• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fokus Layanan Urusan Wajib 1 Pendidikan

Dalam dokumen RPJMD KAB. OKI TAHUN 2014 2019 (Halaman 38-45)

KELOMPOK UMUR

2.3. Aspek Pelayanan Umum

2.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib 1 Pendidikan

Perkembangan pembangunan pendidikan di Kabupaten Ogan Komering ilir dapat dillihat dari keadaan pendidikan penduduk Kabupaten Ogan Komering Ilir melalui pendekatan indikator-indikator pendidikan seperti angka partisipasi sekolah (APS), pendidikan anak usia dini, fasilitas pendidikan, angka putus sekolah, angka kelulusan, angka melanjutkan, guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV, rasio ketersedian sekolah, rasio guru/murid, rasio guru/murid per kelas rata-rata.

Tabel 2.25. Indikator Pendidikan Kabupaten Ogan Komering Ilir tahun 2009 - 2013

No Indikator Satuan 2009 2010 2011 2012 2013

1 Angka Partisipasi Sekolah %

- SD 97,00 98,04 96,30 96,40 98,33

- SMP 73,57 80,00 71,23 81,32 89,45

- SMA 42,05 37,22 33,10 38,07 43,40

2 Pendidikan Anak Usia Dini % - - - 53,3 63,3

3 Fasilitas Pendidikan %

- Bangunan SD/MI Kondisi Baik 58,00 64,70 64,80 70,20 76,25

- Bangunan SMP/MTs Kondisi Baik 77,00 77,10 79,40 76,09 78,76

- Bangunan SMA/MA/SMK Kondisi Baik 81,00 81,30 80,80 84,02 89,56

4 Angka Putus Sekolah (APS) %

- APS SD/MI 0,48 0,50 0,43 0,51 0,53

- APS SMP/MTs 0,90 0,89 0,69 0l68 0,58

- APS SMA/MA/SMK 0,54 0,94 0,82 0,84 0,64

5 Angka Kelulusan (AL) %

- AL SD/MI 98,73 99,47 98,74 98,79 100

- AL SMP/MTs 97,63 98,50 98,37 98,51 99,99

- AL SMA/MA/SMK 98,20 98,15 98,35 98,38 99,40

6 Angka Melanjutkan (AM) %

- AM dari SD/MI ke SMP/MTs 67,76 67,89 78,87 88,78 89,12

- AM dari SMP/MTs ke SMA/MA/SMK 68,78 69,76 72,75 74,00 77,25

7 Guru yang memenuhi kualifikasi S-1/D-IV % 46,45 48,67 51,78 54,76 59,46

8 Rasio Guru/murid Per 10.000 murid - SD/MI 1:92 1:196 1:190 1:190 1:190 - SMP/MTs 1:268 1:267 1:268 1:265 1:266 - SMA/MA/SMK 1:384 1:382 1:386 1:387 1:382

Angka Partisipasi Sekolah (APS) menggambarkan secara umum banyaknya anak kelompok umur tertentu bersekolah tanpa memperhatikan jenjang pendidikan yang sedang diikuti. Indikator ini sangat relevan untuk mengukur sejauh mana pelaksanaan program wajib belajar sembilan tahun, yaitu dengan melihat APS penduduk usia 7-12 tahun (usia SD) dan 13-15 tahun (usia SMP). Dengan adanya program wajib belajar tersebut seharusnya anak-anak usia 7-15 tahun sedang berada di bangku sekolah. Data pada Tabel 2.24 menunjukkan bahwa tahun 2013 APS penduduk usia 7-12 tahun (usia SD) mencapai 98,33 persen. Sedangkan pada usia 13-15 tahun (usia SMP) APS sebesar 89,45 persen dan 16-18 tahun (usia SMA) sebesar 43,40 persen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa program wajib belajar sembilan tahun telah cukup berhasil namun belum sepenuhnya menjangkau anak-anak di Kabupaten Ogan Komering Ilir, namun angka partisipasi sekolah penduduk semakin kecil sejalan dengan pertambahan usia. Hal ini mudah dipahami, karena mereka yang memasuki usia produktif, dituntut partisipasinya dalam aktivitas ekonomi. Selain itu, semakin tinggi jenjang pendidikan, semakin mahal pula kebutuhan biaya, Sehingga tidak semua penduduk mampu menjangkaunya. Salah satu indikator meningkatnya kualitas pendidikan di suatu wilayah adalah meningkatnya sarana pendidikan seperti sekolahan dan meningkatnya jumlah tenaga pendidik. Di Kabupaten Ogan Komering Ilir, jumlah tenaga pendidik untuk jenjang pendidikan SD/ MI pada tahun 2012 sebanyak 6.469 orang, untuk pendidikan SMP/MTs pada tahun 2012 sebanyak 3.234 orang, untuk tenaga pendidik SMA/MA/SMK pada tahun 2012 sebanyak 1.408 orang. Peningkatan jumlah tenaga pendidik juga diikuti dengan meningkatnya jumlah pendidik yang bersertifikat sehingga dapat menghasilkan siswa siswi yang berkualitas dan berprestasi.

