• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fokus Sumber Daya manusia

Dalam dokumen BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH (Halaman 85-88)

Jumlah 2.812 2.411 2.396 2.395 2.395 Sumber: Indikator Pertanian Sumatera Utara, 2014

A. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Per Kapita

2.4.4. Fokus Sumber Daya manusia

3 Jumlah retribusi yang dikeluarkan 35 35 35 35

4 Jumlah retribusi yang mendukung iklim investasi

18 18 18 18

Sumber: DPPKA Kota Tanjungbalai.

e. Peraturan Daerah (Perda) yang Mendukung Iklim Investasi

Perda yang mendukung iklim usaha biasanya dibatasi yakni perda yang terkait dengan perijinan, lalu lintas barang dan jasa serta perda yang tekait dengan ketenagakerjaan. Sampai tahun 2015 belum ada perda yang diterbitkan oleh Pemerintah Kota Tanjungbalai yang diperuntukkan untuk mendukung iklim investasi.

2.4.4. Fokus Sumber Daya manusia

Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan kunci keberhasilan pembangunan daerah dan nasional. Manusia merupakan subyek dan obyek dalam pembangunan. Oleh karenanya pembangunan SDM harus benar-benar diarahkan dan

ditingkatkan agar mampu dan memiliki etos kerja yang produktif ,terampil, kreatif, disiplin, profesional dan mampu memanfaatkan, mengembangkan serta menguasai ilmu dan teknologi yang inovatif dalam rangka memacu pelaksanaan pembangunan nasional.

Kondisi aspek daya saing daerah Kota Tanjungbalai terkait dengan sumberdaya manusia salah satunya dapat dilihat dari kualitas tenaga kerja dan tingkat ketergantungan penduduk.

a. Kualitas Tenaga kerja

Salah satu faktor penting yang tidak dapat diabaikan dalam kerangka pembangunan daerah adalah kualitas sumber daya manusia (SDM). Kualitas SDM ini berkaitan erat dengan kualitas tenaga kerja yang tersedia untuk mengisi kesempatan kerja didalam negeri dan di luar negeri. Kualita stenaga kerja di suatu wilayah sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk suatu wilayah maka semakin baik kualitas tenaga kerjanya. Kualitas tenaga kerja pada suatu daerah dapat dilihat dari tingkat pendidikan penduduk yang telah menyelesaikan berbagai jenjang pendidikan.

Tabel 2.89.

Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke atas yang Bekerja menurut Tingkat

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kota Tanjungbalai (Persen), 2011-2015

Keterangan 2011 2012 2013 2014 2015 Tidak Berijazah SD/MIPaket A 25,80 25,76 37,73 37,82 23,21 SLTP 23,35 19,87 21,62 21,82 13,20 SMU 30,30 23,54 22,54 22,39 22,05 SMK 1,70 10,84 10,48 9,46 5,00

Diploma I II dan III 1,74 2,70 2,18 1,50 1,20

DIV, S1, S2, S3 0,00 4,22 5,45 7,01 7,24

Sumber : Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tanjungbalai, 2012-2016

Pada Tahun 2015 tingkat pendidikan pekerja di Kota Tanjungbalai didominasi oleh pekerja yang tidak/belum pernah sekolah/ tidak tamat SD/ tamat SD yang mencapai sebesar 23,21 persen, yang pada umumnya bekerja di sektor perdagangan, jasa kemasyarakatan, dan pertanian. Sementara itu pekerja yang lulusan SLTP dan SMU juga cukup besar yang mencapai diatas 40 persen. Pekerja dengan kualifikasi pendidikan menengah ini umumnya diserap oleh sektor jasa usaha dan industri. Sedangkan pekerja dengan kualifikasi pendidikan diploma dan sarjana hanya mencapai dibawah 10 persen yang umumnya bekerja pada sektor pemerintahan. b. Tingkat Ketergantungan (Rasio Ketergantungan)

Tingkat ketergantungan penduduk digunakan untuk melihat gambaran besarnya beban yang harus ditanggung oleh setiap penduduk berusia produktif terhadap penduduk yang tidak produktif. Penduduk muda berusia dibawah 15 tahun umumnya dianggap sebagai penduduk yang belum produktif karena secara ekonomis masiht ergantung pada orangtua atau orang lain yang menanggungnya. Selainitu, penduduk berusia diatas 65 tahun juga dianggap tidak produktif lagi sesudah melewati masa pensiun.

