DI PT. SINAR SOSRO GRESIK
SKRIPSI
OLEH :
REZA FAUZAN
NPM : 0632010048
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “ANALISA PERFORMANSI DENGAN METODE SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) DI PT. SINAR SOSRO GRESIK”, yang merupakan kurikulum yang harus ditempuh boleh mahasiswa sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di Fakultas Teknologi Industri UPN “Veteran” Jawa Timur.
Atas terselesainya pelaksanaan dan penyusunan Tugas Akhir ini, maka penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof.Dr.Ir Teguh Sudarto, MP. Selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Ir.Sutiyono, MT. Selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Dr.Ir.Minto Waluyo,MM. Selaku ketua jurusan Teknik Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Ir. Rusindiyanto,MT. Selaku Dosen Pembimbing Utama dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas kemudahan dan bimbingan yang telah Bapak berikan kepada penulis.
7. Terima kasih untuk Ibu yang ada di rumah serta Kakak-kakakku dan Adikku yang selalu memberi support baik berupa Doa dan Anggaran Dana. Matoernuwun atas segala bentuk dukungannya .
8. Buat semua teman- temanku terima kasih banyak atas segala kebersamaan ”all for one , one for all ”susah senang kita hadapi bersama. Untuk sahabatku kriwul thanks atas supportnya , tommy sahabat senang maupun duka maturnuwun atas wedjangannya, erik sahabat revolusi ku mari canangkan revolusi.surya thanks berbagi infonya metodenya..gale didoleki i di markas karangpilang, brenk sajawat q trims..sugab sepurane nek ngerepoti terus q pean soko guru q lang pawayangan(kampus).sahabat sahabat 07 thanks ea.
9. mas yanto thanks atas wedjangane .pak no kaseno maturnuwun supportnya karena dengan dukungan anda aku bangkit lagi. lare lare warkop markas 999 trims likenya ..warkop 999 (pak di) dan warung komunitas (mythos but trance)adalah base camp perdjuangan q, maturnuwun.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kekurangan dan kelemahan dalam penulisan skripsi ini.
Surabaya, Oktober 2005
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN... xiii
ABSTRAKSI ... xiv
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 3
1.3. Batasan Masalah ... 3
1.4. Asumsi ... 4
1.5. Tujuan ... 5
1.6. Manfaat ... 5
1.7. Sistematika Penulisan ... 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengukuran Kinerja Perusahaan ... 8
2.1.1 Tujuan Pengukuran Kinerja ... 9
2.1.2 Manfaat Pengukuran Kinerja ... 9
2.3.1 Kegunaan dan Ruang Lingkup Pengukuran Supply Chain 15
2.4 Supply Chain Operation Reference (SCOR) Model... 16
2.5 Analytical Hierarchy Process (AHP) ... 22
2.5.1 Langkah-Langkah Analytical Hierarchy Process ... 26
2.5.2 Pengukuran Konsistensi Setiap Matriks Perbandingan ... 29
2.6 Pengumpulan Data ... 32
2.6.1 Data Primer ... 32
2.6.2 Data Sekunder ... 33
2.7 Penentuan Jumlah Sampel ... 33
2.8 Pengujian Data ... 34
2.8.1 Uji Validitas ... 34
2.8.2 Uji Reliabilitas ... 35
2.9 Scoring Sistem ... 36
2.10 Proses Normalisasi... 36
2.11 Peneliti Terdahulu... 39
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 42
3.2 Identifikasi Variabel ... 42
3.3.1 Penyusunan Kuisioner... 47
3.3.2 Penyebaran Kuisioner ... 48
3.5 Pengolahan Data ... 48
3.5.1 Uji Validitas ... 48
3.5.2 Uji Reliabilitas ... 49
3.5.3 Uji Konsistensi... 49
3.5.4 Perhitungan Nilai Normalisasi Dengan Standarisasi SCOR 50 3.5.5 Perhitungan Nilai Akhir Performansi Supply Chain... 50
3.5.6 Analogi Perhitungan KPI... 51
3.6 Langkah-Langkah Pemecahan Masalah ... 52
BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data ... 61
4.1.1 Hirarki Awal Pengukuran Kinerja Supply Chain ... 61
4.1.2 Pengumpulan Data Kuantitatif... 63
4.1.2.1 Plan ... 63
4.1.2.1.1 Data Produksi dan Rencana Produksi . 63 4.1.2.1.2 Data Internal Relationship... 63
4.1.2.1.3 Data Planning Employee Reliability ... 64
4.1.2.2 Source ... 65
4.1.2.2.1 Data Source Employee Reliability ... 65
Data Manufacturing Employee Reliability ... 67
4.1.2.4 Deliver ... 68
4.1.2.4.1 Data Order SHS... 68
4.1.2.4.2 Data Delivery Lead Time ... 68
4.1.2.4.2 Data Minimum Delivery Quantity ... 69
4.1.2.5 Return... 69
4.1.2.5.1 Data Komplain Customer... 69
4.1.3 Pembuatan dan Penyebaran Kuisioner... 70
4.1.3.1 Pembuatan Kuisioner Indikator Kualitatif ... 70
4.1.3.2 Penyebaran Kuisioner Indikator Kualitatif ... 70
4.1.4 Uji Validitas ... 71
4.1.4.1 Uji Validitas Kuisioner Karyawan Bagian Pemasaran n keuangan ... 71
4.1.4.2 Uji Validitas Kuisioner Karyawan Bagian produksii, logistik, dan Bagian Quality Control ... 72
4.1.5 Uji Reliabilitas ... 73
4.1.5.1 Uji Reliabilitas Kuisioner Karyawan Bagian Pemasaran n keuangan ...73
4.1.5.2 Uji Reliabilitas Kuisioner Karyawan Bagian produks i, logistik , dan Bagian Quality Control ... 74
4.1.6.3 Pembobotan KPI Dengan AHP... 75
4.2 Pengolahan Data ... 76
4.2.1 Perhitungan Nilai Aktual Performansi Supply Chain ... 76
4.2.2 Scoring Sistem Dengan Normalisasi... 81
4.2.3 Perhitungan Nilai Akhir Kinerja Supply Chain ... 83
4.2.4 Agregasi Nilai Performansi... 84
4.3 Analisa dan Pembahasan ... 91
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 93
5.2 Saran ... 93 DAFTAR PUSTAKA
Tabel 2.1 Atribut Penelitian Key Performane Indikator... 20
Tabel 2.2 Matriks Perbandingan ... 28
Tabel 2.3 Tabel Skala Penilaian Analytical Hierarchy Process ... 28
Tabel 2.4 Nilai Indeks Random ... 31
Tabel 2.5 Sistem Monitoring Indikator Performansi ... 39
Tabel 3.1 Atribut Penelitian Sesuai Key Performance Indicator ... 44
Tabel 3.2 Kategori Indikator Performansi ... 51
Tabel 4.1 Atribut Penelitian Sesuai Key Performance Indicator di PT Sinar Sosro Gresik... 62
Tabel 4.2 Data Produksi dan Rencana Produksi PT Sinar Sosro Gresik ... 63
Tabel 4.3 Data Internal Relationship... 63
Tabel 4.4 Data Planning Employee Reliability... 64
Tabel 4.5 Data Source Employee Reliability ... 65
Tabel 4.6 Data Material Order Cost... 65
Tabel 4.7 Data Payment Term ... 66
Tabel 4.8 Data Manufacturing Employee Reliability ... 67
Tabel 4.9 Data Order SHS ... 68
Tabel 4.10 Data Delivery Lead Time ... 68
Tabel 4.11 Data Minimum Delivery Quantity... 69
Tabel 4.12 Data Number of Customer Complaint ... 69
Tabel 4.16 Uji Reliabilitas Bagian Logistik, PRoduksi, dan Quality Control . 74
Tabel 4.17 Nilai Bobot KPI Setiap Level ... 76
Tabel 4.18 Hasil Performansi Supply Chain Aktual ... 73
Tabel 4.19 Hasil Scoring Aktual... 79
Tabel 4.20 Nilai Akhir Kinerja Supply Chain ... 84
Tabel 4.21 Nilai Performansi Supply Chain Perusahaan ... 86
Tabel 4.22 Hasil Indikator Dengan Skor ... 88
Tabel 4.23 Hasil Indikator Dengan Skor Rendah ... 90
Gambar 2.1 Proses Dalam Supply Chain... 12
Gambar 2.2 Supply Chain Model ... 16
Gambar 2.3 Strutur hirarki ... 25
Gambar 3.1 Hirarki Awal Pengukuran Performansi Supply Chain ... 45
Gambar 3.2 Langkah-Langkah Pemecahan Masalah... 53
Gambar 4.1 Hirarki Pengukuran Performansi Supply Chain... 61
Lampiran A : Gambaran Umum Perusahaan
Lampiran B : Kuisioner Indikator Performansi Supply Chain
Lampiran C : Hasil Kuesioner Indikator
Lampiran D : Output Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran E : Kuisioner Pembobotan KPI
Lampiran F : Hasil Rekapitulasi Kuisioner KPI
Lampiran G : Perhitungan Manual Pembobotan Dengan AHP
Lampiran H : Print Out Software Expert Choice
Lampiran I : Perhitungan Manual Pengukuran Kinerja Supply Chain
Lampiran J : R Tabel Dengan α = 95 %
terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang ada dalam perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana perusahaan memerlukan penyesuaian - penyesuaian atas aktifitas perencanaan dan pengendalian .