2.3.1.2. Kesehatan

Ketersediaan sarana kesehatan dan tenaga kesehatan sangat penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Pada tahun 2013 jumlah puskesmas di Kabupaten Ogan Komering Ilir 29 buah dan telah tersebar di 18 kecamatan. Selain itu pelayanan kesehatan juga dilakukan oleh klinik swasta dan dokter praktek. Salah satu indikator meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan di suatu wilayah adalah meningkatnya indikator di Kabupaten Ogan Komering Ilir pelayanan kunjungan dan status gizi, sedangkan untuk sarana kesehatan yang ada telah mencakup seluruh wilayah yang ada di Kabupaten Ogan Komering Ilir. Penurunan indikator derajat kesehatan akan ditanggulangi dengan beberapa program dari Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ilir dengan dokter siaga di wilayah maupun penambahan tenaga medis maupun anggaran perlindungan kesehatan masyarakat.

Tabel 2.26. Indikator Kesehatan Kabupaten Ogan Komering Ilir tahun 2009 -2013

No Indikator 2009 2010 2011 2012 2013

1 Rasio Puskesmas, poliklinik, pustu per

satuan penduduk 2112 2.108 2.146 2.049 2.083

2 Rasio Rumah Sakit per satuan

penduduk 707.627 727.376 742.374 752.906 764.952

3 Rasio dokter per satuan penduduk 13.875 15.154 14.556 14.000 18.305

4 Rasio tenaga medis per satuan

penduduk 1.421 943 963 789 570

5 Cakupan komplikasi kebidanan yang

ditangani 17,2 51 69,7 75,3 75,9

6 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan

93,2 94,2 93,6 94,8 95,8

7 Cakupan Desa / kelurahan Universal

Child Immunization (UCI) 79,8 82,3 89 96,3 95

8 Cakupan Balita gizi buruk mendapat

perawatan 100 100 100 100 100

9 Cakupan penemuan dan penanganan

penderita penyakit DBD 100 100 100 100 100

10 Cakupan pelayanan kesehatan rujukan

pasien masyarakat miskin 2,1 5,4 5,4 0,2 0,3

11 Cakupan kunjungan bayi 93,7 93,8 94 97,5 99,7

12 Cakupan Puskesmas 23 25 26 29 29

13 Cakupan Puskesmas Pembantu 83 91 91 88 88

Sejauh mana pengadaan berbagai fasilitas kesehatan telah mampu menjangkau seluruh masyarakat, bisa dilihat melalui beberapa ukuran atau rasio antara jumlah fasilitas kesehatan yang ada dengan jumlah penduduk masing-masing kecamatan. Keterbatasan sarana kesehatan yang ada, masih relatif sulitnya akses sebagian masyarakat pada sarana yang tersedia serta kesadaran kesehatan masyarakat yang rendah berdampak rendahnya kunjungan masyarakat pada sarana kesehatan. Tabel 2.26 memberikan informasi persentase penduduk yang mengalami keluhan kesehatan dan melakukan kunjungan ke tempat fasilitas kesehatan, dari tabel tersebut didapat ternyata di Kabupaten Ogan Komering Ilir pada tahun 2013 penduduknya lebih banyak mengunjungi puskesmas/pustu dan petugas kesehatan, dari tabel tersebut didapat bahwa persentase jumlah kunjungan ke fasilitas puskesmas/pustu sebanyak 36,80 persen dan untuk petugas kesehatan sebesar 37,79 persen.

