• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1. ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI 2.1.1. Karakteristik lokasi dan wilayah 1) Luas dan Batas Wilayah Administrasi

Luas wilayah Kota Tanjungbalai sebesar 6.052 Ha atau 60,52 km2 dan menjadi wilayah terkecil di Sumatera Utara selain Kota Sibolga dan Kota Tebing Tinggi. Wilayah admisnistrasi Kota Tanjungbalai terbagi ke dalam 6 kecamatan dan 31 kelurahan. Kecamatan Datuk Bandar menjadi wilayah terluas dengan luas wilayah mencapai 2.249 Ha atau sekitar 37,16 persen dari seluruh luas Kota Tanjungbalai, sedangkan Kecamatan Tanjungbalai Utara menjadi wilayah terkecil dengan luas 84 ha atau hanya sekitar 1,39 persen dari seluruh luas Kota Tanjungbalai.

Gambar 2.1.

Luas Kota Tanjungbalai Berdasarkan Kecamatan (ha)

Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

Secara administratif, semua bagian wilayah Kota Tanjungbalai berbatasan langsung dengan Kabupaten Asahan. Batas wilayah Kota Tanjungbalai secara rinci adalah sebagai berikut:

Sebelah utara : Kecamatan Tanjungbalai Kabupaten Asahan Sebelah selatan : Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan Sebelah barat : Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan Sebelah timur : Kecamatan Sei Kepayang Kabupaten Asahan

(2)

Gambar 2.2.

Peta Administrasi Wilayah Kota Tanjungbalai

(3)

2) Letak dan Kondisi Geografis

a. Posisi Astronomis

Kota Tanjungbalai terletak di antara 2˚58’15”- 3˚01’32” Lintang Utara dan 99˚48’00”-99˚50’16” Bujur Timur dan berada pada pertemuan 2 (dua) sungai besar yaitu Sungai Asahan dan Sungai Silau yang bermuara ke Selat Malaka, memiliki akses yang sangat mudah menuju tempat wisata internasional yakni kawasan Danau Toba. Oleh karenanya kini Kota Tanjungbalai memiliki sebutan baru yakni ”Mutiara Selat Malaka

di Hilir Danau Toba”.

b. Posisi Geostrategis

Kota Tanjungbalai berada sekitar 184 km dari Medan sebagai ibukota Sumatera Utara. Meskipun relatif tidak terlalu dekat dengan ibukota provinsi, Kota Tanjungbalai diuntungkan karena terletak pada pertemuan dua sungai besar yaitu Sungai Asahan dan Sungai Silau yang bermuara ke Selat Malaka. Kondisi tersebut menjadikan Kota Tanjungbalai sebagai jalur perdagangan internasional dan menjadi tempat lalu lintas barang dan jasa yang relatif ramai di pesisir Timur Pulau Sumatera.

c. Kondisi/Kawasan

Kota Tanjungbalai berada di wilayah pesisir pantai Timur Sumatera Utara tepatnya berada di tepi Sungai Asahan yang merupakan sungai terpanjang di Sumatera Utara.

3) Topografi

a. Ketinggian Lahan

Secara umum, wilayah Kota Tanjungbalai terletak pada 0-3 m dari atas permukaan laut atau berupa dataran rendah dengan dominasi jenis tanah alluvial, latosol, dan pasir. Kecamatan Datuk Bandar menjadi daerah tertinggi dengan tinggi wilayah sekitar 3 meter di atas permukaan laut. Sedangkan Kecamatan Teluk Nibung menjadi daerah terendah dengan tinggi wilayah hanya sekitar 0-1 meter di atas permukaan laut. Posisi Kota Tanjungbalai yang dilalui dua sungai besar menyebabkan tingkat kesuburan tanahnya dipengaruhi oleh pasang surut air, sehingga tidak jarang wilayah Kota Tanjungbalai digenangi oleh air dan menjadi kawasan rawa-rawa.

Tabel 2.1.

Tinggi Wilayah di Atas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan di Kota Tanjungbalai, 2015

No Kecamatan Tinggi (m)

1 Datuk Bandar 3

2 Datuk Bandar Timur 2

3 Tanjungbalai Selatan 2

4 Tanjungbalai Utara 2

5 Sei Tualang Raso 1,5

6 Teluk Nibung 0-1

(4)

b. Kemiringan Lahan

Data kemiringan suatu wilayah berkaitan dengan bentuk bentang alam dan kemiringannya, antara lain: data morfologi dan kemiringan lereng. Ditinjau dari kondisinya, Kota Tanjungbalai memiliki kemiringan lahan 0-2% menjadikan permukaan tanah di seluruh wilayah merupakan dataran yang hampir rata.

4) Geologi

a. Struktur dan Karakteristik

Berdasarkan data Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Direktorat Jenderal Pertambangan Umum, jenis batuan yang terdapat di Kota Tanjungbalai, meliputi alluvium muda yang terdapat di seluruh kecamatan yang terdapat di Kota Tanjungbalai, alluvium tua (kerikil, pasir, lempung) yang tersebar di Kecamatan Datuk Bandar, dan aneka terobosan yang menyebar di sebagian Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Sei Tualang Raso.

b. Potensi

Potensi sumber daya alam bila ditinjau dari sisi geologi adalah Galian golongan C berupa pasir yang tersebar di sepanjang Sungai Silau dan sebagian Sungai Asahan.

(5)

Gambar 2.3.

Peta Wilayah Kota Tanjungbalai berdasarkan Geologi

Sumber: RTRW Kota Tanjungbalai Tahun 2013-2033

5) Hidrologi

a. Sungai

Selain Sungai Asahan dan Sungai Silau yang bermuara ke Selat Malaka, Kota Tanjungbalai juga dialiri beberapa sungai kecil. Sungai-sungai kecil tersebut di antaranya adalah Sungai Pematang, Sungai Merbau, Sungai Kapias, dan Sungai Raja yang bermuara ke Sungai Asahan dan Sungai Silau.

Kondisi air sungai saat ini telah mengalami pencemaran. Hal tersebut disebabkan oleh limbah perkotaan dan pembuangan sampah ke sungai. Selain itu, penurunan kualitas air sungai juga disebabkan oleh pencucian pasir-pasir maupun akibat dari lahan yang telah menjadi terbuka karena tidak ada vegetasi penutup, sehingga air dapat mengalir

(6)

bebas ke badan-badan air. Diketahui bahwa jika vegetasi tidak ada, maka air hujan langsung jadi overland flow dan biasanya membawa material-material yang dapat mengurangi kualitas air sungai.

Tabel 2.2.

Panjang dan Lebar Sungai di Kota Tanjungbalai, 2015

Nama Sungai Panjang

(Km)

Lebar (m)

Sungai Bandar Jaksa 8,2 10

Sungai Bandar Jepang 5,1 6,1 s/d 5,6

Sungai Bandar Sipoyong 6 6

Sungai Kanal Sultan 4 10,15

Sungai Giam I 6,5 6

Sungai Aek Noto 1,75 20

Sungai Parit Kangkung 1,5 20

Sungai Sei Giam II 2,35 6

Sungai Pantai Burung 4,25 25

Sungai Kapias 4,2 35

Sungai Tanjung Medan 6 30

Sungai Sarap 2,1 25

Sungai Daun Besar 1,5 25

Sungai Merbau 4,5 25

Sungai Rintis 2 25

Sungai Mata Halasan 1,2 3

Sungai Silau 7 125

Sungai Asahan 7,5 700

Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

b. Debit

Debit sungai sangat fluktuatif tergantung curah hujan. Perbedaan antara debit tertinggi dengan debit yang terendah dalam satu tahun kadang cukup signifikan. Debit air yang cukup besar di Kota Tanjungbalai adalah Sungai Silau dan Sungai Asahan. Rata debit air pada Sungai Silau adalah ± 95,47 m3/dt.

(7)

Gambar 2.4.

Debit Rata- Rata Bulanan Sungai Asahan

Sumber: Dinas PSDA Provsu

Gambar 2.5.

Debit Rata- Rata Bulanan Sungai Silau

Sumber: Dinas PSDA Provsu

6) Klimatologi

a. Suhu dan Kelembaban

Suhu udara rata-rata Kota Tanjungbalai sekitar 250C-320C. Kota Tanjungbalai beriklim tropis serta mengalami musim hujan dan musim kemarau, relatif sama dengan wilayah lainnya yang berada di Sumatera Utara. Iklim Kota Tanjungbalai diklasifikasikan sebagai Af (iklim hutan hujan tropis) berdasarkan sistem Koppen-Geiger dengan kelembaban suhu udara rata-rata Kota Tanjungbalai sekitar 27,90C dan memiliki Presipitasi rata-rata 18,63 mm dengan kelembaban udara rata-rata 77% -98%.

Lokasi yang berada dekat dengan laut membuat Kota Tanjungbalai tergolong daerah yang panas. Selama Tahun 2015 tercatat bahwa temperatur Kota Tanjungbalai mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Suhu maksimum mencapai 370C yang terjadi pada bulan Juni, sedangkan suhu minimum

(8)

mencapai 190C yang terjadi pada bulan Februari. Peningkatan suhu di Kota Tanjungbalai, salah satunya disebabkan peningkatan polusi udara akibat peningkatan debu dari kendaraan truk yang mengangkut pasir serta tiupan angin di lokasi tambang yang tidak memiliki vegetasi yang cukup.

Tabel 2.3.