Penduduk usia 15-64 tahun adalah penduduk usia kerja yang dianggap sudah produktif. Atas dasar konsep ini dapat digambarkan berapa besar jumlah penduduk yang tergantung pada penduduk usia kerja. Meskipun tidak terlalu akurat, rasio ketergantungan semacam ini memberikan gambaran ekonomis penduduk dari sisi demografi.

Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara maju atau negara yang sedang berkembang. Dependency ratio merupakan salah satu indikator demografi yang penting. Semakin tinggi persentase dependency ratio maka semakin tinggi beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yangp roduktifu ntuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.

Tabel 2.90.

Rasio Beban Ketergantungan Penduduk di Kota Tanjungbalai, 2011-2015

Tahun Rasio Beban Ketergantungan Anak

Rasio Beban Ketergantungan Orang Tua 2011 62.45 6.33 2012 56.57 5.24 2013 54.33 5,12 2014 54.53 5,14 2015 53,74 5,35

Sumber : BPS Kota Tanjungbalai, 2016

Tabel diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2015 ada sekitar 53 sampai 54 orang usia anak-anak yang ditangggung oleh 100 orang usia produktif dan ada sekitar 5 sampai 6 orang usia lansia yang ditanggung oleh 100 orang usia produktif. Bila dibandingkan antara rasio beban ketergantungan anak dengan lansia pada tahun 2011 ada sekitar 62 sampai 63 orang usia anak-anak ditangggung oleh 100 orang usia produktif dan ada 6 sampai 7 orang usia lansia ditanggung oleh 100 orang usia produktif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi perubahan yang signifikan pada tahun 2011 dan 2015, namun secara series angka rasio tersebut masih menunjukkan trend yang menurun dalam kurun waktu dua tahun terakhir.

c. Koefisien Pembangunan Manusia

Koefisien Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator untuk mengukur pencapaian kemajuan dalam bidang ekonomi dan sosial. Adapun indikator yang digunakan dalam penentuan IPM adalah: i) indikator kesehatan (Angka harapan hidup), ii) indikator pendidikan (Angka rata-rata lama sekolah) dan iii) daya beli masyarakat.

Secara umum IPM Kota Tanjungbalai menunjukkan peningkatan secara signifikan selama 2011-2015. Pada 2011 IPM Kota Tanjungbalai adalah sebesar 64,13 kemudian meningkat menjadi 66,74 pada tahun 2015. Berdasarkan kriteria UNDP menunjukkan Kota Tanjungbalai masuk dalam klasifikasi menengah atas.

Gambar 2.41.

Perkembangan IPM di Kota Tanjungbalai, 2011-2015 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

*) Data Sementara

Komponen IPM Kota Tanjungbalai yang lebih tinggi dari Provinsi Sumatera Utara adalah Pengeluaran. Hal ini menunjukkan kemampuan masyarakat dalam membelanjakan uangnya untuk barang dan jasa lebih besar. Untuk komponen angka harapan hidup dan rata-rata lama sekolah Kota Tanjungbalai relatif lebih rendah dari provinsi. Bila dibandingkan dengan kabupaten/kota se Sumatera utara maka IPM Kota Tanjungbalai berada pada peringkat ke-23.

Tabel 2.91.

Komponen IPM Kota Tanjungbalai, 2015

Indikator Kota Tanjungbalai Provinsi Sumatera Utara

Angka Harapan Hidup 61,9 68,29

Rata-rata Lama Sekolah 9,12 12,82

Pengeluaran 10,326 9,563

Dalam dokumen BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH (Halaman 85-88)

Dokumen terkait