Persentase jumlah pengiriman yang dapat dipenuhi oleh supplier
10. Source disspesification
Jumlah bahan baku yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan
11. Percentage of correct
delivery quantity
Tingkat ketepatan kuantitas pengiriman dari supplier
12. Supplier relationship
Kualitas hubungan dengan supplier dilihat dari bagaimana kerjasama dalam pemecahan masalah, kunjungan dari ke
supplier
13. Supplier reliability
Keandalan dari supplier dilihat dari sistem kualitas, tingkat srabilitas yang diberikan. 14.
Responsiveness
Source lead time
Waktu sejak pemesanan material dilakukan sampai diterima dari supplier
15. Source volume
responsiveness
Waktu yang dibutuhkan supplier untuk memenuhi permintaan apabila terjadi perubahan jumlah permintaan material
16. Source item
responsiveness
Waktu yang dibutuhkan supplier untuk memenuhi permintaan apabila terjadi perubahan jenis permintaan material
17. Purchase order cycle
time
Waktu yang dibutuhkan untuk menerbitkan purchase order 18.
Flexibility
Source volume flexibility
waktu yang dibutuhkan untuk memilih supplier pada kurun waktu tertentu secara mendadak 19. Source item flexibility
Banyaknya perubahan jenis material yang diminta yang dapat dipenuhi dalam kurun waktu tertentu
20.
Make Reliability
In process failure rates Persentase produk yang gagal
dalam proses 21. Percentage trouble of
machine
Tabel 5.1 Tahap Awal Penentuan Key Performansi Indikator(Lanjutan)
No. Perspektif Dimensi Indikator Performansi Pengertian
22.
Make
Reliability
Manufacturing employee reliability
Kehandalan tenaga kerja bagian produksi dilihat dari jumlah training pertahun, jumlah karyawan yang mendapat training serta kecocokan latar belakang pendidikan karyawan 23. Company quality system
Sistem kualitas perusahaan dilihat dari quality assurance,
continuous improvement yang
dilakukan 24.
Responsiveness
Make volume responsiveness
Waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk memenuhi permintaan konsumen apabila terjadi peningkatan permintaan
25. Make item
responsiveness
Waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk memenuhi permintaan konsumen apabila terjadi perubahan jenis produksi
26. Change over time
Waktu persiapan mesin yang diperlukan apabila terjadi penggantian jenis produk yang akan diproduksi
27.
Deliver Reliability
Delivery fill rate
Persentase jumlah permintaan yang bisa dipenuhi dari total penerimaan
28. Percentage of order
delivered ontime
Persentase order yang terkirim tepat waktu
29. Number of order ready
to be taken by costumer
Jumlah order yang siap diambil oleh konsumen
30. Costumer relationship
Kualitas hubungan dengan customer dilihat dari kunjungan dari ke customer, ada tidaknya tim yang menangani masalah
custumer service
31. Marketing employee
reliability
Kehandalan tenaga kerja bagian marketing dilihat dari jumlah
training pertahun, jumlah
Tabel 5.1 Tahap Awal Penentuan Key Performansi Indikator(Lanjutan)
No. Perspektif Dimensi Indikator Performansi Pengertian 32.
Deliver
Responsiveness Delivery leadtime
Waktu sejak distributor industri kemasan barang sampai barang diambil
33. Flexibility Deliverchange over flexibility
Lama waktu pemilihan jasa pengiriman untuk
pendistribusian produk yang mendadak
34.
Return
Reliability
Reject rate Persentase produk cacat yang
dikembalikan oleh konsumen
35. Number of costumer
complaint
Jumlah komplain dari customer
36. Percentage of accurate
product replacement
Persentase penggantian produk cacat dengan kuantitas dan jenis yang tepat
37.
