• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fokus Layanan Urusan Pilihan

Dalam dokumen 3. Isi BAB I s.d BAB Penutup (Halaman 47-54)

1. Penanaman Modal

a. Jumlah proyek dengan fasilitas PMDN di Provinsi Papua barat pada tahun 2013 sebanyak 37 proyek. Jumlah ini mengalami penurunan dari Tahun 2011 dengan jumlah proyek sebanyak 85 proyek dan tahun 2012 sebanyak 22 Proyek.

b. Jumlah proyek dengan fasilitas PMA di Provinsi Papua barat pada tahun 2013 sebanyak 119 proyek. Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun 2010 sebanyak 61 proyek, 2011 sebanyak 40 proyek, tahun 2012 sebanyak 31 proyek.

c. Realisasi nilai investasi dengan fasilitas PMDN di Provinsi Papua barat pada tahun 2013 sebesar 16.410.858 juta rupiah. Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 2.599.5999 juta rupiah. d. Realisasi nilai investasi dengan fasilitas PMA di Provinsi Papua barat pada

tahun 2013 sebesar 407.922 ribu US $ . Jumlah ini mengalami penurunan dari tahun 2012 yaitu sebesar 1.578.696 ribu US $.

2. Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

Sejak Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2011, koperasi mengalami penurunan, Pada Tahun 2010 sejumlah 701 unit koperasi kemudian menurun menjadi 373 unit pada tahun 2012 dan kemudian bertumbuh menjadi 412 unit koperasi dan terus mengalami pertumbuhan sampai pada tahun 2013 dengan 626 unit koperasi aktif dan 811 koperasi tidak aktif yang tersebar di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Papua Barat.

3. Ketenagakerjaan

a. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) menggambarkan persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang termasuk dalam angkatan kerja. TPAK Papua Barat mengalami penurunan dari tahun 2012. TPAK tahun 2013 sebesar 66,41 persen menurun dibandingkan tahun 2012 (67,12 persen).

b. TPAK tertinggi 2013 dicapai oleh Kabupaten Sorong Selatan yaitu sebesar 72,71 persen. Artinya adalah dari 100 orang penduduk usia kerja sekitar 72- 73 orang diantaranya tergolong sebagai angkatan kerja. Sementara TPAK terendah berada di Kabupaten Fakfak yaitu hanya mencapai 61,20 persen.

Gambar 2.16 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat 2013 (%)

Sumber: Statistik Daerah Provinsi Papua Barat 2014

c. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Papua Barat pada periode 2011— 2013 terus mengalami penurunan. TPT menurun tajam dari 8,94 persen di tahun 2011 menjadi 5,49 persen di tahun 2012, kemudian di tahun 2013 juga masih mengalami penurunan menjadi 4,62 persen. Pengangguran 4,62 persen berarti dalam setiap 100 orang angkatan kerja terdapat 4—5 orang berstatus sebagai pengangguran. TPT menurut gender di tahun 2013 tercatat TPT laki- laki lebih baik dari pada TPT perempuan. TPT laki-laki sebesar 4,37 persen, sedangkan TPT perempuan jauh lebih tinggi mencapai 5,08 persen. Lebih rendahnya TPT laki-laki salah satunya diduga karena penduduk laki-laki, terutama berstatus sebagai kepala rumah tangga, memiliki tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan anggota rumah tangganya. Selain itu, lebih banyak lapangan pekerjaan yang lebih sesuai diisi oleh pekerja laki-laki dan lebih fleksibel dengan masalah jam kerja.

Gambar 2.17 Tingkat Pengangguran Tebuka (TPT) menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat 2013 (%)