Temperatur Rata-rata di Kota Tanjungbalai, 2011-2015

Tahun Rata-rata Temperatur (0C)

Minimum Maksimum 2011 27,93 23,54 32,32 2012 28,10 23,63 32,57 2013 27,91 23,95 31,86 2014 2015 27,61 28,21 23,56 23,75 31,66 32,68 Sumber: www.freemeteo.co.id, 2016 b. Curah hujan

Musim kemarau dan musim hujan biasanya ditandai dengan banyaknya hari hujan dan volume curah hujan pada bulan terjadinya musim. Pada periode 2015, musim hujan terjadi di Kota Tanjungbalai pada Bulan Juli-Agustus dan Bulan Nopember. Sementara musim kemarau terjadi pada Bulan Juni dan Bulan September-Oktober. Sesuai data yang dimuat di Kota Tanjungbalai dalam angka 2015, berdasarkan data Balai Informasi Penyuluhan Pertanian (BIPP) pada periode 2015 di wilayah Kota Tanjungbalai terdapat 109 hari hujan dengan volume curah hujan sebanyak 1.601 mm. Curah hujan terbesar terjadi pada Bulan Juli-Agustus yaitu 258 mm dengan hari hujan sebanyak 14 hari. Sedangkan curah hujan terkecil terjadi selama Oktober dengan curah hujan sebesar 53 mm dengan hari hujan 5 hari. Jika dilihat dari banyaknya curah hujan yang turun, puncaknya terjadi pada Bulan Nopember, sedangkan musim kemarau puncaknya terjadi pada bulan Oktober.

Gambar 2.6.

Rata-rata Jumlah Hujan dan Curah Hujan Setiap Bulan di Kota Tanjungbalai, 2015

(9)

7) Penggunaan lahan

a. Kawasan Budidaya

Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam. Jenis kawasan budidaya yang terdapat di Kota Tanjungbalai meliputi:

1. Kawasan perumahan;

2. Kawasan perdagangan dan jasa; 3. Kawasan perkantoran;

4. Kawasan peruntukan industri 5. Kawasan peruntukan pariwisata 6. Kawasan ruang terbuka non hijau kota 7. Kawasan pelabuhan

8. Kawasan perikanan b. Kawasan Lindung

Penetapan kawasan ini didasarkan pada kondisi fisik dasarnya yang rentan/rawan bencana genangan/banjir serta kekhasan daerah Kota Tanjungbalai yang dikelilingi aliran sungai besar seperti Sungai Silau dan Sungai Asahan. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Tanjungbalai Tahun 2013-2033, meliputi:

1. Kawasan perlindungan setempat

2. Kawasan suaka alam dan cagar budaya 3. Kawasan rawan bencana alam

4. Kawasan ruang terbuka hijau

Berdasarkan hasil perhitungan daya dukung dengan menggunakan konsep perhitungan sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2009, Kota Tanjungbalai mempunyai status daya dukung lahan yang defisit terhadap penduduk yang tinggal di Kota Tanjungbalai. Artinya, kebutuhan akan lahan lebih besar dari ketersediaan lahan. Penurunan daya dukung lahan dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang terus meningkat, luas lahan yang semakin berkurang, persentase jumlah petani dan luas lahan yang diperlukan untuk hidup layak, dan jenis komoditas yang ada di wilayah setempat.

Berdasarkan hasil survei lapangan penggunaan lahan (terakhir dilakukan pada Tahun 2008) yang terdata di Kota Tanjungbalai terdiri dari penggunaan lahan terbangun sebesar 57,31 persen dan lahan yang belum terbangun sebanyak 42,69 persen. Jenis lahan terbangun yang terdapat di Kota Tanjungbalai terdiri dari bangunan perumahan, perkantoran, fasilitas umum dan sosial, industri dan lain-lain. Sedangkan jenis lahan non terbangunnya, antara lain persawahan, perkebunan rakyat, kebun campuran dan lain-lain.

Survei lapangan terhadap penggunaan lahan di Kota Tanjungbalai. Jumlah penggunaan lahan tertinggi di Kota Tanjungbalai adalah untuk lahan perkebunan (pertanian) yaitu seluas 2.507,429 Ha atau sekitar 73,38 persen dari keseluruhan lahan yang tersedia.

(10)

Gambar 2.7.

Penggunaan Lahan di Kota Tanjungbalai, 2008

Sumber: RTRW Kota Tanjungbalai Tahun 2013-2033

2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah

Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan wilayah yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya.

Tabel 2.4.

Rencana Pola Ruang kawasan Budidaya Kota Tanjungbalai

No Rencana Pola Ruang

Kawasan

Uraian

1. Kawasan Peruntukan

Perumahan

Permukiman Kepadatan Tinggi (>150 bangunan/ha)

- Direncanakan 91 ha

- Kecamatan Tanjungbalai Utara dan Tanjungbalai Selatan (Pusat Pelayanan Kota)

- Kecamatan Teluk Nibung (SPPK 4) - Kecamatan Sei Tualang Raso (SPPK 3) - Kecamatan Datuk Bandar Timur (SPPK 2) Permukiman Kepadatan Sedang (51-150 bangunan/ha)

- Direncanakan 163 ha

- tersebar di Kecamatan Datuk Bandar, Datuk Bandar Timur, Sei Tualang Raso, dan Teluk Nibung

Pemukiman Kepadatan Rendah (0-50 bangunan/ha)

- tersebar pada hampir seluruh kelurahan pada tiap kecamatan.

2. Kawasan Peruntukan

Perdagangan dan Jasa

Kawasan pasar tradisional - seluas ± 3,5 ha

- dikembangkan pada Kelurahan Sirantau, Indra Sakti, Karya, Perjuangan dan Sei Raja

(11)

Kawasan pusat perbelanjaan - seluas ± 5 ha

- dikembangkan pada Kelurahan Mata Halasan, Tanjungbalai Kota II dan Tanjungbalai Kota III

Kawasan Toko Modern - seluas ± 3 ha

- dikembangkan pada Kelurahan Indra Sakti, Karya dan Perwira

3. Kawasan Perkantoran - seluas 69 ha

- Kawasan perkantoran pemerintahan dipertahankan pada kondisi existing

- Kawasan perkantoran swasta di Kelurahan Bunga Tanjung

4. Kawasan Peruntukan Industri Kawasan industri kecil dan mikro - seluas ± 6,15 ha

- dikembangkan untuk mendukung sektor industri, terdapat di Kelurahan Sijambi dan Keramat Kubah

Kawasan industri menengah - seluas ± 342,08 ha

- diperuntukkan industri menengah bidang pengolahan hasil perikanan dan perkebunan di Kecamatan Sei Tualang Raso dan Kecamatan Teluk Nibung

5. Kawasan Pariwisata seluas ± 157 ha

- Wisata budaya diarahkan di kawasan bangunan bersejarah

- Wisata buatan diarahkan pada pengembangan Kawasan Perdagangan Terpadu dan dermaga penyebrangan/Water Front City di Kelurahan Indra Sakti (Kecamatan Tanjungbalai Selatan) dan Pulau Simardan

- Wisata alam diarahkan pada

pengembangan pulau-pulau di Sungai Asahan.

6. Ruang Terbuka Non Hijau - seluas ± 7,25 ha

- pelataran parkir, perkantoran, perdagangan dan jasa di Kel. Sijambi, Indra Sakti dan Tanjungbalai Kota IV - lapangan upacara dan olah raga

mempertahankan kondisi existing

- pembatas/median jalan dan koridor antar bangunan di Kelurahan Sijambi

7. Ruang Evakuasi Bencana - merupakan ruang evakuasi darurat untuk tempat berlindung dan penyaluran bantuan sosial di Lapangan Sultan Abdul Jalil Rahmadsyah, gedung serbaguna dan lapangan bola di Teluk Nibung

8. Kawasan Pertanian - seluas ± 1.591 ha

- diarahkan pada tanaman pangan di Kecamatan Datuk Bandar

(12)

kelapa, kelapa sawit dan palawija 9. Kawasan Sektor Informal - seluas ± 0,23 ha

- Kegiatan pedagang kaki lima menempati lokasi Tanjungbalai Food Court, kegiatan perdagangan dan jasa di Water Front City, pasar tradisional dan jalan-jalan utama

10. Kawasan Peruntukan

Perikanan

- seluas ± 3 ha

- Pengelolaan perikanan darat diarahkan di Kelurahan Selat Tanjung Medan, Sijambi, Pantai Johor, Pahang dan Pasar Baru - Pembibitan benih ikan (lele, nila, gurame,

mas dan udang galah) di Kelurahan Sijambi dan Kapias Pulau Buaya

Sumber: RTRW Kota Tanjungbalai Tahun 2013-2033

Kota Tanjungbalai memiliki kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan strategis. Penetapannya karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkungan kota terhadap ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup dan pertahanan keamanan.

Tabel 2.5.

