• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA PERFORMANSI KINERJA DENGAN METODE SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) DI PT. SINAR SOSRO GRESIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISA PERFORMANSI KINERJA DENGAN METODE SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) DI PT. SINAR SOSRO GRESIK."

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

DI PT. SINAR SOSRO GRESIK

SKRIPSI

OLEH :

REZA FAUZAN

NPM : 0632010048

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “ANALISA PERFORMANSI DENGAN METODE SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) DI PT. SINAR SOSRO GRESIK”, yang merupakan kurikulum yang harus ditempuh boleh mahasiswa sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di Fakultas Teknologi Industri UPN “Veteran” Jawa Timur.

Atas terselesainya pelaksanaan dan penyusunan Tugas Akhir ini, maka penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof.Dr.Ir Teguh Sudarto, MP. Selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Ir.Sutiyono, MT. Selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr.Ir.Minto Waluyo,MM. Selaku ketua jurusan Teknik Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Ir. Rusindiyanto,MT. Selaku Dosen Pembimbing Utama dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas kemudahan dan bimbingan yang telah Bapak berikan kepada penulis.

(3)

7. Terima kasih untuk Ibu yang ada di rumah serta Kakak-kakakku dan Adikku yang selalu memberi support baik berupa Doa dan Anggaran Dana. Matoernuwun atas segala bentuk dukungannya .

8. Buat semua teman- temanku terima kasih banyak atas segala kebersamaan ”all for one , one for all ”susah senang kita hadapi bersama. Untuk sahabatku kriwul thanks atas supportnya , tommy sahabat senang maupun duka maturnuwun atas wedjangannya, erik sahabat revolusi ku mari canangkan revolusi.surya thanks berbagi infonya metodenya..gale didoleki i di markas karangpilang, brenk sajawat q trims..sugab sepurane nek ngerepoti terus q pean soko guru q lang pawayangan(kampus).sahabat sahabat 07 thanks ea.

9. mas yanto thanks atas wedjangane .pak no kaseno maturnuwun supportnya karena dengan dukungan anda aku bangkit lagi. lare lare warkop markas 999 trims likenya ..warkop 999 (pak di) dan warung komunitas (mythos but trance)adalah base camp perdjuangan q, maturnuwun.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kekurangan dan kelemahan dalam penulisan skripsi ini.

Surabaya, Oktober 2005

(4)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

ABSTRAKSI ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Batasan Masalah ... 3

1.4. Asumsi ... 4

1.5. Tujuan ... 5

1.6. Manfaat ... 5

1.7. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengukuran Kinerja Perusahaan ... 8

2.1.1 Tujuan Pengukuran Kinerja ... 9

2.1.2 Manfaat Pengukuran Kinerja ... 9

(5)

2.3.1 Kegunaan dan Ruang Lingkup Pengukuran Supply Chain 15

2.4 Supply Chain Operation Reference (SCOR) Model... 16

2.5 Analytical Hierarchy Process (AHP) ... 22

2.5.1 Langkah-Langkah Analytical Hierarchy Process ... 26

2.5.2 Pengukuran Konsistensi Setiap Matriks Perbandingan ... 29

2.6 Pengumpulan Data ... 32

2.6.1 Data Primer ... 32

2.6.2 Data Sekunder ... 33

2.7 Penentuan Jumlah Sampel ... 33

2.8 Pengujian Data ... 34

2.8.1 Uji Validitas ... 34

2.8.2 Uji Reliabilitas ... 35

2.9 Scoring Sistem ... 36

2.10 Proses Normalisasi... 36

2.11 Peneliti Terdahulu... 39

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 42

3.2 Identifikasi Variabel ... 42

(6)

3.3.1 Penyusunan Kuisioner... 47

3.3.2 Penyebaran Kuisioner ... 48

3.5 Pengolahan Data ... 48

3.5.1 Uji Validitas ... 48

3.5.2 Uji Reliabilitas ... 49

3.5.3 Uji Konsistensi... 49

3.5.4 Perhitungan Nilai Normalisasi Dengan Standarisasi SCOR 50 3.5.5 Perhitungan Nilai Akhir Performansi Supply Chain... 50

3.5.6 Analogi Perhitungan KPI... 51

3.6 Langkah-Langkah Pemecahan Masalah ... 52

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data ... 61

4.1.1 Hirarki Awal Pengukuran Kinerja Supply Chain ... 61

4.1.2 Pengumpulan Data Kuantitatif... 63

4.1.2.1 Plan ... 63

4.1.2.1.1 Data Produksi dan Rencana Produksi . 63 4.1.2.1.2 Data Internal Relationship... 63

4.1.2.1.3 Data Planning Employee Reliability ... 64

4.1.2.2 Source ... 65

4.1.2.2.1 Data Source Employee Reliability ... 65

(7)

Data Manufacturing Employee Reliability ... 67

4.1.2.4 Deliver ... 68

4.1.2.4.1 Data Order SHS... 68

4.1.2.4.2 Data Delivery Lead Time ... 68

4.1.2.4.2 Data Minimum Delivery Quantity ... 69

4.1.2.5 Return... 69

4.1.2.5.1 Data Komplain Customer... 69

4.1.3 Pembuatan dan Penyebaran Kuisioner... 70

4.1.3.1 Pembuatan Kuisioner Indikator Kualitatif ... 70

4.1.3.2 Penyebaran Kuisioner Indikator Kualitatif ... 70

4.1.4 Uji Validitas ... 71

4.1.4.1 Uji Validitas Kuisioner Karyawan Bagian Pemasaran n keuangan ... 71

4.1.4.2 Uji Validitas Kuisioner Karyawan Bagian produksii, logistik, dan Bagian Quality Control ... 72

4.1.5 Uji Reliabilitas ... 73

4.1.5.1 Uji Reliabilitas Kuisioner Karyawan Bagian Pemasaran n keuangan ...73

4.1.5.2 Uji Reliabilitas Kuisioner Karyawan Bagian produks i, logistik , dan Bagian Quality Control ... 74

(8)

4.1.6.3 Pembobotan KPI Dengan AHP... 75

4.2 Pengolahan Data ... 76

4.2.1 Perhitungan Nilai Aktual Performansi Supply Chain ... 76

4.2.2 Scoring Sistem Dengan Normalisasi... 81

4.2.3 Perhitungan Nilai Akhir Kinerja Supply Chain ... 83

4.2.4 Agregasi Nilai Performansi... 84

4.3 Analisa dan Pembahasan ... 91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 93

5.2 Saran ... 93 DAFTAR PUSTAKA

(9)

Tabel 2.1 Atribut Penelitian Key Performane Indikator... 20

Tabel 2.2 Matriks Perbandingan ... 28

Tabel 2.3 Tabel Skala Penilaian Analytical Hierarchy Process ... 28

Tabel 2.4 Nilai Indeks Random ... 31

Tabel 2.5 Sistem Monitoring Indikator Performansi ... 39

Tabel 3.1 Atribut Penelitian Sesuai Key Performance Indicator ... 44

Tabel 3.2 Kategori Indikator Performansi ... 51

Tabel 4.1 Atribut Penelitian Sesuai Key Performance Indicator di PT Sinar Sosro Gresik... 62

Tabel 4.2 Data Produksi dan Rencana Produksi PT Sinar Sosro Gresik ... 63

Tabel 4.3 Data Internal Relationship... 63

Tabel 4.4 Data Planning Employee Reliability... 64

Tabel 4.5 Data Source Employee Reliability ... 65

Tabel 4.6 Data Material Order Cost... 65

Tabel 4.7 Data Payment Term ... 66

Tabel 4.8 Data Manufacturing Employee Reliability ... 67

Tabel 4.9 Data Order SHS ... 68

Tabel 4.10 Data Delivery Lead Time ... 68

Tabel 4.11 Data Minimum Delivery Quantity... 69

Tabel 4.12 Data Number of Customer Complaint ... 69

(10)

Tabel 4.16 Uji Reliabilitas Bagian Logistik, PRoduksi, dan Quality Control . 74

Tabel 4.17 Nilai Bobot KPI Setiap Level ... 76

Tabel 4.18 Hasil Performansi Supply Chain Aktual ... 73

Tabel 4.19 Hasil Scoring Aktual... 79

Tabel 4.20 Nilai Akhir Kinerja Supply Chain ... 84

Tabel 4.21 Nilai Performansi Supply Chain Perusahaan ... 86

Tabel 4.22 Hasil Indikator Dengan Skor ... 88

Tabel 4.23 Hasil Indikator Dengan Skor Rendah ... 90

(11)

Gambar 2.1 Proses Dalam Supply Chain... 12

Gambar 2.2 Supply Chain Model ... 16

Gambar 2.3 Strutur hirarki ... 25

Gambar 3.1 Hirarki Awal Pengukuran Performansi Supply Chain ... 45

Gambar 3.2 Langkah-Langkah Pemecahan Masalah... 53

Gambar 4.1 Hirarki Pengukuran Performansi Supply Chain... 61

(12)

Lampiran A : Gambaran Umum Perusahaan

Lampiran B : Kuisioner Indikator Performansi Supply Chain

Lampiran C : Hasil Kuesioner Indikator

Lampiran D : Output Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran E : Kuisioner Pembobotan KPI

Lampiran F : Hasil Rekapitulasi Kuisioner KPI

Lampiran G : Perhitungan Manual Pembobotan Dengan AHP

Lampiran H : Print Out Software Expert Choice

Lampiran I : Perhitungan Manual Pengukuran Kinerja Supply Chain

Lampiran J : R Tabel Dengan α = 95 %

(13)

terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang ada dalam perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana perusahaan memerlukan penyesuaian - penyesuaian atas aktifitas perencanaan dan pengendalian .