Selama ini PT Sinar Sosro Gresik pengukuran kinerja hanya diterapkan pada bagian produksi saja dimana dalam perencanaan permintaan produksi selama 6 bulan tidak sesuai antara permintaan dengan output yang diproduksi. konsep supply chain dalam perusahaan menjadi tidak stabil.sehingga pengukuran kinerja yang saat ini digunakan belum mampu mencerminkan nilai kinerja perusahaan yang sebenarnya karena kinerja yang diukur hanyalah dari perspektif output saja.
Metode yang dipakai untuk melakukan analisa adalah Supply Chain Operation Reference(SCOR) dan Analytical hierarchy process (AHP). Supply Chain Operation Reference (SCOR) digunakan sebagai tolak ukur pengukuran kinerja perusahaan . sedangkan AHP digunakan untuk pembobotan perspektif yang sesuai dengan kondisi perusahaan serta digunakan untuk menentukan perspektif yang lebie penting.
Dari hasil pengukuran performansi Supply Chain PT. Sinar Sosro Gresik dapat diketahui bahwa nilai performansi yang paling tinggi terdapat pada periode bulan Desember 2010 (72,96).dan nilai performansi yang paling rendah terdapat pada periode bulan September 2010 (60,722). Dari hasil penelitian dapat juga diketahui nilai dari masing – masing KPI adalah sebagai berikut : Percentage of Adjusted Production Quantity (21,43) ; Internal Relationship (87,5) ; Planning Employee Reliability (83,5) ; Source Employee Reliabilty (83,3); Material order Cost (42,28); Payment Term (96,66); Manufacturing Employee Reliability (79,1) ; Percentage of Order delivered Complete(65,08) :Delivery Lead Time (93,33); Minimum Delivery Quantity (42,21); Number Of Customer Complaint (89,58); . dari nilai – nilai tersebut dapat diketahui bahwa ada tiga KPI yang mempunyai nilai dibawah 50 point : Percentage of Adjusted Production Quantity (21,43)Material order Cost (42,28);Minimum Delivery Quantity (42,21).
measurement action to various activity in enchaining existing value in company. Result of the measurement [is] later;then used as [by] feed back to give information about execution achievement a[n dot and plan where company need adjustments of planning and control .
During The Time PT [Light/Ray] of Sosro Gresik measurement of performance only applied [at] part of just production where in the plan request of production during 6 inappropriate months between request with produced output. concept of supply chain in company becoming not stabil.untill measurement of performance which [is] in this time used [by] not yet can express company performance value which in fact because measured performance only from is in perpective just output.
Method weared to analyse is Supply Chain operation reference (SCOR) and of Analytical process hierarchy ( AHP). Supply Chain Operation Reference (SCOR) used as yardstick measurement of company performance . while AHP used for in perpective wight matching with the condition of company and also used to determine in perpective which more important .From result of measurement of performance of Supply Chain PT.Sosro Gresik can know that value of performansi highest there are period of December month 2010 (72,96).dan value of performansi lowest there are period of September month 2010 ( 60,722). From result of research is also known by value of KPI shall be as follows : Of Adjusted Production Quantity Percentage ( 21,43) is ; Internal [of] Relationship (87,5) ; Planning Employee Reliability ( 83,5) ; Source Employee Reliabilty ( 83,3); Order material of Cost ( 42,28); Payment Term ( 96,66); Manufacturing Employee Reliability ( 79,1) ; Of Order Percentage of delivered Complete(65,08) : Delivery Lead Time ( 93,33); Minimum of Delivery Quantity ( 42,21); Number Of Customer Complaint ( 89,58 . from value - the value can know [by] that there is three KPI having value below/under 50 point : Of Adjusted Production Quantity Percentage ( 21,43) Order material of Cost ( 42,28);Minimum Delivery Quantity ( 42,21).
1.1. Latar Belakang
Pelaku industri mulai sadar bahwa untuk menyediakan produk yang murah, berkualitas dan cepat, perbaikan di internal sebuah perusahaan manufaktur tidaklah cukup. Ketiga aspek tersebut memerlukan peran serta semua pihak mulai dari pemasok yang mengolah bahan baku dari alam menjadi komponen, pabrik yang mengubah komponen dan bahan baku menjadi produk jadi, perusahaan transportasi yang mengirimkan bahan baku dari pemasok ke pabrik, serta jaringan distribusi yang menyampaikan produk ke tangan pelanggan.
PT. Sinar Sosro Gresik merupakan salah satu perusahaan minuman yang memproduksi minuman teh yang dibentuk dalam kemasan siap saji (Instan),di PT. Sinar Sosro Gresik Baru pengukuran kinerja hanya diterapkan pada bagian produksi dimana dalam perencanaan permintaan produksi selama 6 bulan tidak sesuai antara rencana produksi dengan output produksi begitu juga dengan biaya pengiriman material yang Begitu besar dan jumlah pengiriman yang kurang maksimal sehingga pendistribusian terhambat. .
yang murah,berkualitas dan cepat inilah yang kemudian melahirkan konsep baru yaitu Supply Chain Management. Supply Chain Management adalah konsep yang merupakan integrasi dari keseluruhan elemen dari perusahaan dalam memenuhi permintaan konsumen, yaitu merupakan kesatuan dari Supplier, Manufacturing, Customer, dan Delivery Process.
Supply Chain Management merupakan solusi yang lebih cocok dan sesuai
dengan kondisi dan tujuan perusahaan. Untuk mengetahui kinerja perusahaan dengan supply chain diperlukan suatu pengukuran melalui pendekatan yaitu model Supply Chain Operations Reference (SCOR). Dari pengukuran tersebut didapatkan hasil kinerja yang akan mengarahkan perusahaan dan memberikan keuntungan, baik itu untuk perusahaan, supplier maupun konsumen. Dengan harapan PT Sinar Sosro Gresik lebih dapat menyeimbangkan supply chain Management yang ada, agar plan, source, make, deliver, return dapat berjalan
dengan baik.
Untuk mengetahui sejauh mana kinerja perusahaan maka dari itu dilakukan pengukuran ini dengan harapan dapat membantu pihak manajemen agar bisa mengetahui kemampuan perusahaan saat ini, kelemahan, serta prioritas di masa yang akan datang.
1.2. Perumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah diatas maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah ”Berapakah tingkat performansi
Batasan masalah yang digunakan dalam penulisan ini adalah :
1. Pengukuran dengan model Supply Chain Operation Reference (SCOR) sampai pada 3 level dimana level I meliputi Plan, Source, Make, Deliver , Return. Level 2 meliputi Reliability, Responsiveness, Flexibility, Cost, dan
Assets. Dan level 3 menentukan indikator- indikator.
2. Penyebaran kuisioner dilakukan hanya pada staff departemen yang terkait dengan kegiatan purchasing, marketing, Engineering, Logisti,PPIC..
3. penelitian di PT. Sinar Sosro Gresik hanya dilakukan pada satu jenis produk saja yaitu : Fruit Tea Genggam (FTG) .
4. Penelitian Hanya dilakukan pada Intern Perusahaan dan Tidak melibatkan konsumen.
1.4. Asumsi
Berdasarkan pada batasan masalah, maka asumsi yang digunakan adalah : 1. Data yang diperoleh dari kuisioner yang telah disebarkan dapat mewakili
kinerja karyawan perusahaan.