Responsiveness
Costumer repair time
Waktu yang dibutukan oleh konsumen untuk mengganti produk yang di klaim setiap kali terjadi klaim
38. Time to solve a
complaint
Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan, mengatasi
complain konsumen Sumber : Hasil Pengumpulan Data
Berdasarkan hasil pengumpulan data key performansi indikator awal dengan pihak perusahaan diperoleh sebanyak 38KPI. Selanjutnya akan dilakukan validasi yang dilakukan oleh manajemen perusahaan yang paling mengetahui kondisi perusahaan yaitu General Manager.
5.1.3 Validasi Key Performansi Indikator(KPI)
mangetahui tentang kondisi perusahaan. Dari proses ini diperoleh key performansi
indikator yang ditunjukkan oleh Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Validasi Key Performansi Indikator(KPI)
No. Perspektif Dimensi Indikator Performansi Kode KPI 1.
Plan
Reliability
Forecast accuracy P1 01
2. Inventory accuracy P1 02
3. Planning employee
reliability P1 03
4. Internal relationship P1 04
5.
Responsiveness
Time to produce a
production schedule P2 01
6. Planning respons &
flexibility P2 02
7.
Source
Reliability
Ontime Delivery S1 01
8. Source fill rate S1 02
9. Source disspesification S1 03 10. Supplier relationship S1 04 11.
Responsiveness
Source lead time S2 01
12. Source volume
responsiveness S2 02
13. Purchase order cycle
time S2 03
14. Flexibility Source volume flexibility S3 01 15.
Make
Reliability
In process failure rates M1 01 16. Percentage trouble of
machine M1 02
17.
Manufacturing
employee reliability M1 03
18. Responsiveness Make volume
responsiveness M2 01
19.
Deliver
Reliability
Delivery fill rate D1 01
20. Percentage of order
delivered complete D1 02
21. Costumer relationship D1 03
22. Marketing employee
reliability D1 04
23. Responsiveness Delivery leadtime D2 01 24. Flexibility Deliverchange over
flexibility D3 01
Tabel 5.2. Validasi Key Performansi Indikator(KPI) (Lanjutan)
26.
Return
Number of costumer
complaint R1 02
27. Percentage of accurate
product replacement R1 03
28. Responsiveness Time to solve a
complaint R1 01 Sumber : Hasil Pengumpulan Data
Keterangan:
P1 01 : Perspektif plan dengan dimensi reliability pada KPI Pertama P2 01 : Perspketif plan dengan dimensi responsiveness pada KPI Pertama S1 01 : Perspektif source dengan dimensi reliability pada KPI pertama S2 01 :Perspektif source dengan dimensi responsiveness pada KPI pertama S3 01 :Perspektif source dengan dimensi flexibility pada KPI pertama M1 01 : Perspektif make dengan dimensi reliability pada KPI pertama M2 01 : Perspektif make dengan dimensi responsivenss pada KPI pertama D1 01 : Perspektif deliver dengan dimensi reliability pada KPI pertama D2 01 : Perspektif deliver dengan dimensi responsiveness pada KPI pertama D3 01 : Perspektif deliver dengan dimensi flexibility pada KPI pertama R1 01 : Perspektif return dengan dimensi reliability pada KPI pertama R2 01 : Perspektif return dengan dimensi responsiveness pada KPI pertama
Dari proses validasi diperoleh KPI yang valid sejumlah 28 KPI yang terdiri dari 6 KPI perspektif plan, 8 KPI perspektif source, 4 KPI perspektif make, 6 KPI perspektif deliver, 4 KPI perspektif return.
