• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 4. Apis florea

Sumber : Abrol (2020)

A florea hidup di daerah yang beriklim hangat seperti Pakistan, Oman, sepanjang anak Benua India, Sri Langka, Iran dan Indonesia. Persebaran lebah ini terpusat di daerah Asia Tenggara. Lebah ini adalah spesies terkecil dari genus Apis, dimana dilihat dari ukuran tubuh maupun ukuran sarangnya. Karena tubuhnya yang kecil dibandingkan genus Apis yang lain, menyebabkan madu yang dihasilkannya juga lebih sedikit yaitu hanya berkisar 1-3 kg madu per tahun yang menyebabkan produksi madu ini tidak menguntungkan dari segi ekonomi. Lebah jenis ini masuk ke dalam lebah yang sukar dilakukan pembudidayaan dikarenakan sifatnya yang suka melarikan diri.

A florea memiliki karakteristik morfologi yakni pada tubuhnya di bagian dua ruas pertama dan sebagian ruas ketiga dari abdomennya memiliki warna merah kecoklatan. Sarang lebah jenis ini dapat ditemui di beberapa tempat terbuka dimana umumnya menggantung pada dahan, ranting ataupun pohon kecil serta tertutupi dedaunan, sarang lebah ini berjarak berkisar 5 m dari permukaan tanah, dimana tersusun atas satu sisiran saja yang memiliki luas berkisar 200-500 cm2 (Hadisoesilo, 2001).

8

Sistem Pemeliharaan Lebah Madu 1. Sarang Lebah Madu

Media sarang lebah madu dibuat menyerupai tempat tinggal lebah di alam liar dimana lebah biasa menetap di gua-gua, batang pohon ataupun lubang-lubang.

Pembuatan sarang lebah madu harus disesuaikan dengan habitat aslinya di alam sehingga bisa menetap dan bersarang dengan baik dan nyaman. Biasanya media sarang lebah terbuat dari log kayu ataupun kotak/box kayu yang dirangkai. Sarang lebah madu dibagi menjadi dua yakni sarang tradisional dan sarang modern.

a. Sarang Tradisional

Gambar 5. Glodokan

Sumber : Situmorang dan Aam (2014)

Sarang tradisional biasanya terbuat dari log kayu yang disebut glodok.

Glodok berisikan lebah madu yang selanjutnya akan membangun sebuah koloni.

Glodok juga berfungsi untuk menangkap lebah yang berada di alam bebas dimana tujuannya untuk dibudidayakan. Sarwono (2001) menjelaskan bahwa glodok dibentuk dengan cara meniru tempat tinggal lebah yang baisanya ditemui pada rongga batang pohon besar maupun gua yang tidak dapat dijangkau panas matahari maupun hujan. Batang yang dipakai memiliki bentuk silinder dimana ukuran panjangnya 80-100 cm yang telah dibelah menjadi dua. Pada bagian tengah dari batang dikeruk sebagian isinya agar ketika kedua belah batang tersebut ditelungkupkan maka bagian dalamnya akan membentuk rongga.

b. Sarang Modern

Gambar 6. Stup

Sumber : Situmorang dan Aam (2014)

Budidaya lebah madu modern biasa memakai stup yang terbuat dari kayu

9

yang berisikan bingkai sisiran untuk tempat menempelnya sarang lebah madu.

Setiap stup berisikan seekor ratu lebah yang akan menciptakan sebuah koloni baru.

Hadiwiyoto (1986) menjelaskan bahwa stup berfungsi sebagai tiruan yang susunanya terdiri dari dua tingkat ataupun lebih. Stup ini nantinya akan digunakan lebah untuk membangun sarangnya. Sarang lebah ini dibuat semirip mungkin hingga ratu lebah tidak akan meninggalkan stup sarangnya. Kelebihan penggunaan stup sebagai media sarang yaitu jarang ditemukan kasus koloni lebah kabur (melarikan diri/meninggalkan sarang).

2. Hama dan Binatang Pengganggu Lebah Madu

Lebah madu memiliki hama dan predator yang dapat menyerang koloni lebah. Hama dan predator ini merupakan musuh utama bagi pengusaha lebah madu.