2. Responden mengerti tentang kondisi real perusahaan.
3. Indikator-indikator kinerja yang disusun dapat mewakili kinerja yang ada di perusahaan.
penelitian dilakukan yang mampu menimbulkan perubahan visi-misi perusahaan.
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui tingkat performansi supply chain perusahaan yang dilihat dari konsep SCOR.
2. Mengetahui indikator kinerja supply chain perusahaan yang memerlukan prioritas untuk dilakukan perbaikan.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Perusahaan :
a. Perusahaan dapat melakukan perbaikan berkelanjutan berdasarkan hasil kontrol kinerja supply chain yang dilakukan.
b. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan bagi perusahaan dalam mengembangkan suatu kerangka pengukuran kinerja Supply Chain yang sesuai dengan kondisi dan tujuan strategis perusahaan.
2. Bagi perpustakaan UPN “Veteran” Jawa Timur :
a. Menambah koleksi buku referensi yang berhubungan dengan Supply Chain.
1. Agar dapat membandingkan mata kuliah supply chain yang di dapat di kampus (teori) dengan keadaan sebenarnya di perusahaan.
2. Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa dalam proses produksi pada suatu perusahaan.
3. menjadi acuan bagi mahasiswa untuk menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan tentang pengukuran kinerja Supply Chain khususnya SCOR.
1.7. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan Skripsi ini dapat dijelaskan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang melakukan penelitian yang bertopik pengukuran kinerja Supply Chain. Selain itu dijelaskan mengenai rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, asumsi yang digunakan, manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas mengenai teori yang dapat menunjang pelaksanaan penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi pengumpulan dan pengolahan data yang didapat dari PT Sinar Sosro Gresik dan kemudian dilakukan analisa.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dan saran berkenaan dengan hasil pengukuran kinerja Supply Chain.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengukuran Kinerja Perusahaan
Pengukuran kinerja perusahaan pada periode tertentu sangat diperlukan agar
prestasi perusahaan dapat diketahui. Selama ini, pengukuran kinerja perusahaan
hanya berfokus pada perspektif keuangan saja, yang hanya menggambarkan
kinerja pada satu sisi yaitu perusahaan (internal), sedangkan sisi luar perusahaan
(eksternal) kurang tersentuh.
Penentuan secara periodik efektivitas operasional dari suatu organisasi
sebagai bagian organisasi dan karyawannya, berdasarkan : sasaran, standar dan
kriteria yang telah diharapkan sebelumnya.( Mulyadi ,1993)
Suatu ukuran seberapa efisien dan efektif individu atau organisasi dalam tujuan
yang memadai.( Stoner et al ,1996)
Feedback from the accountant to management that provides information
about how well the action represent the plans, it also identifies where manager
may need to make correction or adjusmention future planning and controlling
activities”,( Anderson dan Clancy ,1991)
The activity of measuring the performance of an activity or the entire value
chain.( Anthony, Banker, Kaplan dan Young ,1997)
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja adalah
tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai
sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi
pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana perusahaan memerlukan penyesuaian–
penyesuaian atas aktifitas perencanaan dan pengendalian.
2.1.1. Tujuan Pengukuran Kinerja
Menurut Mulyadi (1993) tujuan pengukuran kinerja adalah :
1. Untuk menentukan kontribusi suatu bagian dalam perusahaan terhadap
organisasi secara keseluruhan.
2. Untuk memberikan dasar bagi penilaian suatu prestasi dalam berorganisasi.
3. Untuk memberikan motivasi bagi manajer bagian dalam (internal)
menjalankan bagiannya seirama dengan tujuan pokok perusahaan secara
keseluruhan.
2.1.2. Manfaat Pengukuran Kinerja
Menurut Lynch dan Cross (1993), manfaat dari sistem pengukuran kinerja
yang baik adalah :
a. Menelusuri manfaat kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan
membawa perusahaan menjadi lebih dekat pada pelanggannya dan membuat
seluruh orang dalam organisasi terlibat dalam upaya memberi kepuasan
kepada pelanggan.
b. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan kepada pelanggan sebagai
bagian dari mata rantai pelanggan dan pemasok internal.
c. Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya–upaya
d. Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih
konkret sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi.
e. Membangun konsensus untuk melakukan suatu perubahan dengan memberi
“reward” atau perilaku yang diharapkan tersebut.
2.2. Supply Chain Management
Perkembangan teknologi dan perubahan kondisi pasar yang cepat dan
persaingan dunia usaha yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk mampu
beradaptasi dengan perubahan tersebut. Perusahaan ini semakin menyadari adanya
keterbatasan sumber daya yang dimiliki dan perusahaan tidak akan bisa bertahan
bila manajemen perusahaan masih terfokus pada integrasi proses internal. Untuk
mencapai keunggulan kompetitif dalam rangka untuk memenangkan pasar,
diawal tahun 1990, pandangan manajemen mulai bergeser ke manajemen Supply
Chain. Beberapa keuntungan yang diperoleh dengan adanya penerapan
manajemen Supply Chain antara lain yaitu dapat meningkatkan customer
satisfaction, mengurangi biaya, dan meningkatkan cash utilization.
2.2.1. Pengertian Supply Chain Management
Istilah “Supply Chain Management” merupakan istilah yang baru bagi
beberapa orang.namun kesadaran akan pentingnya peran seamua pihak dalam
menciptakan produk yang murah,berkualitas dan cepat inilah yang kemudian
melahirkan konsep baru d era tahun -1990an yaitu Supply chain Managaement
Supply Chain Management (SCM) adalah metode, alat, atau pendekatan
pengelolaan dari kegiatan supply chain. Namun perlu ditekankan bahwa SCM
menghendaki pendekatan atau metode yang terintegrasi dengan dasar semangat
kolaborasi.( I Nyoman Pujawan,2005)
Jadi SCM tidak hanya berorientasi pada urusan internal sebuah
perusahaan, melainkan juga urusan eksternal yang menyangkut hubungan dengan
perusahaan-perusahaan partner. Koordinasi dan kolaborasi antar perusahaan
menjadi diperlukan dalam supply chain karena perusahaan-perusahaan yang
berada pada suatu supply chain pada intinya ingin memuaskan konsumen akhir
yang sama, mereka harus bekerjasama membuat produk yang murah,
mengirimkannya tepat waktu, dan dengan kualitas yang bagus. Hanya dengan
bekerjasama antara elemen-elemen pada supply chain tujuan tersebut akan dapat
dicapai. Oleh karena itu cukup tepat kalau banyak orang mengatakan bahwa
persaingan dewasa ini bukan lagi antara satu perusahaan dengan perusahaan lain,
tetapi antara supply chain yang satu dengan supply chain yang lain. (I Nyoman
Pujawan, 2005)
2.2.2 Proses dalam Supply Chain
Ada 5 proses utama dalam supply chain yaitu :
1. Plan, yaitu proses yang menyeimbangkan permintaan dan persediaan untuk
mengembangkan tindakan yang memenuhi penggunaan source, produksi dan
2. Source, yaitu proses untuk menyediakan produk dan jasa (raw material) untuk
memenuhi kebutuhan atau permintaan aktual.
3. Make, yaitu proses untuk mentransformasi raw material menjadi produk jadi
untuk memenuhi kebutuhan atau permintaan aktual.
4. Deliver, yaitu proses mengirimkan produk jadi dan jasa untuk memenuhi
kebutuhan atau permintaan actual, termasuk juga manajemen penjualan,
manajemen transportasi, dan manajemen distribusi.
5. Return, yaitu proses yang dikaitkan dengan pengembalian atau menerima
kembali produk dengan berbagai alasan. Proses ini juga termasuk didalam
bagian delivery customer support.
Gambar 2.1 proses dalam supply chain (Supply Chain Council, 2006)
2.3 Pengukuran Performansi Supply Chain
Pengukuran kinerja adalah suatu proses untuk mengukur efektivitas dan
efisiensi dari suatu aktivitas. Dalam sistem manajemen bisnis modern,
pengukuran kinerja bukan hanya sekedar sistem pengukuran dan perhitungan saja,
Ada sejumlah tipe pengukuran kinerja yang berbeda yang digunakan untuk
mengkarakteristik sistem, khususnya sistem produksi, distribusi, dan inventori.
Banyaknya sistem pengukuran tersebut, maka untuk melakukan pemilihan sistem
pengukuran manakah yang paling sesuai dengan pengukuran performansi supply
chain sangat sulit.