Selama ini PT Sinar Sosro Gresik pengukuran kinerja hanya diterapkan pada bagian produksi saja dimana dalam perencanaan permintaan produksi selama 6 bulan tidak sesuai antara permintaan dengan output yang diproduksi. konsep supply chain dalam perusahaan menjadi tidak stabil.sehingga pengukuran kinerja yang saat ini digunakan belum mampu mencerminkan nilai kinerja perusahaan yang sebenarnya karena kinerja yang diukur hanyalah dari perspektif output saja.

Metode yang dipakai untuk melakukan analisa adalah Supply Chain Operation Reference(SCOR) dan Analytical hierarchy process (AHP). Supply Chain Operation Reference (SCOR) digunakan sebagai tolak ukur pengukuran kinerja perusahaan . sedangkan AHP digunakan untuk pembobotan perspektif yang sesuai dengan kondisi perusahaan serta digunakan untuk menentukan perspektif yang lebie penting.

Dari hasil pengukuran performansi Supply Chain PT. Sinar Sosro Gresik dapat diketahui bahwa nilai performansi yang paling tinggi terdapat pada periode bulan Desember 2010 (72,96).dan nilai performansi yang paling rendah terdapat pada periode bulan September 2010 (60,722). Dari hasil penelitian dapat juga diketahui nilai dari masing – masing KPI adalah sebagai berikut : Percentage of Adjusted Production Quantity (21,43) ; Internal Relationship (87,5) ; Planning Employee Reliability (83,5) ; Source Employee Reliabilty (83,3); Material order Cost (42,28); Payment Term (96,66); Manufacturing Employee Reliability (79,1) ; Percentage of Order delivered Complete(65,08) :Delivery Lead Time (93,33); Minimum Delivery Quantity (42,21); Number Of Customer Complaint (89,58); . dari nilai – nilai tersebut dapat diketahui bahwa ada tiga KPI yang mempunyai nilai dibawah 50 point : Percentage of Adjusted Production Quantity (21,43)Material order Cost (42,28);Minimum Delivery Quantity (42,21).

(14)

measurement action to various activity in enchaining existing value in company. Result of the measurement [is] later;then used as [by] feed back to give information about execution achievement a[n dot and plan where company need adjustments of planning and control .

During The Time PT [Light/Ray] of Sosro Gresik measurement of performance only applied [at] part of just production where in the plan request of production during 6 inappropriate months between request with produced output. concept of supply chain in company becoming not stabil.untill measurement of performance which [is] in this time used [by] not yet can express company performance value which in fact because measured performance only from is in perpective just output.

Method weared to analyse is Supply Chain operation reference (SCOR) and of Analytical process hierarchy ( AHP). Supply Chain Operation Reference (SCOR) used as yardstick measurement of company performance . while AHP used for in perpective wight matching with the condition of company and also used to determine in perpective which more important .From result of measurement of performance of Supply Chain PT.Sosro Gresik can know that value of performansi highest there are period of December month 2010 (72,96).dan value of performansi lowest there are period of September month 2010 ( 60,722). From result of research is also known by value of KPI shall be as follows : Of Adjusted Production Quantity Percentage ( 21,43) is ; Internal [of] Relationship (87,5) ; Planning Employee Reliability ( 83,5) ; Source Employee Reliabilty ( 83,3); Order material of Cost ( 42,28); Payment Term ( 96,66); Manufacturing Employee Reliability ( 79,1) ; Of Order Percentage of delivered Complete(65,08) : Delivery Lead Time ( 93,33); Minimum of Delivery Quantity ( 42,21); Number Of Customer Complaint ( 89,58 . from value - the value can know [by] that there is three KPI having value below/under 50 point : Of Adjusted Production Quantity Percentage ( 21,43) Order material of Cost ( 42,28);Minimum Delivery Quantity ( 42,21).

(15)

1.1. Latar Belakang

Pelaku industri mulai sadar bahwa untuk menyediakan produk yang murah, berkualitas dan cepat, perbaikan di internal sebuah perusahaan manufaktur tidaklah cukup. Ketiga aspek tersebut memerlukan peran serta semua pihak mulai dari pemasok yang mengolah bahan baku dari alam menjadi komponen, pabrik yang mengubah komponen dan bahan baku menjadi produk jadi, perusahaan transportasi yang mengirimkan bahan baku dari pemasok ke pabrik, serta jaringan distribusi yang menyampaikan produk ke tangan pelanggan.

PT. Sinar Sosro Gresik merupakan salah satu perusahaan minuman yang memproduksi minuman teh yang dibentuk dalam kemasan siap saji (Instan),di PT. Sinar Sosro Gresik Baru pengukuran kinerja hanya diterapkan pada bagian produksi dimana dalam perencanaan permintaan produksi selama 6 bulan tidak sesuai antara rencana produksi dengan output produksi begitu juga dengan biaya pengiriman material yang Begitu besar dan jumlah pengiriman yang kurang maksimal sehingga pendistribusian terhambat. .

(16)

yang murah,berkualitas dan cepat inilah yang kemudian melahirkan konsep baru yaitu Supply Chain Management. Supply Chain Management adalah konsep yang merupakan integrasi dari keseluruhan elemen dari perusahaan dalam memenuhi permintaan konsumen, yaitu merupakan kesatuan dari Supplier, Manufacturing, Customer, dan Delivery Process.

Supply Chain Management merupakan solusi yang lebih cocok dan sesuai

dengan kondisi dan tujuan perusahaan. Untuk mengetahui kinerja perusahaan dengan supply chain diperlukan suatu pengukuran melalui pendekatan yaitu model Supply Chain Operations Reference (SCOR). Dari pengukuran tersebut didapatkan hasil kinerja yang akan mengarahkan perusahaan dan memberikan keuntungan, baik itu untuk perusahaan, supplier maupun konsumen. Dengan harapan PT Sinar Sosro Gresik lebih dapat menyeimbangkan supply chain Management yang ada, agar plan, source, make, deliver, return dapat berjalan

dengan baik.

Untuk mengetahui sejauh mana kinerja perusahaan maka dari itu dilakukan pengukuran ini dengan harapan dapat membantu pihak manajemen agar bisa mengetahui kemampuan perusahaan saat ini, kelemahan, serta prioritas di masa yang akan datang.

1.2. Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah diatas maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah ”Berapakah tingkat performansi

(17)

Batasan masalah yang digunakan dalam penulisan ini adalah :

1. Pengukuran dengan model Supply Chain Operation Reference (SCOR) sampai pada 3 level dimana level I meliputi Plan, Source, Make, Deliver , Return. Level 2 meliputi Reliability, Responsiveness, Flexibility, Cost, dan

Assets. Dan level 3 menentukan indikator- indikator.

2. Penyebaran kuisioner dilakukan hanya pada staff departemen yang terkait dengan kegiatan purchasing, marketing, Engineering, Logisti,PPIC..

3. penelitian di PT. Sinar Sosro Gresik hanya dilakukan pada satu jenis produk saja yaitu : Fruit Tea Genggam (FTG) .

4. Penelitian Hanya dilakukan pada Intern Perusahaan dan Tidak melibatkan konsumen.

1.4. Asumsi

Berdasarkan pada batasan masalah, maka asumsi yang digunakan adalah : 1. Data yang diperoleh dari kuisioner yang telah disebarkan dapat mewakili

kinerja karyawan perusahaan.

2. Responden mengerti tentang kondisi real perusahaan.

3. Indikator-indikator kinerja yang disusun dapat mewakili kinerja yang ada di perusahaan.

(18)

penelitian dilakukan yang mampu menimbulkan perubahan visi-misi perusahaan.