1. Perspektif Plan a. KPI P1 01
KPI P1 01 adalah persentase perubahan/penyimpangan jumlah unit yang diproduksi dengan rencana produksi. Teknik peramalan yang dilakukan oleh bagian perencanaan dan pengendalian produksi sering tidak sesuai dengan jumlah permintaan aktual dari bagian marketing. Penyimpangan tersebut tidak dapat dihindari karena jumlah permintaan yang berfluktuatif. b. KPI P1 02
KPI P1 02 adalah persentase penyimpangan persediaan yang ada digudang (secara fisik) dengan catatan (dokumentasi) persediaan yang ada. Penyimpangan ini akan berpengaruh pada proses produksi perusahaan. c. KPI P1 03
KPI P1 03 adalah kehandalan tenaga kerja yang terkait dengan proses perencanaan. Kehandalan tenaga kerja dapat dilihat dari setiap karyawan yang mengikuti pelatihan yang diadakan oleh perusahaan terkait perencanaan dan pengendalian produksi. Seluruh karyawan mengikuti pelatihan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan bagi karyawan dengan bidang masing-masing.
d. KPI P1 04
e. KPI P2 01
KPI P2 01 adalah kecepatan dalam melakukan proses perencanaan misalnya perencanaan dalam jadwal waktu produksi, waktu pengiriman maupun waktu pembelian material.
f. KPI P2 02
KPI P2 02 adalah kecepatan dalam membuat perubahan atau perencanaan ulang. Proses ini tentunya membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Pengukuran dapat dilihat dari waktu yang digunakan menyusun ulang dengan target waktu perusahaan.
2. Perspektif Source a. KPI S1 01
KPI S1 01 adalah persentase order yang terkirim tepat waktu. Ketepatan pengiriman bahan baku merupakan salah satu proses yang sangat penting dalam proses produksi. Kecepatan dalam pengiriman bahan baku dapat menimbulkan biaya untuk penyimpanan bahan baku sedangkan keterlambatan pengiriman dapat menimbulkan terhentinya proses produksi.
b. KPI S1 02
KPI S2 01 adalah persentase jumlah pengiriman yang dapat dipenuhi oleh
supplier. Data jumlah pemenuhan bahan baku didapatkan dari bagian purchasing. Supplier diharapkan mampu memenuhi keseluruhan pasokan
diterima kurang dari jumlah yang dipesan, maka dapat menghambat kegiatan produksi.
c. KPI S1 03
KPI S1 03 adalah jumlah bahan baku yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan. Spesifikasi tersebut ditetapkan oleh bagian Quality
Assurance (QA). Apabila bahan baku tidak sesuai dengan spesifikasi maka
bahan baku tersebut akan dikembalikan pada supplier karena tidak memenuhi syarat untuk diolah pada proses produksi.
d. KPI S1 04
KPI S1 04 adalah kualitas hubungan dengan supplier dilihat dari bagaimana kerjasama dalam pemecahan masalah, kunjungan dari ke
supplier. Hubungan tersebut dapat dilihat dari tanggapan supplier kepada
perusahaan terhadap komplain serta pemecahan masalahnya. e. KPI S2 01
KPI S2 01 adalah waktu sejak pemesanan material dilakukan sampai diterima dari suppliersering disebut waktu tunggu. Waktu tunggu yang dimaksud adalah keterlambatan sampainya bahan baku ke perusahaan dari waktu yang telah ditentukan. Waktu tunggu ini sudah ada perjanjian pembelian yang dilakukan oleh perusahaan dan supplier.
f. KPI S2 02
tambahan dibutuhkan perusahaan apabila dalam pengiriman yang pertama,
supplier tidak dapat memenuhi jumlah bahan baku yang telah dipesan atau
perusahaan membutuhkan bahan baku tambahan karena bahan baku yang ada dirasa masih kurang.
g. KPI S2 03
KPI S2 03 adalah waktu yang dibutuhkan untuk membuat surat pembelian (Purchase order). Pembuatan purchase order adalah langkah awal untuk melakukan pemesanan bahan baku pada supplier. Tahap pembuatan
purchase order adalah mulai dari menyusun surat pembelian, menerbitkan
surat, dan memberikan pada supplier. Pengukuran dapat dilakukan dengan melihat waktu yang digunakan untuk menyusun purchase order apakah sesuai dengan target waktu yang telah ditetapkan.
h. KPI S3 01
KPI S2 04 adalah waktu yang dibutuhkan untuk memilih supplier untuk melakukan negosiasi pada kurun waktu yang ditetapkan secara mendadak. Perusahaan dituntut cepat dalam mengambil keputusan mengenai pemilihan supplier dengan mempertimbangkan kualitas supplier dan harga bahan baku yang ditawarkan. Negosisasi juga harus dilakukan bersamaan dengan terpilihnya supplier tersebut.