Rencana Pola Ruang kawasan Strategis Kota Tanjungbalai

No Rencana Pola Ruang

Kawasan

Uraian

1. Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Ekonomi

Meliputi:

- Kawasan pelabuhan Teluk Nibung di Kel. Perjuangan Kecamatan Teluk Nibung - Kawasan industri di Kel. Sei Raja Kec. Sei

Tualang Raso

- Kawasan pergudangan di Kel. Perjuangan, Beting Kuala Kapias, Kapias Pulau Buaya, Pematang Pasir dan Sungai Merbau Kec Teluk Nibung

- Kawasan pusat perdagangan dan jasa di Kel. Indra Sakti Kec. Tanjungbalai Selatan - Kawasan perdagangan campuran serta

hasil perikanan di kawasan di Kel. Indra Sakti Kec. Tanjungbalai Selatan

- Kawasan pariwisata di Kel. Selat Tanjung Medan Kec. Datuk Bandar Timur

2. Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Sosial dan Budaya

Meliputi:

- Diarahkan berupa kawasan cagar budaya di sepanjang Jalan Mesjid, Jalan Asahan, Jalan Gereja dan Jalan Veteran ± 2,72 Ha di Kel. Indra Sakti dan Karya Kec. Tanjungbalai Selatan

- Kawasan Pertokoan Lama (Pecinan) dan Vihara di Kecamatan Tanjungbalai Utara dan Tanjungbalai Selatan

3. Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Pertahanan dan Keamanan

Meliputi:

- Kawasan TNI-AL seluas ± 0,49 ha di Kel. Indra Sakti dan Karya Kec. Tanjungbalai Selatan

(13)

2.1.3. Wilayah Rawan Bencana

Identifikasi wilayah rawan bencana di Kota Tanjungbalai dilakukan sebagai bentuk kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi berbagai bencana yang berpotensi terjadi. Area Kota Tanjungbalai yang relatif berada di dataran rendah dengan kemiringan wilayah hanya sekitar 0-3 meter di atas permukaan laut, membuat Kota Tanjungbalai cenderung rawan terhadap genangan-genangan air baik yang disebabkan oleh air hujan maupun dari pengaruh pasang surut air sungai. Potensi banjir kiriman juga bisa saja terjadi karena posisi Kota Tanjungbalai yang berada di antara pertemuan 2 (dua) sungai besar yakni Sungai Asahan dan Sungai Silau.

Wilayah yang relatif rawan terdampak banjir pada umumnya adalah wilayah yang berada di sekitar aliran sungai yaitu di Kelurahan Pahang dan Kelurahan Gading (Kecamatan Datuk Bandar), Kelurahan Bunga Tanjung, Selat Lancang, Selat Tanjung Medan, Semula Jadi dan Kelurahan Pulau Simardan (Kecamatan Datuk Bandar Timur).

Tabel 2.6.

Daerah Rawan Bencana Banjir di Kota Tanjungbalai, 2015

No Kecamatan Kelurahan

1. Datuk Bandar Kelurahan Pahang

Kelurahan Gading

2. Datuk Bandar Timur Kelurahan Bunga Tanjung

Selat Lancang Selat Tanjung Medan Semula Jadi

Pulau Simardan

(14)

Gambar 2.8.

Peta Wilayah Kota Tanjungbalai berdasarkan Rawan Banjir

Sumber: RTRW Kota Tanjungbalai Tahun 2013-2033

Selanjutnya beberapa kejadian bencana yang terjadi di Kota Tanjungbalai dalam kurun waktu 2011-2015 diuraikan pada Tabel berikut:

(15)

Tabel 2.7.

Kejadian Bencana di Kota Tanjungbalai, 2011-2015

Tahun Kejadian Bencana Lokasi Kejadian Keterangan

2011 N/A N/A N/A

2012 Kebakaran Keramat Kubah, Tanjungbalai Kota IV, Tanjungbalai Kota III, Kuala Silau Bestari, Sejahtera,Tanjungbalai Kota I,Perwira, Karya, Indra Sakti, Pantai Burung, Kapias Pulau Buaya, Perjuangan, Pematang Pasir, Seluruh Kelurahan terrdapat pada Kecamatan Datuk Bandar, Selat Tanjung Medan, Semula Jadi, Pulau Simardan

31 kasus

2013 Banjir Sijambi, Gading, Pantai Johor, Sirantau, Pahang, Selat Lancang, Selat Tanjung Medan, Bunga Tanjung

Banjir tersebut merugikan penduduk sebanyak 5.747 kk

dan korban

meninggal 1 orang Kebakaran Tanjungbalai Kota III, Sejahtera,

Indrasakti, Sijambi, Pahang

5 kasus 2014 Kebakaran Tanjungbalai Kota I, Kapias Pulau

Buaya, Perjuangan, Beting Kuala Kapias, Keramat Kubah

7 kasus

Angin Kencang Tanjungbalai Kota II, Perwira, Sijambi, Pantai Johor

6 kasus

2015 Kebakaran Tanjungbalai Kota IV, Kuala Silau Bestari, Kapias Pulau Buaya, Sei Merbau, Beting Kuala Kapias, Sijambi, Gading, Sirantau, Pahang, Keramat Kubah

28 kasus

Angin Kencang Sejahtera 1 kasus

Sumber: BPBD, 2016

2.1.4. Demografi

Dalam pelaksanaan pembangunan di suatu daerah, pengintegrasian penduduk menjadi suatu hal yang teramat penting mengingat penduduk tidak hanya diperlakukan sebagai obyek pembangunan, namun juga sebagai subyek pembangunan. Ketika peran sebagai “subyek” pembangunan maka diperlukan upaya pemberdayaan untuk menyadarkan hak penduduk dan meningkatkan kapasitas penduduk dalam pembangunan. Hal ini menyangkut pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Selanjutnya Konsep people centered development merupakan konsep yang mewadahi prinsip pembangunan yang berwawasan kependudukan yang meliputi beberapa komponen yakni: pengendalian kuantitas penduduk; Peningkatan kualitas penduduk; Penataan persebaran dan mobilitas penduduk; Pembangunan Keluarga Sejahtera serta Manajemen database & informasi kependudukan. Untuk itu sasaran serta program prioritas pembangunan jangka menengah ke depan untuk urusan pengendalian penduduk harus mengacu pada prinsip dan konsep tersebut.

(16)

Kondisi penduduk Kota Tanjungbalai mengalami berbagai dinamika yang relatif menantang untuk diatasi. Sebelum berpisah dari Kabupaten Asahan melalui Undang-Undang Darurat No.9 tahun 1956, dengan luas hanya 199 ha Tanjungbalai pernah menjadi kota terpadat di Asia Tenggara dengan kepadatan sekitar 20.000 jiwa/km2. Hingga periode 2014, Kota Tanjungbalai dihuni oleh beragam suku di antaranya; Suku Batak (Simalungun, Toba, Mandailing, Pakpak, dan Karo) 42,56 persen, Jawa 17,06 persen, Melayu 15,41 persen, Minang 3,58 persen, Aceh 1,11 persen, dan suku lainnya sebanyak 20,28 persen. Sedangkan dari sisi agama yang dianut, sebagian besar penduduk Kota Tanjungbalai beragama Islam dengan persentase 81,99 dari seluruh populasi.

Gambar 2.9.

Persentase Penduduk Berdasarkan Suku dan Agama di Kota Tanjungbalai, 2015

Sumber: Kota Tanjungbalai dalam angka 2015

Penduduk yang dijadikan sebagai modal utama pembangunan daerah di Kota Tanjungbalai mengalami pertumbuhan setiap tahunnya. Sampai dengan 2015, jumlah penduduk Kota Tanjungbalai telah mencapai 167.012 jiwa, meningkat dibanding periode 2013 yang sebesar 164.675 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduknya sebesar 1,41 persen.

(17)

Gambar 2.10.

Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Tanjungbalai, 2011-2015

Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

Sampai dengan periode 2015, jumlah penduduk laki-laki masih mendominasi populasi Kota Tanjungbalai dengan jumlah 84.197 jiwa, sedangkan jumlah penduduk perempuan berjumlah 82.815 jiwa. Secara usia, penduduk usia 0-4 tahun merupakan penduduk dengan jumlah terbanyak dibanding usia penduduk Kota Tanjungbalai lainnya. Sampai dengan periode 2015, jumlah penduduk usia 0-4 tahun (balita) mencapai 19.535 jiwa dengan jumlah balita laki-laki sebanyak 9.930 jiwa dan balita perempuan sebanyak 9.605 jiwa.

Gambar 2.11.

Piramida Penduduk Kota Tanjungbalai, 2015

Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

Sementara itu jika dilihat dari persebaran penduduk menurut kecamatan, setiap tahunnya selama 2011-2015 Kecamatan Teluk Nibung menjadi daerah dengan jumlah penduduk terbanyak. Pada 2015, jumlah penduduk Kecamatan Teluk Nibung telah

(18)

mencapai 38.714 jiwa, atau mengalami penambahan sebanyak 2.635 jiwa dibandingkan periode 2011.

Kecamatan Tanjungbalai Utara menjadi kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil. Sampai dengan 2015, jumlah penduduk Kecamatan Tanjungbalai Utara sebanyak 17.153 jiwa. Meskipun demikian, Kecamatan Tanjungbalai Utara menjadi daerah terpadat dibanding kecamatan lainnya di Kota Tanjungbalai. Sampai dengan 2015, Kecamatan Tanjungbalai Utara memiliki kepadatan 20.420 jiwa/ha, sedangkan Kecamatan Datuk Bandar menjadi daerah dengan kepadatan terkecil dengan kepadatan 1.625 jiwa/ha.

Gambar 2.12.

Perkembangan Jumlah Penduduk Kota Tanjungbalai menurut Kecamatan, 2011-2015

Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

Gambar 2.13.

Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Tanjungbalai Menurut Kecamatan, 2015

(19)

Bila dilihat berdasarkan laju pertumbuhan penduduk menurut Kecamatan selama Tahun 2011-2015, laju pertumbuhan setiap kecamatan tidak jauh berbeda. Kecamatan Datuk Bandar Timur memiliki laju pertumbuhan terbesar dengan angka rata-rata sebesar 1,1552 persen per tahun, sedangkan Tanjungbalai Utara dengan jumlah penduduk terkecil juga memiliki laju pertumbuhan penduduk terkecil dibandingkan kecamatan lainnya, yakni rata-rata sebesar 1,1535 setiap tahunnya.