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui tingkat performansi supply chain perusahaan yang dilihat dari konsep SCOR.

2. Mengetahui indikator kinerja supply chain perusahaan yang memerlukan prioritas untuk dilakukan perbaikan.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Perusahaan :

a. Perusahaan dapat melakukan perbaikan berkelanjutan berdasarkan hasil kontrol kinerja supply chain yang dilakukan.

b. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan bagi perusahaan dalam mengembangkan suatu kerangka pengukuran kinerja Supply Chain yang sesuai dengan kondisi dan tujuan strategis perusahaan.

2. Bagi perpustakaan UPN “Veteran” Jawa Timur :

a. Menambah koleksi buku referensi yang berhubungan dengan Supply Chain.

(19)

1. Agar dapat membandingkan mata kuliah supply chain yang di dapat di kampus (teori) dengan keadaan sebenarnya di perusahaan.

2. Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa dalam proses produksi pada suatu perusahaan.

3. menjadi acuan bagi mahasiswa untuk menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan tentang pengukuran kinerja Supply Chain khususnya SCOR.

1.7. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan Skripsi ini dapat dijelaskan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang melakukan penelitian yang bertopik pengukuran kinerja Supply Chain. Selain itu dijelaskan mengenai rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, asumsi yang digunakan, manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas mengenai teori yang dapat menunjang pelaksanaan penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

(20)

Bab ini berisi pengumpulan dan pengolahan data yang didapat dari PT Sinar Sosro Gresik dan kemudian dilakukan analisa.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dan saran berkenaan dengan hasil pengukuran kinerja Supply Chain.

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengukuran Kinerja Perusahaan

Pengukuran kinerja perusahaan pada periode tertentu sangat diperlukan agar

prestasi perusahaan dapat diketahui. Selama ini, pengukuran kinerja perusahaan

hanya berfokus pada perspektif keuangan saja, yang hanya menggambarkan

kinerja pada satu sisi yaitu perusahaan (internal), sedangkan sisi luar perusahaan

(eksternal) kurang tersentuh.

Penentuan secara periodik efektivitas operasional dari suatu organisasi

sebagai bagian organisasi dan karyawannya, berdasarkan : sasaran, standar dan

kriteria yang telah diharapkan sebelumnya.( Mulyadi ,1993)

Suatu ukuran seberapa efisien dan efektif individu atau organisasi dalam tujuan

yang memadai.( Stoner et al ,1996)

Feedback from the accountant to management that provides information

about how well the action represent the plans, it also identifies where manager

may need to make correction or adjusmention future planning and controlling

activities”,( Anderson dan Clancy ,1991)

The activity of measuring the performance of an activity or the entire value

chain.( Anthony, Banker, Kaplan dan Young ,1997)

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja adalah

tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai

(22)

sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi

pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana perusahaan memerlukan penyesuaian–

penyesuaian atas aktifitas perencanaan dan pengendalian.

2.1.1. Tujuan Pengukuran Kinerja

Menurut Mulyadi (1993) tujuan pengukuran kinerja adalah :

1. Untuk menentukan kontribusi suatu bagian dalam perusahaan terhadap

organisasi secara keseluruhan.

2. Untuk memberikan dasar bagi penilaian suatu prestasi dalam berorganisasi.

3. Untuk memberikan motivasi bagi manajer bagian dalam (internal)

menjalankan bagiannya seirama dengan tujuan pokok perusahaan secara

keseluruhan.

2.1.2. Manfaat Pengukuran Kinerja

Menurut Lynch dan Cross (1993), manfaat dari sistem pengukuran kinerja

yang baik adalah :

a. Menelusuri manfaat kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan

membawa perusahaan menjadi lebih dekat pada pelanggannya dan membuat

seluruh orang dalam organisasi terlibat dalam upaya memberi kepuasan

kepada pelanggan.

b. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan kepada pelanggan sebagai

bagian dari mata rantai pelanggan dan pemasok internal.

c. Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya–upaya

(23)

d. Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih

konkret sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi.

e. Membangun konsensus untuk melakukan suatu perubahan dengan memberi

reward” atau perilaku yang diharapkan tersebut.

2.2. Supply Chain Management

Perkembangan teknologi dan perubahan kondisi pasar yang cepat dan

persaingan dunia usaha yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk mampu

beradaptasi dengan perubahan tersebut. Perusahaan ini semakin menyadari adanya

keterbatasan sumber daya yang dimiliki dan perusahaan tidak akan bisa bertahan

bila manajemen perusahaan masih terfokus pada integrasi proses internal. Untuk

mencapai keunggulan kompetitif dalam rangka untuk memenangkan pasar,

diawal tahun 1990, pandangan manajemen mulai bergeser ke manajemen Supply

Chain. Beberapa keuntungan yang diperoleh dengan adanya penerapan

manajemen Supply Chain antara lain yaitu dapat meningkatkan customer

satisfaction, mengurangi biaya, dan meningkatkan cash utilization.

2.2.1. Pengertian Supply Chain Management

Istilah “Supply Chain Management” merupakan istilah yang baru bagi

beberapa orang.namun kesadaran akan pentingnya peran seamua pihak dalam

menciptakan produk yang murah,berkualitas dan cepat inilah yang kemudian

melahirkan konsep baru d era tahun -1990an yaitu Supply chain Managaement

(24)

Supply Chain Management (SCM) adalah metode, alat, atau pendekatan

pengelolaan dari kegiatan supply chain. Namun perlu ditekankan bahwa SCM

menghendaki pendekatan atau metode yang terintegrasi dengan dasar semangat

kolaborasi.( I Nyoman Pujawan,2005)

Jadi SCM tidak hanya berorientasi pada urusan internal sebuah

perusahaan, melainkan juga urusan eksternal yang menyangkut hubungan dengan

perusahaan-perusahaan partner. Koordinasi dan kolaborasi antar perusahaan

menjadi diperlukan dalam supply chain karena perusahaan-perusahaan yang

berada pada suatu supply chain pada intinya ingin memuaskan konsumen akhir

yang sama, mereka harus bekerjasama membuat produk yang murah,

mengirimkannya tepat waktu, dan dengan kualitas yang bagus. Hanya dengan

bekerjasama antara elemen-elemen pada supply chain tujuan tersebut akan dapat

dicapai. Oleh karena itu cukup tepat kalau banyak orang mengatakan bahwa

persaingan dewasa ini bukan lagi antara satu perusahaan dengan perusahaan lain,

tetapi antara supply chain yang satu dengan supply chain yang lain. (I Nyoman

Pujawan, 2005)

2.2.2 Proses dalam Supply Chain

Ada 5 proses utama dalam supply chain yaitu :

1. Plan, yaitu proses yang menyeimbangkan permintaan dan persediaan untuk

mengembangkan tindakan yang memenuhi penggunaan source, produksi dan

(25)

2. Source, yaitu proses untuk menyediakan produk dan jasa (raw material) untuk

memenuhi kebutuhan atau permintaan aktual.

3. Make, yaitu proses untuk mentransformasi raw material menjadi produk jadi

untuk memenuhi kebutuhan atau permintaan aktual.

4. Deliver, yaitu proses mengirimkan produk jadi dan jasa untuk memenuhi

kebutuhan atau permintaan actual, termasuk juga manajemen penjualan,

manajemen transportasi, dan manajemen distribusi.

5. Return, yaitu proses yang dikaitkan dengan pengembalian atau menerima

kembali produk dengan berbagai alasan. Proses ini juga termasuk didalam

bagian delivery customer support.

Gambar 2.1 proses dalam supply chain (Supply Chain Council, 2006)

2.3 Pengukuran Performansi Supply Chain

Pengukuran kinerja adalah suatu proses untuk mengukur efektivitas dan

efisiensi dari suatu aktivitas. Dalam sistem manajemen bisnis modern,

pengukuran kinerja bukan hanya sekedar sistem pengukuran dan perhitungan saja,

(26)

Ada sejumlah tipe pengukuran kinerja yang berbeda yang digunakan untuk

mengkarakteristik sistem, khususnya sistem produksi, distribusi, dan inventori.

Banyaknya sistem pengukuran tersebut, maka untuk melakukan pemilihan sistem

pengukuran manakah yang paling sesuai dengan pengukuran performansi supply

chain sangat sulit.

Ide dari pengukuran kinerja ini diawali dari pengukuran operasi

manufakturing yang dilakukan oleh Frederick W. Taylor (father of scientific

methods) pada awal abad ke 20. Beliau melakukan penelitian mengenai studi

gerak dan waktu. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang

ada serta membuat kriteria yang obyektif untuk mengukur dan menetapkan kinerja

yang obyektif untuk mengukur dan menempatkan kinerja dan efisiensi pekerja

tersebut.