3. Perspektif Make a. KPI M1 01
melainkan di uji kualitas terlebih dahulu oleh bagian quality control (QC). Apabila lolos uji, maka produk tersebut dapat dimasukkan kedalam kemasan. Namun jika tidak lolos uji, maka produk tersebut akan dilakukan daur ulang.
b. KPI M1 02
KPI M1 02 adalah persentase kerusakan mesin produksi pada saat proses produksi. Perusahaan mempunyai jadwal pengecekan mesin secara berkala. namun pada perusahaan tidak terdapat mesin cadangan, apabila mesin rusak maka produksi harus terhenti.
c. KPI M1 03
KPI M1 03 adalah kehandalan tenaga kerja bagian produksi dilihat dari jumlah training pertahun, jumlah karyawan yang mendapat training serta kecocokan latar belakang pendidikan karyawan. Data didapat dari bagian HRD berupa banyaknya pelatihan yang diberikan pada karyawan bagian produksi.
d. KPI M2 01
4. Perspektif Deliver a. KPI D1 01
KPI D1 01 adalah persentase jumlah permintaan yang bisa dipenuhi dari total penerimaan pesanan. Ketepatan kuantitas pengiriman sangat perlu diperhatikan untuk menghindari terjadinya komplain pada perusahaan dan juga pengiriman ulang produk karena dapat mengeluarkan biaya tambahan untuk pendistribusian.
b. KPI D1 02
KPI D1 02 adalah persentase ketepatan waktu pengiriman produk. Data didapatkan dari bagian marketing. Pengiriman produk oleh perusahaan ke konsumen yang tersebar dibeberapa wilayah Indonesia dan beberapa di luar negeri.
c. KPI D1 03
KPI D1 03 adalah hubungan antara bagian pengiriman dengan konsumen. Bagian pengiriman harus mampu menjalin hubungan baik dengan pihak konsumen yang dapat dilihat dari tanggapan konsumen terhadap kinerja bagian pengiriman.
d. KPI D1 04
e. KPI D2 01
KPI D2 01 adalah waktu tunggu pengiriman produk ke konsumen. Waktu tunggu yang dimaksud adalah keterlambatan sampainya produk jadi ke konsumen dari waktu yang telah ditentukan. Waktu tunggu ini sudah ada perjanjian pembelian yang dilakukan oleh perusahaan dan pihak konsumen.
f. KPI D3 01
KPI D3 01 adalah lama waktu pemilihan jasa pengiriman untuk pendistribusian produk yang mendadak. Untuk memilih jasa pengiriman, perusahaan tidak harus membutukan waktu yang lama. Jasa pengiriman dibutuhkan untuk mendistribusian semua jenis produk yang telah dihasilkan ke konsumen diberbagai wilayah dalam dan luar negeri.
5. Perspektif Return a. KPI R1 01
KPI R1 01 adalah persentase produk cacat yang dikembalikan oleh konsumen. Pihak perusahaan menerima pengembalian produk cacat dengan jumlah yang tepat untuk diganti dengan produk baru, sejenis dan sesuai jumlah produk cacat yang dikembalikan.
b. KPI R1 02
dengan adanya komplain menunjukkan bahwa konsumen tidak puas dengan produk yang telah dikirimkan.
c. KPI R1 03
KPI R1 03 adalah persentase keterlambatan penggantian produk cacat kepada konsumen. Produk yang cacat harus segera diganti kepada konsumen dengan waktu yang cepat dan jumlah yang tepat.
d. KPI R2 01
KPI R2 01 adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan dan mengatasi komplain dari konsumen. Data pencapaian KPI ini didapatkan dari hasil interview dengan bagian marketing yang menangani komplain konsumen. Perusahaan harus mampu mengatasi segala macam bentuk komplain konsemen karena hal ini berkaitan dengan kepuasan konsumen.