Tabel 2.8.

Laju Pertumbuhan Penduduk Tahun 2011-2015 Menurut Kecamatan

Kecamatan 2011 2015

Laju Pertumbuhan Penduduk 2011-2015 (%)

Datuk Bandar 34.509 36.547 1,1542

Datuk Bandar Timur 27.509 29.135 1,1552

Tanjungbalai Selatan 19.737 20.903 1,1546

Tanjungbalai Utara 16.197 17.153 1,1535

Sei Tualang Raso 23.190 24.560 1,1546

Teluk Nibung 36.556 38.714 1,1537

Tanjungbalai 157.698 167.012 1,1543

Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

2.2. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 1. Pertumbuhan PDRB

Salah satu indikator utama untuk mengukur kinerja pembangunan ekonomi daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Manfaat yang dapat diperoleh dari data PDRB adalah: (1) Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi; (2) Untuk mengetahui struktur perekonomian; (3) Untuk mengetahui besarnya PDRB per kapita penduduk dan (4) Untuk mengetahui tingkat inflasi.

a. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah meningkatnya pendapatan per kapita riil bersumber dari dalam suatu daerah yang berlangsung terus-menerus. Untuk kepentingan analisis ekonomi, dapat digunakan pertumbuhan PDRB riil sebagai indikator pertumbuhan ekonomi dan dilihat melalui laju pertumbuhan ekonomi dengan data series dari tahun ke tahun.

Selama lima tahun terakhir, PDRB Kota Tanjungbalai mengalami tren meningkat setiap tahunnya. Nilai PDRB Kota Tanjungbalai atas dasar harga konstan pada periode 2015 telah menembus sekitar Rp 4,637 triliun, atau mengalami peningkatan signifikan sebesar 18,3 persen dibanding periode 2012 yang hanya sebesar Rp 3,919 triliun.

Dilihat dari sisi pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan, Kota Tanjungbalai relatif mengalami fluktuasi selama lima tahun terakhir. Pada 2011, pertumbuhan PDRB Kota Tanjungbalai sebesar 6,02 persen. Angka pertumbuhan PDRB mencapai puncak tertinggi pada periode 2012 dengan nilai pertumbuhan sebesar 6,22 persen. Namun

(20)

pada periode 2015 pertumbuhan PDRB Kota Tanjungbalai kembali turun dengan pertumbuhan hanya sebesar 5,58 persen.

Gambar 2.14.

Perkembangan Nilai PDRB dan pertumbuhan PDRB Kota Tanjungbalai, 2011-2015

Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016 *)Angka Sementara

Jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara, pertumbuhan ekonomi Kota Tanjungbalai mengalami perubahan pola pertumbuhan yang hampir sama dengan Sumatera Utara yaitu mengalami perlambatan pertumbuhan sejak tahun 2013 sampai dengan tahun 2015. Meskipun mengalami perlambatan pertumbuhan, posisi pertumbuhan ekonomi Kota Tanjungbalai pada tahun 2014 berada diatas pertumbuhan Sumatera Utara yaitu sebesar 5,78 persen, sedangkan Sumatera Utara tumbuh sebesar 5,24 persen pada tahun 2014.

Gambar 2.15.

Pertumbuhan PDRB KotaTanjungbalai dan Perbandingannya dengan Provinsi dan Nasional, 2011-2015

Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

Laju pertumbuhan PDRB Tahun 2015 sebesar 4,6 persen, angka tersebut mengami penurunan bila dibandingkan Tahun 2014 yang mencapai 5,78 persen. Bila dilihat berdasarkan lapangan usaha selama tahun 2014-2015, maka yang mengalami pertumbuhan adalah kategori pertanian, kehutanan dan perikanan; kategori industri pengolahan; kategori pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang; kategori konstruksi; kategori penyediaan akomodasi dan makan minum; kategori Jasa

(21)

keuangan dan asuransi; dan kategori jasa pendidikan sedangkan lapangan usaha lainnya mengalami penurunan laju PDRB.

Tabel 2.9.

Laju Pertumbuhan PDRB Seri 2010 Atas Dasar Harga Konstan Menurut lapangan Usaha di Kota Tanjungbalai, 2011-2015

No Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3,26 3,29 3,30 5,14 5,42 B Pertambangan dan Penggalian 7,66 7,65 7,68 7,42 5,81

C Industri Pengolahan 4,76 6,71 5,13 5,53 6,01

D Pengadaan Listrik dan Gas 10,87 3,15 -0,89 4,11 2,73

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang 5,27 5,63 3,02 3,21 3,42

F Konstruksi 8,06 6,35 7,29 6,46 6,96

G Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 6,71 7,77 7,07 6,97 5,24

H Transportasi dan Pergudangan 7,88 6,22 6,88 2,88 2,62 I Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum 7,97 6,51 7,72 6,47 6,95

J Informasi dan Komunikasi 8,08 7,13 6,57 6,11 6,01

K Jasa Keuangan dan Asuransi 7,52 10,32 9,10 2,65 2,92

L Real Estat 5,27 4,97 4,96 4,71 4,65

M, N

Jasa Perusahaan 5,90 4,79 3,29 3,34 2,89

O Administrasi Pemerintahan

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 7,32 7,64 6,72 6,74 6,63

P Jasa Pendidikan 3,80 2,99 6,27 5,20 5,31

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8,74 6,80 7,40 7,40 7,32 R,S

,T, U

Jasa lainnya 8,00 7,83 7,45 7,04 6,69

JUMLAH 6,02 6,22 5,94 5,78 5,58

Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

b. Struktur Ekonomi

Struktur ekonomi yang dinyatakan dalam persentase, menunjukkan besarnya peran masing-masing sektor ekonomi dalam kemampuan menciptakan nilai tambah. Hal tersebut menggambarkan ketergantungan daerah terhadap kemampuan produksi dari masing-masing sektor ekonominya. Untuk membaca PDRB berdasarkan struktur ekonomi maka digunakan PDRB atas dasar harga berlaku.

Selama lima tahun terakhir (2011-2015), secara struktural perekonomian Tanjungbalai cenderung tidak mengalami perubahan. Jika ditelaah kontribusi tiap kategori terhadap PDRB tahun 2011-2015 atas dasar harga berlaku maka diketahui bahwa sektor penyumbang terbesar pertama terhadap PDRB adalah kategori perdagangan besar

(22)

dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor, kemudian diikuti oleh kategori industri pengolahan dan penyumbang ketiga terbesar adalah kategori pertanian, kehutanan, dan perikanan, dengan sumbangan masing-masing di atas 15 persen.

Tabel 2.10.

Nilai (Miliar) dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2011-2015 Atas dasar Harga Berlaku Tahun 2010 Kota Tanjungbalai

No Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015*) (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 701.416 17,98 754.106 17,43 841.349,5 17,33 982.647,3 18,11 1.029.878,6 17,09 B Pertambangan dan Penggalian 77.003,7 1,97 87.070,1 2,01 98.069,1 2,02 107.984,9 1,99 123.473,6 2,05 C Industri Pengolahan 733.828,1 18,81 806.989,0 18,65 890.863,7 18,35 991.121,9 18,27 1.103.564,6 18,31 D Pengadaan Listrik dan

Gas

34.114,9 0,87 39.851,4 0,92 39.876,8 0,82 39.992,8 0,74 42.070,4 0,70

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

7.649,80 0,20 8.359,70 0,19 8.910,3 0,18 9.536,9 0,18 10.246,9 0,17

F Konstruksi 558.020,7 14,31 645.511,6 14,92 731.650,1 15,07 817.470,6 15,07 929.370,1 15,42 G Perdagangan Besar

dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 824.328,5 21,13 908.173,1 20,99 1.020.769,2 21,02 1.173.584,4 21,63 1.296.099,0 21,50 H Transportasi dan Pergudangan 254.407,2 6,52 282.048,6 6,52 324.318,7 17,33 350.011,5 6,45 378.636,8 6,28 I Penyediaan

Akomodasi dan Makan Minum

85.972,0 2,20 95.561,0 2,21 109.262,3 2,02 124.099,7 2,29 137.447,7 2,28

J Informasi dan Komunikasi

40.700,0 1,04 44.449,4 1,03 46.737,5 18,35 48.920,4 0,90 52.442,8 0,87 K Jasa Keuangan dan

Asuransi 75.479,8 1,94 87.992,3 2,03 101.007,6 0,82 108.969,9 2,01 117.306,8 1,95 L Real Estat 133.001,2 3,41 146.553,5 3,39 167.593,8 0,18 185.591,7 3,42 200,871,5 3,33 M, N Jasa Perusahaan 13.562,6 0,35 14.795,7 0,34 15.854,5 15,07 17.040,4 0,31 18.201,2 0,30 O Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

231.909,9 5,95 264.263,4 6,11 301.384,6 21,02 343.964,3 6,34 388.021,6 6,44

P Jasa Pendidikan 62.234,70 1,60 66.250,60 1,53 72.441,1 1,49 80.397,4 1,48 86.970,2 1,44 Q Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial 28.947,30 0,74 32.317,40 0,75 35.777,0 0,74 41.129,3 0,76 47.775,1 0,79 R, S, T, U Jasa lainnya 37.901,00 0,97 42.083,30 0,97 49.972,7 1,03 57.621,8 1,06 64.941,2 1,08 JUMLAH 3.900.477 4.326.376,2 4.855.838,8 5.426.084,7 6.027.318,2 Sumber: BPS KotaTanjungbalai, 2016 *) Angka Sementara

Bila dilihat berdasarkan pertumbuhan kontribusi setiap kategori berdasarkan harga berlaku maka terdapat 8 (delapan) sektor yang mengalami peningkatan pertumbuhan atau pertumbuhan positif, yaitu Pertambangan dan penggalian, Konstruksi, Perdagangan besar dan eceran, reperasi mobil dan sepeda motor, Penyediaan akomodasi dan makan minum, Jasa keuangan dan asuransi, Administrasi pemerintahan pertahanan dan jaminan sosial wajib, Jasa kesehatan dan kegiatan

(23)

sosial dan Jasa lainnya. Kategori yang mengalami pertumbuhan kontribusi terbesar adalah sektor Jasa laninya yaitu sebesar 2,09 persen.