Lama-kelamaan pandangan pengukuran kinerja semakin berkembang.

Penelitian mengenai pengukuran kinerja tidak lagi difokuskan pada penelitian

kinerja individual melainkan mengarah pada pengukuran kinerja bisnis

perusahaan. Pada awal tahun 1920 mulailah muncul dan berkembang sistem

pengukuran secara tradisional yang masih berfokus pada aspek finansial. Sistem

pengukuran tradisional ini dinilai oleh para praktisi dan akademisi memiliki

banyak kekurangan karena berfokus pada satu indikator saja yaitu finansial.

Pengukuran kinerja sebaiknya memiliki orientasi jangka panjang dibandingkan

dengan jangka pendek. Ukuran finansial menunjukkan dampak kebijakan dan

prosedur perusahaan pada posisi keuangan perusahaan jangka pendek, hal ini

(27)

Dalam pengukurannya, ada beberapa pertimbangan yang harus dilihat antara

lain :

1. Ukuran tidak diorientasikan dan dipusatkan atas menyediakan suatu perspektif

memandang ke depan.

2. Ukuran tidak selalu dihubungkan dengan pentingnya masalah keuangan,

namun seperti pelayanan pelanggan/loyalty dan mutu produk.

3. Ukuran tidak secara langsung ada keterkaitan dengan efisiensi dan efektivitas

operasional.

(Lapide,2008)

Pengukuran performansi terhadap Supply Chain haruslah mengandung

indikator-indikator. Indikator-indikator tersebut sebaiknya harus berkaitan dengan

pertanyaan-pertanyaan seperti berikut :

1. Aspek-aspek apa saja yang harus diukur ?

2. Bagaimana mengukur aspek-aspek tersebut ?

3. Bagaimana menggunakan hasil pengukuran itu untuk menganalisa,

memperbaiki dan mengontrol kualitas rantai produktivitas ?

Di dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, bukanlah merupakan tugas

yang mudah. Banyak indikator-indikator yang harus disiapkan dan perlu

penggunaan ukuran-ukuran yang disesuaikan dengan kondisi perusahaan.

Ada beberapa sifat yang harus dipenuhi oleh indikator, yaitu :

1. Universality (bersifat umum dan mudah diukur).

2. Measurability (menjamin bahwa data-data yang diperlukan memang dapat

(28)

3. Consistency (menjamin kekonsistenan pengukuran).

(A. Zainur Razikh, 2008)

2.3.1 Kegunaan dan Ruang Lingkup Pengukuran Supply Chain

Pengukuran kinerja dapat dilakukan untuk mengetahui kondisi perusahaan,

apakah perusahaan tersebut telah berjalan dengan baik dan mampu mencapai

tujuannya atau justru mengalami kemunduran. Pengukuran supply chain dan

analisisnya dapat digunakan untuk :

1. Memberikan pengetahuan tentang berbagai macam variasi metode, proses,

teknik dan sistem yang dapat digunakan untuk me-manage supply chain dan

mempelajari entiti–entiti supply chain untuk mengidentifikasi area yang

berpotensi untuk dikembangkan.

2. Melakukan implementasi metode, proses, teknik dan sistem secara

keseluruhan untuk menunjang performa supply chain.

3. Untuk kontrol biaya.

4. Untuk kontrol kualitas.

5. Untuk menentukan level of customer service dan cara mengontrolnya.

(Ita Yustianingwati, 2005)

Pengukuran kinerja supply chain mencakup pengukuran kinerja perusahaan

pada proses internal dan proses eksternal perusahaan. Proses internal perusahaan

merupakan seluruh proses yang terjadi didalam perusahaan mulai dari proses

perencanaan produksi hingga pengirirman produk kepada customer. Sedangkan

proses eksternal merupakan proses yang melibatkan hubungan perusahaan dengan

(29)

2.4

Supply Chain Operations Reference (SCOR) Model

Model Supply Chain Operations Reference (SCOR) dikembangkan oleh suatu

lembaga professional, yaitu Supply Chain Council (SCC). Supply Chain Council

(SCC) diorganisasikan tahun 1996 oleh Pittiglio Rabin Todd & McGrath (PRTM)

dan AMR Research. Model ini dikuasakan kepada seluruh industry standart yang

digunakan untuk supply chain management. Model ini dikembangkan untuk

mendeskripsikan aktivitas bisnis yang diasosiasikan dengan seluruh fase yang

terlibat untuk memenuhi permintaan customer. (Pudjawan,Supply Chain Council,

2004)

Adapun bentuk dari Supply Chain yang digambarkan oleh SCOR model

adalah :

Gambar 2.2. (sumber : Supply Chain Council,2005)

Adapun definisi dari kelima proses manajemen utama Supply Chain dalam

(30)

1. Plan

Proses perencanaan untuk menyeimbangkan permintaan dan persediaan untuk

mengembangkan tindakan yang memenuhi penggunaan Source, produksi dan

pengiriman yang terbaik.

2. Source

Proses yang berkaitan dengan aktivitas untuk memperoleh material dan

hubungan perusahaan dengan supplier.

3. Make

Proses untuk merubah (transformasi) material menjadi produk jadi untuk

memenuhi permintaan customer.

4. Delivery

Proses mengirimkan produk jadi dan atau jasa untuk memenuhi permintaan.

5. Return

Proses yang dikaitkan dengan pengembalian dan penerimaan produk yang

dikembalikan oleh pelanggan untuk berbagai alasan.

(I Nyoman Pujawan, 2002)

Model SCOR (Supply Chain Operations Reference) diorganisasikan dalam 5

(lima) proses Supply Chain utama yaitu : Plan, Source, Make, Deliver, dan Return

dimana ini pada level pertama. Kemudian SCOR dibagi lagi menjadi level-level

untuk pengukuran performansinya. Didalam level 2 SCOR, dimunculkan setiap

aspek yang akan diukur. Misalnya saja mengenai reliability, responsiveness,

(31)

Dari masing-masing aspek itu, di dalamnya terdapat metriks-metriks

pengukuran yang akan diukur sehingga dapat kita nilai. Level dua dari SCOR,

digambarkan mengenai mapping supply chain perusahaan yang akan diukur

performansinya. Sedangkan untuk level tiganya, setiap komponen yang ada di

mapping level dua, di breakdown sehingga mendapatkan sesuatu yang detail dari

komponen-komponen tersebut. Pada level tiga juga sudah mulai dilakukan

penentuan parameter dari setiap metriks dan komponen yang akan diukur.

(I nyoman Pujawan, 2005)

Adapun contoh-contoh metriks yang ada di dalam metode SCOR, adalah

sebagai berikut :

A. Aspek reliability

1. Inventory inaccuracy, yaitu besarnya penyimpangan antara jumlah fisik

persediaan yang ada di gudang dengan catatan / dokumentasi yag ada.

2. Defect rate, yaitu tingkat pegembalian material cacat yang dikembalikan ke

supplier.

3. Stockout Probability, probabilitas atau kemungkinan terjadinya kehabisan

persediaan.

B. Aspek Responsiveness

1. Planning cycle time, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menyusun jadwal

produksi.

2. Source item responsiveness, yaitu waktu yang dibutuhkan supplier untuk

memenuhi kebutuhan perusahaan apabila terjadi peningkatan jumlah jenis

(32)

C. Aspek Flexibility

1. Minimum order quantity, yaitu jumlah unit minimum yang bisa dipenuhi

supplier dalam setiap kali order.

2. Make volume flexibility, yaitu prosentase penongkatan yang dapat dipenuhi

oleh produksi dalam kurun waktu tertentu.

D. Aspek Cost

1. Defect cost, yaitu biaya-biaya yang digunakan untuk penggantian produk

cacat.

2. Machine maintenance, yaitu biaya-biaya yang digunakan untuk perawatan

mesin produksi.

E. Aspek Assets

1. Payment term, yaitu rata-rata selisih waktu antara permintaan material

dengan waktu pembayaran ke supplier.

