Pengumpulan Praktek Komunitas
FORMAT WINSHIELD SURVEY
13 Kondisi air Keruh Jernih
14 Air berbau Berbau Tidak
berbau
15 Penyedian kakus
Wc Tidak Ada
Jenis Cemplung Leher angsa
Jarak resapan WC dengan sumur < 10 M ≥ 10 M
16 Lantai Tanah Plester
Keramik
17 Kepadatan jentik Tidak Ada
18 Pembuangan Sungai/kebun Resapan
FORMAT WINSHIELD SURVEY
Lokasi pengamatan :
Kelompok :
Detail Temuan
Tipe perkampungan/ pedesaan 1. Perumahan
2. Semi usaha
3. Lingkungan usaha/bisnis Lingkungan tempat tinggal
1. Rumah tunggal (terpisah antara rumah satu dengan lainnya)
2. Apartemen 3. Lainnya
85
Umur Area Perumahan 1. Bangunan baru
2. Bangunan lama tetapi terpelihara bagus 3. Bangunan banyak yang rusak
Karakteristik social-kultural 1. variasi umur penduduk 2. Ras dan etnik grup 3. Pekerja/ pengangguran 4. Siswa sekolah/ drop-out
5. Tanda adanya kurang punya harapan Lingkungan
1. Tampakan umum
1. Halaman, jalan, pekarangan 2. Tanaman
3. Patung, tanda-tanda seni 2. Bahaya lingkungan
1. Polusi udara 2. Sampah
3. Area bermain yang berbahaya 4. penerangan jalan
5. Alat pemadam kebakaran 6. Lalu lintas
7. Polisi/ anggota pengaman/ penyebrangan jalan untuk anak sekolah
3. Stessor lingkungan
1. Kegaduhan/ ramai/ kemacetan
2. Tanda-tanda yang menyebabkan banyak angka criminal
3. Tanda-tanda adanya penyalahgunaan
bahan-bahan terlarang (NAPZA) 4. Tanda-tanda adanya kemiskinan
86
Sumber-sumber (yang ada dan yang tidak ada) 1. Tempat belanja/ daerah belanja
2. Transportasi 3. Rekreasi 4. Pendidikan
5. Pusat agama/ kepercayaan (masjid, gereja, dan lain-lain)
6. Pelayanan keamanan 7. Farmasi
8. Kegawatdaruratan (kebakaran, dll) 9. pelayanan umum (kantor pos, bank, dll)
10. pengambil sampah
11. Surat kabar
Pelayanan kesehatan
1. Fasilitas kesehatan (Ada/ tidak ada) a. Rumah sakit
b. Klinik, lainnya
2. Sumber pelayanan kesehatan pertama a. Puskesmas
b. Nursing center
87
Contoh cara pengkajain inti komunitas
Di suatu hari ada dua orang perawat yang bertugas untuk membantu mengatasi masalah kesehatan di daerah kumuh di jakarta. Daerah ini sangat terkenal di jakarta karena kekumuhannya dan juga banyak yang menderita sakit. Dua perawat ini mendatangi pak lurah , kelurahan mawar pada saat jam kerja.
Nahla : “selamat pagi pak lurah, perkenalkan saya suster nahla dari
puskesmas mawar”
Aan : “ saya AAN, pak”
Wahidin : “ oh ya, saya wahidin Lurah disini , ada yang bisa saya bantu?”
Aan : “ Begini pak, kami dari puskesmas mawar yang bertanggung
jawab dengan kelurahan mawar ini ingin sedikit berdiskusi mengenai kondisi di lingkungan bapak. Nanti juga kami bertanya beberapa hal terkait data statistik warga bapak. Tujuannya agar kami dapat membantu meningkatkan kemandirian warga bapak dalam menjaga kesehatan. Bagaimana pak? Kami minta waktunya 30 menit??”
Wahidin : “bisa-bisa”
Nahla : “ baiklah pak, sebelumnya saya ingin bertanya di kelurahan mawar
88
Wahidin : “ jumlahnya ada 1000 orang sus dan ada 200 kk”
Nahla : “ oh begitu pak, boleh saya tahu pembagian berdasarkan
klasifikasi umur”
Wahidin : jadi disini itu sus Lansia 20%, usia produktif 30%, 30% balita,
20% usia sekolah dan remaja dan Laki-laki 56%, 44% perempuan
Nahla : oh ya pak, disini warga bagaimana kondisi kesehatannya yang
bapak tau?