Ide dari pengukuran kinerja ini diawali dari pengukuran operasi
manufakturing yang dilakukan oleh Frederick W. Taylor (father of scientific
methods) pada awal abad ke 20. Beliau melakukan penelitian mengenai studi
gerak dan waktu. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang
ada serta membuat kriteria yang obyektif untuk mengukur dan menetapkan kinerja
yang obyektif untuk mengukur dan menempatkan kinerja dan efisiensi pekerja
tersebut.
Lama-kelamaan pandangan pengukuran kinerja semakin berkembang.
Penelitian mengenai pengukuran kinerja tidak lagi difokuskan pada penelitian
kinerja individual melainkan mengarah pada pengukuran kinerja bisnis
perusahaan. Pada awal tahun 1920 mulailah muncul dan berkembang sistem
pengukuran secara tradisional yang masih berfokus pada aspek finansial. Sistem
pengukuran tradisional ini dinilai oleh para praktisi dan akademisi memiliki
banyak kekurangan karena berfokus pada satu indikator saja yaitu finansial.
Pengukuran kinerja sebaiknya memiliki orientasi jangka panjang dibandingkan
dengan jangka pendek. Ukuran finansial menunjukkan dampak kebijakan dan
prosedur perusahaan pada posisi keuangan perusahaan jangka pendek, hal ini
Dalam pengukurannya, ada beberapa pertimbangan yang harus dilihat antara
lain :
1. Ukuran tidak diorientasikan dan dipusatkan atas menyediakan suatu perspektif
memandang ke depan.
2. Ukuran tidak selalu dihubungkan dengan pentingnya masalah keuangan,
namun seperti pelayanan pelanggan/loyalty dan mutu produk.
3. Ukuran tidak secara langsung ada keterkaitan dengan efisiensi dan efektivitas
operasional.
(Lapide,2008)
Pengukuran performansi terhadap Supply Chain haruslah mengandung
indikator-indikator. Indikator-indikator tersebut sebaiknya harus berkaitan dengan
pertanyaan-pertanyaan seperti berikut :
1. Aspek-aspek apa saja yang harus diukur ?
2. Bagaimana mengukur aspek-aspek tersebut ?
3. Bagaimana menggunakan hasil pengukuran itu untuk menganalisa,
memperbaiki dan mengontrol kualitas rantai produktivitas ?
Di dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, bukanlah merupakan tugas
yang mudah. Banyak indikator-indikator yang harus disiapkan dan perlu
penggunaan ukuran-ukuran yang disesuaikan dengan kondisi perusahaan.
Ada beberapa sifat yang harus dipenuhi oleh indikator, yaitu :
1. Universality (bersifat umum dan mudah diukur).
2. Measurability (menjamin bahwa data-data yang diperlukan memang dapat
3. Consistency (menjamin kekonsistenan pengukuran).
(A. Zainur Razikh, 2008)
2.3.1 Kegunaan dan Ruang Lingkup Pengukuran Supply Chain
Pengukuran kinerja dapat dilakukan untuk mengetahui kondisi perusahaan,
apakah perusahaan tersebut telah berjalan dengan baik dan mampu mencapai
tujuannya atau justru mengalami kemunduran. Pengukuran supply chain dan
analisisnya dapat digunakan untuk :
1. Memberikan pengetahuan tentang berbagai macam variasi metode, proses,
teknik dan sistem yang dapat digunakan untuk me-manage supply chain dan
mempelajari entiti–entiti supply chain untuk mengidentifikasi area yang
berpotensi untuk dikembangkan.
2. Melakukan implementasi metode, proses, teknik dan sistem secara
keseluruhan untuk menunjang performa supply chain.
3. Untuk kontrol biaya.
4. Untuk kontrol kualitas.
5. Untuk menentukan level of customer service dan cara mengontrolnya.
(Ita Yustianingwati, 2005)
Pengukuran kinerja supply chain mencakup pengukuran kinerja perusahaan
pada proses internal dan proses eksternal perusahaan. Proses internal perusahaan
merupakan seluruh proses yang terjadi didalam perusahaan mulai dari proses
perencanaan produksi hingga pengirirman produk kepada customer. Sedangkan
proses eksternal merupakan proses yang melibatkan hubungan perusahaan dengan
2.4
Supply Chain Operations Reference (SCOR) ModelModel Supply Chain Operations Reference (SCOR) dikembangkan oleh suatu
lembaga professional, yaitu Supply Chain Council (SCC). Supply Chain Council
(SCC) diorganisasikan tahun 1996 oleh Pittiglio Rabin Todd & McGrath (PRTM)
dan AMR Research. Model ini dikuasakan kepada seluruh industry standart yang
digunakan untuk supply chain management. Model ini dikembangkan untuk
mendeskripsikan aktivitas bisnis yang diasosiasikan dengan seluruh fase yang
terlibat untuk memenuhi permintaan customer. (Pudjawan,Supply Chain Council,
2004)
Adapun bentuk dari Supply Chain yang digambarkan oleh SCOR model
adalah :
Gambar 2.2. (sumber : Supply Chain Council,2005)
Adapun definisi dari kelima proses manajemen utama Supply Chain dalam
1. Plan
Proses perencanaan untuk menyeimbangkan permintaan dan persediaan untuk
mengembangkan tindakan yang memenuhi penggunaan Source, produksi dan
pengiriman yang terbaik.
2. Source
Proses yang berkaitan dengan aktivitas untuk memperoleh material dan
hubungan perusahaan dengan supplier.
3. Make
Proses untuk merubah (transformasi) material menjadi produk jadi untuk
memenuhi permintaan customer.
4. Delivery
Proses mengirimkan produk jadi dan atau jasa untuk memenuhi permintaan.
5. Return
Proses yang dikaitkan dengan pengembalian dan penerimaan produk yang
dikembalikan oleh pelanggan untuk berbagai alasan.
(I Nyoman Pujawan, 2002)
Model SCOR (Supply Chain Operations Reference) diorganisasikan dalam 5
(lima) proses Supply Chain utama yaitu : Plan, Source, Make, Deliver, dan Return
dimana ini pada level pertama. Kemudian SCOR dibagi lagi menjadi level-level
untuk pengukuran performansinya. Didalam level 2 SCOR, dimunculkan setiap
aspek yang akan diukur. Misalnya saja mengenai reliability, responsiveness,
Dari masing-masing aspek itu, di dalamnya terdapat metriks-metriks
pengukuran yang akan diukur sehingga dapat kita nilai. Level dua dari SCOR,
digambarkan mengenai mapping supply chain perusahaan yang akan diukur
performansinya. Sedangkan untuk level tiganya, setiap komponen yang ada di
mapping level dua, di breakdown sehingga mendapatkan sesuatu yang detail dari
komponen-komponen tersebut. Pada level tiga juga sudah mulai dilakukan
penentuan parameter dari setiap metriks dan komponen yang akan diukur.
(I nyoman Pujawan, 2005)
Adapun contoh-contoh metriks yang ada di dalam metode SCOR, adalah
sebagai berikut :
A. Aspek reliability
1. Inventory inaccuracy, yaitu besarnya penyimpangan antara jumlah fisik
persediaan yang ada di gudang dengan catatan / dokumentasi yag ada.
2. Defect rate, yaitu tingkat pegembalian material cacat yang dikembalikan ke
supplier.
3. Stockout Probability, probabilitas atau kemungkinan terjadinya kehabisan
persediaan.
B. Aspek Responsiveness
1. Planning cycle time, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menyusun jadwal
produksi.
2. Source item responsiveness, yaitu waktu yang dibutuhkan supplier untuk
memenuhi kebutuhan perusahaan apabila terjadi peningkatan jumlah jenis
C. Aspek Flexibility
1. Minimum order quantity, yaitu jumlah unit minimum yang bisa dipenuhi
supplier dalam setiap kali order.
2. Make volume flexibility, yaitu prosentase penongkatan yang dapat dipenuhi
oleh produksi dalam kurun waktu tertentu.
D. Aspek Cost
1. Defect cost, yaitu biaya-biaya yang digunakan untuk penggantian produk
cacat.
2. Machine maintenance, yaitu biaya-biaya yang digunakan untuk perawatan
mesin produksi.
E. Aspek Assets
1. Payment term, yaitu rata-rata selisih waktu antara permintaan material
dengan waktu pembayaran ke supplier.