5.1.4. Pengumpulan Data AHP
Tebel 5.3. Pengelompokan Responden Berdasarkan Jabatan
NO Responden Jumlah
(Orang)
1. Manager PPIC 1
2. Managerpurchasing 1
3. Manager produksi 1
4. Manager technical marketing & sales 1
Total 4
Sumber: Pengumpulan Data
Berdasarkan pendekatan model SCOR terdapat 5 perspektif yang menjadi kriteria yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu plan, source, make, deliver dan
return. Sedangkan key performance indicator diperoleh dari hasil wawancara dan
diskusi oleh pihak perusahaan yang terdapat pada Tabel 5.2.
5.1.5 Struktur Hierarki Performansi Supply Chain
Gambar 5.2. Hierarki Pengukuran Performansi Supply Chain
Performansi
Supply chain
Plan
Source
Deliver
Make
Return
Reliability
Responsiveness
Reliability
Responsiveness
Flexibilty
Reliability
Responsiveness
Reliability
Responsiveness
Flexibilty
Reliability
Responsiveness
P1 02 P1 03 P1 04 P1 02
P1 01 P2 02 S1 01 S1 02 S1 03 S1 04 S2 01 S2 02 S2 03 S3 01 M1 01 M1 02 M1 03 M2 01 D1 01 D1 02 D1 03 D1 04 D2 01 D3 01 R1 01 R1 02 R1 03 R1 01
Level 0
Level 1
Level 2
5.1.6. Matriks Perbandingan Berpasangan (Pairwise Comparison)
5.1.6.1. Antar Perspektif KPI (Level 1)
[image:61.595.137.491.276.741.2]Langkah pertama menghitung tingkat kepentingan perbandinganberpasangan antar perspektif KPI. Adapun data kepentingan perbandinganberpasangan antar perspektif dapat dilihat pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4. Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Perspektif
Responden 1
Plan Source Make Deliver Return
Plan 1 2 1/3 4 3
Source 1/2 1 1/4 4 3
Make 3 4 1 4 3
Deliver 1/4 1/4 1/4 1 2
Return 1/3 1/3 1/3 1/2 1 Responden 2
Plan Source Make Deliver Return Plan 1 4 1/3 3 2
Source 1/4 1 1/2 2 5
Make 3 2 1 2 3
Deliver 1/3 1/2 1/2 1 1/4
Return 1/2 1/5 1/3 4 1 Responden 3
Plan Source Make Deliver Return Plan 1 3 1/5 4 3
Source 1/3 1 1/2 1/2 1/5
Make 5 2 1 3 3
Deliver 1/4 2 1/3 1 4
Return 1/3 5 1/3 1/4 1 Responden 4
Plan Source Make Deliver Return Plan 1 2 1/2 3 4
Source 1/2 1 2 1/4 1/2
Make 2 1/2 1 3 3
Deliver 1/3 4 1/3 1 4
5.1.6.2. Antar Dimensi KPI (Level 2)
Matriks perbandingan berpasangan dimensi KPI atau level 2yang ditinjau dari kelima perspektif yaitu plan, source, make, deliver dan returnadalah sebagai berikut:
1. Alternatif Terhadap Perspektif Plan
[image:62.595.194.432.332.613.2]Matriks perbandingannya dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5 Matriks Perbandingan Berpasangan Setiap Dimensi pada
Perspektif Plan
Responden 1
Reliability Responsiveness Reliability 1 3
Responsiveness 1/3 1 Responden 2
Reliability Responsiveness Reliability 1 2
Responsiveness ½ 1 Responden 3
Reliability Responsiveness Reliability 1 4
Responsiveness ¼ 1 Responden 4