Untuk sektor yang tidak disebutkan di atas mengalami penurunan. Kategori yang mengalami penurunan terbesar dalam memberikan kontribusi terhadap PDRB adalah Pengadaan listrik dan gas.

Tabel 2.11.

Pertumbuhan Kontribusi Kategori Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk) Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2015 Kota

Tanjungbalai

No Lapangan Usaha

Pertumbuhan

Hb Hk

% %

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan -1,02 -1,21

B Pertambangan dan Penggalian 0,74 0,95

C Industri Pengolahan -0,54 -0,03

D Pengadaan Listrik dan Gas -4,41 -2,75

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur

Ulang -2,82 -1,56

F Konstruksi 1,51 0,67

G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor 0,35 0,66

H Transportasi dan Pergudangan -0,75 -0,94

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,68 0,78

J Informasi dan Komunikasi -3,57 0,43

K Jasa Keuangan dan Asuransi 0,11 0,23

L Real Estat -0,46 -0,80

M,N Jasa Perusahaan -2,78 -1,75

O Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

1,60 0,79

P Jasa Pendidikan -1,99 0,31

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,33 1,02

R,S,T,U Jasa lainnya 2,09 1,04

Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

2. Laju Inflasi

Sesuai dengan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tanjungbalai, pendataan terhadap inflasi tidak dilakukan di Kota Tanjungbalai. Ukuran inflasi Kota Tanjungbalai mengacu pada perkembangan inflasi Kota Pematangsiantar. Sehingga gambaran inflasi Kota Pematangsiantar dianggap dapat mewakili inflasi di Kota Tanjungbalai. Selama lima tahun terakhir, perkembangan inflasi Kota Pematangsiantar mengalami perubahan yang dinamis. Pada periode 2013, inflasi Kota Pematangsiantar mencapai nilai tertinggi sebesar 12,02 persen. Angka inflasi tersebut bahkan lebih tinggi dari inflasi Provinsi Sumatera Utara dan inflasi nasional. Namun pada 2015, nilai inflasi mengalami penurunan menjadi sebesar 3,36 persen.

(24)

Gambar 2.16.

Perkembangan Inflasi Beberapa Daerah Di Sumatera Utara Dan Nasional, 2011-2015

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, 2016 3. PDRB Per kapita

PDRB per kapita Kota Tanjungbalai mengalami kenaikan setiap tahunnya, baik atas dasar harga konstan maupun atas harga berlaku. Pada 2012, PDRB perkapita atas dasar harga konstan 2010 hanya sebesar Rp 24,497 juta. Angka tersebut tumbuh sebesar 13,3 persen pada periode 2015, sehingga PDRB perkapita atas dasar harga konstan 2010 Kota Tanjungbalai telah mencapai Rp 27,767 juta.

Sementara itu jika dilihat berdasarkan harga berlaku, PDRB per kapita Kota Tanjungbalai pada 2012 sebesar Rp 27,045 juta. Tiga tahun kemudian angka tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 33,4 persen. Sehingga pada periode 2015 PDRB per kapita Kota Tanjungbalai atas harga berlaku mencapai Rp 36,089 juta.

Gambar 2.17.

Perkembangan PDRB Per Kapita Kota Tanjungbalai, 2011-2015 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai 2016, (diolah)

*) Angka Sementara 4. Tingkat Kemiskinan

Kemiskinan menjadi salah satu permasalahan utama yang dihadapi Kota Tanjungbalai. Jumlah penduduk miskin di Kota Tanjungbalai mengalami tren penurunan selama Tahun 2011-2014. Pada periode 2015, jumlah penduduk miskin di Kota Tanjungbalai meningkat menjadi sebanyak 25.090 jiwa dengan persentase

(25)

15,08 persen dibanding jumlah seluruh penduduk atau meningkat sebesar 7,56 persen. Berdasarkan hal tersebut, tugas pemerintah kota dalam menanggulangi kemiskinan semakin berat. Untuk itu kemiskinan perlu dijadikan sebagai isu strategis yang membutuhkan arah kebijakan yang tepat.

Gambar 2.18.

Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Kota Tanjungbalai, 2011-2015

Sumber: BPS KotaTanjungbalai, 2016

Menurut BPS, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) adalah ukuran kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap batas kemiskinan. Pada Tahun 2012-2014 terjadi peningkatan pada indeks kedalaman kemiskinan, hal tersebut menunjukkan kehidupan ekonomi penduduk miskin di Kota Tanjungbalai semakin terpuruk.

Indeks Keparahan Kemiskinan memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Berdasarkan kondisi Tahun 2014, indeks keparahan kemiskinan mengalami penurunan, hal ini mengindikasikan berkurangnya ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin.

Tabel 2.12.

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Kota Tanjungbalai, 2010─2014 Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) 2,65 2,21 1,85 2,63 2,62 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) 0,72 0,48 0,39 0,64 0,63 Sumber: BPS KotaTanjungbalai, 2016 5. Gini Rasio

Gini rasio adalah angka yang digunakan untuk menunjukkan tingkat ketimpangan distribusi pendapatan. Besar gini rasio dimulai dari 0 sampai dengan 1. Jika gini rasio sama dengan 0, berarti distribusi pendapatan sudah merata dengan sempurna (dengan kata lain tidak terjadi ketimpangan distribusi pendapatan). Sebaliknya, jika

(26)

gini rasio sama dengan 1, berarti distribusi pendapatan tidak merata secara sempurna. Untuk lebih jelasnya, standar penilaian gini rasio dapat ditentukan dengan menggunakan kriteria (Heri Susanti dkk, Indikator-Indikator Makro Ekonomi, LPEM-FEUI, 1995) sebagai berikut:

- GR < 4 : ketimpangan rendah - 0,4 < GR < 0,5 : ketimpangan sedang - GR > 0,5 : ketimpangan tinggi

Perkembangan gini rasio Kota Tanjungbalai selama Tahun 2011-2015 mengalami fluktuasi. Pada Tahun 2014 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, tetapi kembali meningkat tajam pada Tahun 2015 dari 0,2900 menjadi 0,3647. Berdasarkan penilaian kriteria gini rasio dapat disimpulkan bahwa Kota Tanjungbalai memiliki tingkat ketimpangan pendapatan yang rendah.

Gambar 2.19.

Perkembangan Gini rasio Kota Tanjungbalai, 2011-2015 Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, 2016

6. Indeks Williamson

Model lain yang digunakan untuk mengukur tingkat ketimpangan pendapatan antardaerah adalah Indeks Williamson yang dikemukakan oleh Williamson (1965). Indeks Williamson yang diperoleh terletak antara 0 sampai dengan 1. Jika Indeks Williamson mendekati 0, maka ketimpangan distribusi pendapatan antardaerah rendah, sebaliknya jika Indeks Williamson mendekati 1, maka ketimpangan distribusi pendapatan antardaerah tinggi. Dengan kriteria hasil uji indeks 0 s/d 1 (Mudrajad Kuncoro, Otonomi dan Pembangunan Daerah, Reformasi, Perencanaan, Strategi dan Peluang, Penerbit Erlangga, 2004) sebagai berikut :

- 0 s/d 0,5 indeks disparitasnya rendah - 0,5 s/d 1 indeks disparitasnya tinggi

Pada Tahun 2014 Kota Tanjungbalai memiliki Indeks Williamson sebesar 0,29, maka berdasarkan kriteria hasil uji dapat disimpulkan bahwa terjadi ketimpangan distribusi yang rendah antarkecamatan di Kota Tanjungbalai.

(27)

Gambar 2.20.

Perkembangan Indeks Williamson Kota Tanjungbalai, 2011-2015 Sumber: Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, 2016

7. ICOR (Incremental Capital Output Ratio)

Menurut BPS, ICOR merupakan suatu besaran yang menunjukkan besarnya tambahan kapital (investasi) baru yang dibutuhkan untuk menaikkan/menambah satu unit output. Besaran ICOR diperoleh dengan membandingkan besarnya tambahan kapital dengan tambahan output.

Selama Tahun 2011-2014 nilai ICOR mengalami peningkatan. Nilai ICOR yang tinggi pada sektor tersebut disebabkan oleh modal besar yang dibutuhkan untuk menghasilkan setiap output yang diinginkan. Semakin tinggi nilai ICOR mengindikasikan bahwa produksi di daerah tersebut semakin tidak efisien, karena dibutuhkan semakin banyak investasi untuk bisa menghasilkan satu unit tambahan output

Tabel 2.13.

Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kota Tanjungbalai, 2010─2014

2011 2012 2013 2014 2015

ICOR 0,35 0,24 2,61 12,97 -0,97

Sumber: BPS Kota Tanjungbalai

2.2.2. Fokus Kesejahteraan Masyarakat A. Aspek Pendidikan

Pendidikan menjadi salah satu isu strategis dalam fokus peningkatan kesejahteraan masyarakat Kota Tanjungbalai. Berikut ini diuraikan mengenai gambaran umum tentang pendidikan di Kota Tanjungbalai dalam kurun waktu lima tahun.

1. Angka Melek Huruf

Angka Melek Huruf merupakan proporsi penduduk usia 15 tahun ke atas yang mempunyai kemampuan membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya, tanpa harus mengerti apa yang di baca/ditulisnya. Angka melek huruf untuk Kota Tanjungbalai selama lima tahun menunjukkan peningkatan, bahkan jenis kelamin laki-laki sudah mencapai 100 persen.

(28)

Tabel 2.14.

Tingkat Melek Huruf 10 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin, 2011─2015

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 Laki-laki 99,28 99,60 99,82 98,96 100 Perempuan 96,84 98,76 97,60 97,69 99,50 Laki-laki + Perempuan 98,05 99,18 98,71 99,32 99,75 Sumber: Susenas,2011-2016

2. Angka rata-rata lama sekolah

Selama beberapa tahun terakhir, angka rata-rata lama sekolah Kota Tanjungbalai mengalami fluktuasi meskipun tidak terlalu besar. Pada 2011, angka rata-rata lama sekolah sebesar 8,66 tahun. Pada periode 2015, angka rata-rata lama sekolah meningkat sebesar 0,41 menjadi 9,07 tahun. Artinya bahwa penduduk Kota Tanjungbalai rata-rata telah berpendidikan SLTP.

Gambar 2.21.

Angka Rata-rata Lama Sekolah Kota Tanjungbalai, 2011-2015 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

3. Angka Partisipasi Kasar

APK merupakan proporsi anak sekolah pada suatu jenjang tertentu terhadap penduduk pada kelompok usia tertentu. Berikut ini diuraikan perkembangan APK Kota Tanjungbalai selama tahun 2011-2015.

Tabel 2.15.

Perkembangan APK Kota Tanjungbalai (%), 2011─2015

No Jenjang Pendidikan 2011 2012 2013 2014 2015 1. PAUD 8,04 8,84 12,75 8,48 7,44 2. SD/MI 98,81 104,59 105,05 106,75 108,15 3. SMP/MTs 88,50 85,47 81,43 81,21 85,73 4. SMA/MA 89,57 93,53 70,06 79,17 83,31

5. PT N/A N/A N/A N/A 20,24

(29)

4. Angka Partisipasi Murni

Keikutsertaan penduduk Kota Tanjungbalai dalam program pendidikan sesuai dengan usia sekolah menunjukan perkembangan yang menggembirakan. Menurut data BPS Kota Tanjungbalai, pada tahun 2015 Angka Partisipasi Murni (APM) pada jenjang pendidikan dasar (SD/MI) dan jenjang pendidikan menengah (SMA/MA) relatif tinggi. Seperti terlihat pada tabel 2.16, APM untuk jenjang SD/MI sebesar 95,27 persen dan APM untuk jenjang SMA/MA sebesar 71,09 persen. Sedangkan APM untuk jenjang SMP/MTs sebesar 69,43 persen.

Tabel 2.16.

Perkembangan APM Kota Tanjungbalai, 2011─2015

No Jenjang

Pendidikan 2011 2012 2013 2014 2015

1 SD/MI 89,46 92,86 94,05 95,05 95,27

2 SMP/MTs 65,85 65,18 65,33 67,30 69,43

3 SMA/MA 59,92 72,53 56,82 59,51 71,09

Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

5. Angka Pendidikan Yang Ditamatkan

Persentase penduduk Kota Tanjungbalai yang memiliki ijazah/STTB menurut seluruh tingkat pendidikan masih sangat rendah. Selama Tahun 2013-2015 belum menunjukkan peningkatan secara signifikan, hal tersebut menandakan tingginya angka putus sekolah, bahkan pada tingkan pendidikan dasar.

Tabel 2.17.

Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki

TINGKAT TAHUN

2011 2012 2013 2014 2015

SD/MI N/A N/A 27,56 27,64 23,55

SMP/MTs N/A N/A 23,03 21,14 21,82

SMA/MA N/A N/A 25,29 26,43 25,18

Perguruan Tertinggi (D IV/S1) N/A N/A 3,96 3,16 4,92 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

6. Sarana dan Prasarana Sekolah

Sampai dengan periode 2015, jumlah sekolah sebagai prasarana pendidikan di Kota Tanjungbalai sebanyak 158 sekolah. Angka tersebut terbagi sesuai dengan tingkat pendidikan dengan rincian Taman Kanak-kanak (TK) 18 sekolah, Raudatul Atfal (RA) 3 sekolah, Sekolah Dasar (SD) 76 sekolah, Madrasah Ibtidaiyah (MI) 25 sekolah, Sekolah Menengah Pertama (SMP) 19 sekolah, Madrasah Tsanawiyah (MTs) 12 sekolah, Sekolah Menengah Atas (SMA) 11 sekolah, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 8 sekolah, dan Madrasah Aliyah (MA) 7 sekolah.

(30)

Gambar 2.22.

Banyaknya Sekolah negeri dan swasta menurut jenisnya Kota Tanjungbalai, 2015

Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

7. Harapan lama sekolah

Sesuai dengan publikasi terbaru BPS Kota Tanjungbalai, angka melek huruf (AMH) yang biasanya digunakan sebagai salah satu komponen dalam menghitung Koefisien Pembangunan Manusia (IPM) dianggap sudah tidak relevan. Sehingga indikator untuk menghitung dimensi pendidikan penduduk salah satunya menggunakan angka harapan lama Sekolah (HLS). HLS merupakan lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang, dengan asumsi kemungkinan anak tersebut akan tetap bersekolah pada umur-umur berikutnya sama dengan rasio penduduk yang bersekolah per jumlah penduduk untuk umur yang sama saat ini. Tujuan penghitungan HLS adalah untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk lamanya pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat dicapai oleh setiap anak. Angka HLS Kota Tanjungbalai selama periode 2011-2013 menunjukan tren meningkat. Pada 2011, angka HLS Kota Tanjungbalai hanya sebesar 12,75 tahun meningkat menjadi 13,76 tahun pada 2013. Angka tersebut mengalami penurunan yang cukup signifikan pada tahun 2014 menjadi 12,25 tahun tetapi meningkat kembali menjadi 12,40 tahun pada tahun 2015.

Gambar 2.23

.Perkembangan Angka Harapan Lama Sekolah Kota Tanjungbalai, 2011-2015 Sumber: Koefisien Pembangunan Manusia Kota Tanjungbalai, 2012-2015

(31)

B. Aspek Kesehatan

Aspek kesehatan merupakan salah satu aspek penting dalam pembangunan kesejahteraan masyarakat. Pemenuhan pelayanan dasar kesehatan kepada masyarakat harus dikedepankan seiring pembangunan aspek lainnya.

Berikut ini diuraikan gambaran umum pembangunan kesehatan selama lima tahun terakhir.

1. Jumlah Kematian Bayi dan Balita

Jumlah kematian bayi pada tahun 2015 mengalami penurunan signifikan sebesar 114 orang menjadi 38 orang, sedangkan jumlah kematian balita mengalami peningkatan sebesar 31 orang menjadi 83 orang. Hal ini menunjukkan bahwa cakupan pelayanan kesehatan balita menjadi fokus perhatian yang harus lebih ditingkatkan ke depan.

Tabel 2.18.

Jumlah Kematian Bayi dan Balita Kota Tanjungbalai, 2011─2015

No Tahun Jumlah Kematian Bayi Jumlah Kematian Balita

1 2011 114 31

2 2012 25 128

3 2013 35 14

4 2014 77 52

5 2015 38 83

Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

2. Jumlah Kematian Ibu

Angka jumlah kematian ibu yang tertinggi diperoleh pada tahun 2011 yaitu sebanyak 13 orang. Selanjutnya jumlah kematian ibu pada tahun 2015 relatif sama dengan tahun sebelumnya yakni sebanyak 4 orang. Hal ini menunjukkan bahwa cakupan pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan menyusui semakin membaik.

Gambar 2.24.

Jumlah Kematian Ibu Kota Tanjungbalai, 2011─2015 Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, 2015

3. Persentase Penolong Kelahiran

Salah satu indikator yang bisa digunakan untuk melihat tingkat kelangsungan hidup bayi adalah persentase penolong kelahiran. Di Kota Tanjungbalai, persentase penolong kelahiran mengalami fluktuasi pada berbagai jenis penolong.

Dari kedua jenis penolong yang diklasifikasikan, tenaga kesehatan menjadi penolong kelahiran dengan nilai persentase yang lebih tinggi dari penolong kelahiran lainnya.

(32)

Pada tahun 2011, persentase kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan sudah mencapai angka 100 persen tetapi angka tersebut menurun menjadi 88,27 persen pada periode 2015.