2. Cash to cash cycle time, yaitu waktu dari perusahaan mengeluarkan uang
untuk pembelian material sampai dengan perusahaan menerima uang
pembayaran dari konsumen. (Ita Yustianingwati, ST, 2005)
Contoh atribut-atribut penelitian sesuai Key Performance Indikator di
Tabel 2.1 Atribut Penelitian Sesuai Key Performance Indicator
Key Performansi Indikator Keterangan
Number of production schedule revision
Jumlah jadwal produk yang mengalami perubahan
Percentage of adjusted production quatity
Prosentase perubahan jumlah unit produksi dengan rencana produksi awal
Forecast Accuracy Prosentase penyimpangan
permintaan actual dengan permintaan hasil peramalan
Inventory accuracy of material
Keakuratan persediaan dalam material
Inventory accuracy of packaging
Keakuratan persediaan dalam pengemasan
Inventory accuracy of finished product
Keakuratan persediaan dalam produk akhir
Internal Relationship Hubungan internal antara bagian dalam perusahaan
Reliability
Planning employee reliability
Keandalan tenaga kerja bagian PPC
Time to identity new product specification
Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian dan pengembangan produk baru
Time to revise production schedule
Waktu yang dibutuhkan untuk merevisi jadwal produksi
PLAN
Responsiveness
Time to produce a production schedule
Waktu yang dibutuhkan untuk menyusun jadwal produksi
Supplier Delivery Performance
Kinerja pengiriman supplier
Source Employee Reliability
Keandalan tenaga kerja bagian pengadaan bahan baku
Percentage of suppliers with long term contracts
Prosentase supplier jangka panjang
Reliability
Supplier reliability Keandalan dari supplier
Supplier delivery lead time
Rata-rata rentang pengiriman
Source Volume
responsiveness of material
Tingkat ketanggapan volume bahan baku
Source volume responsiveness of packaging
Tingkat ketanggapan volume pengemasan
Responsiveness
Time to identify a new supplier
Waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk mengidentifikasi supplaier baru
Source item flexibility of packaging
Banyaknya perubahan jenis material yang diminta yang dapat dipenuhi dalam kurun waktu tertentu
SOURCE
Flexibility
Minimum order quality of packaging
Material order cost Biaya yang dikeluarkan untuk order material
Cost
Supplier evaluation cost Biaya yang dikeluarkan untuk melakukan ecvaluasi supplier dalam 1 tahun
Cash to cash cycle time Waktu sejak perusahaan
mengeluarkan uang untuk membeli material sampai dengan menerima uang dari konsumen
Assets
Payment term Rata-rata selisih waktu antara
penerimaan material dari supplier sampai dengan waktu pembayaran ke supplier
Percentage of product out of weight specification
Prosentase produk yang keluar dari spesifikasi berat
Number of backorder Jumlah unit yang diproduksi secara
backoerder salam suatu permintaan
Repair time percentage Waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki mesin yang rusak
Breakdown time percentage
Waktu yang menyebabkan proses produksi terhenti
Time between machine failure
Waktu rata-rata antar kerusakan mesin yang menyebabkan proses terhenti
Reliability
Manufacturing employee reliability
Keandalan tenaga kerja
Production lead time Lead time produksi
Make volume responsiveness
Waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk memenuhi permintaan konsumen apabila terjadi peningkatan permintaan sebesar 20%
Make item responsiveness Waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk memenuhi permintaan konsumen apabila terjadi perubahan jenis produk
Responsiveness
Changeover time Waktu persiapan mesin yang
diperlukan apabila terjadi
penggantian jenis produk yang akan diproduksi
Make volume flexibility Prosentase peningkatan permintaan yang dapat dipenuhi dalam kurun waktu tertentu
Flexibility
Production item flexibility Flexibiltas item produk
Overhead cost Biaya overhead
Defect cost Biaya-biaya penggantian produk
cacat
Cost
Machine maintenance cost Biaya perawatan mesin
MAKE
Assets Asset turn Total penerimaan kotor dibagi total
asset bersih
Delivery fill rate Prosentase jumlah permintaan yang
bias dipenuhi dari total permintaan
DELIVER Reliability
Percentage of orders delivered complete
Prosentase order yang kuantitasnya terkirim lengkap
Stockout probability Kemungkinan terjadinya kehabisan persediaan
Responsiveness
Delivery lead time Waktu sejak distributor industri
memesan barang sampai barang diambil
Flexibility Minimum delivery
quantity
Jumlah minimum pengiriman
Cost Holding cost Biaya penyimpanan per unit
Product reject rate Tingkat pengembalian produk
Reliability Number of customer
complaint
Jumlah complain dari konsumen
Time to solve a complain Waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi complain konsumen
RETURN
Responsiveness Packaging supplier repair time
Waktu yang dibutuhkan supplier untuk mengganti material yang diklaim setiap kali terjadi klaim
(sumber : Ilma Shofyana.Analisis Performansi Supply Chain Operation Reference
di PT.Petronika-Gresik)
2.5. Analytical Hierarchy Process (AHP)
AHP dikembangkan oleh Saaty (1980) dan dipergunakan untuk
menyelesaikan permasalahan yang kompleks atau tidak terstruktur. Data yang ada
adalah bersifat kualitatif yang didasarkan, diamati, namun kelengkapan data
numerik tidak menunjang untuk memodelkan secara kuantitatif.
AHP dapat diaplikasikan dengan berguna untuk mengelompokkan berbagai
situasi dan permasalahan. Misalnya memprioritaskan alternatif keputusan yang
sangat kompleks, menentukan kekonsistenan, memformulasikan konsistensi,
menganalisa permasalahan publik, analisa sensitivitas, evaluasi tingkat
kepentingan faktor, formulasi strategis, alokasi sumber daya, analisa benefit cost,
aplikasi inovasi pada daerah baru , dan lain-lain.
Salah satu keuntungan utama AHP yang membedakan dengan model
pengambilan keputusan lainnya adalah tidak ada syarat konsistensi mutlak. Hal ini
didasarkan pada kenyataan bahwa keputusan manusia sebagian didasarkan logika
dan sebagian lagi didasarkan pada unsur bukan logika seperti perasaan,
pengalaman dan intuisi.
Kelebihan AHP (Suryadi dan Ramdhani, 1998) dibandingkan dengan yang
lainnya karena adanya :
1. Struktur yang hirarki
2. bagai konsistensi dari kriteria yang dipilih, sampai kepada sub-sub kriteria
yang paling dalam.
3. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi
berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan.
4. Memperhitungkan ketahanan output analisis sensivitas pemgambilan
keputusan.
5. Karena menggunakan input persepsi manusia, model ini dapat mengolah data
yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif sekaligus.
Selain itu, AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang
multi-objektif dan multi-kriteria yang didasarkan pada perbandingan preferensi
tiap elemen dalam hirarki, sehingga menjadi model pengambilan keputusan yang
komprehensif.
Prosedur yang dipakai dalam model Analytical Hierarchy Process (AHP)
adalah sebagai berikut :
1. Pembentukan Hirarki
Hirarki dibentuk untuk menyederhanakan suatu masalah yang rumit menjadi
sampai level yang paling bawah. Hirarki sendiri dapat digolongkan menjadi
dua jenis yaitu :
Hirarki struktural, yaitu suatu pembagian masalah yang rumit ke dalam
kelompok-kelompok yang lebih kecil berdasarkan ukuran-ukuran tertentu.
Hirarki fungsional, yaitu suatu penguraian masalah ke dalam beberapa
bagian didasarkan atas hubungan esensialnya.
2. Pair-wise Comparison
Merupakan perbandingan berpasangan yang digunakan untuk
mempertimbangkan faktor-faktor keputusan dengan memperhitungkan
hubungan antara faktor dan sub faktor itu sendiri.
3. Pengecekan Konsistensi
Pengecekan konsistensi bertujuan untuk melihat apakah perbandingan
berpasangan yang sudah dibuat masih berada didalam batas kontrol
penerimaan atau tidak. Apabila berada diluar batas maka dilakukan kajian
ulang untuk menyelidiki apakah konsistensi tersebut dapat diaplikasikan.