Reliability Responsiveness Reliability 1 2
Responsiveness ½ 1
2. Alternatif Terhadap PerspektifSource
Tabel 5.6 Matriks Perbandingan Berpasangan Setiap Dimensi pada
Perspektif Source
Responden 1
Reliability Responsiveness Flexibility Reliability 1 1/5 2
Responsiveness 5 1 1/2
Flexibility ½ 2 1
`Responden 2
Reliability Responsiveness Flexibility
Reliability 1 5 3
Responsiveness 1/5 1 3
Flexibility 1/3 1/3 1 Responden 3
Reliability Responsiveness Flexibility
Reliability 1 3 4
Responsiveness 1/3 1 2
Flexibility 1/4 1/2 1 Responden 4
Reliability Responsiveness Flexibility Reliability 1 3 1/4
Responsiveness 1/3 1 1/2
Flexibility 4 2 1
3. Alternatif Terhadap Perspektif Make
[image:63.595.158.465.174.500.2]Matriks perbandingannya dapat dilihat pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7 Matriks Perbandingan Berpasangan Setiap Dimensi pada
Perspektif Make
Responden 1
Reliability Responsiveness Reliability 1 1/2
Tabel 5.7 Matriks Perbandingan Berpasangan Setiap Dimensi pada
Perspektif Make(Lanjutan)
Responden 2
Reliability Responsiveness Reliability 1 5
Responsiveness 1/5 1 Responden 3
Reliability Responsiveness Reliability 1 2
Responsiveness ½ 1 Responden 4
Reliability Responsiveness Reliability 1 1/2
Responsiveness 2 1
4. Alternatif Terhadap Perspektif Deliver
Matriks perbandingannya dapat dilihat pada Tabel 5.8.
Tabel 5.8 Matriks Perbandingan Berpasangan Setiap Dimensi pada
Perspektif Deliver
Responden 1
Reliability Responsiveness Flexibility Reliability 1 1/5 1/3
Responsiveness 5 1 2
Flexibility 3 1/2 1 Responden 2
Reliability Responsiveness Flexibility
Reliability 1 3 4
Responsiveness 1/3 1 1/3
Flexibility 1/4 3 1 Responden 3
Reliability Responsiveness Flexibility
Reliability 1 2 4
Responsiveness 1/2 1 2
Tabel 5.8 Matriks Perbandingan Berpasangan Setiap Dimensi pada
Perspektif Deliver(Lanjutan)
Responden 4
Reliability Responsiveness Flexibility Reliability 1 3 1/4
Responsiveness 1/3 1 1/3
Flexibility 4 3 1
5. Alternatif Terhadap Perspektif Return
Matriks perbandingannya dapat dilihat pada Tabel 5.9.
Tabel 5.9 Matriks Perbandingan Berpasangan Setiap Dimensi pada
Perspektif Return
Responden 1
Reliability Responsiveness Reliability 1 1/4
Responsiveness 4 1 Responden 2
Reliability Responsiveness Reliability 1 3
Responsiveness 1/3 1 Responden 3
Reliability Responsiveness Reliability 1 3
Responsiveness 1/3 1 Responden 4
Reliability Responsiveness Reliability 1 4
Responsiveness ¼ 1
5.1.6.3. Antar KPI (Level 3)
dengan mempertimbangkan beberapa dimensi yaitu reliability, responsiveness, dan flexibilityadalah sebagai berikut:
[image:66.595.184.442.282.676.2]1. Alternatif terhadap perspektif plandan dimensi reliability Matriks perbandingannya dapat dilihat pada Tabel 5.10.