Wahidin : “iya sus, disini itu saya prihatin sama anak-anak balita yang sering
diare, disini itu kan jorok ya sus, dan warganya ga perhatian sama kesehatan anak, jadi kalo ada posyandu pasti balita kurang gizi”
AAN : “ bapak punya data lengkapnya ga?”
Wahidin : “ ada mas, tunggu sebentar saya ambil, nah ini dia sus, ini data dari
awal tahun kemarin yang udah dikumpulin kelurahan dari warga dan juga RT”
Nahla : “ oh ya pak, saya dengar bapak ini juga tokoh masyarakat disini
ya. Saya boleh tahu pak sejarah tempat ini, bisa bapak ceritakan?”
Wahidin : “ oh bener sus, jadi dulu kelurahan mawar ini kampung yang aman
tentram. Tapi semenjak jakarta jadi ibu kota, banyak pendatang yang dateng kesini, mereka kerja buruh kebanyakan, selain itu juga karena gedung-gedung makin banyak, akhirnya orang kota jakarta pindah kesini, makanya disini jadi padet banget, kayanya warga
89
saya berantakan dah sekarang, saya juga bingung mau diapain lagi, terutama masalah kesehatan ini jadi meningkat akhir-akhir ini, ada aja laporan warga yang sakit ini lah, sakit itu…”
Aan : “oh begitu pak, memang disini penyakit paling banyak apa saja?”
Wahidin : “ kalo balita ya itu tadi diare, kalo dewasa sama lansia hipertensi,
dan remajanya apa ya? kalo dibilang penyakit sih bukan, tapi itu lho mereka sering keluyuran kalo malam”
Nahla : “ oh begitu pak, saya mau tanya pak, kalau disini ada berapa
tempat ibadah? “
Wahidin : “ ada 1 mesjid, 1 gereja”
Nahla : “ apakah ramai dikunjungi tempat ibadahnya pak”
Wahidin : “ engga sus, jarang ada yang dateng ke mesjid atau gereja, paling
banyak kalo pas lebaran atau natalan aja”
Aan : “lalu disini apakah warga punya norma-norma atau aturan adat
pak?”
Wahidin : “dulu sih ada, sekarang mah ga ada, ya karena itu udah banyak
campuran orangnya”
Nahla : “ memang disini etnis warganya apa aja pak?”
Wahidin : “ paling banyak jawa, cina, penduduk asli, dan sumatera sus?
90
Wahidin : “ ya karena padat, rumahnya jadi sempit, 56% biasanya ga punya
ventilasi, terus sampah dimana-mana, padahal sudah disediakan tempat sampah, nati suster sama mas bisa lihat sendiri”
Nahla : “ disini tempat pelayanan kesehatannya dimana saja pak?”
Wahidin : “ disini ada puskesmas mawar, terus ada praktek dokter Rudy, tapi
lumayan kurang terjangkau karena jauh deket sama kelurahan sebelah, juga setiap 2 bulan ada posbindu dan posyandu sus”
Aan : “bagaimana warga apakah sering datang”
Wahidin : “berdasarkan data yang saya punya, kunjungan ke posyandu hanya
29%, ke posbindu 40%, kunjungan ke puskesma hanya 20%, biasanya warga sering minum obat warung atau ke tempat tradisional sus”
Aan : “apa itu dukun?”
Wahidin : “ ya semacam itulah, orang yang dipercaya warga”
Nahla : “ nah, pak sekarang kami ingin bertanya tentang pekerjaan warga
bapak?
Wahidin : “ 40% warga bekerja sebagai buruh pabrik maklum banyak
pendatangnya, 20% sebagai pns, 20% pedagang, 20 % pengangguran”
91
Wahidin : “ berdasarkan data yang saya miliki gaji 1.000.000-1.500.000
50%, 2.000.000-3.000.000 20 %, sisanya gajinya <500.000
Nahla : “kalau dari segi pendidikan bagaimana, Pak? Disini bagaimana
komposisi warga yang bersekolah?”