Tabel 2.27. Persentase penduduk yang pernah berobat jalan menurut tempat berobat di Kabupaten Ogan Komering Ilir tahun 2009 – 2013

No Jenis Fasilitas Kesehatan Tahun

2009 2010 2011 2012 2013**

1 Rumah Sakit 4,23 8,39 6,32 7,36 7,94

2 Praktek Dokter / Poliklinik 15,67 27,48 15,45 19,68 18,45

3 Puskesmas 48,79 37,02 42,65 35,20 36,80

4 Petugas Kesehatan 24,68 29,01 32,35 38,35 37,79

5 Praktek Tradisional 1,15 4,20 0,53 2,32 3,69

6 Lainnya 1,48 1,90 7,14 3,50 2,89

Persentase Penduduk yang

pernah berobat jalan 33,02 40,37 26,90 43,31 46,71

2.3.1.3. Pekerjaan Umum

Ketersediaan sarana dan prasarana untuk menunjang pergerakan perekonomian Kabupaten Ogan Komering Ilir khususnya pada aksesibiltas arus transportasi jalan masih belum baik, hal ini dapat dilihat dari proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi rusak di tahun 2012 sebesar 44,69 persen dari total panjang jalan yang ada 1.577,513 km, hanya 30,70 persen kondisi jalan baik dan sisanya (24,61 persen) dalam kondisi sedang. Diwilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir masih banyak transportasi air yang digunakan masyarakat, seperti di Kecamatan Air Sugihan, Cengal dan Sungai Menang sekitar 70 persen masih menggunakan kendaraan air.

Tabel 2.28. Daftar panjang jalan menurut keadaan dan status jalan No Uraian

Status Jalan (km)

Jalan Negara Jalan Provinsi Jalan Kabupaten

2010 2011 2012 2010 2011 2012 2010 2011 2012 A Jenis Permukaan 1 Aspal 122,50 122,50 122,50 67,00 67,00 67,00 412,84 394,60 425,56 2 Batu Pecah - - - 259,83 316,15 251,42 3 Tanah - - - 903,41 860,89 890,53 4 Beton - - - 1,43 5,88 12,93 B Kondisi Jalan 1 Baik 81,50 81,50 81,50 61,20 61,20 61,20 310,44 413,14 342,47 2 Sedang 24,30 34,30 24,30 3,90 3,90 3,90 344,45 371,23 360,78 3 Rusak 6,70 6,70 6,70 1,90 1,90 1,90 696,57 584,01 678,57 4 Rusak Berat - - - 227,05 209,14 198,62 2.3.1.4. Perumahan

Sumber air bersih di Kabupaten Ogan Komering Ilir pada saat ini masih bertumpu pada air tanah dangkal, sungai dan Perusahaan Daerah Air Minum. Dimana pada tahun 2012 masih terdapat 38,06 persen rumah tangga menggunakan air yang tidak bersih, persentase atas pengguna air tidak bersih ini menurun pada tahun 2013 menjadi 34,30 persen. Persentase rumah tangga pengguna listrik terjadi peningkatan di tiap tahunnya, pada tahun 2013 persentase rumah tangga berlistrik sudah mencapai 75,93 persen.

Tabel 2.29. Indikator Perumahan

No Uraian Tahun

2009 2010 2011 2012 2013

1 Rumah Tangga Pengguna Air Bersih 51,87% 55,73% 58,60% 61,94% 65,70%

2 Persentase Penduduk Berakses Air Minum 0,27% 0,28% 0,32% 0,44% 0,48%

3 Rumah Tangga Pengguna Listrik - - - - 75,93 %

2.3.1.5. Lingkungan Hidup

Sampah merupakan hal yang sangat penting untuk ditangani saat ini, semakin bertambah jumlah penduduk semakin bertambah pula jumlah timbulan sampah. Kegiatan pengelolaan sampah yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ilir antara lain : penyediaan sarana kebersihan, sosialisasi program Adipura, sosialisasi program adiwiyata untuk sekolah berwawasan lingkungan, melakukan pelatihan terkait pengelolaan sampah dengan system 3R (Reuse, Reduce dan Recycle). Pengelolaan sampah dapat dilakukan oleh masyarakat melalui pemilahan sampah organik, anorganik dan sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), sampah organik dapat diolah menjadi pupuk kompos, untuk sampah anorganik dapat di gunakan kembali sesuai fungsinnya misal kantong plastik, dapat juga diolah menjadi barang yang berguna melalui proses tertentu misalnya bekas kemasan plastik bisa dijadikan tas, topi atau kaleng bekas bisa diolah menjadi pot bunga, tempat pensil dan asbak serta sampah plastik, botol dan lain-lain dapat juga langsung dijual kepengepul barang bekas untuk didaur ulang sehingga timbulan sampah yang dihasilkan dapat di perkecil bahkan dihilangkan, hal ini akan mengurangi timbunan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Permasalahan yang timbul adalah sebagian besar masyarakat masih memperlakukan sampah dengan pola lama dengan membuang sampah tanpa dilakukan pengelolaan sampah terlebih dahulu.