Tabel 5.10 Matriks Perbandingan Berpasangan KPI Perspektif Plan
Reliability Responden 1
P1 01 P1 02 P1 03 P1 04
P1 01 1 3 1/3 4
P1 02 1/3 1 1/4 4
P1 03 3 4 1 4
P1 04 1/4 ¼ 1/4 1
Responden 1
P1 01 P1 02 P1 03 P1 04
P1 01 1 2 4 1/3
P1 02 1/2 1 2 1/2
P1 03 1/4 ½ 1 2
P1 04 3 2 1/2 1
Responden 1
P1 01 P1 02 P1 03 P1 04
P1 01 1 5 4 2
P1 02 1/5 1 1/4 1/2
P1 03 1/4 4 1 2
P1 04 1/2 2 1/2 1
Responden 1
P1 01 P1 02 P1 03 P1 04
P1 01 1 3 4 2
P1 02 1/3 1 1/2 1/2
P1 03 1/4 2 1 2
P1 04 1/2 2 1/2 1
Tabel 5.11 Matriks Perbandingan Berpasangan KPI Perspektif Plan
Responsiveness Responden 1
P2 01 P2 02
P2 01 1 4
P2 02 1/4 1
Responden 2
P2 01 P2 02
P2 01 1 1/2
P2 02 2 1
Responden 3
P2 01 P2 02
P2 01 1 1/3
P2 02 3 1
Responden 4
P2 01 P2 02
P2 01 1 2
P2 02 1/2 1
[image:67.595.216.406.167.434.2]3. Alternatif Terhadap Perspektif Sourcedan dimensi reliability Matriks perbandingannya dapat dilihat pada Tabel 5.12.
Tabel 5.12 Matriks Perbandingan Berpasangan KPI Perspektif
SourceReliability Responden 1
S1 01 S1 02 S1 03 S1 04
S1 01 1 3 4 4
S1 02 1/3 1 1/4 4
S1 03 1/4 4 1 1/4
S1 04 1/4 1/4 4 1
Responden 2
S1 01 S1 02 S1 03 S1 04
S1 01 1 2 3 2
S1 02 1/2 1 2 4
Tabel 5.12 Matriks Perbandingan Berpasangan KPI Perspektif
SourceReliability (Lanjutan) Responden 2
S1 04 1/2 1/4 2 1
Responden 3
S1 01 S1 02 S1 03 S1 04
S1 01 1 5 3 2
S1 02 1/5 1 3 4
S1 03 1/3 1/3 1 1/4
S1 04 1/2 1/4 2 1
Responden 4
S1 01 S1 02 S1 03 S1 04
S1 01 1 3 2 2
S1 02 1/3 1 1/4 1/2
S1 03 1/2 4 1 4
S1 04 1/2 2 1/4 1
[image:68.595.177.446.171.398.2]4. Alternatif Terhadap Perspektif Sourcedan dimensiresponsiveness Matriks perbandingannya dapat dilihat pada Tabel 5.13.