Wahidin : “sebenernya disini ada hampir 20% warga usia sekolah, tapi belum
semuanya bisa sekolah. Kalau data yang ada disini, SD 30%, SMP 40%, SMA 20% yang kuliah 10%. Rata-rata pada langsung pengen kerja, makanya sedikit yang mau lanjut ke SMA atau kuliah”
Aan : “oh, begitu ya Pak. Kalau disini ada sering kumpul warga gitu
ga, Pak? Semacam saling tukar informasi di balai desa, penyuluhan atau pengajian begitu?”
Wahidin : “ada sih mas, biasanya tiap bulan kalau bapak-bapak ada
sarasehan, ibunya arisan. Nah kalau yang ngumpul dib alai desa itu paling 2 bulan sekali. Pengajian kurang, deh mas mbak. Orang warganya aja jarang ke masjid”
Nahla : “apa saja kira-kkira pak yang diobrolin saat ngumpul seperti itu?”
Wahidin : “biasanya sih, kita ngomongin kerja bakti tiap dua minggu. Warga
disini, susah diomongin. Tiap bulan diingetin, tapi ge pernah ngelakuin. Ibu-ibunya sih mending ya. kalau arisan kadang kadernya ikut ngasih info terkait kesehatan ibu-balita, jadwal
92
puskesmas posbindu, tapi ya itu…ada saja warga yang kurang ngeh”
Nahla : “begitu, kalau disini biasanya bagaimana warga berkomunikasi
pak? Kan kadang ada informasi penting dari bapak atau dari kades, bagaimana itu bisa sampai ke warga?”
Wahidin : “oh, itu biasanya disampaikan saat ngumpul. Kalaupun itu sifatnya
darurat, biasanya pake telepon. Dari situ pasti sampai ke warga lewat pak RT nya. Sekarang kan hape bukan barang mewah ya mbak, semuanya udah punya hape, gampang kalau ada apa-apa”
Aan : “biasanya kalau lagi senggang, akhir minggu warga biasanya
ngapain pak? Apakah sering bepergian, semacem tamasya gitu?”
Wahidin : “mungkin ya, orang biasanya yang kerja bakti sedikit, katanya
yang lain pergi sama keluarga. Paling ya itu, plesiran kali mas”
Aan : “memang di sini ada tempat rekreasi apa, Pak”
Wahidin : “apa ya? paling itu lho, di taman kota itu kalau minggu rame, trus
itu ada semacam Mall yang 2 bulan lalu baru selesai dibangun..paling ya di situ”
Nahla : “jauh ga, Pak dari sini?”
Wahidin : “ah, ga juga mbak. Naik motor 15 menit sampai. Kalau yang mall
itu bisa naik angkot”
93
Wahidin : “mayoritas sih iya, dibilang sekarang apa-apa itu gampang. Pengen
apa, tinggal kredit. Kalau yang ga ada, ya itu disini angkot banyak, minibus juga ada”
Nahla : “begitu, ya… sepertinya waktu nya sudah habis, sudah 30 menit.
Sudah banyak informasi juga yang kami dapat dari Bapak. Terima kasih banyak, Pak.”
Wahidin : “wah, sudah? Kalau mau lebih lama ga papa lho, mas mbak”
Aan : “iya, kami juga ada perlu nanya-nanya ke warga juga sih Pak.
Mungkin lain kali kita bisa diskusi lagi. Sebelumnya kami mau nanya, rumah kader yang terdekat dari sini dimana ya, Pak? Kami mau Tanya-tanya soal masalah kesehatan balitanya, Pak”
Wahidin : “wah kebetulan di sini deket. Tadi itu lho, pas pertigaan di depan”
Nahla : “yang deket poskamling itu, Pak?”
Wahidin : “ho oh, bener. Nah itu seberangnya pas. Rumahnya warna pink,
mbak banyak pohon palemnya, namanya ibu Keder”
Aan : “baiklah, Pak. Terima kasih sekali lho atas waktunya pak, maaf
menyita waktunya”
Wahidin : “alah, mas ini. Ga papa, kok. Saya seneng-seneng aja. Kalau ada
apa-apa boleh balik sini lagi”
Nahla : “baik, pak. Kami pamit dulu pak, assalamu’alaikum”
94
Perawat Nahla dan Aan akhirnya menuju rumah Bu Keder, salah satu kader di kelurahan Mawar sesuai petunjuk pak Lurah Wahidin. Kebetulan, Ibu Keder sedang akan keluar rumah, langsung saja Perawat /nahla dan Aan mengajak ngobrol dan bertanya tentang keadaan Balita di Kelurahan Mawar yang terjangkit diare…
Aan : “Assalamu’alaikum!”