2. Cash to cash cycle time, yaitu waktu dari perusahaan mengeluarkan uang

untuk pembelian material sampai dengan perusahaan menerima uang

pembayaran dari konsumen. (Ita Yustianingwati, ST, 2005)

Contoh atribut-atribut penelitian sesuai Key Performance Indikator di

(33)

Tabel 2.1 Atribut Penelitian Sesuai Key Performance Indicator

Key Performansi Indikator Keterangan

Number of production schedule revision

Jumlah jadwal produk yang mengalami perubahan

Percentage of adjusted production quatity

Prosentase perubahan jumlah unit produksi dengan rencana produksi awal

Forecast Accuracy Prosentase penyimpangan

permintaan actual dengan permintaan hasil peramalan

Inventory accuracy of material

Keakuratan persediaan dalam material

Inventory accuracy of packaging

Keakuratan persediaan dalam pengemasan

Inventory accuracy of finished product

Keakuratan persediaan dalam produk akhir

Internal Relationship Hubungan internal antara bagian dalam perusahaan

Reliability

Planning employee reliability

Keandalan tenaga kerja bagian PPC

Time to identity new product specification

Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian dan pengembangan produk baru

Time to revise production schedule

Waktu yang dibutuhkan untuk merevisi jadwal produksi

PLAN

Responsiveness

Time to produce a production schedule

Waktu yang dibutuhkan untuk menyusun jadwal produksi

Supplier Delivery Performance

Kinerja pengiriman supplier

Source Employee Reliability

Keandalan tenaga kerja bagian pengadaan bahan baku

Percentage of suppliers with long term contracts

Prosentase supplier jangka panjang

Reliability

Supplier reliability Keandalan dari supplier

Supplier delivery lead time

Rata-rata rentang pengiriman

Source Volume

responsiveness of material

Tingkat ketanggapan volume bahan baku

Source volume responsiveness of packaging

Tingkat ketanggapan volume pengemasan

Responsiveness

Time to identify a new supplier

Waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk mengidentifikasi supplaier baru

Source item flexibility of packaging

Banyaknya perubahan jenis material yang diminta yang dapat dipenuhi dalam kurun waktu tertentu

SOURCE

Flexibility

Minimum order quality of packaging

(34)

Material order cost Biaya yang dikeluarkan untuk order material

Cost

Supplier evaluation cost Biaya yang dikeluarkan untuk melakukan ecvaluasi supplier dalam 1 tahun

Cash to cash cycle time Waktu sejak perusahaan

mengeluarkan uang untuk membeli material sampai dengan menerima uang dari konsumen

Assets

Payment term Rata-rata selisih waktu antara

penerimaan material dari supplier sampai dengan waktu pembayaran ke supplier

Percentage of product out of weight specification

Prosentase produk yang keluar dari spesifikasi berat

Number of backorder Jumlah unit yang diproduksi secara

backoerder salam suatu permintaan

Repair time percentage Waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki mesin yang rusak

Breakdown time percentage

Waktu yang menyebabkan proses produksi terhenti

Time between machine failure

Waktu rata-rata antar kerusakan mesin yang menyebabkan proses terhenti

Reliability

Manufacturing employee reliability

Keandalan tenaga kerja

Production lead time Lead time produksi

Make volume responsiveness

Waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk memenuhi permintaan konsumen apabila terjadi peningkatan permintaan sebesar 20%

Make item responsiveness Waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk memenuhi permintaan konsumen apabila terjadi perubahan jenis produk

Responsiveness

Changeover time Waktu persiapan mesin yang

diperlukan apabila terjadi

penggantian jenis produk yang akan diproduksi

Make volume flexibility Prosentase peningkatan permintaan yang dapat dipenuhi dalam kurun waktu tertentu

Flexibility

Production item flexibility Flexibiltas item produk

Overhead cost Biaya overhead

Defect cost Biaya-biaya penggantian produk

cacat

Cost

Machine maintenance cost Biaya perawatan mesin

MAKE

Assets Asset turn Total penerimaan kotor dibagi total

asset bersih

Delivery fill rate Prosentase jumlah permintaan yang

bias dipenuhi dari total permintaan

DELIVER Reliability

Percentage of orders delivered complete

Prosentase order yang kuantitasnya terkirim lengkap

(35)

Stockout probability Kemungkinan terjadinya kehabisan persediaan

Responsiveness

Delivery lead time Waktu sejak distributor industri

memesan barang sampai barang diambil

Flexibility Minimum delivery

quantity

Jumlah minimum pengiriman

Cost Holding cost Biaya penyimpanan per unit

Product reject rate Tingkat pengembalian produk

Reliability Number of customer

complaint

Jumlah complain dari konsumen

Time to solve a complain Waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi complain konsumen

RETURN

Responsiveness Packaging supplier repair time

Waktu yang dibutuhkan supplier untuk mengganti material yang diklaim setiap kali terjadi klaim

(sumber : Ilma Shofyana.Analisis Performansi Supply Chain Operation Reference

di PT.Petronika-Gresik)

2.5. Analytical Hierarchy Process (AHP)

AHP dikembangkan oleh Saaty (1980) dan dipergunakan untuk

menyelesaikan permasalahan yang kompleks atau tidak terstruktur. Data yang ada

adalah bersifat kualitatif yang didasarkan, diamati, namun kelengkapan data

numerik tidak menunjang untuk memodelkan secara kuantitatif.

AHP dapat diaplikasikan dengan berguna untuk mengelompokkan berbagai

situasi dan permasalahan. Misalnya memprioritaskan alternatif keputusan yang

sangat kompleks, menentukan kekonsistenan, memformulasikan konsistensi,

menganalisa permasalahan publik, analisa sensitivitas, evaluasi tingkat

kepentingan faktor, formulasi strategis, alokasi sumber daya, analisa benefit cost,

aplikasi inovasi pada daerah baru , dan lain-lain.

Salah satu keuntungan utama AHP yang membedakan dengan model

pengambilan keputusan lainnya adalah tidak ada syarat konsistensi mutlak. Hal ini

(36)

didasarkan pada kenyataan bahwa keputusan manusia sebagian didasarkan logika

dan sebagian lagi didasarkan pada unsur bukan logika seperti perasaan,

pengalaman dan intuisi.

Kelebihan AHP (Suryadi dan Ramdhani, 1998) dibandingkan dengan yang

lainnya karena adanya :

1. Struktur yang hirarki

2. bagai konsistensi dari kriteria yang dipilih, sampai kepada sub-sub kriteria

yang paling dalam.

3. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi

berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan.

4. Memperhitungkan ketahanan output analisis sensivitas pemgambilan

keputusan.

5. Karena menggunakan input persepsi manusia, model ini dapat mengolah data

yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif sekaligus.

Selain itu, AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang

multi-objektif dan multi-kriteria yang didasarkan pada perbandingan preferensi

tiap elemen dalam hirarki, sehingga menjadi model pengambilan keputusan yang

komprehensif.

Prosedur yang dipakai dalam model Analytical Hierarchy Process (AHP)

adalah sebagai berikut :

1. Pembentukan Hirarki

Hirarki dibentuk untuk menyederhanakan suatu masalah yang rumit menjadi

(37)

sampai level yang paling bawah. Hirarki sendiri dapat digolongkan menjadi

dua jenis yaitu :

 Hirarki struktural, yaitu suatu pembagian masalah yang rumit ke dalam

kelompok-kelompok yang lebih kecil berdasarkan ukuran-ukuran tertentu.

 Hirarki fungsional, yaitu suatu penguraian masalah ke dalam beberapa

bagian didasarkan atas hubungan esensialnya.

2. Pair-wise Comparison

Merupakan perbandingan berpasangan yang digunakan untuk

mempertimbangkan faktor-faktor keputusan dengan memperhitungkan

hubungan antara faktor dan sub faktor itu sendiri.

3. Pengecekan Konsistensi

Pengecekan konsistensi bertujuan untuk melihat apakah perbandingan

berpasangan yang sudah dibuat masih berada didalam batas kontrol

penerimaan atau tidak. Apabila berada diluar batas maka dilakukan kajian

ulang untuk menyelidiki apakah konsistensi tersebut dapat diaplikasikan.

4. Evaluasi

Tahap ini bertujuan untuk mengevaluasi seluruh proses pembobotan, dimana

faktor dari seluruh alternatif harus diketahui. Bobot tersebut harus dilakukan

proses normalisasi pada setiap matrik perbandingan berpasangan. Alternatif

dengan bobot tertinggi adalah alternatif dengan prioritas tertinggi sehingga

alternatif tersebut merupakan yang terbaik.

Dalam menyusun suatu hierarki tidak ada prosedur tetap untuk membuat

(38)

penyusunan mendaftar semua konsep yang relevan terhadap masalah tanpa

memperhatikan hubungan atau urutan, dapat diperoleh melalui studi literatur

untuk memperkaya ide, atau seringkali dilakukan dengan bekerja sama dengan

orang lain.