Sumber: Statistik Daerah Provinsi Papua Barat 2014

2.1.4 Aspek Daya Saing Daerah

1. Kemampuan Ekonomi Daerah

a. Berdasarkan PDRB Provinsi Papua Barat penggunaan tercatat pengeluaran rumah tangga tahun 2013 mencapai 17.996,15 miliar rupiah. Kondisi ini tumbuh dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 8,12 persen dengan nilai agregat pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 15.208,56 miliar rupiah. Pertumbuhan di tahun 2012-2013 lebih rendah dibandingkan dengan periode 2011-2012 yang tumbuh 8,45 persen dengan nilai tambah PDRB tahun 2011 untuk pengeluaran rumah tangga sebesar 13.142,73 miliar rupiah. Kontribusi konsumsi rumah tangga pada perekonomian dalam PDRB dari sisi penggunaan relatif tinggi, kontribusinya mencapai 35,35 persen di tahun 2012. Sebelum tahun 2009, share pengeluaran konsumsi rumah tangga berkisar antara 50-65 persen. Sejak mulai berproduksinya LNG Tangguh pada akhir tahun 2009 dan kemudian mulai diekspor, LNG yang memiliki nilai tambah besar tersebut berdampak terhadap semakin menurunnya kontribusi pengeluaran konsumsi rumah tangga terhadap PDRB. Rata-rata pengeluaran per kapita per bulan Papua Barat terus mengalami peningkatan. Di tahun 2011 rata-rata pengeluaran hanya Rp 596.743/kapita/bulan, kemudian di tahun 2012 nilainya mengalami peningkatan menjadi Rp 816.137/kapita/bulan. Di tahun 2013, rata-rata pengeluaran kembali meningkat cukup signifikan, yaitu menjadi Rp 876.253/kapita/ bulan.

b. Pola pengeluaran makanan di Papua Barat cenderung tinggi beberapa tahun sebelum 2012, namun setelah itu persentasenya berangsur menurun. Di tahun 2011 persentase pengeluaran makanan mencapai 53,84 persen menurun menjadi 48,68 persen (2012) dan sedikit meningkat menjadi 49,18 persen (2013). c. Kondisi perumahan tahun 2013 di Papua Barat secara umum sedikit demi sedikit terus mengalami perbaikan kualitas dibandingkan tahun 2012. Pada tahun 2013, lebih dari dua per tiga rumah tangga telah memiliki rumah dengan status milik

sendiri yaitu sebesar 72,46 persen. Sedangkan untuk status sewa 10,2 persen, kontrak 2,15 persen, dan lainnya (dinas, bebas sewa, milik family, lainnya) sebesar 15,19 persen.

d. NTP Papua Barat tahun 2013 sebesar 99,64 persen lebih lebih rendah dibandingkan dengan NTP tahun 2012 sebesar 101,62 persen. Dengan demikian, nilai NTP terlihat cenderung mengalami penurunan dalam empat tahun terakhir. Nilai NTP 99,64 persen mengandung makna petani mengalami kerugian usaha sebesar 0,36 persen terhadap tahun dasar 2007.

2. Fasilitas Wilayah / Infrastruktur a. Aksesibilitas

i. Salah satu program pendukung percepatan pembangunan Papua Barat yang diamanahkan dalam Perpres Nomor 65 Tahun 2011 tentang Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat adalah Program Pengembangan Infrastruktur Dasar. Selama ini belum seluruhnya kabupaten/kota belum terhubung dengan jalan darat. Sebagian pembangunan jalan sedang dilakukan, meskipun sebagian kabupaten telah terhubung namun belum dibuka untuk umum. Dengan masih terbatasnya akses perhubungan lewat darat, sebagian besar orang memanfaatkan fasilitas perhubungan via laut dan udara.

ii. Panjang jalan di Papua Barat tahun 2012 hanya 7.351,71 Km, kondisi ini mengalami perbaikan dibandingkan pada tahun 2011 yaitu sepanjang 6.403,25 Km. Kondisi panjang jalan tersebut terbagi menjadi 997,55 Km (13,57%) jalan negara; 749,66 Km (10,20%) jalan provinsi; dan 5.604,50 Km (76,23%) adalah jalan kabupaten. Sedangkan menurut jenis permukaanya terbagi menjadi 1990,50 Km (27,07%) jalan aspal; 2.299,95 Km (31,28%) jalan dengan permukaan kerikil; 2.388,96 Km (32,50%) jalan dengan permukaan tanah; dan 672,31 Km (9,15%) adalah jalan dengan permukaan lainnya.

iii. Peningkatan pada jumlah armada selama 2012-2013 tidak terjadi pada jumlah penumpang kapal datang (debarkasi) dan berangkat (embarkasi). Pada tahun 2012 jumlah penumpang datang 313,0 ribu orang (debarkasi) dan 326,9 ribu orang (embarkasi) dengan armadanya 681 unit. Di tahun 2013 jumlahnya menurun menjadi 294,8 ribu orang (debarkasi) dan 276,4 ribu orang (embarkasi) dengan armada sejumlah 767 unit.