4. Evaluasi
Tahap ini bertujuan untuk mengevaluasi seluruh proses pembobotan, dimana
faktor dari seluruh alternatif harus diketahui. Bobot tersebut harus dilakukan
proses normalisasi pada setiap matrik perbandingan berpasangan. Alternatif
dengan bobot tertinggi adalah alternatif dengan prioritas tertinggi sehingga
alternatif tersebut merupakan yang terbaik.
Dalam menyusun suatu hierarki tidak ada prosedur tetap untuk membuat
penyusunan mendaftar semua konsep yang relevan terhadap masalah tanpa
memperhatikan hubungan atau urutan, dapat diperoleh melalui studi literatur
untuk memperkaya ide, atau seringkali dilakukan dengan bekerja sama dengan
orang lain.
Tujuan utama yang akan dicapai harus diidentifikasi pada puncak hierarki,
sub tujuan pada tingkat berikutnya, dan kendala-kendala yang menghalangi usaha
para pelaku pada tingkat berikutnya lagi. Hal ini dapat mendominasi level dari
pelaku-pelaku itu sendiri, yang kemudian mendominasi level dari tujuan mereka,
dibawahnya adalah level kebijakan mereka dan pada tingkat terbawah adalah level
dari semua kemungkinan hasil yang ada. Secara umum struktur hierarki dapat
digambarkan sebagai berikut :
Level 1
Level 2
Level 3
[image:38.595.117.532.410.711.2]Level N
Gambar 2.2. Struktur Hierarki (saaty,1993) GOAL
Kriteria 1 Kriteria2 Kriteria 3
Sub Kriteria
1.1
Sub Kriteria
1.2
Sub Kriteria
1.3
Sub Kriteria
1.4
Sub Kriteria
1.5
Jika kita dihadapkan pada beberapa pilihan untuk memilih dan kita
mempunyai beberapa kriteria yang rumit untuk dinilai, terlebih dahulu kita
melakukan perbandingan berpasangan dari kriteria-kriteria yang ada dalam
hubungannya dengan usaha jangka pendek dan panjang, keuntungan dan resiko,
dan juga matriks perbandingan berpasangan yang berhubungan dengan
keefektifan dan kesuksesan.
2.5.1. Langkah-langkah Analytical Hierarchy Process
Secara umum langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menggunakan
AHP adalah (Suryadi dan Ramdhani, 1998) :
1. Mendefinisikan permasalahan dan menentukan secara spesifik tujuan dan
solusi yang diinginkan. Jika digunakan untuk memilih alternatif atau
penyusunan prioritas alternatif, pada tahap ini dilakukan pengambilan
alternatif.
2. Menyusun masalah ke dalam struktur hirarki sehingga permasalahan yang
kompleks dapat ditinjau dari segi detail dan terukur. Penyusunan hirarki yang
memenuhi kebutuhan harus melibatkan pihak ahli didalam bidang
pengambilan keputusan.
3. Menyusun matriks-matriks perbandingan berpasangan untuk setiap level
dibawahnya, sebuah matriks untuk setiap elemen yang tepat berada pada level
diatasnya. Elemen-elemen pada level bawah saling diperbandingkan
berdasarkan pengaruhnya pada tiap elemen yang tepat pada level diatasnya.
4. Pengisian matriks perbandingan berpasangan oleh pengambil keputusan.
Dibutuhkan sebanyak n(n-1)/2 judgement untuk setiap matriks pada tahap 3
diatas.
5. Melakukan pengujian konsistensi dengan menggunakan eigen value terhadap
perbandingan berpasangan antar elemen yang didapatkan pada tiap level
hirarki. Pertama, uji nilai indeks konsistensi, hitung nilai ratio dari konsistensi
indeks dan random indeks.
6. 3, 4 dan 5 diulang untuk setiap level cluster dan hirarki.
7. Melakukan sintesis untuk menyusun bobot vektor eigen tiap elemen masalah
pada setiap level hirarki. Proses ini akan menghasilkan bobot elemen
pencapaian tujuan, sehingga elemen dengan bobot tertinggi memiliki prioritas
penanganan. Prioritas dihasilkan dari suatu matriks perbandingan
berpasangan antar seluruh elemen pada level yang sama.
8. Mengevaluasi konsistensi hirarki, jika nilainya lebih besar 0,1 maka terjadi
inkonsistensi, kualitas data harus diperbaiki.
Langkah pertama dalam menetapkan prioritas elemen-elemen dalam suatu
persoalankeputusan adalah dengan membuat perbandingan berpasangan, yaitu
elemen-elemen dibandingkan berpasangan terhadap kriteria yang ditentukan.
Untuk memulai proses perbandingan berpasangan ini, mulailah pada puncak
hierarki untuk memilih criteria C, atau sifat, yang digunakan untuk melakukan
perbandingan yang pertama. Lalu, dari tingkat tepat dibawahnya, ambil
elemen-elemen yang akan dibandingkan (A1, A2, A3 dan seterusnya).
Tabel 2.2 Contoh Matriks Perbandingan
C A1 A2 - - - A7
A1 1
A2 1
-
-
A7 1
( Sumber: Saaty,Thomas L,1993)
Dari matriks ini, dibandingkan elemen A, dalam kolom sebelah kiri
dengan elemen A1, A2, A3 dan seterusnya yang terdapat dibaris atas berkenaan
dengan sifat C disudut kiri atas. Lalu ulangi dengan elemen kolom A2 dan
seterusnya. Untuk mengisi matriks banding berpasangan itu kita menggunakan
bilangan untuk menggambarkan relatif pentingkahnya suatu elemen diatas yang
lainnya, berkenaan dengan sifat tersebut tabel dibawah ini memuat skala banding
berpasangan.
Tabel 2.3 : Tabel Skala Penilaian Analytical Hierarchy Process
Tingkat Kepentingan
Definisi Keterangan
1 Kedua elemen sama penting Dua elemen mempunyai
pengaruh yang sama besar terhadap tujuan
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya
Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan atas elemen lainnya
5 Elemen yang satu sedikit lebih cukup daripada elemen yang lainnya
[image:41.595.111.553.556.754.2]7 Satu elemen jelas lebih penting daripada elemen lainnya
Satu elemen yang kuat disokong dan dominannya telah terlihat dalam praktek
9 Satu elemen mutlak lebih penting daripada elemen lainnya
Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan
2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan
Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara dua pilihan Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu
angka dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan I a = 1 / ij a ij
Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara dua pilihan
(Sumber : Thomas l , Saaty ,1993)
2.5.2. Pengukuran Konsistensi Setiap Matriks Perbandingan
Konsistensi adalah jenis pengukuran yang tak dapat terjadi begitu saja
atau mempunyai syarat tertentu. Suatu matrik, misalnya terdapat 3 unsur (i, j, k)
dan setiap perbandingannya dinyatakan dengan a. Konsistensi 100% apabila
memenuhi syarat sebagai berikut :
ik jk ij .a a
a
dengan syarat tersebut maka matriks A berikut dapat dinyatakan konsistensi.
Apabila ketiga syarat diatas sudah bisa terpenuhi maka bisa dikatakan
bahwa matriks A tersebut konsistensi 100% atau dapat juga dikatakan tingkat
konsistensinya 0%. Apabila muncul angka atau skala 5 dalam sebuah matriks
perbandingan maka tidak lain adalah 5/1. Dengan dasar tersebut maka dapat
dijelaskan bahwa :
karena itu,
aij . ajk = (wi / wj) . (wj / wk) = wj / wk = aik
dan juga dapat dibuktikan bahwa :
aij = wj / wi = 1 / (wi / wj) = 1 / aij
Apabila sejumlah n persamaan dengan n variabel yang tidak diketahui
dipecahkan dengan cara matriks maka bentuk persamaan matriksnya menjadi :
A . x = Y ... (1)
Dimana A merupakan matriks yang berisi koefisien-koefisien dari semua
persamaan. x merupakan variabel yang hendak dicari besarnya dan Y merupakan
konstanta di sisi kanan setiap persamaan. Rumus (1) dapat juga dinyatakan
sebagai berikut :
n 1 j
i i j
i . x y
a , dimana i = bilangan asli
Karena,
w /
1.
aij j wi , dimana i,j = bilangan asli
Atau ) (1/w . w . a j n 1 j j ij
, dimana a, i = bilangan aslimaka
n 1 j
i j
ij. w n . w
a , dimana i = bilangan asli
yang adalah sama dengan
Dalam teori matriks, rumus (2) menunjukkanbahwa w adalah eigen vestor
dari matriks A, sedangkan n menunjukkan eigen value nya.