Tujuan utama yang akan dicapai harus diidentifikasi pada puncak hierarki,

sub tujuan pada tingkat berikutnya, dan kendala-kendala yang menghalangi usaha

para pelaku pada tingkat berikutnya lagi. Hal ini dapat mendominasi level dari

pelaku-pelaku itu sendiri, yang kemudian mendominasi level dari tujuan mereka,

dibawahnya adalah level kebijakan mereka dan pada tingkat terbawah adalah level

dari semua kemungkinan hasil yang ada. Secara umum struktur hierarki dapat

digambarkan sebagai berikut :

Level 1

Level 2

Level 3

[image:38.595.117.532.410.711.2]

Level N

Gambar 2.2. Struktur Hierarki (saaty,1993) GOAL

Kriteria 1 Kriteria2 Kriteria 3

Sub Kriteria

1.1

Sub Kriteria

1.2

Sub Kriteria

1.3

Sub Kriteria

1.4

Sub Kriteria

1.5

(39)

Jika kita dihadapkan pada beberapa pilihan untuk memilih dan kita

mempunyai beberapa kriteria yang rumit untuk dinilai, terlebih dahulu kita

melakukan perbandingan berpasangan dari kriteria-kriteria yang ada dalam

hubungannya dengan usaha jangka pendek dan panjang, keuntungan dan resiko,

dan juga matriks perbandingan berpasangan yang berhubungan dengan

keefektifan dan kesuksesan.

2.5.1. Langkah-langkah Analytical Hierarchy Process

Secara umum langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menggunakan

AHP adalah (Suryadi dan Ramdhani, 1998) :

1. Mendefinisikan permasalahan dan menentukan secara spesifik tujuan dan

solusi yang diinginkan. Jika digunakan untuk memilih alternatif atau

penyusunan prioritas alternatif, pada tahap ini dilakukan pengambilan

alternatif.

2. Menyusun masalah ke dalam struktur hirarki sehingga permasalahan yang

kompleks dapat ditinjau dari segi detail dan terukur. Penyusunan hirarki yang

memenuhi kebutuhan harus melibatkan pihak ahli didalam bidang

pengambilan keputusan.

3. Menyusun matriks-matriks perbandingan berpasangan untuk setiap level

dibawahnya, sebuah matriks untuk setiap elemen yang tepat berada pada level

diatasnya. Elemen-elemen pada level bawah saling diperbandingkan

berdasarkan pengaruhnya pada tiap elemen yang tepat pada level diatasnya.

(40)

4. Pengisian matriks perbandingan berpasangan oleh pengambil keputusan.

Dibutuhkan sebanyak n(n-1)/2 judgement untuk setiap matriks pada tahap 3

diatas.

5. Melakukan pengujian konsistensi dengan menggunakan eigen value terhadap

perbandingan berpasangan antar elemen yang didapatkan pada tiap level

hirarki. Pertama, uji nilai indeks konsistensi, hitung nilai ratio dari konsistensi

indeks dan random indeks.

6. 3, 4 dan 5 diulang untuk setiap level cluster dan hirarki.

7. Melakukan sintesis untuk menyusun bobot vektor eigen tiap elemen masalah

pada setiap level hirarki. Proses ini akan menghasilkan bobot elemen

pencapaian tujuan, sehingga elemen dengan bobot tertinggi memiliki prioritas

penanganan. Prioritas dihasilkan dari suatu matriks perbandingan

berpasangan antar seluruh elemen pada level yang sama.

8. Mengevaluasi konsistensi hirarki, jika nilainya lebih besar 0,1 maka terjadi

inkonsistensi, kualitas data harus diperbaiki.

Langkah pertama dalam menetapkan prioritas elemen-elemen dalam suatu

persoalankeputusan adalah dengan membuat perbandingan berpasangan, yaitu

elemen-elemen dibandingkan berpasangan terhadap kriteria yang ditentukan.

Untuk memulai proses perbandingan berpasangan ini, mulailah pada puncak

hierarki untuk memilih criteria C, atau sifat, yang digunakan untuk melakukan

perbandingan yang pertama. Lalu, dari tingkat tepat dibawahnya, ambil

elemen-elemen yang akan dibandingkan (A1, A2, A3 dan seterusnya).

(41)
[image:41.595.214.474.122.323.2]

Tabel 2.2 Contoh Matriks Perbandingan

C A1 A2 - - - A7

A1 1

A2 1

-

-

A7 1

( Sumber: Saaty,Thomas L,1993)

Dari matriks ini, dibandingkan elemen A, dalam kolom sebelah kiri

dengan elemen A1, A2, A3 dan seterusnya yang terdapat dibaris atas berkenaan

dengan sifat C disudut kiri atas. Lalu ulangi dengan elemen kolom A2 dan

seterusnya. Untuk mengisi matriks banding berpasangan itu kita menggunakan

bilangan untuk menggambarkan relatif pentingkahnya suatu elemen diatas yang

lainnya, berkenaan dengan sifat tersebut tabel dibawah ini memuat skala banding

berpasangan.

Tabel 2.3 : Tabel Skala Penilaian Analytical Hierarchy Process

Tingkat Kepentingan

Definisi Keterangan

1 Kedua elemen sama penting Dua elemen mempunyai

pengaruh yang sama besar terhadap tujuan

3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya

Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan atas elemen lainnya

5 Elemen yang satu sedikit lebih cukup daripada elemen yang lainnya

[image:41.595.111.553.556.754.2]
(42)

7 Satu elemen jelas lebih penting daripada elemen lainnya

Satu elemen yang kuat disokong dan dominannya telah terlihat dalam praktek

9 Satu elemen mutlak lebih penting daripada elemen lainnya

Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan

2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan

Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara dua pilihan Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu

angka dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan I a = 1 / ij a ij

Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara dua pilihan

(Sumber : Thomas l , Saaty ,1993)

2.5.2. Pengukuran Konsistensi Setiap Matriks Perbandingan

Konsistensi adalah jenis pengukuran yang tak dapat terjadi begitu saja

atau mempunyai syarat tertentu. Suatu matrik, misalnya terdapat 3 unsur (i, j, k)

dan setiap perbandingannya dinyatakan dengan a. Konsistensi 100% apabila

memenuhi syarat sebagai berikut :

ik jk ij .a a

a 

dengan syarat tersebut maka matriks A berikut dapat dinyatakan konsistensi.

Apabila ketiga syarat diatas sudah bisa terpenuhi maka bisa dikatakan

bahwa matriks A tersebut konsistensi 100% atau dapat juga dikatakan tingkat

konsistensinya 0%. Apabila muncul angka atau skala 5 dalam sebuah matriks

perbandingan maka tidak lain adalah 5/1. Dengan dasar tersebut maka dapat

dijelaskan bahwa :

(43)

karena itu,

aij . ajk = (wi / wj) . (wj / wk) = wj / wk = aik

dan juga dapat dibuktikan bahwa :

aij = wj / wi = 1 / (wi / wj) = 1 / aij

Apabila sejumlah n persamaan dengan n variabel yang tidak diketahui

dipecahkan dengan cara matriks maka bentuk persamaan matriksnya menjadi :

A . x = Y ... (1)

Dimana A merupakan matriks yang berisi koefisien-koefisien dari semua

persamaan. x merupakan variabel yang hendak dicari besarnya dan Y merupakan

konstanta di sisi kanan setiap persamaan. Rumus (1) dapat juga dinyatakan

sebagai berikut :

n 

1 j

i i j

i . x y

a , dimana i = bilangan asli

Karena,

w /

1

.

aij j wi  , dimana i,j = bilangan asli

Atau ) (1/w . w . a j n 1 j j ij

, dimana a, i = bilangan asli

maka

n 

1 j

i j

ij. w n . w

a , dimana i = bilangan asli

yang adalah sama dengan

(44)

Dalam teori matriks, rumus (2) menunjukkanbahwa w adalah eigen vestor

dari matriks A, sedangkan n menunjukkan eigen value nya.

Pengukuran konsistensi dari suatu matriks itu sendiri didasarkan atas suatu

eigen value maksimum. Dengan eigen value maksimum, inkonsistensi yang biasa

dihasilkan matriks perbandingan dapat diminimumkan.

Rumus dari index konsistensi (CI) adalah

 

n-1 n CI maks

Berikut ini indeks random untuk matriks berukuran 3 sampai 10 (matriks

[image:44.595.223.434.405.567.2]

berukuran 1 dan 2 mempunyai inkonsistensi 0)

Tabel 2.4 : Nilai Indeks Random (RI)

n RI 1 0 2 0 3 0,58 4 0,90 5 1,12 6 1,24 7 1,32 8 1,41 9 1,45 10 1,49

(Sumber : Bambang Brodjonegoro, 1991)

Rumus dari konsistensi/inkonsistensi (CR) itu sendiri dapat dituliskan

sebagai berikut :

CR = CI / RI

Dimana : CR = Rasio Konsistensi

(45)

RI = Indeks Random

Tingkat inkonsistensi yang masih bisa diterima adalah tingkat

inkonsistensi sebesar 10% kebawah (Bambang Permadi S. Brodjonegoro, 1991 :

15)

2.6. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini ada dua

macam, yaitu pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder (Nazir,

1985 : 58).