Tabel 2.30. Indikator lingkungan hidup

No Indikator Satuan Tahun

2009 2010 2011 2012 2013

1 Persentase penegakan hukum

lingkungan % 0 0 1 1 2

2.3.1.6. Kependudukan dan Catatan Sipil

Rasio penduduk usia lebih dari 17 tahun atau sudah menikah yang berKTP persatuan penduduk pada tahun 2012 sebesar 8,57% dari jumlah 752.906 jiwa dan meningkat pada tahun 2013 sebesar 34,36%.

Tabel 2.31. Indikator Kependudukan

No Indikator Satuan

Tahun

2009 2010 2011 2012 2013

1 Rasio penduduk ber KTP

per satuan penduduk % 15,54 11,75 6,08 8,57 34,36

2 Rasio bayi berakte kelahiran % 5,81 4,57 6,19 1,52 1,57

3 Rasio pasangan berakte nikah % 0,01 0,01 0,01 0,01 0,02

4 Kepemilikan KTP % 110.004 86.648 41.036 64.562 244.331

2.3.1.7. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Pemberdayaan perempuan hanya dapat dilakukan apabila potensi sumber daya manusia telah berimbang antara pria dan wanita. Dalam pembentukan wanita yang dapat bersaing secara positif dengan pria tentu saja harus merubah pola pikir, dimana pada zaman dahulu pola pikir bahwa wanita hanya menjadi pendamping dan mengurus rumah tangga, tetapi juga harus berpikir maju bahwa wanita juga dapat berprestasi sama bahkan dapat melebihi prestasi pria. Peningkatan potensi sumber daya wanita tentu saja dapat dicapai melalui pendidikan yang cukup dan kesetaraan untuk mendapatkan hak yang sama dalam menuntut ilmu.

Dalam mencapai kesetaraan gender dapat dilakukan melalui upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik laki laki maupun perempuan. Berbagai kemajuan telah dicapai dalam rangka mewujudkan kesetaraan gender di bidang pendidikan, ketenagakerjaan, dan politik. Di bidang pendidikan, upaya mendorong kesetaraan gender dilakukan dengan memberikan akses dan partisipasi yang sama baik bagi perempuan maupun laki laki. Keberhasilan dari upaya tersebut antara lain dapat dilihat dari indeks paritas gender/IPG (Gender Parity Index/GPI) angka partisipasi murni (APM), atau rasio APM perempuan terhadap laki laki.

Selain dilihat dari Indeks Paritas Gender (IPG) Angka Partisipasi Murni (APM) atau rasio APM perempuan terhadap laki-laki, angka melek huruf juga menjadi indikator pencapaian MDG’s bagi tujuan ketiga, yaitu kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Angka melek huruf perempuan dan laki-laki kelompok usia 15-24 tahun hampir mencapai sasaran MDG's. Pada tahun 2009, IPG nasional untuk melek huruf kelompok usia 15-24 tahun hampir mendekati angka 100, dengan tingkat melek huruf pada kelompok perempuan sebesar 99,40 persen dan tingkat melek huruf pada laki-laki sebesar 99,55 persen. Namun, di 15 provinsi, tingkat melek huruf untuk perempuan dalam kelompok usia ini sedikit lebih rendah dibandingkan dengan tingkat melek huruf pada laki-laki.