Bu Keder : “Wa’alaikum salam, ehhhh siapa ini?”
Nahla : “iya ibu, kami perawat dari Puskemas Kelurahan. Apa benar ini Ibu
Keder, kader disini?”
Bu Keder : “Iya, iya bener. Wah kok tumben ini ada perawat yang berkunjung,
masuk yuk lah sini. Namanya siapa ini adik-adik”
Aan : “saya Aan, Bu ini rekan saya namanya Nahla”
Bu Keder : “oh, iya…. Ada perlu apa ini ngomong-ngomong?”
Nahla : “Iya, bu kami kesini mau nanya-nanya tentang balita di sini. Katanya
balita disini sering terkena diare ya, Bu terlebih sebulan kemarin pas banjir. Apa benar bu?”
Bu Keder : “iya, dik. Di sini emang balitanya sering kena diare. Yah, seperti
yang bisa dilihat ya, lingkungannya saja ga sehat. Tadi lihat parit di depan rumah? Saya habis bersihin itiu, biasanya sampai banyak sampah nyangkut.”
95
Aan : “Oh begitu, ceritanya kami ganggu ga nih bu kalau minta wakktunya
buat nanya-nanya beggini?”
Bu Keder : “ndak, ndak. Udah selesai, kok. Ayo ayo aja say amah, kalau mau
ditanyain. Senang juga kalau ada temen buat sharing”
Nahla : “haha, baiklah, mungkin kita juga tidak bisa berlama-lama bu. Jadi
mungkin kira-kira setengah jam saja kita ngobrolnya, nanti selebihnya kami mau nanya-nanya warga di sekitar sini”
Bu Keder : “walah, yang lama juga ga papa, kebetulan nanti ada ibu-ibu yang
mau ke sini, mau nanyain posyandu. Paling 15 menit lagi mereka kesini. Mau sekalian aja apa, Dik? Kan biar ga capek keliling”
Aan : “Wah, kalau begitu langsung saja tidak papa…sekalian bisa diskusi
dan dikonfirmasi langsung sama Ibu”
Bu Keder : “ho oh bener, saya ambilin minum dulu deh ya”
Nahla : “ga usah, bu. Malah ngrepotin lho ini”
Bu Keder : “halah, cuman air. Kalian dari mana sih ini kok arahnya dari sana?
Aan : “dari rumah pak Lurah, bu. Tadi habis nanya-nanya data tentang
lingkungan dan warga disini. Nah sekarang mau nanya ke Ibu tentang keadaan balitanya. Biar lebih rinci. Begitu”
96
Nahla : “Dari hasil penuturan pak Lurah dan data yang ada di puskesmas,
balita di Kelurahan Mawar ini sering terjangkit diare ya, Bu. Kalau dari sepengamatan ibu, kira-kira sebabnya apa ya?
Bu Keder : “Kalo menurut saya sih mungkin karena lingkungannya sendiri ya,
dik. Parit kalao ngaak ada kesadaran sendiri, ya menggenang kayak tadi. Trus dari segi warganya sendiri juga kurang, maklum perumahan padat penduduk macam sini memang sering kena penyakit”
Aan : “Katanya ada posyandu juga ya, Bu? Dari situ apakah ada usaha
untuk mengurangi angka diarenya?”
Bu Keder : “ada, sih. Tapi ya, itu…sedikit dik yang dating. Separonya ada ngga
ada, dari yang dating bulan kemarin aja cuman 52 orang. Miris, kan. Kita juga yang repot kalo begini, mau ngasih penyuluhan, tapi orangnya ga ada”
Nahla : “tapi memang sebenarnya ada penyuluhan rutin ya bu dari
posyandunya?”
Bu Keder : “ada, ada. Selain diare, kita juga suka kasih vitamin sama penyuluhan
gizi. Anak sini rata-rata pada kurus-kurus, kurang gizi begitu, lho”
Aan : “oh, begitu. Tapi tadi kita dapat data mengenai pendapatan warga di
sini yang bisa dibilang mencukupi, lantas kenapa banyak yang kurang gizi ya bu?”