2.6.1. Data Primer

Data primer ialah data yang langsung dikumpulkan atau diperoleh dari

sumber pertama. Pengumpulan data primer bisa dilakukan dengan beberapa

macam cara antara lain :

1. Pengamatan (Observasi)

Observasi biasanya digunakan sebagai alat pengumpulan data untuk obyek

yang belum banyak diketahui. Observasi bertujuan mengamati objek

penelitian untuk dimengerti tentang objek penelitian tersebut.

2. Wawancara (Interview)

Wawancara adalah menggali informasi tentang kompetensi karyawan

didasarkan pada prilaku nyata karyawan tersebut dengan mengajukan

pertanyaan – pertanyaan kemudian mengidentifikasi permaalahan guna

(46)

3. Daftar Pertanyaan (Angket/kuesioner)

Kuesioner merupakan alat komunikasi antara penelitian dengan orang yang

diteliti atau responden. Isinya berupa daftar pertanyaan, yang dibagikan oleh

peneliti untuk diisi oleh responden. Pengumpulan data dengan kuesioner perlu

memperhatikan beberapa hal, yaitu :

 Karena respon menuangkan pendapat secara tertulis, kuesioner tidak

sesuai untuk mengumpulkan data yang bersifat sensitif.

 Penggunaan kuesioner tepat apabila responden mempunyai pengetahuan

yang memadai dan kemampuan yang cukup.

2.6.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak langsung diperoleh dari sumber

pertama dan telah tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen tertulis.

2.7 Penentuan Jumlah Sampel

Penentuan jumlah sample / kuesioner ini menurut Suharsini Arikunto

(2002), apabila Subyek kurang dari 100, maka lebih baik diambil seluruhnya

sehingga penelitianya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah

subyek besar (lebih dari 100), maka dapat diambil antara 10%-15%, maka

menggunakan rumus:

n = 15% x N keterangan:

n = besar sampel

(47)

2.8 Pengujian Data

Metode pengujian data yang dipakai dalam penelitian ini ada dua macam,

yaitu uji validitas dan uji reliabilitas (M.T.Safirin, 2002 : 33).

2.8.1. Uji Validitas

Uji Validitas merupakan suatu alat ukur yang menunjukkan sejauh mana

suatu alat pengukur untuk mengukur apa yang ingin di ukur (Mastri

singarimbundan safian efendi,1995 : 124). Semakin tinggi kualitas suatu validitas

tersebut semakin mengenai sasarannya san semakin menunjukkan apa yang

ditunjukkan.

Untuk menghitung validitas, maka kita akan menghitung korelasi antara

masing-masing pernyataan dengan skor total dengan menggunakan rumus korelasi

product moment sebagai berikut :

 

2 2

2

 

2

Y Y N X X N Y) X)( ( -(X)(Y) N r         

Dimana : r = koefisien korelasi yang dicari

N = jumlah responden

X = skor tiap-tiap variabel

Y = skor total tiap responden

Secara statistik, angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan

(48)

2.8.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan terjemahan dari kata reliability yang mempunyai

asal kata rely dan ability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut

sebagai pengukuran yang reliabel. Walaupun reliabilitas mempunyai berbagai

nama lain seperti kepercayaan, keandalan, keajegan, konsistensi dan sebagainya.

Namun ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana

hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.

Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa dalam

beberapa kali pengukuran terhadap sekelompok subyek yang sama diperoleh hasil

yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek memang belum

berubah.

Salah satu cara untuk menghitung reliabilitas adalah dengan rumus Alpha.

Runus alpha dugunakan untuk mencari reliabilitas instrument yang skornya bukan

1 dan 0, misalnya kuesioner atau soal bentuk uraian.

Rumus alpha :

 



 

      

 2

1 2

11 1

1 -k

k r

b

Dimana : r11 = reliabilitas instrument

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

Σσb2 = jumlah varians butir

σ12 = varians total

Program komputer SPSS 10.0 (Statistical Package for The Social Science)

(49)

2.9. Scoring System

Scoring System dilakukan untuk mengetahui nilai pencapaian terhadap

target yang telah ditetapkan untuk setiap indikator kinerja. Sebelum dilakukan

pengukuran dilakukan penentuan jenis skor terlebih dahulu. Adapun 3 macam

skor yang ditekankan pada KPI adalah sbb :

1. Lower Is Better

Karakteristik kualitas ini meliputi pengukuran dimana semakin rendah

nilainya (mendekati nol), maka kualitasnya akan lebih baik.

2. Larger Is Better

Karakteristik kualitas ini meliputi pengukuran dimana semakin besar nilainya

maka kualitasnya akan lebih baik.

3. Nominal Is Better

Pada karakteristik kualitas ini biasanya ditetapkan suatu nilai nominal tertentu,

dan semakin mendekati nilai nominal tersebut, kualitas semakin baik.

2.10. Metode Pengukuran Performansi Supply Chain

Ada berbagai macam cara pengukuran performansi yang pernah dilakukan

perusahaan-perusahaan dunia. Salah satunya adalah cara pengukuran yang

dilakukan oleh sebuah supermarket. Pertama mereka menentukan obyektif

performansi yang dibutuhkan di dalam pengukuran tersebut, seperti quality,

speed, reliability, flexibility, dan sebagainya. Obyektif tersebut diberi skor dan

(50)

indikator performansi tersebut. Untuk strategi Supply Chain yang pasti, berlaku

hubungan sebagai berikut :

Pi =

n

i j

j ij W

S ………(2.8)

Dimana :

Pi = Total performansi supply chain varian i

n = Jumlah obyektif performansi

Sij = Skor supply chain ke i didalam obyektif performansi ke j

Wj = Bobot dari obyektif performansi

Di dalam pengukuran ini, langkah pertama adalah melakukan pembobotan.

Pembobotan dilakukan dengan cara Analytic Hierarchy Process (AHP), dimana

setiap obyektif performansi dipasangkan dan dilakukan perbandingan tingkat

kepentingannya. Langkah kedua adalah pendefinisian dari indikator performansi

dan melakukan pengukuran.

Setiap indikator memiliki bobot yang berbeda-beda dengan skala ukuran

yang berbeda-beda pula. Oleh karena itu, diperlukan proses penyamaan

parameter, yaitu dengan cara normalisasi tersebut. Proses normalisasi dilakukan

demi tercapainya nilai akhir dari pengukuran performansi Normalisasi Snorm De

Boer ada 2 macam yaitu Large is better (semakin besar nilai semakin baik ) dan

Lower is better (semakin kecil nilai semakin baik) Proses normalisasi dilakukan

(51)

Untuk Larger is Better

Snorm =

min max

min) (

S S

S Si

x 100 ...(2.1)

Untuk Lower is Better

Snorm =

min max

) max (

S S

Si S

 x 100 ...(2.2)

Keterangan :

Si = Nilai indikator aktual yang berhasil dicapai

Smax = Nilai pencapaian kinerja terbaik dari indikator kinerja

Smin = Nilai pencapaian kinerja terburuk dari indikator kinerja

Pada pengukuran ini, setiap bobot indikator dikonversikan ke dalam

interval nilai tertentu yaitu 0 sampai 100. Nol (0) diartikan paling jelek dan

seratus (100) diartikan paling baik. Dengan demikian parameter dari setiap

indikator adalah sama, setelah itu didapatkan suatu hasil yang dapat dianalisa.

Untuk memantau nilai pencapaian performansi terhadap nilai pencapaian

terbaik atau target yang ingin dicapai oleh perusahaan maka dibutuhkan sistem

monitoring indikator performansi. Jika nilai kinerja < 40 maka pencapaian

performansinya dapat dikategorikan kedalam kondisi yang sangat rendah (poor)

sedangkan jika skor normalisasi mencapai nilai diatas 90 maka dapat

(52)
[image:52.595.173.449.163.341.2]

Tabel 2.5. Sistem Monitoring Indikator Performansi

Sistem Monitoring Indikator Performansi

> 90 Exellent

71 – 90 Good

51 – 70 Average

40 – 50 Marginal

< 40 Poor

(Sumber : Trienekens dan Hvolby, 2000)

2.11. Peneliti Terdahulu

Berikut akan dijelaskan secara singkat hasil peneliti terdahulu yang

berhubungan dengan penerapan metode Supply Chain Operations Reference

untuk pengukuran kinerja perusahaan diantaranya, yaitu :

1. Ita Yustianingwati, 2005, “ Implementasi Supply Chain Untuk Pengukuran Kinerja di PT Varia Usaha Beton Waru – Sidoarjo “

Rangkuman :

Pengumpulan data dilakukan pada bulan juni 2005 hingga data terpenuhi

dan diperoleh hasil serta pembahasannya dari penelitian yang dilakukan di PPTT

V

VaarriiaaUUssaahhaaBBeettoonn adalah sebagai berikut :

1. Aspek-aspek yang berpengaruh terhadap Kinerja berdasarkan metode supply

chain dengan pendekatan model Supply Chain Operations Reference (SCOR)

(53)

dalam merencanakan pelaksanaan order (81,75), b. Source yaitu proses

pembelian material / bahan baku kepada pihak supplier (56.41) ,c .Make

yaitu proses produksi yang berlangsung lama. d. Deliver yaitu proses

pengiriman guna memenuhi permintaan konsumen (27.65) serta e. Return

yaitu penanganan masalah pengembalian barang jadi (43.89).