Hama dan pengganggu dapat berupa parasit dan predator (pemangsa). Efek samping dari serangan hama ini adalah menyebabkan musnahnya koloni lebah, koloni kabur dari sarang ataupun dapat menyebabkan penurunan produktivitas lebah. Hama pengganggu lebah madu yaitu: kumbang/coleoptera, lalat buah, Black Souldier Flies (BSF), kutu, semut, laba-laba dan hewan pengganggu lainnya.

Jenis-Jenis Produk Lebah Madu

Madu bukan merupakan satu-satunya produk yang dihasilkan oleh lebah madu, tetapi masih banyak produk perlebahan lainnya yang bernilai ekonomi tidak kalah tinggi dengan madu.

1. Madu

Standar Nasional Indonesia atau SNI (2004) menjelaskan bahwa madu ialah suatu cairan yang dihasilkan lebah madu dengan cara melakukan pengambilan nektar dari suatu sari bunga pada sebuah tanaman (floral nectar) ataupun bagian lainnya dari suatu tanaman (extra floral nectar) maupun eskresi dari suatu serangga yang biasanya memiliki rasa yang manis.

Tabel 1. Khasiat Beberapa Madu Nektar

Madu Khasiat

Madu Randu Dapat meningkatkan daya tahan tubuh,

melancarkan fungsi otak dan dapat menyembuhkan sakit sariawan dan lika bakar.

Madu Lengkeng Dapat meningkatkan daya tahan tubuh,

memperlancar pengeluaran urin dan fungsi otak, mempercepat dalam

10

Madu Khasiat

penyembuhan luka setelah operasi dan luka bakar serta memperkuat fungsi ginjal.

Madu Kopi Dapat menyembuhkan insomnia dan

luka bakar, meningkatkan daya tahan tubuh, dan melancarkan fungsi otak.

Madu Mahoni Dapat menyembuhkan keputihan,

malaria maupun luka bakar dan menngkatkan daya tahan tubuh.

Madu Multiflora Dapat meningkatkan daya tahan tubuh, memperlancar fungsi otak, dapat menyembuhkan luka bakar serta darah tinggi maupun rendah, rematik dan insomnia.

Sumber : Pusat Perlebahan APIARI Pramuka (2003)

2. Propolis

Menurut Sabir (2005), proporis atau lem lebah ialah suatu bahan resin yang didapatkan dari bermacam jenis tumbuhan oleh lebah madu. Salah satu jenis lebah yang dapat memproduksi propolis dalam jumlah yang relatif banyak yakni Trigoma sp Propolis memiliki beberapa aktivitas biologis serta farmakologis diantaranya ialah sifat antibakteri baik mencakup bakteri gram positif maupun negatif.

Komposisi propolis dipengaruhi dari jenis serta umur tumbuhan, cuaca serta asal dari propolis didapat.

3. Royal Jelly (Bee Milk)

Royal jelly ialah hasil lebah yang diekskresikan oleh hypopharyngeal kelenjar mandibular oleh pekerja muda lebah madu. Manfaat hasil lebah ini adalah sebagai makanan larva muda dan mempunyai fungsi penting dalam diferensiasi kasta. Royal jelly mempunyai berbagai farmakologi antibiotik, antibakteri dan efek anipoliferatif. Selain itu, di dalam royal jelly terkandung senyawa aktif turunan fenol yang memiliki fungsi sebagai antioksidan.

4. Serbuk Sari (Bee Pollen)

Sarang lebah madu menghasilkan serbuk sari (Bee pollen) yang mempunyai manfaat untuk kesehatan tubuh manusia. Bee pollen memiliki kandungan bahan kimia alami dengan komposisi yang kompleks. Bee pollen memiliki manfaat yang beragam, salah satunya adalah sebagai antioksidan.

5. Lilin Lebah (Bee Wax)

Bee wax merupakan lilin yang diproduksi secara alami oleh sarang lebah

11

madu, dimana komposisi utamanya ialah ester asam lemak dan berbagai alkohol rantai panjang. Menurut Santoso (2011), bee wax ialah bahan lipid yang didapatkan dari ampas perasan madu yang telah matang kemudian dilakukan penyaringan sehingga didapatkan suatu lilin. Bee wax bisa dipakai untuk pembuatan edible film ataupun pelapis pada buah untuk mengurangi penguapan.