iv. Jumlah penumpang pesawat udara cenderung meningkat selama 2012- 2013. Jumlah penumpang datang mencapai 569,77 ribu orang dengan jumlah penerbangan 14.289 dan berangkat 612,4 ribu orang dengan jumlah penerbangan 14.289 kali di tahun 2012. Rata-rata penumpang pesawat untuk debarkasi sebesar 40 orang dan 43 penumpang untuk embarkasi.*)

3. Penataan Ruang

Sampai dengan Tahun 2013, belum ada RTRW baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota (yang sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang) yang sudah dijadikan Peraturan Daerah (Perda). Sehingga upaya pelaksanaan, pengawasan, dan pengendalian penataan ruang pun belum optimal. Belum dapat diketahui berapa persen ketaatan wilayah terhadap RTRWnya.

4. Fasilitas Keuangan dan Perbankan

Di tahun 2012 jumlah kantor bank hanya 116 unit yang terdiri dari 23 unit bank swasta nasional, 92 unit bank persero dan pemerintah daerah serta 1 unit perkreditan rakyat. Di tahun 2013 jumlahnya meningkat menjadi 129 unit kantor bank, yang terbagi menjadi 24 unit bank swasta nasional, 102 unit bank persero dan pemerintah daerah serta 3 perkreditan rakyat.

5. Fasilitas Air Bersih

Persentase terbesar rumah tangga pengguna air bersih memiliki sendiri fasilitasnya, sebesar 49,02%. Meningkat dari kondisi Tahun 2009 yaitu sebesar 46,65% dari total rumah. Sementara 25,33% menggunakan air bersih secara bersama dan 16,73% masih menggunakan fasilitas umum. 8,92% tidak memiliki akses terhadap air bersih.

6. Fasilitas Energi Listrik

Rumah tangga di Papua Barat 82,24% yang menggunakan listrik PLN. Belum seluruh desa di Papua Barat teraliri listrik dan belum seluruh kabupaten mendapatkan pasokan listrik 24 jam dalam sehari. Masyarakat yang tidak teraliri listrik 24 jam biasanya menggunakan genset. Untuk desa-desa yang tidak teraliri listrik, terutama di daerah yang jauh dari ibukota kabupaten umumnya menggunakan pelita/senter/obor/lainnya.

Kondisi penggunaan energi listrik terutama yang memanfaatkan listrik negara (PLN) masih belum maksimal. Belum seluruh kabupaten mendapatkan pasokan listrik 24 jam, seperti contohnya di Kabupaten Teluk Wondama, Teluk Bintuni, Tambrauw, dan Maybrat. Hanya 32,37% desa saja yang telah terjangkau layanan PLN. Sulitnya kondisi geografis dan terbatasnya ketersediaan energy listrik menjadi penyebab belum meratanya pasokan listrik. Dari total 189.649 rumah tangga di Papua Barat, hanya 107.002 rumah tangga yang terdaftar sebagai pelanggan PLN.

Gambar 2.18 Cakupan Pelayanan Listrik dan Air Bersih Pada Perkampungan

Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Papua Barat, 2009

7. Fasilitas Telekomunikasi

a. Untuk jaringan telekomunikasi di Provinsi Papua Barat berkembang pesat melalui pelayanan provider telepon selular yang mulai mengembangkan jaringan paling tidak di kawasan perkotaan ataupun ibukota setiap distrik di masing-masing kabupaten/kota. Untuk di kawasan perkampungan, penggunaan telepon satelit masih diandalkan.

b. Telekomunikasi menggunakan jaringan internet juga berkembang cukup pesat meskipun hanya di kawasan perkotaan dengan layanan gabungan dari

provider telepon seluler maupun dari PT.Telkom sebagai perusahaan negara yang menangani masalah penyediaan layanan komunikasi. Untuk sistem jaringan nirkabel untuk internet, belum dikembangkan secara umum dan gratis dari pemerintah. Namun di banyak tempat umum, sudah mulai disediakan dengan jenis dan ketentuan layanan yang berbeda-beda dan sebagian besar bersifat komersil.

c. Kantor pos juga masih diandalkan oleh masyarakat baik untuk pengiriman surat/dokumen dan barang. Kantor pos besar hanya terdapat di dua wilayah yaitu Kota Sorong dan Manokwari sementara kantor pos pembantu terdapat di semua wilayah kecuali Kabupaten Raja Ampat. Kebutuhan pos di Raja Ampat dipenuhi oleh rumah pos dan kantor pos desa.