Tabel 2.32. Rasio APS Perempuan terhadap Laki-Laki di Kabupaten Ogan Komering Ilir tahun 2013

No Uraian 2013

1 Rasio APS Perempuan terhadap Laki-Laki usia 7 - 12 tahun 1,15 2 Rasio APS Perempuan terhadap Laki-Laki usia 13 - 15 tahun 1,42 3 Rasio APS Perempuan terhadap Laki-Laki usia 16 - 18 tahun 1,73

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan indikator untuk melihat perbandingan jumlah penduduk yang bekerja terhadap jumlah penduduk usia kerja. Secara umum, apabila tingginya TPAK disebabkan karena tingginya penduduk yang bekerja, maka TPAK tersebut menunjukan kinerja partisipasi angkatan kerja yang baik. Secara umum, TPAK perempuan jauh lebih rendah daripada TPAK laki-laki. Hal ini disebabkan karena TPAK laki- laki bersifat universal karena setiap laki-laki dewasa dituntut untuk mencari nafkah dirinya maupun keluarganya. TPAK perempuan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain meningkatnya pendidikan wanita, terbukanya kesempatan kerja bagi wanita, meningkatnya kebutuhan ekonomi keluarga dan kemajuan sosial ekonomi masyarakat seperti pandangan terhadap wanita yang bekerja. Sebaliknya Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) perempuan cenderung lebih tinggi dibanding dengan laki-laki. Kondisi ini disebabkan karena kesempatan kerja perempuan lebih terbatas dibandingkan dengan laki-laki. Selain itu pada momen- momen tertentu penduduk laki-laki lebih besar peluangnya untuk memasuki pasar kerja dibandingkan dengan perempuan.

Tabel 2.33. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) menurut jenis kelamin di Kabupaten Ogan Komering Ilir tahun 2009 – 2013

No Uraian 2009 2010 2011 2012

1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

- Laki-Laki 86,26 86,71 88,71 90,79

- Perempuan 46,58 51,81 58,70 58,89

2 Tingkat Pengangguran

- Laki-Laki 6,63 7,72 4,63 9,14

- Perempuan 7,87 7,01 4,75 13,85

2.3.1.7. Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Terjadi fluktuasi persentase koperasi aktif dari tahun 2009 hingga tahun 2013. Penurunan signifikan terjadi pada tahun 2012 dari 90,9 persen pada tahun 2011 menjadi 76,11 persen pada tahun 2012. Usaha Mikro dan Kecil setiap tahunnya mengalami

kecenderungan meningkat dimana pada tahun 2009 sebanyak 9.304 usaha mikro dan kecil sedangkan pada tahun 2013 sebanyak 9.770 usaha mikro dan kecil.

Tabel 2.34. Indikator koperasi serta usaha mikro kecil dan menengah

No Uraian Satuan 2009 2010 2011 2012 2013

1 Persentase koperasi aktif % 84 90 90,9 76,11 76,87

2 Usaha Mikro dan Kecil unit 9.304 9.414 9.476 9.676 9.770

2.3.1.8. Ketenagakerjaan

Jumlah penduduk usia kerja (15 tahun keatas) di Kabupaten Ogan Komering Ilir pada tahun 2012 sebanyak 525.462 orang. Jumlah angkatan kerja diperkirakan sebanyak 395.107 orang, terdiri dari 243.798 orang angkatan kerja laki-laki dan 151.309 orang angkatan kerja perempuan. Jumlah angkatan kerja dirinci menurut kegiatannya adalah sebanyak 351.857 orang bekerja dan 43.250 orang pengangguran (sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha, merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan, sudah mempunyai pekerjaan tetapi belum mulai bekerja). Dengan kata lain tingkat kesempatan kerja sebesar 89,05 persen dan tingkat pengangguran sebesar 10,95 persen. Komposisi penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha menunjukkan bahwa sektor primer sebagai ciri perekonomian daerah perdesaan merupakan pekerjaan yang dominan dilakukan oleh penduduk Kabupaten Ogan Komering Ilir. Pada tahun 2013 sekitar 65,08 persen penduduk bekerja di sektor primer (pertanian). Sektor sekunder (pertambangan, industri, listrik, dan bangunan) menyerap sekitar 7 persen tenaga kerja, sedangkan sektor tersier (perdagangan, angkutan, keuangan dan jasa) menyerap hampir 27,92 persen tenaga kerja.

Tabel 2.35. Indikator ketenagakerjaan

No Uraian Satuan 2009 2010 2011 2012 2013

1 Tingkat Penggangguran Terbuka % 7,04 7,46 4,68 10,95 6,11

2.3.2. Fokus Urusan Pilihan

Dalam dokumen RPJMD KAB. OKI TAHUN 2014 2019 (Halaman 38-45)

Dokumen terkait