97
Bu Keder : “sepantauan saya, sih…anak kecil kan suka main sana-sini nih ya,
jajannya juga kenceng. Ga tau deh itu mungkin pas main tangannya kotor, jadi yang masuk bukannya gizi tapi malah kumannya. Gitu, ya dik?”
Nahla : “ya, sebenernya itu juga salah satu faktor sih bu. Kebersihannya
gitu….” (tiba-tiba ada yang datang, Ibu Aneh dan anaknya Autis serta Ibu Bingung)
Aneh, Bingung : “Assalamu’alaikum Mpok”
Bu Keder : “wa’alaikum salam…. Wah ibu-ibu mari sini masuk…ini kebetulan
ada perawat dari puskesmas juga yang lagi maen”
Aneh : “Wah, tumben ini. Kenalin saya Bu Aneh, ini anak saya Autis baru
masuk TK”
Autis : “Autis, kak”
Nahla dan aan : “saya Aan, saya Nahla”
Bingung : “saya Bingung”
Nahla : “ Iya bu, jadi ceritanya kita tadi dari rumah Pak Lurah, lagi
nanya-nanya tentang keadaan lingkungan sini, trus mampir ke rumah bu Keder deh buat nanya keadaan anak balitanya, begitu”
Bu Keder : “Hooh, jeng. Ini nanyain lingkungan kita kan anaknya pada suka
98
Bingung : “Oh, iya to? Anak saya Badung itu lagi kena diare lho
ini mbak mas. Udah 3 hari ini, tapi udah mendingan sih”
Aan : “Wah, sudah tiga hari? Ibu sempat bawa ke Puskesmas atau gimana
itu?”
Bingung : “iya, langsung dibawa ke puskesmas, saya ga ngarti bakal di
gimanain sih, langsung biar ditangani sama yang ahli bigitu’
Nahla : “sebelumnya ibu tahu ga anaknya diare gara-gara apa? Mungkin
makan jajanan apa gitu?”
Bingung : “iya itu, kemarin sih pas pulang sekolah dia bawa es orson sama itu
lho, cireng. Trus sorenya dia langsung itu deh BAB ga berhenti-berhenti”
Aan : “adek Badung emang suka ya jajan begitu, Bu?”
Bingung : “suka. namanya juga anak-anak ya, di rumah ga doyan makan, jadi di
luar jajannya kenceng. Ya batagor lah, es bonbon, gorengan, ciki… suka banget dia”
Aneh : “jangankan anak elu, Ngung. Nih liat anak gue, ngemil kuaci aja
kaga brenti-brenti”
Autis : “biarin ah, mah. Asin, enak”
Anaeh : “mamah liatny eneg, dek. Makan itu mulu…ga bosen-bosen”
99
Aneh : “biasa aja, ya. dia ga doyan sayur, susah saya mikirnya mau masakin
dia apa. Biasa kan kita kalo mau cari gampang ya paling bikin sayur sop, eh udah masak susah-susah orang rumah pada ga mau makan. Yaudah, paling kalo dia lagi laper saya tawarin mie deh. Kalo pagi juga ga doyan makan”
Aan : “trus kalau pagi kan ga doyan makan, ibu khawatir nggak ntar kalau
dia laper di sekolah, trus bisa pingsan atau ngga konsen belajar?”
Aneh : “ya nggak, lah. Kalau dia ga makan dari rumah, ya saya bawain duit
jajan biar dia bisa jajan di sekolah?”
Nahla : “adek, suka dikasih uang ya sama ibu? Kakak boleh tau ngga,
berapa?”
Autis : “lima ribu”
Nahla : “wah, banyak ya. trus suka dipake jajan apa aja?”
Autis : “ini, kuaci, cilok, cireng, cakue. Trus belie s orson juga. Es nya bang
Mojo enak, jadi temen-temen juga beli. Pokoknya jajan aja”
Aan : “jajannya itu di kantin?”
Autis : “bbukan. Dikantin mah isinya soto, nasi uduk. Bosen ah itu itu mulu.
Mahal juga kalo bang Mojo jualannya di depan gerbang sekolah. Ntar kita rame-rame belinya.”
Aan : “ga dilarang guru ya kalo jajan sembarangan,dek?”
100
Nahla : “kalo mau makan cuci tangan ga? Kan biasanya adek suka maen dulu
kan, ya? kotor tangannya, trus cuci tangan ga?”