8. Iklim Investasi

a. Kondisi investasi di Papua Barat menunjukan kecenderungan yang terus membaik. Peningkatan jumlah proyek yang dijalankan memberikan gambaran meningkatnya kepercayaan publik dalam menanamkan modal yang dimilikinya. Penanaman modal yang berasal dari dalam negeri maupun asing atau luar negeri secara jumlah memang mengalami peningkatan, namun secara nilai tidak terlalu meningkat.

b. Penggunaan kredit perbankan untuk keperluan investasi meningkat dari 11,87 persen di tahun 2012 menjadi 18,89 persen di tahun 2013, sedangkan penggunaan untuk keperluan konsumsi sedikit menurun dari 39,33 persen menjadi 39,21 persen. Hal ini tersirat bahwa kesadaran masyarakat untuk berinvestasi dalam perbankan menunjukkan kondisi semakin membaik. Penurunan pada penggunaan kredit untuk konsumsi yang jauh lebih kecil dibandingkan penurunan kredit untuk keperluan modal kerja menunjukkan masih adanya kecenderungan perilaku konsumtif masyarakat di Papua Barat.

Gambar 2.19 Posisi Kredit Perbankan Rupiah dan Valas menurut Jenis Penggunaan 2009-2013 (%)

Sumber: Statistik Daerah Provinsi Papua Barat, 2014

b. Di Provinsi Papua Barat Pada Tahun 2010 telah terjadi 89 kasus kriminal. 74 kasus atau sekitar 83,1% diantaranya telah ditangani oleh pihak yang berwenang. Kasus yang paling banyak terjadi adalah kasus pencurian kendaraan bermotor yaitu sebanyak 15 kasus (16,85%). Kasus yang paling sedikit terjadi adalah kasus pemerkosaan yaitu sebanyak 1 kali (1,12%). Tidak ada kasus kejahatan terhadap kepala negara.

9. Sumber Daya Manusia

a. Berdasarkan latar belakang pendidikan terakhir, ternyata persentase penduduk yang bekerja sebagian besar berpendidikan rendah. Sebesar 39,81 persen penduduk yang bekerja berlatar belakang pendidikan rendah (20,48 persen belum bersekolah/tidak tamat SD dan 19,33 persen tamat SD). Diantara penduduk yang bekerja tersebut hanya 13,23 persen yang berijazah diploma dan sarjana.

b. Secara nasional peringkat IPM Papua Barat berada pada ranking 31 dari 34 provinsi. Posisi peringkat tersebut mengalami penurunan dibandingakan dengan kondisi tahun sebelumnya. Peringkat tersebut masih berada di atas Provinsi NTT (32), NTB (33), dan Papua (34). IPM tertinggi di Papua Barat selama tiga tahun terakhir selalu berada di Kota Sorong. Capaiannya di tahun 2013 sebesar 78,92 persen. Sementara IPM terendah berada di Kabupaten Tambrauw dengan capaian hanya sebesar 51,54 persen.

c. Capaian IPM wilayah Maluku dan Papua tahun 2012 termasuk kategori menengah, namun secara peringkat keempat provinsi ini masih tergolong papan bawah di tingkat nasional. Peringkat terbaiknya diraih oleh Provinsi Maluku dengan capaian IPM sebesar 72,70 persen dan hanya berada pada urutan ke-22. Sedangkan Provinsi Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua hanya berada diurutan 30, 31, dan 34

Gambar 2.20 IPM menurut Kabupaten/Kota dan Provinsi Papua Barat Tahun 2013 (%)

Sumber: Statistik Daerah Provinsi Papua Barat, 2014

.

2.2

Evaluasi Hasil RKPD Provinsi Papua Barat sampai dengan

Triwulan II

Evaluasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) dilakukan pada tahun berjalan (2015) pada Triwulan ke II.

Dalam dokumen 3. Isi BAB I s.d BAB Penutup (Halaman 47-54)

Dokumen terkait