6. Roti Lebah (Bee Bread)

Lesmana (2018) menjelaskan bahwa roti lebah adalah hasil alami lebah yang didalamnya terkandung nutrisi yang lumayan tinggi dimana dapat digunakan sebagai pemenuhan kebutuhan gizi manusia. Kandungan nutrisi yang terdapat pada roti lebah terdiri dari lemak, protein, vitamin, karbohidrat, mineral dan enzim. Di dalam roti lebah terdapat asam laktat 6 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan pollen, dimana ini dapat digunakan sebagai penghambat tumbuhnya jamur serta beberapa mikroorganisme lain dikarenakan terkandung pH yang rendah.

7. Racun Lebah (Bee Venom)

Racun lebah memiliki manfaat di bidang kesehatan. Sudah banyak terapi sengat lebah digunakan sebagai pengobatan altenatif. Diketahui bahwa di dalam racun lebah yang dikeluarkan lewat sengatan mengandung berbagai macam protein dan melitin yang berfungsi sebagai anti inflamasi dan mempercepat regenerasi sel.

Nilai Ekonomi Madu

Madu sebagai salah satu HHBK memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Nilai sumberdaya hutan bisa dihitung menggunakan berbagai metode penilaian bergantung pada produk atau jasa tersebut yang bisa dinilai dengan didasari oleh nilai kegunaan, nilai pasar dan nilai sosial. Nilai pasar adalah nilai yang penetapannya dilakukan melewati transaksi pasar, dan nilai kegunaan dimana nilai yang didapatkan dari suatu pemakaian sumber daya yang ada oleh seseorang.

Begitu juga dipengaruhi oleh nilai sosial, yakni suatu nilai dalam penetapannya dilakukan melewati hukum, peraturan, maupun perwakilan dari masyarakat itu sendiri (Nurfatriani, 2006).

Hastari dan Yulianti (2018) menjelaskan bahwa pendekatan nilai ekonomi dapat dilakukan secara langsung ataupun melalui suatu nilai pengganti atas semua komponen yang ada di hutan dimana tiap komponennya memiliki beberapa kegunaan yang tujuannya untuk melakukan penguraian atas peranan sumberdaya

12

hutan terhadap masyarakat, khusunya masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar atau berhubungan secara langsung dengan hutan, baik di masa saat ini atau yang akan datang.

Madu termasuk produk HHBK yang bernilai ekonomi cukup tinggi dikarenakan madu memiliki banyak manfaat dan berbagai kegunaan. Pengusaha madu harus memperhatikan kualitas madu, pengemasan dan strategi pemasaran untuk meningkatkan nilai ekonomi. Madu merupakan produk yang menjanjikan bagi masyarakat Pakpak Bharat selain komoditi hutan unggul lain yang terkenal dari daerah ini seperti gambir. Menentukan nilai ekonomi dari suatu produk penting dilakukan untuk dapat menunjang penyusunan kebijakan untuk pengembangan pemanfaatan suatu produk.

Analisis Kelayakan Usaha Lebah Madu

Analisis kelayakan ekonomi pada suatu usaha dilakukan dengan tujuan sebagai penentuan layak tidaknya suatu usaha dapat dijalankan berdasarkan nilai ekonominya. Definisi yang diutarakan Kasmir dan Jakfar (2012) mengenai analisa kelayakan usaha ialah suatu kegiatan yang tujuannya untuk melakukan penilaian atas manfaat yang bisa diperoleh saat melakukan suatu usaha.

Pusdiklat SDA dan Konstruksi (2017) menjelaskan bahwa secara umum, analisis kelayakan ekonomi ialah suatu analisa mengenai perekonomian secara keseluruhan dimana dipandang dari berbagai sudut termasuk pemerintah, yang mana nantinya anggaran biaya dan manfaat dapat dilakukan pertimbangan agar dapat bermanfaat secara sosial secara menyeluruh pada lapisan masyarakat. Madu sebagai sumberdaya hutan yang memiliki nilai ekonomi memerlukan analisis kelayakan untuk memastikan bahwa usaha madu yang dijalankan oleh masyarakat di sekitar kawasan hutan layak dan dapat dikembangkan agar mendapatkan manfaat dan keuntungan demi membantu perekonomian masyarakat.