Tabel 2.19. Persentase Penolong Kelahiran di Kota Tanjungbalai, 2011-2015

No Penolong Kelahiran

Tahun

2011 2012 2013 2014 2015

1 Tenaga Kesehatan 100 75,89 92,45 88,08 88,27

2 Non Tenaga Kesehatan 0 24,11 7,55 11,92 11,73

Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

4. Angka Harapan Hidup

Perkembangan angka harapan hidup penduduk Kota Tanjungbalai mengalami berfluktiasi setiap tahunnya. Pada tahun 2013-2014 angka harapan hidup mengalami penurunan signifikan dari 64,42 tahun menjadi 61,40 tahun. Pada periode 2015 angka harapan hidup Kota Tanjungbalai sedikit meningkat menjadi 61,90 tahun. Dibandingkan kabupaten/kota lainnya di Provinsi Sumatera Utara, Kota Tanjungbalai peringkat kedua terendah menurut Angka Harapan Hidup. Hal ini tentunya menjadi evaluasi bagi pemerintah daerah untuk melakukan peningkatan dalam pemeliharaan kesehatan rakyatnya dengan penyediaan fasilitas kesehatan yang memadai, menjaga kecukupan gizi dan kesehatan lingkungan.

Gambar 2.25.

Perkembangan Angka Usia Harapan Hidup Kota Tanjungbalai, 2011-2015 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

5. Bayi Gizi Buruk

Selama beberapa tahun terakhir, angka kelahiran bayi di Kota Tanjungbalai mengalami kenaikan. Sampai dengan 2015, jumlah bayi yang lahir di Kota Tanjungbalai tercatat sebanyak 3.459 jiwa. Dari jumlah tersebut, sebanyak 22 bayi mengalami berat badan yang rendah saat dilahirkan.

Di sisi lain, bayi dengan gizi buruk di Kota Tanjungbalai mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia, ada 3 (tiga) faktor penyebabnya, yaitu: kemiskinan, kurangnya pengetahuan orang tua tentang pemberian gizi yang baik

(33)

serta faktor penyakit bawaan pada anak seperti jantung, TBC, HIV,AIDS dan diare. Pada tahun 2011, terdapat 17 bayi gizi buruk. Setahun berikutnya, jumlah bayi gizi buruk menurun menjadi 8 jiwa. Namun pada 2015 angka bayi gizi buruk meningkat tajam menjadi 31 jiwa.

Tabel 2.20.

Jumlah Bayi Lahir, Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), BBLR Dirujuk, dan Bergizi Buruk di Kota Tanjungbalai, 2011-2015

No Kategori Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 1 Bayi lahir 3.182 2.828 3.627 3.648 3.459 2 Jumlah BBLR 46 12 166 38 22 3 BBLR yang dirujuk 0 12 166 9 3 4 Gizi Buruk 17 8 37 26 31

Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

Selanjutnya beberapa indikator utama yang menunjukkan keberhasilan pembangunan kesehatan di Kota Tanjungbalai selama Tahun 2011-2015 diuraikan pada tabel berikut.

Tabel 2.21.

Perkembangan Indikator Kesehatan di Kota Tanjungbalai, 2011-2015

No Indikator Satuan Capaian Kinerja Outcome

2011 2012 2013 2014 2015

1 Cakupan kelurahan Siaga Aktif % 13 13 18 18 18

2 Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan

% 21 13 43 37 39

3 Persentase Balita ditimbang berat badannya (D/S)

% 39,44 38,23 70,18 70 80,07

4 Pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan

% 43 137 0 0 3

5 Persentase Bayi 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif

% 65,07 35,27 8,56 8,6 11,5

6 Persentase Bayi mendapat kapsul vitamin A

% 0 80,48 34,82 80,14 73,18

7 Cakupan rumah sehat % 70 64,2 27,84 38,2 45,99

8 Persentase Hotel yang memenuhi syarat kesehatan

% 100 n.a 100 100 100

9 Persentase Restoran yang memenuhi syarat kesehatan

% 79,63 58,33 n.a n.a 74,8

10 Persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),(%)

% 56,45 12,18 32,45 n.a 27

11 Cakupan Desa/ kelurahan Universal Child Immunization (UCI)

(34)

12 Tingkat kematian karena tuberkulosis (per 100,000 penduduk) /100,00 0 Pddk 2,06 2,54 2,5 1,21 4,79

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, 2016 C. Pertanahan

Secara umum, kepemilikan tanah di Kota Tanjungbalai berstatus hak milik. Tanah dengan status hak milik terbanyak berada di Kecamatan Datuk Bandar dengan jumlah 180, sedangkan kepemilikan tanah dengan status hak milik terkecil berada di Kecamatan Tanjungbalai Utara dengan jumlah 28.

Tabel 2.22.

Status Kepemilikan Tanah Menurut Jenis Hak dan Kecamatan Kota Tanjungbalai, 2015 Kecamatan Hak Milik Hak Guna Bangunan Hak Pakai Hak Pengelolaan Hak Guna Usaha Datuk Bandar 24 0 0 0 0

Datuk Bandar Timur 7 0 0 0 0

Tanjungbalai

Selatan 18 0 0 0 0

Tanjungbalai Utara 8 0 0 0 0

Sei Tualang Raso 2 0 4 0 0

Teluk Nibung 10 1 0 0 0

Tanjungbalai 69 1 4 0 0

Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016 D. Ketenagakerjaan

1. Kesempatan Kerja (Rasio Penduduk yang Bekerja)

Kesempatan kerja merupakan perbandingan jumlah penduduk yang bekerja terhadap jumlah angkatan kerja. Pada tahun 2011 dan 2015 rasio kesempatan kerja Kota Tanjungbalai berada pada angka yang tidak jauh berbeda yaitu 0,891 dan 0,899. Dengan kata lain, pada tahun 2011 dan tahun 2015 jumlah angkatan kerja yang telah mendapatkan pekerjaan sebanyak 89 persen, sedangkan sisanya sebesar 11 persen masih mencari pekerjaan atau menganggur.

Gambar 2.26.

Rasio Kesempatan Kerja Kota Tanjungbalai, 2011-2015 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai 2016, (diolah)

(35)

2. Tenaga Kerja

Jumlah tenaga kerja di Kota Tanjungbalai dalam beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan yang relatif besar. Pada Tahun 2011, jumlah tenaga kerja di Kota Tanjungbalai hanya sebanyak 97.954 orang. Angka tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 2,5 persen pada 2015 sehingga jumlah tenaga kerja di Kota Tanjungbalai menjadi 110.888 orang. Menariknya, Penambahan jumlah tenaga kerja di Kota Tanjungbalai pada periode 2015 didapatkan dari pertumbuhan jumlah penduduk bukan berasal dari angkatan kerja sebesar 25 persen dibanding pada 2011.

Tabel 2.23.

Penduduk 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Kegiatan Utama Kota Tanjungbalai, 2011-2015 No Jenis Kegiatan Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 A Angkatan Kerja 66.772 65.055 62.261 68.469 71.893 1. Bekerja 59.509 55.457 56.671 62.958 64.659 2. Mencari Pekerjaan 7.263 9.598 5.590 5.511 7.234 B Bukan Angkatan Kerja 31.182 32.472 41.712 40.619 38.995

Tanaga Kerja (A+B) 97.954 97.527 103.973 109.088 110.888 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

Jumlah angkatan kerja menurut jenis pendidikan yang ditamatkan pada Tahun 2015 masih didominasi tingkat pendidikan sekolah dasar (SD) yakni mencapai angka 23.210 orang. Hal ini menandakan masih rendahnya kualitas/mutu yang dimiliki tenaga kerja di Kota Tanjungbalai.

Tabel 2.24.

Penduduk 15 Tahun ke Atas Termasuk Angkatan Kerja Menurut Jenis Pendidikan yang Ditamatkan Kota Tanjungbalai, 2011-2015

Tahun Angkatan Kerja SD SLTP SLTA PT Total 2011 25.347 14.788 26.637 N/A 66.772 2012 23.878 15.230 25.947 N/A 65.055 2013 22.216 14.173 25.872 N/A 62.261 2014 24.710 14.471 29.288 N/A 68.469 2015 23.210 13.200 22.046 13.437 71.893

Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

2.2.3 Fokus Seni Budaya Dan Olahraga

A. Seni Budaya

Kota Tanjungbalai merupakan sebuah kota yang sudah berusia lama dan memiliki kekayaan alam dan kekayaan budaya yang cukup besar dengan potensi budaya dan nilai-nilai tradisi yang telah mengakar. Kebijakan pembangunan seni dan kebudayaan selama ini diarahkan dalam rangka memperkuat, mengembangkan dan melestarikan

(36)

potensi budaya lokal dalam rangka membentuk karakteristik masyarakat daerah, mencegah masuknya budaya lain yang negatif atau tidak sesuai dengan budaya lokal. Beberapa kebijakan pengembangan nilai seni dan budaya yang selama ini telah dilaksanakan di Kota Tanjungbalai antara lain pembangunan gedung sejarah yang bertujuan untuk penyediaan informasi tentang sejarah dan kebudayaan Kota Tanjungbalai dan sebuah balai di tepi sungai Asahan yang diberi nama Balai di Ujung Tanjung. Wisata budaya juga dilakukan dengan mengadakan ”Pesta Kerang” setiap tahun yang sekaligus untuk memperingati hari jadi Kota Tanjungbalai yang diisi dengan berbagai kegiatan seperti pagelaran dan festival budaya, pemilihan parano dan daro, wisata kuliner dan memperkenalkan makanan dan kerajinan khas Kota Tanjungbalai. Berikut ini merupakan tabel yang dapat menunjukkan potensi budaya Kota Tanjungbalai.

Tabel 2.25.