Autis : “ga, dilap aja, nih di rok”
Aan : “tapi udah pernah diajarin belum sama ibunya?”
Autis : “Diajarin, sih”
Aneh : “saya maklum sih, mas. Masih anak-anak. Susah bilangin-nya”
Nahla : “oh, baiklah. Kalau dari Ibu sendiri, biasanya suka masak apa saja?”
Bingung : “saya nih? Kalau saya sih, sukanya beli jadi ya neng. Biar gampang.
Paling kalo pagi beli nasi uduk, siang ayahnya kerja, dia juga makannya minta bikin mie atau telor ceplok. Jadi jarang masak. Lagian kalo beli jadi jatuhnya lebih murah, dari pada beli bahan-bahannya dulu”
Aan : “oh, iya. Sekarang saya mau nanya yang lain. Tadi Bu Keder sempet
bilang kalau disini selokannya kotor, trus kata pak Lurah juga kerja baktinya ga begitu jalan. Apa benar? Di rumah ibu apakah selokannya juga kotor?”
Bingung : “iya lah sepi, mas. Wong hari minggu itu kan biasanya dipake buat
jalan-jalan. Udah lembur dari senen-sabtu, minggunya malah disuruh kerja bakti. Ya iya bapak males, mending dia ngajak kita jalan-jalan”
Aneh : “kalo bapaknya Autis sih kadang dateng, tapi ya banyakan ogahnya.
101
mending dibiarin dulu, baru kalau udah kotor banget, dibersihin deh sama si Bapak”
Nahla : “tapi memang selokannya kotor ya, bu?”
Aneh : “iya.”
Nahla : “kotornya itu kenapa sih bu?”
Bingung : “itu lho, kita itu kan ga ada tempat sampahnya, jadi kalau kepepet ya
buangnya di selokan. Trus kalau masalah yang bau itu datengnya dari pabrik garment di belakang itu lho mas mbak”
Aan : “Ibu Keder, apakah memang tidak disediakan tempat pengumpulan
sampah di lingkungan sini?”
Ibu Keder ; “dulu sempet ada, mas. Dipakein tong gede, tapi sekarang tongnya
udah jebol, belum diganti lagi sejak kemarin kebanjiran. Kalau tempat pengumpulan sampah kan biasanya pake petugas kebersihan kan, nah lingkungan sini susah buat lewat kendaraan gede, jadinya ya gitu lah mas.”
Nahla : “apakah dai pihak posyandu ada pengenalan lingkungan sehat, Bu?
Selama ini programnya gimana?”
Ibu Keder : “ada, ya mbak. Kita juga sebenernya menyesuaikan keadaan di sini
yang anaknya sering kena diare, selain kita kasih vitamin, cek kesehatan rutin, kita kadang kasih juga ransum kecil-kecilan,macem bubur sumsum. Nah, di akhir sesi, biasanya kita kumpulin dulu ibunya,
102
kasih sosialisasi gitu. Namun ya sayangnya, yang dateng itu kok ya itu-itu aja. Saya litany miris”
Nahla : “nah, dari ibu sendiri sudah pernah berkunjung ke posyandu belum
nih?”
Aneh : “ga, mbak. Terakhir kali dateng ya pas ada imunisasi, kapan itu ga
tau”
Bingung : “saya juga nggak, jarang”
Aan : “tapi tahu ya, kalau ada jadwal rutin posyandu?”
Aneh : “ya, tau. Orang tiap kali arisan diingetin terus sama RT-nya”
Aan : “oh begitu, baiklah. Kan tadi Ibu Bingung sempat bilang kalau ga tau
mesti gimana ya kalau anaknya diare. Sebelumnya pernah dengar istilah oralit?”
BIngung : “anu, anu, saya kemarin dibilangin sama perawat yang ada
dipuskesmas. Aduh tapi lupa.”
Aneh : “kalau saya tahunya, oralit itu yang mirip air tajin ya? saya sih dulu
pas diare diminumin tajin sama mak saya.”
Nahla : “mungkin Ibu Keder bisa dikasih tahu oralit itu apa”
Ibu Keder : “ini nih, makanya mpok-mpok nih kalau ada posyandu dateng. Ini nih
tukang kebon yang biasa beberes di posyandu aja tahu saking