Pengukuran konsistensi dari suatu matriks itu sendiri didasarkan atas suatu
eigen value maksimum. Dengan eigen value maksimum, inkonsistensi yang biasa
dihasilkan matriks perbandingan dapat diminimumkan.
Rumus dari index konsistensi (CI) adalah
n-1 n CI maksBerikut ini indeks random untuk matriks berukuran 3 sampai 10 (matriks
[image:44.595.223.434.405.567.2]berukuran 1 dan 2 mempunyai inkonsistensi 0)
Tabel 2.4 : Nilai Indeks Random (RI)
n RI 1 0 2 0 3 0,58 4 0,90 5 1,12 6 1,24 7 1,32 8 1,41 9 1,45 10 1,49
(Sumber : Bambang Brodjonegoro, 1991)
Rumus dari konsistensi/inkonsistensi (CR) itu sendiri dapat dituliskan
sebagai berikut :
CR = CI / RI
Dimana : CR = Rasio Konsistensi
RI = Indeks Random
Tingkat inkonsistensi yang masih bisa diterima adalah tingkat
inkonsistensi sebesar 10% kebawah (Bambang Permadi S. Brodjonegoro, 1991 :
15)
2.6. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini ada dua
macam, yaitu pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder (Nazir,
1985 : 58).
2.6.1. Data Primer
Data primer ialah data yang langsung dikumpulkan atau diperoleh dari
sumber pertama. Pengumpulan data primer bisa dilakukan dengan beberapa
macam cara antara lain :
1. Pengamatan (Observasi)
Observasi biasanya digunakan sebagai alat pengumpulan data untuk obyek
yang belum banyak diketahui. Observasi bertujuan mengamati objek
penelitian untuk dimengerti tentang objek penelitian tersebut.
2. Wawancara (Interview)
Wawancara adalah menggali informasi tentang kompetensi karyawan
didasarkan pada prilaku nyata karyawan tersebut dengan mengajukan
pertanyaan – pertanyaan kemudian mengidentifikasi permaalahan guna
3. Daftar Pertanyaan (Angket/kuesioner)
Kuesioner merupakan alat komunikasi antara penelitian dengan orang yang
diteliti atau responden. Isinya berupa daftar pertanyaan, yang dibagikan oleh
peneliti untuk diisi oleh responden. Pengumpulan data dengan kuesioner perlu
memperhatikan beberapa hal, yaitu :
Karena respon menuangkan pendapat secara tertulis, kuesioner tidak
sesuai untuk mengumpulkan data yang bersifat sensitif.
Penggunaan kuesioner tepat apabila responden mempunyai pengetahuan
yang memadai dan kemampuan yang cukup.
2.6.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak langsung diperoleh dari sumber
pertama dan telah tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen tertulis.
2.7 Penentuan Jumlah Sampel
Penentuan jumlah sample / kuesioner ini menurut Suharsini Arikunto
(2002), apabila Subyek kurang dari 100, maka lebih baik diambil seluruhnya
sehingga penelitianya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah
subyek besar (lebih dari 100), maka dapat diambil antara 10%-15%, maka
menggunakan rumus:
n = 15% x N keterangan:
n = besar sampel
2.8 Pengujian Data
Metode pengujian data yang dipakai dalam penelitian ini ada dua macam,
yaitu uji validitas dan uji reliabilitas (M.T.Safirin, 2002 : 33).
2.8.1. Uji Validitas
Uji Validitas merupakan suatu alat ukur yang menunjukkan sejauh mana
suatu alat pengukur untuk mengukur apa yang ingin di ukur (Mastri
singarimbundan safian efendi,1995 : 124). Semakin tinggi kualitas suatu validitas
tersebut semakin mengenai sasarannya san semakin menunjukkan apa yang
ditunjukkan.
Untuk menghitung validitas, maka kita akan menghitung korelasi antara
masing-masing pernyataan dengan skor total dengan menggunakan rumus korelasi
product moment sebagai berikut :
2 2
2
2
Y Y N X X N Y) X)( ( -(X)(Y) N r
Dimana : r = koefisien korelasi yang dicari
N = jumlah responden
X = skor tiap-tiap variabel
Y = skor total tiap responden
Secara statistik, angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan
2.8.2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan terjemahan dari kata reliability yang mempunyai
asal kata rely dan ability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut
sebagai pengukuran yang reliabel. Walaupun reliabilitas mempunyai berbagai
nama lain seperti kepercayaan, keandalan, keajegan, konsistensi dan sebagainya.
Namun ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana
hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.
Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa dalam
beberapa kali pengukuran terhadap sekelompok subyek yang sama diperoleh hasil
yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek memang belum
berubah.
Salah satu cara untuk menghitung reliabilitas adalah dengan rumus Alpha.
Runus alpha dugunakan untuk mencari reliabilitas instrument yang skornya bukan
1 dan 0, misalnya kuesioner atau soal bentuk uraian.
Rumus alpha :
2
1 2
11 1
1 -k
k r
b
Dimana : r11 = reliabilitas instrument
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
Σσb2 = jumlah varians butir
σ12 = varians total
Program komputer SPSS 10.0 (Statistical Package for The Social Science)
2.9. Scoring System
Scoring System dilakukan untuk mengetahui nilai pencapaian terhadap
target yang telah ditetapkan untuk setiap indikator kinerja. Sebelum dilakukan
pengukuran dilakukan penentuan jenis skor terlebih dahulu. Adapun 3 macam
skor yang ditekankan pada KPI adalah sbb :
1. Lower Is Better
Karakteristik kualitas ini meliputi pengukuran dimana semakin rendah
nilainya (mendekati nol), maka kualitasnya akan lebih baik.
2. Larger Is Better
Karakteristik kualitas ini meliputi pengukuran dimana semakin besar nilainya
maka kualitasnya akan lebih baik.
3. Nominal Is Better
Pada karakteristik kualitas ini biasanya ditetapkan suatu nilai nominal tertentu,
dan semakin mendekati nilai nominal tersebut, kualitas semakin baik.
2.10. Metode Pengukuran Performansi Supply Chain
Ada berbagai macam cara pengukuran performansi yang pernah dilakukan
perusahaan-perusahaan dunia. Salah satunya adalah cara pengukuran yang
dilakukan oleh sebuah supermarket. Pertama mereka menentukan obyektif
performansi yang dibutuhkan di dalam pengukuran tersebut, seperti quality,
speed, reliability, flexibility, dan sebagainya. Obyektif tersebut diberi skor dan
indikator performansi tersebut. Untuk strategi Supply Chain yang pasti, berlaku
hubungan sebagai berikut :
Pi =
ni j
j ij W
S ………(2.8)
Dimana :
Pi = Total performansi supply chain varian i
n = Jumlah obyektif performansi
Sij = Skor supply chain ke i didalam obyektif performansi ke j
Wj = Bobot dari obyektif performansi
Di dalam pengukuran ini, langkah pertama adalah melakukan pembobotan.
Pembobotan dilakukan dengan cara Analytic Hierarchy Process (AHP), dimana
setiap obyektif performansi dipasangkan dan dilakukan perbandingan tingkat
kepentingannya. Langkah kedua adalah pendefinisian dari indikator performansi
dan melakukan pengukuran.
Setiap indikator memiliki bobot yang berbeda-beda dengan skala ukuran
yang berbeda-beda pula. Oleh karena itu, diperlukan proses penyamaan
parameter, yaitu dengan cara normalisasi tersebut. Proses normalisasi dilakukan
demi tercapainya nilai akhir dari pengukuran performansi Normalisasi Snorm De
Boer ada 2 macam yaitu Large is better (semakin besar nilai semakin baik ) dan
Lower is better (semakin kecil nilai semakin baik) Proses normalisasi dilakukan
Untuk Larger is Better
Snorm =
min max
min) (
S S
S Si
x 100 ...(2.1)
Untuk Lower is Better
Snorm =
min max
) max (
S S
Si S
x 100 ...(2.2)
Keterangan :
Si = Nilai indikator aktual yang berhasil dicapai
Smax = Nilai pencapaian kinerja terbaik dari indikator kinerja
Smin = Nilai pencapaian kinerja terburuk dari indikator kinerja
Pada pengukuran ini, setiap bobot indikator dikonversikan ke dalam
interval nilai tertentu yaitu 0 sampai 100. Nol (0) diartikan paling jelek dan
seratus (100) diartikan paling baik. Dengan demikian parameter dari setiap
indikator adalah sama, setelah itu didapatkan suatu hasil yang dapat dianalisa.