Tabel 5.13 Matriks Perbandingan Berpasangan KPI Perspektif
SourceResponsiveness Responden 1
S2 01 S2 02 S2 03
S2 01 1 1/2 1/2
S2 02 2 1 1/4
S203 2 4 1
Responden 2
S2 01 S2 02 S2 03
S2 01 1 2 1/3
S2 02 1/2 1 2
Tabel 5.13 Matriks Perbandingan Berpasangan KPI Perspektif
SourceResponsiveness (Lanjutan) Responden 3
S2 01 S2 02 S2 03
S2 01 1 1/4 1/3
S2 02 4 1 2
S203 3 1/2 1
Responden 4
S2 01 S2 02 S2 03
S2 01 1 1/2 4
S2 02 2 1 1/2
S203 1/4 2 1
5. Alternatif Terhadap Perspektif Makedan Dimensi Reliability Matriks perbandingannya dapat dilihat pada Tabel 5.14.
Tabel 5.14 Matriks Perbandingan Berpasangan KPI Perspektif Make
Reliability Responden 1
M1 01 M102 M1 03
M1 01 1 1/4 1/2 M1 02 4 1 2
M103 2 1/2 1 Responden 2
M1 01 M102 M1 03
M1 01 1 2 1/3 M1 02 1/2 1 1/4 M103 3 4 1
Responden 3
M1 01 M102 M1 03
M1 01 1 3 1/2 M1 02 1/3 1 2
Tabel 5.14 Matriks Perbandingan Berpasangan Perspektif KPI Make
Reliability(Lanjutan) Responden 4
M1 01 M102 M1 03
M1 01 1 1/2 1/3 M1 02 2 1 1/2
M103 3 2 1
6. Alternatif Terhadap Perspektif Deliverdan Dimensi Reliability Matriks perbandingannya dapat dilihat pada Tabel 5.15.
Tabel 5.15 Matriks Perbandingan Berpasangan KPI Perspektif Deliver
Reliability Responden 1
D1 01 D1 02 D1 03 D1 04 D1 01 1 1/3 3 2 D1 02 3 1 1/4 4 D1 03 1/3 4 1 4
D1 04 1/4 1/4 1/4 1
Responden 2
D1 01 D1 02 D1 03 D1 04 D1 01 1 1/4 4 1/2 D1 02 4 1 2 1/2 D1 03 1/4 1/2 1 2 D1 04 2 2 1/2 1
Responden 3
Tabel 5.15 Matriks Perbandingan Berpasangan Setiap Dimensi pada
Perspektif Deliver Reliability (Lanjutan)
Responden 4
D1 01 D1 02 D1 03 D1 04 D1 01 1 3 4 1/2 D1 02 1/3 1 1/2 1/2 D1 03 1/4 2 1 1/3
D1 04 1/2 2 3 1
7. Alternatif Terhadap Perspektif Return dan Dimensi Reliability Matriks perbandingannya dapat dilihat pada Tabel 5.16.
Tabel 5.16 Matriks Perbandingan Berpasangan Setiap Dimensi pada
Perspektif Return Reliability
Responden 1
R1 01 R1 02 R1 03
R1 01 1 2 3
R1 02 1/2 1 1/4
R1 03 1/3 4 1 Responden 2
R1 01 R1 02 R1 03
R1 01 1 2 1/3
R1 02 1/2 1 1/4
R1 03 3 4 1 Responden 3
R1 01 R1 02 R1 03
R1 01 1 3 1/3
R1 02 1/3 1 1/2
R1 03 3 2 1 Responden 4
R1 01 R1 02 R1 03
R1 01 1 1/2 1/3
R1 02 2 1 2
Gambar
Dokumen terkait
Dari 16 indikator performansi Supply Chain perusahaan terdapat 14 indikator yang mempunyai nilai skor yang tinggi dan 2 indikator yang mempunyai nilai skor rendah, yang
Indah Kiat Pulp & Paper secara garis besar yaitu awalnya pabrik yang berada di Perawang memproduksi bubur kertas, lalu setelah itu hasilnya dikirim ke pabrik yang berada
Universitas Sumatera Utara... Universitas
Supply Chain adalah konsep yang merupakan integrasi dari keseluruhan elemen dari perusahaan dalam memenuhi permintaan konsumen, yaitu merupakan kesatuan dari..
Supply Chain Operations Reference (SCOR) merupakan konsep untuk mendapatkan suatu kerangka ( framework ) pengukuran yang terintegrasi dan untuk mendeskripsikan
Dari 16 indikator performansi Supply Chain perusahaan terdapat 14 indikator yang mempunyai nilai skor yang tinggi dan 2 indikator yang mempunyai nilai skor rendah, yang
Untuk mengetahui kinerja perusahaan dengan SCM, dapat dilakukan dengan dengan model Supply Chain Operation Reference (SCOR) yang mengukur ; reability, responsiveness, flexibility,
Perusahaan mampu mengetahui pengukuran kinerja Supply Chain yang lebih terintegrasi, mampu mengetahui nilai pencapaian kinerja Supply Chain untuk setiap periode tertentu, serta