Rekapitulasi Potensi Seni Budaya di Kota Tanjungbalai, 2015

No Gedung Seni dan Budaya Jumlah

1 Jumlah Grup Kesenian 33

2 Gedung Pertunjukan 2

3 Gedung Bersejarah 2

4 Bangunan Lama 5

Sumber: Dispora Budpar Kota Tanjungbalai, 2016

Tabel 2.26.

Jenis Sanggar Seni di Kota Tanjungbalai, 2015

No Gedung Seni dan Budaya 1 Teater

2 Pencat Silat

3 Gondang Sembilan 4 Tari Melayu

Sumber: Dispora Budpar Kota Tanjungbalai, 2016

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa potensi seni budaya di Kota Tanjungbalai masih sangat minim, hal tersebut dapat dilihat dari jumlah sarana dan prasarana seni budaya yang ada, maupun apresiasi penduduk Kota Tanjungbalai terhadap seni budaya tersebut.

B. Olahraga

Kebijakan pembangunan pada urusan pemuda dan olahraga diarahkan pada upaya mewujudkan peningkatan sarana dan prasarana olahraga di lingkungan masyarakat, melakukan pembinaan atlet-atlet prestasi di tingkat daerah, pembinaan organisasi kepemudaan serta peningkatan keimanan dan ketaqwaan kepemudaan dan fasilitasi aksi bhakti sosial kepemudaan melalui pelaksanaan jambore pemuda antar daerah, dengan harapan terwujudnya pemuda yang sehat, agamis dan berbudaya.

Dalam mendukung kegiatan pemuda dan olahraga di Kota Tanjungbalai saat ini telah tersedia Jumlah sarana dan prasarana olah raga yang cukup memadai. Terdapat 1 buah gedung olahraga yang merupakan gedung olahraga serba guna atau multi fungsi dan 1 buah stadion. Kemudian, penyelenggaraan kegiatan olahraga dan kepemudaan

(37)

selain difasilitasi oleh Pemerintah Kota juga bekerjasama dengan KONI dan organisasi pemuda lainnya. Berdasarkan data tahun 2016, terdapat 33 cabang olahraga dengan 70 atlet, selain itu terdapat 16 pelatih olahraga yang berada di Kota Tanjungbalai. Jumlah organisasi kepemudaan yang ada menyebar di beberapa kecamatan diantaranya merupakan organisasi pemuda yang sudah cukup terkenal di masyarakat seperti: AMPI, KNPI, Karang Taruna, OKP dan Kelompok Pemuda Produktif yang telah terdaftar dan dibina oleh Pemerintah Kota. Pada tahun 2011 jumlah organisasi pemuda yang terdaftar sebanyak 85 buah dengan jumlah organiasi pemuda yang aktif lebih kurang sebanyak 44 buah dan organisasi karang taruna sebanyak 7 buah.

Tabel 2.27.

Prasarana Olahraga Kota Tanjungbalai, 2015

No Bangunan Jumlah

1 Gelanggang/Balai Remaja 3

2 Lapangan Olahraga 15

Sumber: Dispora Budpar Kota Tanjungbalai, 2016

Penyelenggaraan kegiatan olah raga, yang dilaksanakan/diprogramkan oleh Pemerintah Daerah meliputi: Pekan Olahraga Daerah (PORDA), Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA), kompetisi, festival, Kejurda, Kejurnas dan turnamen turnamen lainnya dan kegiatan-kegiatan olahraga yang dilaksanakan oleh masyarakat/swasta/sponsor/pihak ketiga. Kegiatan olah raga yang rutin dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Tanjungbalai adalah PORDA dan POPDA dan beberapa kegiatan atau even-even dalam rangka menyambut hari-hari besar seperti hari kemerdekaan, maupun event-event oleh masyarakat/swasta/ sponsor/pihak ketiga.

2.3. ASPEK PELAYANAN UMUM 2.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib

Aspek pelayanan umum fokus pada layanan bidang wajib terdiri dari urusan: pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, perumahan, penataan ruang, perencanaan pembangunan, perhubungan, lingkungan hidup, pertanahan, kependudukan dan pencatatan sipil, pemberdayaan perempuan & perlindungan anak, sosial, ketenagakerjaan, koperasi dan usaha kecil menengah, penanaman modal, kebudayaan, kepemudaan dan olah raga, kesatuan bangsa dan politik dalam negeri, otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daereh, kepegawaian, ketahanan pangan, pemberdayaan masyarakat dan desa, statistik, kearsipan, komunikasi dan informatika serta perpustakaan.

Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan capaian indikator yang mencakup fokus layanan bidang wajib.

(38)

Tabel 2.28.

Aspek, Fokus dan Indikator Kinerja Layanan Urusan Wajib Pemerintahan Daerah Kota Tanjungbalai, 2011-2015

No Bidang Urusan /Indikator 2011 2012 2013 2014 2015 I PENDIDIKAN 1 Rasio ketersediaan sekolah terhadap

murid PAUD 1:35 1:36 1:36 1:33 1:35

2 Rasio ketersediaan sekolah terhadap

murid SD/MI 1:241 1:231 1:238 1:242 1:208

3

Rasio ketersediaan sekolah terhadap murid SMP/MTs

1:356 1:235 1:372 1:379 1:348

4 Rasio ketersediaan sekolah terhadap murid

SMA/MA

1:360 1:320 1:385 1:388 1:376

5 Rasio guru terhadap murid PAUD 1:11 1:11 1:11 1:9 1:10

6 Rasio guru terhadap murid SD/MI 1:21 1:16 1:21 1:21 1:18

7 Rasio guru terhadap murid SMP/MTs 1:13 1:8 1:14 1:14 1:15

8 Rasio guru terhadap murid SMA/MA/MK 1:14 1:12 1:15 1:15 1:15

9 Penduduk yang berusia >15 tahun melek huruf tidak buta aksara

98,05 99,18 98,71 99,32 99,75

10 Sekolah pendidikan SD/MI kondisi bangunan baik

100% 100% 100% 100% 100%

11 Sekolah pendidikan SMP/MTS dan SMA/SMK/MA kondisi bangunan baik

100% 100% 100% 100% 100%

12 Angka kelulusan (AL) SD/MI 100% 100% 99,97% N/A 100%

13 Angka kelulusan (AL) SMP/MTs 99,27% 100% 99,26% N/A 100%

14 Angka kelulusan (AL) SMA/SMK/MA 99,46% 100% 99,82% N/A 99,74%

15 Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV 63,63% 66,70% 78,27% 79,79% 81,60%

II KESEHATAN

1 Jumlah posyandu 119 119 119 119 117

2 Rasio puskesmas per satuan penduduk 0,051 0,05 0,049 0,049 0,048

3 Rasio rumah sakit per satuan penduduk 0,0127 0,0125 0,0123 0,0121 0,0120

4 Rasio dokter per satuan penduduk 0,399 0,375 0,351 0,395 0,299

5

Rasio tenaga medis per satuan penduduk

0,020 0,019 0,017 0,019 0,014

6

Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani

94% 91,81% 99,40% 91% 84,83%

7

Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan

100% 75,89% 92,05% 88,08% 88,27%

8

Cakupan Desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI)

100% 100% 100% 100% 100%

9

Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan

100% 100% 100% 100% 100%

10

Cakupan penemuan dan penananganan penderita penyakit TBC BTA

25,97% 76,83% 77,14% 92,65% 91,79%

11

Cakupan penemuan dan penanganan penderita DBD

100% 100% 100% 100% 100%

12

Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin

26,03 26,32 N/A 27,01 22,17

13 Cakupan kunjungan bayi 81,43% N/A 82,41% 71,74% 91,09%

14 Cakupan puskesmas 133,33% 133,33% 133,33% 133,33% 133,33%

15 Cakupan pembantu puskesmas 216,67% 216,67% 216,67% 216,67% 216,67%

III PEKERJAAN UMUM

1 Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik

61,61 64,1 64,26 66,44 69,49

2 Rasio jaringan irigasi N/A N/A 14,43 14,42 14,42

Referensi

Dokumen terkait

Kendala yang dihadapi oleh kedua UKM krupuk diatas adalah proses pembuatan adonan krupuk yaitu proses pelumatan/pencampuran (melumat sekaligus mencampur) masih manual dengan

Sebagai salah satu kota yang menjadi hinderland Ibukota Jakarta, kota Bogor telah mendapat limpahan penduduk beserta segala kebutuhan lahan untuk tempat tinggalnya. Limpahan ini

sabar a 1 tahan menghadapi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati); tabah: hidup ini dihadapinya --; 2 tenang; tidak tergesa-gesa; tidak

Pasien merasa kesal karena dia sudah datang 3x ke praktek dokter gigi pada saat giginya tidak sakit dan bengkak untuk melakukan pencabutan tetapi dokternya selalu

Hasil ini menunjukkan bahwa sistem deteksi penyakit miokard infark pada rekaman EKG menggunakan metode elevasi segmen ST dapat mengenali secara akurat dalam

(1995), keragaman genetik dapat disebabkan oleh adanya persilangan antar kultivar dan mutasi alami. Sedangkan faktor lingkungan yang besar pengaruhnya terhadap

Harta waris adalah harta bawaan ditambah bagian dari harta bersama setelah digunakan untuk keperluan pewaris selama sakit sampai meninggalnya, biaya pengurusan

Tujuan utama dari pengaturan lalu lintas umumnya adalah mengurangi konflik yang terjadi, menjaga keselamatan lalu lintas dengan memberikan petunjuk yang jelas dan terarah