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Kabupaten Pakpak Bharat secara geografis berada pada koordinat 02°15’49”-02°47’08” LU dan 98°4’12”-98°28’01” BT. Kabupaten Phakpak Bharat terletak pada ketinggian rerata antara 250-1.400 m di atas permukaan laut, dimana keadaan lerengnya memiliki keberagaman yakni ada yang datar, curam,

13

bergelombang, berombak hingga terjal. Suhu udaranya berkisar antara 18˚C sampai 28˚C dimana intensitas hujannya mencapai 3161 mm tiap tahunnya (Hartono et al., 2018). Berdasarkan Manullang (2009), hampir 80% dari wilayah Kabupaten Pakpak Bharat ialah kawasan hutan, baik hutan produksi terbatas, hutan produksi, hutan konservasi atau juga hutan lindung yang memiliki sumberdaya hutan yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pembangunan daerah ini dimana pembagian ini sesuai dengan SK Menteri Kehutanan No. SK. 44/Menhut-II/2005 mengenai penunjukan kawasan hutan Propinsi Sumatera Utara. Pada tahun 2010 dikeluarkan SK Menteri Kehutanan No. SK. 102/Menhut-II/2010 mengenai penetapan wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit XV yang terdiri dari hutan lindung dan hutan produksi terbatas. Pada tahun 2014 dikeluarkan SK Menteri Kehutanan No. SK. 579/Menhut-II/2014 tentang Kawasan Hutan di Sumatera Utara yang menetapkan luas KPH Unit XV Kabupaten Pakpak Bharat Provinsi Sumatera Utara menjadi seluas kurang lebih 90.757,41 Ha dengan rincian hutan lindung seluas ± 41.317,13 Ha, hutan produksi terbatas seluas ± 49.389,51 Ha dan hutan produksi seluas 50,77 Ha (KPHP Unit XV Pakpak Bharat).

Desa penghasil madu di Kabupaten Pakpak Bharat ada tiga yakni Desa Ulu Merah, Aornakan I dan Kuta Tinggi, tetapi lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah Desa Aornakan I dan Kuta Tinggi karena selain letak kedua desa ini yang saling bersinggungan, Pemerintah Daerah Pakpak Bharat juga sedang memfokuskan pengembangan usaha lebah madu di kedua desa ini. Terbukti dari banyaknya penyuluhan dan pelatihan mengenai usaha lebah madu yang diadakan di Desa Aornakan I dan Kuta Tinggi. Pemerintah Daerah Pakpak Bharat menganggap bahwa Desa Aornakan I dan Kuta Tinggi memiliki potensi yang cukup besar tetapi masih kurang peminat, sedangkan pada Desa Ulu Merah, selain terletak jauh dari Desa Aornakan I dan Kuta Tinggi, Desa Ulu Merah juga jarang diadakan penyuluhan dan pelatihan karena usaha lebah madu disana lebih stabil.

Desa Aornakan I dan Kuta Tinggi merupakan desa yang penggunaan lahannya diisi oleh pertanian, perkebunan dan polikultur yang menyediakan ragam jenis sumber pakan yang mendukung keberlangsungan hidup lebah. Lahan yang berada di kedua desa ini berbatasan langsung dengan Hutan Lindung Sikulaping.

Berdasarkan Sebayang (2019), tanaman kopi, padi dan jagung merupakan beberapa

14

komoditas tanaman utama di Pakpak Bharat dimana tanaman tersebut merupakan sumber pakan untuk memenuhi kebutuhan nektar dan pollen bagi lebah madu.

Keberadaan hutan yang berbatasan langsung dengan Desa Aornakan I dan Kuta Tinggi menyediakan sumber pakan yang berlimpah bagi lebah madu.

Keragaman jenis tanaman dan pohon sebagai sumber pakan lebah menghasilkan madu dengan cita rasa, aroma dan warna yang khas yang dapat menjadi pembeda madu kedua desa ini dengan madu yang lain. Desa Aornakan I dan Kuta Tinggi merupakan desa penghasil madu di Kabupaten Pakpak Bharat yang sudah banyak menerima penyuluhan dan pelatihan baik dari Menteri Kehutanan ataupun instansi lain terkait budidaya lebah madu. Penyuluhan dan pelatihan ini berguna untuk menambah ilmu pengetahuan masyarakat dalam memanfaatkan hasil hutan bukan kayu dan bekal bagi petani madu untuk melakukan budidaya secara optimal.

15

Dokumen terkait