Untuk memantau nilai pencapaian performansi terhadap nilai pencapaian
terbaik atau target yang ingin dicapai oleh perusahaan maka dibutuhkan sistem
monitoring indikator performansi. Jika nilai kinerja < 40 maka pencapaian
performansinya dapat dikategorikan kedalam kondisi yang sangat rendah (poor)
sedangkan jika skor normalisasi mencapai nilai diatas 90 maka dapat
Tabel 2.5. Sistem Monitoring Indikator Performansi
Sistem Monitoring Indikator Performansi
> 90 Exellent
71 – 90 Good
51 – 70 Average
40 – 50 Marginal
< 40 Poor
(Sumber : Trienekens dan Hvolby, 2000)
2.11. Peneliti Terdahulu
Berikut akan dijelaskan secara singkat hasil peneliti terdahulu yang
berhubungan dengan penerapan metode Supply Chain Operations Reference
untuk pengukuran kinerja perusahaan diantaranya, yaitu :
1. Ita Yustianingwati, 2005, “ Implementasi Supply Chain Untuk Pengukuran Kinerja di PT Varia Usaha Beton Waru – Sidoarjo “
Rangkuman :
Pengumpulan data dilakukan pada bulan juni 2005 hingga data terpenuhi
dan diperoleh hasil serta pembahasannya dari penelitian yang dilakukan di PPTT
V
VaarriiaaUUssaahhaaBBeettoonn adalah sebagai berikut :
1. Aspek-aspek yang berpengaruh terhadap Kinerja berdasarkan metode supply
chain dengan pendekatan model Supply Chain Operations Reference (SCOR)
dalam merencanakan pelaksanaan order (81,75), b. Source yaitu proses
pembelian material / bahan baku kepada pihak supplier (56.41) ,c .Make
yaitu proses produksi yang berlangsung lama. d. Deliver yaitu proses
pengiriman guna memenuhi permintaan konsumen (27.65) serta e. Return
yaitu penanganan masalah pengembalian barang jadi (43.89).
2. Kinerja PT. Varia Usaha Beton setelah diukur dengan menjumlahkan skor
yang diperoleh dari setiap indikator maka didapatkan angka 63.33. Angka ini
menunjukkan bahwa perusahaan ini cukup. dalam menjalankan ordernya,
mulai dari hubungan dengan supplier, hubungan dalam internal perusahaan
maupun konsumen selaku pemesan order.
2. Akhmad Zainur Razikh, 2008, “ Analisa Performansi Perusahaan dengan Metode Supply Chain Operation Refearence (SCOR) di CV Restoe Bumi – Pasuruan “
Rangkuman :
Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juli 2007 hingga data terpenuhi
dan diperoleh hasil serta pembahasannya dari penelitian yang dilakukan di CV
Restou Bumi adalah sebagai berikut :
1. Dari hasil pengukuran performasi supply chain CV Restou Bumi dapat
diketahui bahwa nilai performansi yang paling tinggi terdapat pada periode
bulan Juli 2007 (73,74) dan nilai performasi supply chain yang paling rendah
terdapat pada periode bulan Oktober 2007 (55,58).
a. Plan yaitu Percentage of adjusted production quantity perlu mendapatkan
perbaikan sebesar( 63,3%) dan Forecast accuracy perlu mendapatkan
perbaikan sebesar ( 58% ) b. Source yaitu Supplier delivery performance perlu
mendapatkan perbaikan sebesar ( 66,5% ), Source employee reliability perlu
mendapatkan perbaikan sebesar ( 50% ), dan Supplier delivery lead time perlu
mendapatkan perbaikan sebesar ( 37,8% ). c. Make yaitu Repair time
percentage perlu mendapatkan perbaikan sebesar ( 71,7% ), Breakdown time
percentage perlu mendapatkan perbaikan sebesar ( 58,3% ), Time between
machine failure perlu mendapatkan perbaikan sebesar ( 32% ), dan Production
item flexibility perlu mendapatkan perbaikan sebesar ( 50% ). d. Deliver yaitu
Delivery lead time perlu mendapatkan perbaikan sebesar ( 21,7% ), Product
reject rate perlu mendapatkan perbaikan sebesar (47,7%). e. Return yaitu
Number of customer complaint perlu mendapatkan perbaikan sebesar ( 28,3% )
3. Usulan perbaikan untuk meningkatkan performansi supply chain pada CV.
Setia Group adalah :
a. Forecast Accuracy (58%) yaitu perbaikan yang perlu dilakukan adalah
lebih teliti dalam melihat kondisi produk dalam pasaran. b. Repair Time
Percentage (71,7%) yaitu perbaikan yang perlu dilakukan adalah lebih
berhati-hati dalam melakukan proses produksi. c.Percentage of adjusted production
quantity (63,3%) yaitu perbaikan yang perlu dilakukan adalah lebih teliti dalam
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari PT. Sinar Sosro
Gresik terletak di desa Cangkir 21 Km dari, kecamatan Driyorejo, kabupaten
Gresik. Waktu penelitian dimulai dari bulan Maret 2011 sampai data yang
diperlukan untuk penelitian ini terpenuhi.
3.2. Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional Variabel 3.2.1 Identifikasi Variabel
Variabel dapat diartikan sebagai factor – factor atau konsep yang mempunyai variabel nilai dan besaran . jadi identifikasi variabel adalah kegunaan
untuk menentukan factor – factor yang terlihat dalam penelitian yang mempunya
variable nilai dan besaran . penentuan variabel penelitian tergantung dari objek
yang diteliti, landasan teori dan dan metode yang dipakai .identifikasi variabel
dibagi 2 yaitu :
1.Variabel Terikat
2.Variabel Bebas
3.2.2 Definisi Operasional Variabel
Untuk memperjelas identifikasi variabel yang dimaksud maka peneliti
1. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah seberapa baik kinerja dalam obyek
peneliti sehinggan dapat dilakukan pengukuran dengan menggunakan metode
Supply Chain Operation Reference di PT. Sinar Sosro Gresik.
2. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah :
1) Plan, variabel ini dilihat dari proses perencanaan untuk menyeimbangkan
permintaan dan persediaan untuk mengembangkan tindakan yang
memenuhi penggunaan source, produksi dan pengiriman yang terbaik.
Terfokus pada kemampuan perusahaan dalam melakukan perencanaan
sehingga tujuan strategis perusahaan bisa tercapai.
2) Source, variabel ini dilihat dari proses yang berkaitan dengan aktivitas
untuk memperoleh material dan hubungan perusahaan dengan supplier.
Terfokus pada kemampuan perusahaan dalam memperoleh material dan
menjalin hubungan dengan supplier.
3) Make, variabel ini dilihat dari proses untuk merubah (transformasi) material
menjadi produk jadi untuk memenuhi permintaan customer. Terfokus pada
kemampuan perusahaan mentransformasikan bahan baku menjadi produk
setengah jadi maupun produk jadi untuk memenuhi permintaan yang ada.
4) Deliver, variabel ini dilihat dari proses mengirimkan produk jadi dan atau
jasa untuk memenuhi permintaan. Terfokus pada kemampuan perusahaan
dalam melakukan pengiriman order untuk memenuhi permintaan
5) Return, variabel ini dilihat dari proses yang dikaitkan dengan pengembalian
dan penerimaan produk yang dikembalikan oleh pelanggan untuk berbagai
alasan. Terfokus pada kemampuan perusahaan yang berkaitan dengan
proses pengembalian produk karena alasan tertentu.
Tabel 3.1 Atribut Penelitian Sesuai Key Performance Indicator
Key Performance Indicator Keterangan
Percentage of Adjusted Production Quantity (PAPQ)
Prosentase perubahan jumlah unit produksi dengan rencana produksi awal
Internal Relationship (IR)
Hubungan internal antara bagian dalam perusahaan
PLAN Reliability
Planning Employee Reliability (PER)
Keandalan tenaga kerja bagian PPC
Reliability Source Employee
Reliability (SER)
Keandalan tenaga kerja bagian pengadaan bahan baku
Cost Material Order Cost
(MOC)
Biaya yang dikeluarkan untuk order material
SOURCE
Assets Payment Term (PT) Rata-rata selisih waktu antara
penerimaan material dari supplier sampai den