2. Kinerja PT. Varia Usaha Beton setelah diukur dengan menjumlahkan skor

yang diperoleh dari setiap indikator maka didapatkan angka 63.33. Angka ini

menunjukkan bahwa perusahaan ini cukup. dalam menjalankan ordernya,

mulai dari hubungan dengan supplier, hubungan dalam internal perusahaan

maupun konsumen selaku pemesan order.

2. Akhmad Zainur Razikh, 2008, “ Analisa Performansi Perusahaan dengan Metode Supply Chain Operation Refearence (SCOR) di CV Restoe Bumi – Pasuruan “

Rangkuman :

Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juli 2007 hingga data terpenuhi

dan diperoleh hasil serta pembahasannya dari penelitian yang dilakukan di CV

Restou Bumi adalah sebagai berikut :

1. Dari hasil pengukuran performasi supply chain CV Restou Bumi dapat

diketahui bahwa nilai performansi yang paling tinggi terdapat pada periode

bulan Juli 2007 (73,74) dan nilai performasi supply chain yang paling rendah

terdapat pada periode bulan Oktober 2007 (55,58).

(54)

a. Plan yaitu Percentage of adjusted production quantity perlu mendapatkan

perbaikan sebesar( 63,3%) dan Forecast accuracy perlu mendapatkan

perbaikan sebesar ( 58% ) b. Source yaitu Supplier delivery performance perlu

mendapatkan perbaikan sebesar ( 66,5% ), Source employee reliability perlu

mendapatkan perbaikan sebesar ( 50% ), dan Supplier delivery lead time perlu

mendapatkan perbaikan sebesar ( 37,8% ). c. Make yaitu Repair time

percentage perlu mendapatkan perbaikan sebesar ( 71,7% ), Breakdown time

percentage perlu mendapatkan perbaikan sebesar ( 58,3% ), Time between

machine failure perlu mendapatkan perbaikan sebesar ( 32% ), dan Production

item flexibility perlu mendapatkan perbaikan sebesar ( 50% ). d. Deliver yaitu

Delivery lead time perlu mendapatkan perbaikan sebesar ( 21,7% ), Product

reject rate perlu mendapatkan perbaikan sebesar (47,7%). e. Return yaitu

Number of customer complaint perlu mendapatkan perbaikan sebesar ( 28,3% )

3. Usulan perbaikan untuk meningkatkan performansi supply chain pada CV.

Setia Group adalah :

a. Forecast Accuracy (58%) yaitu perbaikan yang perlu dilakukan adalah

lebih teliti dalam melihat kondisi produk dalam pasaran. b. Repair Time

Percentage (71,7%) yaitu perbaikan yang perlu dilakukan adalah lebih

berhati-hati dalam melakukan proses produksi. c.Percentage of adjusted production

quantity (63,3%) yaitu perbaikan yang perlu dilakukan adalah lebih teliti dalam

(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari PT. Sinar Sosro

Gresik terletak di desa Cangkir 21 Km dari, kecamatan Driyorejo, kabupaten

Gresik. Waktu penelitian dimulai dari bulan Maret 2011 sampai data yang

diperlukan untuk penelitian ini terpenuhi.

3.2. Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional Variabel 3.2.1 Identifikasi Variabel

Variabel dapat diartikan sebagai factor – factor atau konsep yang mempunyai variabel nilai dan besaran . jadi identifikasi variabel adalah kegunaan

untuk menentukan factor – factor yang terlihat dalam penelitian yang mempunya

variable nilai dan besaran . penentuan variabel penelitian tergantung dari objek

yang diteliti, landasan teori dan dan metode yang dipakai .identifikasi variabel

dibagi 2 yaitu :

1.Variabel Terikat

2.Variabel Bebas

3.2.2 Definisi Operasional Variabel

Untuk memperjelas identifikasi variabel yang dimaksud maka peneliti

(56)

1. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah seberapa baik kinerja dalam obyek

peneliti sehinggan dapat dilakukan pengukuran dengan menggunakan metode

Supply Chain Operation Reference di PT. Sinar Sosro Gresik.

2. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Variabel

bebas dalam penelitian ini adalah :

1) Plan, variabel ini dilihat dari proses perencanaan untuk menyeimbangkan

permintaan dan persediaan untuk mengembangkan tindakan yang

memenuhi penggunaan source, produksi dan pengiriman yang terbaik.

Terfokus pada kemampuan perusahaan dalam melakukan perencanaan

sehingga tujuan strategis perusahaan bisa tercapai.

2) Source, variabel ini dilihat dari proses yang berkaitan dengan aktivitas

untuk memperoleh material dan hubungan perusahaan dengan supplier.

Terfokus pada kemampuan perusahaan dalam memperoleh material dan

menjalin hubungan dengan supplier.

3) Make, variabel ini dilihat dari proses untuk merubah (transformasi) material

menjadi produk jadi untuk memenuhi permintaan customer. Terfokus pada

kemampuan perusahaan mentransformasikan bahan baku menjadi produk

setengah jadi maupun produk jadi untuk memenuhi permintaan yang ada.

4) Deliver, variabel ini dilihat dari proses mengirimkan produk jadi dan atau

jasa untuk memenuhi permintaan. Terfokus pada kemampuan perusahaan

dalam melakukan pengiriman order untuk memenuhi permintaan

(57)

5) Return, variabel ini dilihat dari proses yang dikaitkan dengan pengembalian

dan penerimaan produk yang dikembalikan oleh pelanggan untuk berbagai

alasan. Terfokus pada kemampuan perusahaan yang berkaitan dengan

proses pengembalian produk karena alasan tertentu.

Tabel 3.1 Atribut Penelitian Sesuai Key Performance Indicator

Key Performance Indicator Keterangan

Percentage of Adjusted Production Quantity (PAPQ)

Prosentase perubahan jumlah unit produksi dengan rencana produksi awal

Internal Relationship (IR)

Hubungan internal antara bagian dalam perusahaan

PLAN Reliability

Planning Employee Reliability (PER)

Keandalan tenaga kerja bagian PPC

Reliability Source Employee

Reliability (SER)

Keandalan tenaga kerja bagian pengadaan bahan baku

Cost Material Order Cost

(MOC)

Biaya yang dikeluarkan untuk order material

SOURCE

Assets Payment Term (PT) Rata-rata selisih waktu antara

penerimaan material dari supplier sampai den

Gambar

Gambar 2.2. Struktur Hierarki (saaty,1993)
Tabel 2.3 : Tabel Skala Penilaian Analytical Hierarchy Process
Tabel 2.4 : Nilai Indeks Random (RI)
Tabel 2.5. Sistem Monitoring Indikator Performansi
+7

Referensi

Dokumen terkait

PERHITUNGAN NILAI AKHIR PERFORMANSI SUPPLY CHAIN Perhitungan nilai akhir performansi supply chain dilakukan dengan cara mengalikan setiap skor yang telah didapat

PT Suryasukses Mekar Makmur sudah memiliki kerangka pengukuran kinerja tetapi pada pengukuran kinerja supply chain belum terkoordinasi dan belum terintegrasi

Karena pengukuran hanya diterapkan pada bagian produksi dengan indikator kinerja seperti efisiensi mesin dan efisiensi total, sedangkan untuk penilaian fleksibilitas di

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) hasil pengukuran performansi supply chain perusahaan dapat diketahui bahwa

Analisa pemakaian material pada bagian kitchen diharapkan dapat membantu PT Sinar Sosro Gresik dalam menggunakan material dengan efisien.. Pencarian titik-titik potensial

Karena pengukuran hanya diterapkan pada bagian produksi dengan indikator kinerja seperti efisiensi mesin dan efisiensi total, sedangkan untuk penilaian fleksibilitas di

Supply Chain Operations Reference (SCOR) merupakan konsep untuk mendapatkan suatu kerangka ( framework ) pengukuran yang terintegrasi dan untuk mendeskripsikan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) hasil pengukuran performansi supply chain perusahaan dapat diketahui bahwa